Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar

e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU SISWA
KELAS XI BAHASA SMAN 1 KUTA SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

APPLICATION OF PROJECT BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CREATIVITY


AND LEARNING OUTCOMES OF HINDU RELIGIOUS EDUCATION FOR CLASS XI
LANGUAGE STUDENTS
OF SMAN 1 KUTA SELATAN IN ACADEMIC YEAR 2019/2020

I Gede Pasek Artana


SMA Negeri 1 Kuta Selatan
pasekartana80@gmail.com

Diterima: 30 Juni 2021 |Direvisi: 24 November 2021 | Disetujui: 8 Desember 2021

Abstrak

Rendahnya hasil penilaian pengetahuan dan kreativitas peserta didik memerlukan tindakan
pemecahan masalah dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan
peningkatan kreativitas dan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada siswa
kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Kuta Selatan melalui penerapan model Project Based Learning
(PjBL). Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, baik
proses maupun hasil pembelajaran. Hal itu dapat diketahui dari peningkatan nilai rata-rata siswa
sebesar 1,2 pada siklus I dan peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 11,8 pada siklus II.
Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal pada akhir siklus I, ada peningkatan sebesar 29,0 %,
dan terdapat peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 22,6% pada siklus II.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini juga dapat dilihat dari peningkatan kreativitas
belajar siswa, yang pada kondisi awal masih kategori pasif bisa meningkat menjadi cukup kreatif
pada siklus I dengan nilai rata-rata 77,1 dan terjadi peningkatan kreativitas belajar sebesar 86,6 pada
siklus II dengan kategori baik, meningkat sebesar 9,5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kreativitas dan hasil belajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti melalui
penerapan model Project Based Learning (PjBL) pada siswa kelas XI bahasa SMA Negeri 1 Kuta
Selatan.

Kata Kunci: hasil belajar, kreativitas belajar, project based learning

Abstract

The low results of the assessment of students' knowledge and creativity need problem
solving actions, with classroom action research. This study aims to seek to increase creativity and
learning outcomes of Hindu Religion and Moral Education in class XI Language students of SMA
Negeri 1 Kuta Selatan through the application of the Project Based Learning (PjBL) learning
model. From the results of data analysis shows that there is an increase in the quality of learning,
both the process and learning outcomes. It can be seen from the increase in the student's average
score of 1.2 in the first cycle and the increase in the student's average score of 11.8 in the second
cycle. While the classical mastery learning at the end of the first cycle, there was an increase of

79
p-ISSN 2622-4801
Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX
Vol. 4, No. 2, Juni 2021

29.0%, and there was an increase in classical learning mastery of 22.6% in the second cycle. The
success of the application of this learning model can also be seen from the increase in student
learning creativity, which in the initial condition was still in the passive category, it could increase
to quite creative in the first cycle with an average value of 77.1 and an increase in learning
creativity of 86.6 in the second cycle. with Good category, increased by 9.5. The results of this study
indicate that there is an increase in creativity and learning outcomes for Hindu Religious Education
and Budi Pekerti through the application of the Project Based Learning (PjBL) learning model in
class XI language students of SMA Negeri 1 Kuta Selatan.

Keywords: Learning outcomes ; Learning creativity ; Project Based Learning.

