Anda di halaman 1dari 3

Essay

The Law of life

What conclusion can be drawn from the life of the tribe?

The law of life adalah sebuah cerita singkat yang menggambarkan seorang yang bernama
Koskoosh kepala suku Inuit yang sudah sekarat dan dibiarkan mati karena usia dan
ketidakmampuannya untuk melihat dengan baik. Sehingga dia ditinggalkan oleh sukunya karena
harus melakukan perjalanan untuk mencari pakaian dan tempat berlindung. Bahkan putranya
harus meninggalkannya karena dia memiliki keluarga baru untuk diberi makan dan diurus. Kisah
ini sendiri berbicara tentang hukum kehidupan dan lingkaran kehidupan yang terjadi pada suku
tersebut. Sehingga dalam essay ini, saya akan focus membahas kesimpulan yang bisa kita ambil
dari kehidupan suku.

Dalam kisah inipun kita memahami bagaimana roda kehidupan berputar dan hokum alam
bekerja. Koskoosh tua mengingat pengalamannya dulu bagaimana dia meninggalkan ayahnya
bertahun-tahun lalu seperti yang sekarang dia alami, yaitu dia ditinggalkan oleh sukunya juga.
Pemikiran ini membuat Koskoosh pasrah akan hidupnya. Dia menerima fakta bahwa hidupnya
sudah berakhir karena dia mempercayai bahwa hokum alam benar-benar terjadi. Sebagaimana
yang pernah terjadi pada leluhurnya, dan diapun berpikir bahwa apa yang terjadi padanya adalah
adil dan menerima hokum kehidupan.

Yang saya pikirkan tentang “the law of life” ini adalah kematian. Banyak orang dalam
cerita ini mati dengan dengan cara yang tidak masuk akal dalam berjuang untuk tetap hidup. Ini
karena kematian selalu menunggu kita, tidak peduli tentang individual creatures. Semua orang
pasti mati, yang merupakan lingkaran hokum kehidupan yang tak terhindarkan. Walaupun
mereka semua memiliki insting untuk bertahan, namun akhirnya hanya bisa menyerah. Seperti
ketika koskoosh akhirnya menerima kematiannya, walaupun awalnya dia ingin bertahan , tetapi
seiring berjalannya waktu, koskoosh menerima “hokum kehidupan”.
Ada beberapa kesimpulan yang digambarkan dalam kisah tersebut berdasarkanyang saya
pahami. Pertama, kisah the law of life ini mengandung paham ageism, yaitu
bentuk stereotipe dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok karena umur mereka. Jadi
dalam suku ini mempercayai bahwa Koskoosh merupakan orang lanjut usia yang hanya akan
merepotkan mereka. sehingga mereka membenarkan tindakan diskriminasi yang mereka lakukan
dengan membiarkan koskoosh mati sendiri. Jadi intinya dalam kisah ini kita paham bahwa orang
tua distereotipkan sebagai orang yang lemah dan tidak dihargai dengan meninggalkan mereka
sendiri.

Kedua, Para suku meninggalkan koskoosh karena ingin meenyelamatkan diri mereka
sendiri. Bahkan putra dari koskoosh pun meninggalkan ayahnya karena dia sudah memiliki
keluarga sendiri yang menjadi fokusnya untuk dilidungi. Hanya akan membuang waktu untuk
menyelamatkan orang yang sudah tua apalagi sekarat, sebab Mereka percaya bahwa orang tua
memiliki kehidupan yang singkat. Seperti itulah roda kehidupan. Dalam kehidupan yang keras,
kita dihadapkan pada pilihan untuk mengedepankan emosi kita atau bertahan hidup. Yang orang-
orang di suku bahkan putra kokoosh lakukan adalah mereka mengesampingkan perasaan
manusiawi dan emosional mereka dan menerima naluri bertahan hidup sebagai hokum
kehidupan.

Dan kesimpulan terakhir yang saya dapatkan adalah tentang hokum kehidupan dan
konsep kematian. Orang-orang suku paham bahwa mereka tidak memiliki kuasa terhadap hidup
dan mati mereka. Tidak peduli seberapa kuat mereka, seberapa pintar mereka, mereka pada
akhirnya akan mati. Disinilah kita diberi pemahaman bahwa alam adalah hokum kehidupan.

Terakhir, saya tidak bisa mengatakan apa yang dilakukan oleh suku tersebut benar dengan
mengesampingkan perasaan humanity mereka. Saya sadar bahwa itu adalah budaya dan cara
mereka bertahan hidup. Ada hokum kehidupan yang mereka pegang. Namun satu hal yang saya
percaya bahwa akan selalu ada jalan ketika mengedepankan humanity.
n

Anda mungkin juga menyukai