Dosen Pengampu :
Novi Febryanti, M. E.
BOJONEGORO
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dimensionalitas Ilmu Filsafat” dengan tepat
waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat dan Filsafat Ilmu. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Dimensi- dimensi Ilmu Filsafat bagi para
pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu………....................................................................................................... 2
B. DimensiFilsafatIlmu…………....……............................................................................... 2
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 4
B. Penutup............................................................................................................................... 4
C. Daftar Pustaka…................................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bentuk kontemporer filsafat ilmu kemudian menjadi suatu topik bagi analisis dan
diskusi eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya yaitu: etika, logika, dan
epistemologi (teori pengetahuan). Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu berusaha untuk
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu prosedur-posedur
pengamaatan, pola argument, metode penyajian dan penghitungan, praandaian-praandaian
metafisik dan seterusnya. Kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya bedasarkan sudut
pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika.
Jangkauan filafat ilmu apabila ditinjau dari paradigma keluasannya ada beberapa dimensi
yang bisa menjadi cakupan kajiannya. Pertama, dimensi ilmu yang bersifat reflektif abstrak dan
formal tersir dari dua: dimensi filsafat dan dimensi logis. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu
dapat dipandang sebagai suatu pandangan dunia (world view) atau nilai manusiawi (human
value). Tinjuan dari sudut logika membahasa internal consistensi pada proposisi-proposisi ilmu
atau menekankan hampir formal yang menurut Albert Einstein, tujuan segala ilmu, entah
ilmualam atau psikologi adalah mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman kita dan
menjadikan pengalaman tersebut menjadi pengalaman logis. Dimensi ilmu lainnya yang
berpangkal pada aspek realitas di dunia adalah: cultural dimension (dimensi
kebudayaan), historical dimension (dimensi sejarah), humanistic dimension (dimensi
kemanusiaan), recreational dimension(dimensi rekreasi), dan system dimension (dimensi
sistem).
Sedangkan dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi
tiga hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan
cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan. Dimensi yang
pertama, membahas dan mengetahui tentang asas-asas rasional dari yang – ada, mengetahui
esensi dari yang ada. Dimensi epistemologi menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan
sahnya pengetahuan. Sedangkan dimensi aksiologi berusaha mengetahui hubungan antara ilmu
dan etika yang mempertanyakan mengenai nilai-nilai yang dijadikan sebagai kunci keputusan
dan tindakan manusia. Pemahaman terhadap ketiga dimensi di atas sangat penting, karena
merupakan pokok pemahaman dari kerangka pemikiran filsafati. Dari makalah ini akan sedikit
menguraikan ketiga dimensi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. DIMENSI ONTOLOGI
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata onto yang berarti ada dan logos yang
berarti ilmu. Maka, Ontologi diartikan sebagai ilmu yang membahas mengenai keberadaan.
Ontologi sendiri adalah cabang dari ilmu filsafat tentang sifat (wujud) atau fenomena yang ingin
diketahui manusia. Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa ontologi filsafat membahas
tentang hakikat filsafat dan struktur filsafat. Struktur filsafat adalah cabang-cabang filsafat serta
teori yang ada di dalam setiap cabang tersebut. Contoh dari ontologi, misalnya ontologi rumah.
Di zaman sekarang, begitu banyak model dan bentuk dari rumah. Bahkan, sudah sangat umum
rumah yang kita tempati saat ini bukan lagi berupa rumah yang berdiri menginjak tanah seperti
yang biasa ada sejak zaman dahulu, melainkan berupa rumah susun ataupun apartemen yang
dibangun bertingkat di sebidang lahan tertentu. Menurut Plato, realitasnya adalah ide atau
gambaran yang membuat kita selalu mengenali tentang rumah. Di tengah begitu banyak bentuk
atau model-model rumah, namun ide tentang rumah ini yang membuat kita tetap mengenali
bahwa apa yang kita lihat adalah rumah meskipun dari segi bentuknya sudah banyak berubah.
Kita akan tetap mengenalinya sebagai rumah dimana sebuah keluarga pulang dan berkumpul
serta menjadi tempat tujuan untuk pulang.