PENDAHULUAN ketuntasan belajar minimal secara klasikal dan


Proses pembelajaran yang efektif dapat 21 siswa atau 68 % yang belum memenuhi
terlihat dari adanya interaksi dua arah antara standar ketuntasan minimal, sedangkan nilai
guru dengan siswa secara kolaboratif. Menurut rata–rata kelas pada kondisi awal sebelum
Permendikbud RI Nomor 36 Tahun 2018 dilakukan penelitian adalah sebesar 61 yang
tentang perubahan atas peraturan Menteri tentunya berada di bawah KKM yang telah
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 59 tahun ditetapkan.
2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Bertumpu pada kenyataan tersebut, untuk
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, yang merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa
memberikan penyempurnaan pola pikir baik secara individual maupun kelompok
Kurikulum 2013 bahwa dalam pembelajaran terhadap proses pembelajaran Pendidikan
siswa aktif-mencari yang diperkuat dengan Agama Hindu dan Budi Pekerti maka, alternatif
pendekatan pembelajaran saintifik, sehingga pemecahan masalahnya, yaitu dengan
dalam proses belajar mengajar berpusat pada menerapkan model pembelajaran yang tepat dan
siswa (student centered) sementara guru sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu
berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi tindakan yang dilakukan adalah menerapkan
siswa untuk secara aktif menyelesaikan model pembelajaran berbasis proyek (Project
masalah dan membangun pengetahuannya Based Learning).
secara sendiri, berpasangan ataupun Model Project Based Learning perlu
berkelompok (kolaborasi antar siswa). diterapkan pada siswa kelas XI Bahasa karena
Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada dengan model ini dapat meningkatkan
umumnya adalah hasil belajar. Hasil belajar kreativitas siswa baik secara individu maupun
mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan berkelompok, sehingga siswa mampu
Budi Pekerti di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 mengembangkan pengalaman belajarnya.
Kuta Selatan pada beberapa kompetensi dasar Dengan model pembelajaran berbasis proyek
umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Jika (Project Based Learning), diharapkan siswa
dilihat dari aktivitas belajar siswa kelas XI dapat menggali dan menemukan sendiri
Bahasa, banyak sekali waktu belajarnya dipakai (inquiry), berpikir kritis (critical thinking) dan
untuk bermain-main di dalam kelas tanpa terampil dalam menyelesaikan masalah
melakukan aktivitas belajar yang bermanfaat (problem solving skills) atau menuntaskan suatu
untuk memperoleh pengetahuan, seperti proyek secara bersama-sama dalam kelompok
bercanda, mengganggu teman yang sedang atau secara individu, sehingga rumusan
belajar dan main game. masalahnya yaitu apakah penerapan model
Demikian pula dilihat dari hasil tes Project Based Learning dapat meningkatkan
penilaian pengetahuan harian sebagian besar kreativitas belajar Pendidikan Agama Hindu
masih banyak di bawah kriteria ketuntasan siswa kelas XI Bahasa dan apakah penerapan
minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu model Project Based Learning dapat
sebesar 67. Dari 31 siswa kelas XI Bahasa, meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
hanya 10 siswa atau 32 % yang mencapai Hindu siswa kelas XI Bahasa.

80
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

Dilihat dari rumusan masalah tersebut, tujuan yang diharapkan sedangkan dampak
maka tujuan penelitiannya yaitu untuk pengiring ialah hasil belajar lainnya yang
meningkatkan kreativitas belajar Pendidikan dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar
Agama Hindu melalui penerapan model Project sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang
Based Learning siswa kelas XI Bahasa dan dialami.
Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Model Project Based Learning (PjBL)
Agama Hindu melalui penerapan model Project merupakan model pembelajaran yang
Based Learning siswa kelas XI Bahasa SMAN 1 menggunakan masalah sebagai langkah awal
Kuta Selatan. dalam mengintegrasikan pengetahuan baru
Secara umum istilah “model” diartikan berdasarkan pengalaman nyata. PjBL
sebagai kerangka konseptual yang digunakan dilakukan secara sistematik yang
sebagai pedoman dalam melakukan suatu mengikutsertakan peserta didik dalam
kegiatan. Berdasarkan pengertian itu, maka pembelajaran sikap, pengetahuan, dan
model pembelajaran adalah kerangka keterampilan melalui investigasi dalam
konseptual yang melukiskan prosedur yang perancangan produk. PjBL merupakan model
sistematik dalam mengorganisasikan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman yang kompleks. Pelaksanaan PjBL memberi
bagi perancang pengajaran dan para guru dalam kesempatan kepada peserta didik berpikir kritis
merencanakan dan melaksanakan aktivitas dan mampu mengembangkan kreativitasnya
pembelajaran (Winataputra, 2001). Secara garis melalui pengembangan inisiatif untuk
besar model pembelajaran merupakan gaya menghasilkan produk nyata berupa barang atau
atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru jasa.
dalam melaksanakan kegiatan belajar Pada PjBL, peserta didik terlibat secara
mengajar. aktif dalam memecahkan masalah yang
Sebuah model pembelajaran adalah ditugaskan oleh guru dalam bentuk suatu
sebuah rencana atau pola yang proyek. Peserta didik aktif mengelola
mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan pembelajarannya dengan bekerja secara nyata
menunjukkan cara penggunaan materi yang menghasilkan produk real. Jadi, hasil
pembelajaran (buku, video, komputer dan akhir dari proses pembelajaran adalah produk
bahan-bahan praktikum) (Supriono, 2003). yang bisa bermakna dan bermanfaat. Di
Model-model pembelajaran sesungguhnya samping itu, PjBL dapat dilakukan secara
sama dengan model-model belajar. Bagaimana mandiri pembelajarannya melalui pengetahuan
pembelajaran dilaksanakan memiliki pengaruh serta keterampilan baru, dan mewujudkannya
besar terhadap kemampuan peserta didik untuk dalam produk nyata. (Fathurrohman, 2015)
mendidik mereka sendiri. Salah satu dari tujuan PjBL memberikan kesempatan kepada
yang mendasar dari model-model pembelajaran peserta didik untuk menggali konten (materi)
adalah peningkatan kemampuan peserta didik dengan menggunakan berbagai cara yang
untuk belajar. bermakna bagi dirinya. Dengan diberikannya
Karena itu dalam model selalu terdapat kesempatan untuk mempelajari materi dengan
asumsi yang mendasarinya, tujuan yang ingin berbagai cara, terlibat dalam pemecahan
dicapai, sintaks, sistem sosial, sistem masalah, dan terlibat dalam kegiatan
pendukung, serta dampak instruksional dan perancangan produk diharapkan pengetahuan
pengiring (Winataputra, 2001). Sintaks ialah dan keterampilan peserta didik dapat lebih
tahap-tahap kegiatan dari model itu, sistem berkembang sehingga peserta didik lebih
pendukung ialah segala sarana, bahan dan memahami materi yang dipelajari (Majid &
alat yang diperlukan untuk melaksanakan Rochman, 2014).
model tersebut. Dampak instruksional ialah Model ini tentu saja berbeda dengan
hasil belajar yang dicapai langsung dengan model-model pembelajaran yang lain yang
cara mengarahkan para peserta didik pada sudah ada, karena peserta didik dapat

