Anda di halaman 1dari 25

SKALA LIKERT DAN SEMANTIK

DIFFRENTIAL

Prof. Ir. Baharuddn Hamzah, St.,


M.Arch., Pd.D
Dr. Ir. Idawarni Asmal, MT
Dr. Eng. Rosady Mulyadi., ST., MT
Definisi Skala Likert
• Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau
pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah
peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi
operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.
• Merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan
dalam angket dan paling sering digunakan untuk riset yang
berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif.
• Skala yang menunjukkan seberapa kuat tingkat setuju atau
tidak setuju terhadap suatu pernyataan (McDaniel dan Gates,
2013: 315).
• Alasan peneliti menggunakan skala Likert. Pertama adalah
karena memudahkan responden untuk menjawab kuisioner
apakah setuju atau tidak setuju (Malhotra, 2012: 308). Kedua
adalah mudah digunakan dan mudah dipahami oleh
responden (McDaniel dan Gates, 2013:307). Ketiga adalah
secara visual menggunakan skala Likertlebih menarik dan
mudah diisi oleh responden (Sugiyono, 2009: 96).
Pengukuran Skala Likert
• Skala pengukuran untuk skala likert tergantung dari
kebutuhan peneliti, namun umumnya ganjil karena pada
bagian tengah dari skala adalah kondisi netral
• Skala tujuh (7) yang paling sering digunakan (Blerkom,
2009: 155). Skala Likert 9 poin atau 13 poin akan membuat
reponden menjadi lebih sulit untuk membedakan setiap
poin skala dan responden sulit dalam mengolah informasi
(Hair et al., 2007: 237).
• Skala Likert7 poin, pemilihan kategori dalam kuesioner akan
menjadi lebih spesfik (Mustafa, 2009: 147). Hal tersebut
akan memberikan kesemptaan kepada responden untuk
dapat memilih keinginan mereka secara spresifik
• Dalam penggunaan skala Likert, terdapat dua
bentuk pertanyaan, yaitu bentuk pertanyaan
positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk
pertanyaan negatif untuk mengukur skala
negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2,
dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif
diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, 2.
• Bentuk jawaban skala Likert antara lain: sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan tidak
setuju. Selain itu, jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan Skala Likert bisa juga
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P),
Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak
Penting (STP).
Contoh penggunaan skala likert yang
menggunakan 5 point
• Pertanyaan Positif (+)
Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
• Pertanyaan Negatif (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
• Total skor dari masing-masing individu adalah
penjumlahan dari skor masing-masing item dari
individu tersebut.
• Respon dianalisis untuk mengetahui item-item
mana yang sangat nyata batasan antara skor
tinggi dan skor rendah dalam skala total.
Misalnya, responden pada upper 25% dan lower
25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh
tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item
yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah
masuk dalam skor tinggi atau rendah juga
dibuang untuk mempertahankan konsistensi
internal dari pertanyaan.
Contoh Kasus Penghitungan Menggunakan Skala Likert
• Sekelompok tim mahasiswa gizi sedang melakukan uji
organoleptik (pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan) sebuah produk dengan menggunakan
skala Likert. Aspek yang akan diukur dalam uji organoleptik
tersebut adalah cita rasanya. Ada 100 responden atau panelis
yang memberikan jawaban dari angket yang diberikan.
• Berikut rangkuman hasil penilaian 100 responden tersebut.
– Responden yang menjawab sangat suka (skor 5) berjumlah 8
orang
– Responden yang menjawab suka (skor 4) berjumlah 14 orang
– Responden yang menjawab netral (skor 3) berjumlah 21 orang
– Responden yang menjawab tidak suka (skor 2) berjumlah 31 orang
– Responden yang menjawab sangat tidak suka (skor 1) berjumlah
26 orang
Rumus: T x Pn
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor Likert
• Responden yang menjawab sangat suka (5) = 8 x 5
= 40
• Responden yang menjawab suka (4) = 14 x 4 = 56
• Responden yang menjawab netral (3) = 21 x 3 = 63
• Responden yang menjawab tidak suka (2) = 31 x 2
= 62
• Responden yang menjawab sangat tidak suka (1) =
26 x 1 = 26
• Semua hasil dijumlahkan, total skor = 247
Interpretasi Skor Perhitungan
• Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus
diketahui skor tertinggi (X) dan skor terendah (Y) untuk
item penilaian dengan rumus sebagai berikut:
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden
X = skor terendah likert x jumlah responden
• Jumlah skor tertinggi untuk item “Sangat Suka” adalah 5 x
100 = 500, sedangkan item “Sangat Tidak Suka” adalah 1 x
100 = 100. Jadi, jika total skor penilaian responden
diperoleh angka 247, maka penilaian interpretasi
responden terhadap cita rasa produk tersebut adalah hasil
nilai yang dihasilkan dengan menggunakan rumus Index %.
• Rumus Index % = Total Skor / Y x 100
Pra Penyelesaian
Sebelum menyelesaikannya kita juga harus mengetahui interval
(rentang jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian
dengan metode mencari Interval skor persen (I).