81
p-ISSN 2622-4801
Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX
Vol. 4, No. 2, Juni 2021

berkreativitas secara maksimal dengan sesuai dengan realitas dunia nyata


langkah-langkah PjBL yang dilaksanakan, dari untuk mengawali proses investigasi.
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, Yakinkan bahwa topik tersebut
PjBl memberikan keistimewaan dan tantangan relevan untuk para peserta didik.
bagi peserta didik dalam melakukan 2) Menyusun Perencanaan (Plan)
pemecahan masalah (problem solving) dalam Perencanaan berisi tentang standar isi
kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan yang akan digunakan untuk menjawab
model konvensional yang banyak digunakan pertanyaan pada tahap pertama. Guru
selama ini. Perbedaan antara situasi kelas yang melibatkan peserta didik pada proses
berjalan dengan menggunakan model pembuatan pertanyaan, perencanaan, dan
konvensional dan situasi kelas yang berjalan pembuatan proyek. Guru dan peserta
mengikuti model PjBL ditunjukkan pada didik terlibat proses diskusi untuk
Gambar berikut : mendukung inquiri.
3) Menyusun Jadual (Schedule )
Guru dan peserta didik secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
untuk menyelesaikan proyek. Proyek
dijalankan dalam rangka menyusun
jawaban atas pertanyaan yang sudah
diajukan pada tahap pertama.
4) Pengawasan (Monitor)
Guru bertanggung jawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan
proyek. Monitoring dilakukan dengan
Gambar 1. Perbedaan model konvensional cara memfasilitasi peserta didik pada
dengan model PJBL setiap proses, menjadi mentor bagi
(Sumber : http://pbl-online.org) aktivitas peserta didik dan juga dibantu
oleh sebuah rubrik yang dapat merekam
Pada model PjBL, guru berperan keseluruhan aktivitas yang penting.
sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk 5) Menguji hasil (Assess)
memperoleh jawaban dari sebuah pertanyaan Penilaian dilakukan menggunakan
penuntun, para fasilitator adalah memantau pendekatan assessment authentic. Hal
dan mendorong kelancaran kerja kelompok, ini dilakukan agar setiap aktivitas
serta melakukan evaluasi terhadap efektivitas peserta didik selama menjalankan
proses belajar kelompok. Pada kelas tradisional proyek dapat dihargai sebagai sebuah
guru dianggap sebagai seorang yang paling aktivitas bermakna.
menguasai materi dan karenanya semua 6) Evaluasi Pengalaman (Evaluate)
informasi diberikan langsung dari guru ke Pada akhir proses pembelajaran, guru
peserta didik. Namun pada masa sekarang dan peserta didik melakukan refleksi
sumber belajar peserta didik bisa didapatkan terhadap aktivitas dan hasil proyek yang
dengan lebih modern dan tidak terfokus pada sudah dijalankan. Pada tahap ini peserta
guru saja, diantaranya dari buku, modul dan didik diminta untuk mengungkapkan
internet. perasaan dan pengalamannya selama
Langkah-langkah pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga pada
PjBL terdiri dari: akhirnya ditemukan suatu temuan baru
1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (new inquiry) untuk menjawab
(Essential Question) permasalahan yang diajukan pada
Pembelajaran dimulai dengan tahap pertama pembelajaran.
pertanyaan esensial. Guru harus
mampu mengambil topik yang
82
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah Hasil belajar siswa menurut Hamalik


operasional dari model pembelajaran Project (2006) meliputi tiga aspek, yaitu aspek sikap
Based Learning dapat dilihat dari gambar berikut (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
: keterampilan (psikomotorik). (1) Aspek sikap
(afektif), merupakan perilaku yang dilakukan
peserta didik yang meliputi penerimaan,
partisipasi, dan penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup. (2) Aspek
pengetahuan (kognitif), kemampuan kognitif
yang meliputi: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (3)
Gambar 2. Langkah-langkah operasional
Aspek keterampilan (psikomotorik),
Project Based Learning
kemampuan psikomorik meliputi: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
Berdasarkan teori tersebut dapat
gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
kreativitas. Dalam perkembangan berikutnya,
proyek adalah pembelajaran yang
aspek pengetahuan dari taksonomi Bloom
menitikberatkan pada aktivitas peserta didik
disempurnakan menjadi taksonomi Anderson
untuk dapat memahami suatu konsep dengan
yang dijadikan pedoman dalam implementasi
melakukan investigasi mendalam tentang suatu
kurikulum 2013, dengan penyempurnaan yang
masalah dan menemukan solusi dengan
meliputi: mengingat, memahami, menerapkan,
pembuatan proyek.
menganalisis, menilai dan mencipta (Hamalik,
Pembelajaran kreatif merupakan proses
2006).
pembelajaran yang mengharuskan guru untuk
Hasil belajar yang digunakan untuk
dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas
mengambil data adalah hasil belajar ranah
siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan
pengetahuan dan keterampilan berupa proyek.
menggunakan beberapa metode dan strategi
Pada ranah pengetahuan, Peserta didik
yang bervariasi, misalnya kerja kelompok,
diberikan soal ulangan pada tiap siklus dan
bermain peran, dan pemecahan masalah”.
dibandingkan peningkatan hasil belajarnya pada
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk
tiap-tiap siklus. Sedangkan pada ranah
merangsang kreativitas siswa, baik dalam
keterampilan, peserta didik mengembangkan
mengembangkan kecakapan berpikir maupun
kreativitasnya dengan membuat sebuah video
dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir
secara berkelompok.
kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis.
(Kurniasari, 2017)
METODE PENELITIAN
Berdasarkan pendapat di atas, maka
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
kreativitas dapat dirumuskan sebagai suatu
jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
proses aktivitas kognitif seseorang untuk
subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
Bahasa SMA Negeri 1 Kuta Selatan semester I
karya baru maupun karya kombinasi yang
tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 32
semua itu relatif berbeda dengan apa yang ada
orang siswa, dengan siswa yang beragama
sebelumnya. Dalam mengembangkan siswa
Hindu sebanyak 31 orang. Penelitian tindakan
kreatif terdapat dalam kemampuan berpikir
kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu
kreativitas. Orang yang kreatif, pada umumnya
mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan
mengetahui permasalahan dengan sangat baik
September 2019. Data yang dikumpulkan dari
dan disiplin, biasanya dapat melakukan sesuatu
siswa meliputi data hasil tes tertulis dan laporan
yang menyimpang dari cara-cara tradisional.
proyek pembuatan video. Dalam penelitian ini,
Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide
alat pengumpulan data berupa tes tertulis
baru, berguna, dan tidak terduga tetapi dapat
diberikan dalam bentuk 15 soal pilihan ganda
diimplementasikan
dan 1 soal uraian pada masing-masing siklus.