Rumus Interval
I = 100 / Jumlah Skor (Likert)
Maka = 100 / 5 = 20
Hasil (I) = 20
(Ini adalah intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%)
• Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:
• Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
• Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)
• Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral
• Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)
• Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)
• Penyelesaian Akhir
= Total skor / Y x 100
= 247 / 500 x 100
= 49.4 %, berada dalam kategori “Cukup/Netral”
CONTOH PENGGUNAAN
• Kita ingin mengukur persepsi/perasaan orang
terhadap kenyamanan suhu yang ada pada ruang
kolong, ruang terbuka hijau, dan di dalam rumah.
• Skala likert menggunakan Ada 5 point, maka jawaban
yang diberikan tentang rasa seseorang `dengan
menggunakan metode sederhana yaitu dengan
membuat skala rasa, yang dimulai dengan cool (5),
Slightly cool (4), Comfort (3), Slightly hot (2), Hot (1).
• Setelah pembuatan skala selesai, maka diajukanlah
kuesioner ini kepada objek kita untuk mengetahui
tanggapan mereka.
• Selanjutnya dilakukan analisa seperti contoh
Skala Diferensial Semantik

Prof. Ir. Baharuddn Hamzah, St.,


M.Arch., Pd.D
Dr. Ir. Idawarni Asmal, MT
Dr. Eng. Rosady Mulyadi., ST., MT
Definisi Semantic differential
Semantic differential adalah salah satu bentuk
instrumen pengukuran yang berbentuk skala,
yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan
Tannenbaum. Instrumen ini juga digunakan
untuk mengukur reaksi terhadap stimulus, kata-
kata, dan konsep-konsep dan dapat disesuaikan
untuk orang dewasa atau anak-anak dari budaya
manapun juga (Heise, 2006: 1).
Tujuan Penggunaan
Semantic differential digunakan untuk dua tujuan:
(1) untuk mengukur secara objektif sifat-sifat
semantik dari kata atau konsep dalam ruang
semantik tiga dimensional dan (2) sebagai skala
sikap yang memusatkan perhatian pada aspek
afektif atau dimensi evaluatif (Issac dan Michael,
1984: 144-145). Osgood dkk (Issac dan Michael,
1984: 145) menemukan tiga dimensi atau faktor
utama, yaitu dimensi evaluatif (evaluative) misalnya
“bagus-jelek”, dimensi potensi misalnya “keras-
lunak”, dan dimensi aktivitas misalnya “cepat-
lambat”.
Analisis data untuk semantic
differential
• Analisis data untuk semantic differential yang khas adalah analisis
faktor (Sytsma, 2006: 2).
• Analisis faktor menunjukkan berbagai macam teknik statistik yang
memiliki tujuan umum menyajikan seperangkat ubahan dalam
sejumlah kecil ubahan hipotetik (Kim dan Mueller, 1978: 8-12).
Menurut Garson (2006: 2),
• Dua jenis analisis faktor, yaitu analisis faktor eksploratori dan
analisis faktor konfirmatori. Analisis faktor eksploratori berusaha
menemukan struktur dasar yang melandasi sejumlah besar ubahan.
Di sini tidak diperlukan teori sebelumnya dan muatan faktor
digunakan untuk menentukan secara intuitif stuktur faktor dari data
yang dianalisis. Analisis faktor konfirmatori bertujuan menetapkan
apakah jumlah faktor dan muatan faktor dari ubahan-ubahan
indikator pada faktor-faktor tersebut sesuai dengan apa yang
diharapkan, berdasarkan teori yang ditentukan sebelumnya.
Teknik Aplikasi Skala Differensial
• Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap,
tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di
mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian
kanan garis, dan jawaban yang sangat negative
terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Skala
perbedaan semantik berisikan serangkaian
karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: panas-
dingin, popular-tidak popular, baik-tidak baik dan
sebagainya. Karakteristik bipolar tersebut mempunyai
tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek,
yaitu :
• DIMENSI EVALUASI (BAIK –BURUK)
Penilaian subjek terkait dengan baik-buruknya topic
stimulus yang disajikan. Termasuk juga didalamnya
perasaan subjek (senang-marah) atau penilaian kualitas
(cantik-jelek) (kasar-lembut) atau moral (bijak-jahat)
• DIMENSI POTENSI (KUAT –LEMAH)
Penilaian mengenai kekuatan yang dikandung oleh
stimulus. Penilaian ini memuat tentang kapasitas stimulus
(tinggi-rendah), (besar-kecil), (dalam-dangkal), (berat-
ringan)
• DIMENSI AKTIVITAS (AKTIF –PASIF)
Penilaian mengenai muatan aktivitas yang dikandung
stimulus, misalnya (cepat-lambat), (tenang-riuh), (acak-
teratur)
• Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini
biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik
tertentu yang dimiliki seseorang. Berikut contoh penggunaan
skala semantic differential mengenai gaya kepemimpinan
kepala sekolah.
• Responden yang member penilaian angka 7, berarti persepsi
terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat
positif, sedangkan responden yang memberikan penilaian
angka 1 persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat
negatif.
• Responden dapat memilih jawaban, dengan rentang jawaban
yang positif sampai negatif. Hal ini tergantung persepsi
responden kepada yang dinilai (Sugiyono, 2012, 141).
Tahapan untuk mengukur suatu objek dengan
menggunakan skala semantic differential (SD)
• Objek kita boleh dengan menentukan faktor utama
terlebih dahulu, yaitu dimensi evaluatif (evaluative)
misalnya “bagus-jelek”, dimensi potensi misalnya
“keras-lunak”, dan dimensi aktivitas misalnya “cepat-
lambat”. Dimensi apa yang akan kita gunakan. Misal
evaluasi. Kita akan mengevaluasi kinerja mahasiswa
untuk suatu mata kuliah. Misal pesisir
• Buat table dengan bipolar. Atau 2 kutup. Kutup kiri
berissi jaawaban positif dan kutup kanan berisi
jawaban negatif, atau sebaliknya. Diatara ke 2 kutup
tersebut kita membuat garis kontinum (garis bilangan),
semakin positif jawabannya maka akan semaakin besar
nilainya, demikian pula sebaliknya
• Rencanakan kata-kata / jawaban yang bernilai positif dan juga kata-
kata/ jawaban yang benilai negatif terhadap pertayaan pertanyaan
kita yang terkait dengan kinerjaa mahsiswa pesisir. Contoh sebagai
mahasiswa pesisir yang memliki kinerja yang baik maka
Rajin kuliah ----- malas kuliah
Aktif dalam disksui------pasif dalam diskusi
Toleran……..Intoleran
Dst
• Penilaian dapat diberikan pada perseorangan atau kelompok
tergantung tujuan peneliti
• Berikan titik pada nilai yang diberikan
• Hubungkan titik tersebut untuk melihat gambaran dari karakter
mahsiswa yang memiliki kinerja yang baik.
• Apabila gambar garis garis tersebut condong ke arah postif maka
memperlihatkan bahwa yang bersangkutan memamg memilki
kinerja yang baik, demikian pula sebaiknya
• Pada beberapa penelitian, penggunaan skala semantic differential
dapat dikombinasi dengan analisis untuk meningkatkan tingkat
validasi.
Contoh bentuk skala Diferensial
Semantik

Anda mungkin juga menyukai