83
p-ISSN 2622-4801
Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX
Vol. 4, No. 2, Juni 2021

Data yang telah terkumpul dianalisis


dengan analisis kualitatif yang sifatnya
komparatif untuk kemudian dideskripsikan
secara kualitatif berdasarkan skor dan nilai rata-
rata yang diperoleh untuk menjelaskan temuan
yang didapat. Data yang diperoleh dari hasil tes
evaluasi pada akhir masing-masing siklus
dianalisis dengan mengkalkulasi nilai rata-rata
(mean score) dengan simbol M. Dan hasil
tersebut kemudian diinterpretasikan untuk
menentukan ketuntasan klasikal (KK) dengan
nilai kriteria ketuntasan mimimum adalah 67.
Keberhasilan penelitian ini dilihat dari rata-
rata pencapaian kompetensi yang diperoleh oleh
peserta didik. Tindakan dianggap sudah berhasil
apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dengan pencapaian ketuntasan 80% atau lebih Gambar 3. Konsep Metode Penelitian Tindakan
dengan KKM 67. Jika peningkatan tersebut Kelas (PTK)
dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan siklus 2,
maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan
karena tindakan sudah berhasil.
Penelitian ini merupakan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
tindakan kelas (classroom action research) yang 1. Hasil Penelitian
ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam a. Deskripsi Hasil Siklus 1
penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus Pada siklus I melakukan perencanaan
terdiri atas empat tahapan kegiatan yaitu : (1) yaitu, menyusun silabus, membuat rencana
perencanaan (planning), (2)pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP),
(acting), (3) pengamatan (observing) dan (4) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS),
refleksi (reflecting). menyiapkan alat evaluasi seperti, lembar
Penelitian ini menunjuk pada penelitian soal, lembar jawaban dan lembar observasi
Kemmis dan Mc Taggart yang untuk memantau hasil belajar siswa dan
mengembangkan penelitiannya berdasarkan kreativitas siswa, Membuat pedoman
konsep yang dikembangkan oleh Lewin, wawancara untuk mengetahui respon siswa
dengan disertai beberapa perubahan. Menurut yang merupakan refleksi terhadap aktivitas
Kemmis dan Mc Taggart, masing-masing dan hasil belajar yang dilakukan.
siklus penelitian PTK terdiri dari empat Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan
komponen yaitu rencana, tindakan, observasi, langkah-langkah seperti, mengucapkan
dan refleksi. Di bawah ini dikutipkan model salam dan doa bersama, mengecek
visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis kehadiran siswa dan mengatur kondisi
dan Mc Taggart. Gambar di bawah ini kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menunjukkan konsep metode PTK: menyampaikan model pembelajaran yang
akan dilaksanakan, menyampaikan materi
yang akan disajikan, mengarahkan peserta
didik untuk menyimak dengan seksama
penyampaian materi guru, dan membentuk
kelompok-kelompok diskusi. Pada siklus I,
siswa membentuk kelompok kecil dengan
jumlah 5-6 orang tiap kelompok dengan
memperhatikan heterogenitas baik
kemampuannya maupun gender,
memberikan LKS yang harus dibahas dan
84
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

dikerjakan oleh masing-masing kelompok Tabel 2. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra
dengan model pembelajaran proyek. Siklus dan Siklus I
Untuk memperoleh data hasil belajar
siswa maka dilakukan pengamatan secara Jumlah siswa yang
langsung pada saat proses pembelajaran dan Hasil tes tuntas
No
mengadakan evaluasi dengan menggunakan (dalam huruf ) Pra
tes (lembar evaluasi) pada akhir Siklus I
siklus
pelaksanaan siklus I. 1 A (89 -100) - -
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan 2 B (78-88) 5 5
bahwa tidak ada yang mencapai nilai A 3 C (67-77) 5 14
(sangat baik) atau 0 %, sedangkan yang 4 D (<67) 21 12
tuntas mendapat nilai B (baik) adalah 5
siswa atau ( 16 %), dan mendapatkan nilai Jumlah 31 31
C (cukup) sebanyak 14 siswa (45 %). Jadi
yang tuntas sebanyak 19 siswa sebanyak Peningkatan hasil tes hasil belajar
61% sedangkan yang belum tuntas siswa dapat ditunjukkan dengan gambar 4
mendapat nilai D (kurang) sebanyak 12 di bawah ini.
siswa atau 39 %.
25
Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil
Tes Siklus I 20

15
Jumlah Siswa Pra
No Ketuntasan 10
Jumlah Persen Sik

1. Tuntas 19 61 % 5

Belum 0
2. 12 39 % 89-100 78-88 67-77 <67
Tuntas
Jumlah 31 100 % Gambar 4. Grafik Perbandingan Hasil Tes Pra
Siklus dan Siklus I
Pada bagian refleksi, dilihat adanya Perbandingan ketuntasan belajar
penurunan jumlah siswa yang nilainya siswa antara pra siklus ke siklus I dapat
dibawah kriteria ketuntasan Minimal dilihat pada Tabel 3 berikut :
(KKM). Pada pra siklus jumlah siswa yang
nilainya dibawah KKM sebanyak 21 siswa Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan Belajar
dan pada akhir siklus I berkurang menjadi antara Pra Siklus dengan Siklus I
12 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat
dari 61 menjadi 63. Jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar juga Jumlah Siswa
mengalami peningkatan jika dibandingkan No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I
dengan pra siklus, seperti tersaji dalam Persen Perse
Jumlah Jumlah
Tabel 2 berikut : tase ntase
61
1. Tuntas 10 32 % 19
%
Belum 39
2. 21 68 % 12
Tuntas %
100
Jumlah 31 100% 31
%

85
p-ISSN 2622-4801
Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX
Vol. 4, No. 2, Juni 2021

LKS dan dikerjakan oleh masing-masing


Grafik Ketuntasan Pra siklus dan Siklus I kelompok dengan model pembelajaran
dapat disajikn dalam Gambar 5 di bawah proyek dengan langkah-langkah:
ini. a) Pertanyaan esensial
Merangsang pengetahuan awal peserta
25 didik melalui pemberian pertanyaan
20 esensial. Pertanyaan ini bertujuan
untuk memberikan gambaran awal
15
tentang materi dan merangsang
Tuntas
10 peserta
Belum Tuntas didik untuk belajar lebih

5 lanjut. peserta didik sudah mulai


banyak yang mau menjawab, sehingga
0
Pra siklus Siklus I peserta didik menjawab beramai-ramai.

Gambar 5. Grafik Ketuntasan Pra siklus dan b) Perencanaan


Siklus I Peserta didik menyusun rencana yang
akan dilakukan untuk menyelesaikan
tugas proyek. Sebagai panduan, guru
b. Deskripsi Hasil Siklus II memberikan LKS yang berisi panduan
Berdasarkan hasil refleksi pada dalam melaksanakan proyek
siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada pembuatan video. Peserta didik
siklus II dapat dideskripsikan sebagai membaca LKS dan berdiskusi untuk
berikut : melaksanakan proyek yang telah
Perencanaan tindakan diawali dengan tersedia. Peserta didik diberikan waktu
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk berdiskusi. Setiap anggota
(RPP) yang mengacu pada silabus dengan kelompok sudah aktif melakukan
penerapan model Project Based Learning, diskusi.
menyiapkan lembar kerja siswa (LKS),
menyiapkan alat evaluasi seperti, lembar c) Penentuan Jadwal
soal, lembar jawaban dan lembar observasi Perencanaan proyek dan langkah-
untuk memantau hasil belajar siswa dan langkah yang perlu dilakukan,
kreativitas siswa dan membuat pedoman dikomunikasikan dengan guru untuk
wawancara untuk mengetahui respon siswa menyusun jadwal aktivitas dalam
yang merupakan refleksi terhadap aktivitas melaksanakan proyek, agar berjalan
dan hasil belajar yang dilakukan. tepat waktu dan sesuai dengan
Pelaksanaan tindakan diawali dengan rencana. Jadwal aktivitas itu meliputi
mengucapkan salam dan doa bersama, dua kali pertemuan. Pertemuan
mengecek kehadiran siswa dan mengatur pertama melaksanakan proyek siklus
kondisi kelas, menyampaikan tujuan I. Pertemuan kedua, Selama 30
pembelajaran, menyampaikan model menit pertama peserta didik
pembelajaran yang akan dilaksanakan, melakukan posttest untuk pertemuan
menyampaikan materi pada pertemuan sebelumya yang telah dilaksanakan,
siklus II, peserta didik menyimak dengan kemudian dilanjutkan dengan
seksama penyampaian materi yang menjawab pertanyaan refleksi
disampaikan oleh guru dan membentuk selama 5 menit selanjutnya guru
kelompok-kelompok diskusi. Pada siklus II, menjelaskan materi dan memberi
siswa membentuk kelompok kecil dengan arahan melaksanakan proyek.
jumlah 5-6 orang tiap kelompok dengan
memperhatikan heterogenitas baik
kemampuan maupun gender, memberikan

86
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

d) Pengawasan ketercapaian kreativitas peserta didik


Guru memantau peralatan yang dalam melakukan proyek.
dibutuhkan dan yang akan digunakan
untuk melaksanakan kegiatan proyek Tabel 5. Persentase Kreativitas Peserta
siklus II. Didik pada Siklus II
Selain itu, guru juga bertanggung
jawab menjadi fasilitator bagi aktivitas Kriteria
Persentase kreativitas (%)
Rata
Kat
peserta didik, dalam hal ini N egor
Kreativit Kelompok -rata
o i
memantau, mendorong, membantu as
1 2 3 4 5 6
peserta didik ketika mengalami
Bai
kesulitan terhadap semua aktivitas 1 Proses 85 84 87 81 80 90 84,5
k
belajarnya. Presentasi hasil
Bai
dilaksanakan setelah proses merancang 2 Person 86 86 84 88 85 88 86,2
k
proyek selesai dan semua pertanyaan
San
yang ada pada LKS telah dikerjakan. gat
3 Produk 87 88 90 90 88 92 89,2
Bai
e) Penilaian k
Hasil penilaian keterampilan dan Rata- 86 84 Bai
86 86 87 90 86,6
pengetahuan menjadi bahan penilaian Rata ,3 ,3 k
proses pembelajaran menunjukkan
penguasaan konsep materi yang telah f) Evaluasi
dikuasai peserta didik setelah diberi Pada akhir proses pembelajaran
tindakan. Persentase ketercapaian berbasis proyek, guru dan peserta
peserta didik dalam hasil belajar didik melakukan refleksi terhadap
dijabarkan dalam Tabel 4 berikut. kreativitas dan hasil kerja proyek yang
sudah dijalankan. Proses refleksi
Tabel 4. Rekap Nilai Hasil Belajar dilakukan dengan cara, peserta didik
Siklus II diminta untuk mengisi lembar penilaian
pembelajaran yang berisi tentang
Jum ungkapan, perasaan, dan pengalaman
Hasil Hasil Arti
lah Perse
N (Angka (Huruf Lamban
Sis n peserta didik selama mengikuti proses
o ) ) g pembelajaran. Berdasarkan lembar
wa
1 89- A Sangat 1 3% respon peserta didik tersebut, dapat
100 baik diketahui bahwa peserta didik menyukai
2 78-88 B Baik 18 58 model pembelajaran PjBL.
%
3 67-77 C Cukup 7 23 Untuk memperoleh data hasil belajar
% siswa maka dilakukan melalui pengamatan
4 <67 D Kurang 5 16 secara langsung pada saat proses
%
pembelajaran berlangsung dan mengadakan
evaluasi dengan menggunakan tes (lembar
Jumlah 31 100
% evaluasi) untuk mengukur hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran pada
Sedangkan Penilaian kreativitas akhir pelaksanaan siklus II.
dilakukan pada saat peserta didik Dari hasil tes dengan lembar evaluasi
melakukan proses, siswa yang aktif yang dilakukan pada siklus II,
dalam proses tersebut dan produk yang menunjukkan bahwa terdapat 1 (satu) orang
dihasilkan dari proyek tersebut. Tabel 5 siswa yang mencapai nilai A (sangat baik)
berikut menunjukkan persentase atau 3 %, 18 siswa atau (58 %)
mendapatkan nilai B (baik), 7 siswa (23%)

87
p-ISSN 2622-4801
Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX
Vol. 4, No. 2, Juni 2021

mendapatkan nilai C (cukup) dan 5 siswa


atau 16 % mendapatkan nilai D (kurang)
dengan nilai rata-rata sebesar 74,5.
Berdasarkan data di atas tentang Tabel 6. Perbandingan nilai Hasil Belajar Pra
ketuntasan belajar dengan lembar evaluasi Siklus, Siklus I dan Siklus II
pada siklus II, dapat dilihat terdapat
kenaikan jumlah siswa yang mencapai NO Nilai Hasil Kategori Pra Siklus Siklus
Evaluasi Siklus I (org) II
ketuntasan belajar. Hal ini merupakan hasil (org) (org)
yang menggembirakan. Diagram ketuntasan
1 89- A Sangat - - 1
belajar siklus II dapat disajikan seperti 100 Baik
gambar 6 di bawah ini. 2 78-88 B Baik 5 5 18
3 67-77 C Cukup 5 14 7
Belum Tuntas; 5 siswa; 16 % 4 <67 D Kurang 21 12 5

Jumlah 31 31 31

Perbandingan ketuntasan belajar dan


nilai rata- rata pra siklus, siklus I dan siklus II
dapat tersaji pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Perbandingan Ketuntasan Belajar


dan Nilai Rata-rata Pra Siklus, Siklus I
Tuntas; 26 siswa; 84 % dan Siklus II

Rata-
Jumlah siswa
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus Rata
No Uraian
II Belum
Tuntas
Tuntas
2. Pembahasan 1 Kondisi Awal 10 21 61,5
Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I 2 Siklus I 19 12 62,7
dan siklus II dapat diketahui bahwa model 3 Siklus II 26 5 74,5
pembelajaran project based learning dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Atas dasar informasi pada Tabel 6 dan 7
Hindu dan Budi Pekerti, untuk lebih jelasnya di atas, dapat disimpulkan bahwa model project
pada Tabel 6 berikut dipaparkan hasil refleksi based learning dapat meningkatkan kreativitas
pada siklus II. dan hasil belajar Pendidikan agama Hindu dan
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi Budi Pekerti.
awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa
saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 61,5 PENUTUP
sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah 1. Simpulan
ada peningkatan menjadi 62,7 dan kenaikan Penerapan model project based
nilai rata-rata pada siklus II menjadi 74,5. learning dapat meningkatkan kreativitas
belajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti bagi siswa kelas XI
Bahasa SMA Negeri 1 Kuta Selatan sebesar
9,5% dan dengan penerapan model project
based learning dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti dengan
peningkatan ketuntasan belajar sebesar 22,6
%.

88
p-ISSN 2622-4801 Widyadewata: Jurnal Balai Diklat Keagamaan Denpasar
e-ISSN XXXX-XXXX Vol. 4, No. 2, Desember 2021

2. Saran/ Rekomendasi
Guru hendaknya mempergunakan
berbagai model pembelajaran dalam proses
pembelajaran kepada peserta didik agar
memperoleh pembelajaran yang bermakna
dan menyenangkan, seperti model project
based learning, karena sudah terbukti dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
peserta didik.
Pemerintah sebagai pemegang
kebijakan ataupun instansi lain yang terkait,
agar memperhatikan dan memberikan
dukungan bagi guru baik secara material
maupun spiritual dalam melakukan
penelitian khususnya penelitian tindakan
kelas sebagai tuntutan dalam meningkatkan
profesionalisme guru melalui pembelajaran
inovatif yang berkembang pada masa
sekarang ini untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Fathurrohman, M. (2015). Model-model


Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Hamalik, O. (2006). Metode Belajar dan


Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito.

Kurniasari, R. (2017). Penerapan Model


Pembelajaran Project Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
dan Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik Kelas X SMA N 1 Banguntapan.
Occupational Medicine, 53(4), 130.

Majid, A., & Rochman, C. (2014). Pendekatan


Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriono, K. (2003). Strategi Pembelajaran


Fisika. Malang: UM. Press.

Winataputra, U. (2001). Strategi Belajar


Mengajar IPA. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

89

Anda mungkin juga menyukai