2. EPISTEMOLOGI
Epistemologi juga merupakan cabang filsafat yang mempelajari asal, sifat, metode,dan
batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sering dikenal sebagai teori pengetahuan. Kata ini
juga berasal dari bahasa Yunani, dari kata episteme yang berarti cara dan logos yang berarti
ilmu. Maka, secara keseluruhan epistemologi bisa berarti ilmu tentang bagaimana cara seorang
ilmuwan membangun ilmunya. Dalam epistemologi, persoalan-persoalan yang dibahas adalah
tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan, bagaimana seseorang bisa mengetahui sesuatu,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan, bagaimana cara menilai validitas, serta apa perbedaan
antara pengetahuan apriori dan pengetahuan apoteriori. Tidak hanya itu, epistemologi juga
membahas perbedaan yang ada antara kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan,
kesalahan, gagasan, kebenaran, kepastian dan kebolehjadian. Selanjutnya adalah contoh
epistemologi, jika tadi kita membahas mengenai rumah, maka pertanyaannya adalah bagaimana
kita bisa mengetahui bahwa sesuatu tersebut disebut sebagai rumah. Pada awalnya, kita akan
mengetahui keberadaan pengetahuan mengenai rumah melalui panca indera yang kita miliki.
Kemudian selanjutnya informasi yang kita dapatkan melalui panca indera akan dianalisa oleh
akal yang kita miliki. Akal yang akan mengklasifikasikan segala informasi yang kita terima
menjadi sebuah ilmu pengetahuan tentang rumah.
3. AKSIOLOGI
Cabang ketiga dari kajian filsafat adalah aksiologi. Aksiologi juga berasal dari bahasa
Yunani, dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Maka, dari penggabungan
dua kata ini, aksiologi berarti ilmu tentang nilai. Dengan aksiologi, kita mempelajari tentang apa
guna dari ilmu pengetahuan yang didapatkan atau nilai-nilai yang kita peroleh dari sebuah ilmu
pengetahuan, seperti misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda. Ada tiga
bagian yang menyusun aksiologi, yaitu moral conduct, aesthethic expression, dan socio-
political. Oleh karena itu, aksiologi merupakan cabang dari kajian filsafat yang berhubungan
dengan etika, estetika dan agama. Dari pengertian ketiga cabang kajian filsafat di atas, kita bisa
mengetahui bahwa ketiga cabang ilmu ini saling melengkapi satu sama lain. Jika ontologi
mempelajari hakikat keberadaan sesuatu atau fenomena apa yang ingin diketahui oleh manusia,
maka epistemologi akan mempelajari bagaimana cara memperoleh pengetahuan tentang
fenomena tersebut. Selanjutnya, aksiologi akan menjelaskan mengenai guna atau fungsi dari
pengetahuan yang diperoleh itu. Jika dalam koridor ilmu pengetahuan pendidikan
kewarganegaraan, mungkin kita bisa memahami ontologi, epistemologi, dan aksiologi dengan
dengan melihat bagaimana Pancasila sebagai ilmu pengetahuan, misalnya bagaimana kita
mengenali Pancasila, apa fungsi Pancasila hingga bagaimana kita mempelajari bahwa sesuatu
yang kita lihat adalah Pancasila. Ranah dari aksiologi ini sendiri adalah tentang etika dan
estetika. Maka, dengan aksiologi kita bisa memilah apakah ilmu pengetahuan yang kita peroleh
tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat bagi kita. Maka, jika kita masih membahas mengenai
ilmu pengetahuan tentang rumah seperti sebelumnya, maka dengan aksiologi kita mencoba untuk
mengetahui apakah rumah memberi manfaat atau tidak untuk kehidupan kita sehari-hari.
Misalnya, dengan kita mengetahui bahwa sesuatu itu adalah rumah, kita bisa lebih mudah
untuk menentukan dimana kita akan tinggal, tempat seperti apa yang nyaman untuk kita dan kita
bisa mengenali bahwa rumah itu adalah komponen yang penting untuk kebahagiaan keluarga kita
sehari-hari. Atau, jika kita membahas tentang sahabat, dengan aksiologi kita mengetahui apakah
dengan kita masih mengenali sahabat lama kita memberi manfaat untuk kita. Misalnya, kita bisa
menjalin kembali persahabatan yang telah lama berpisah, menjalin silaturahmi, atau menghibur
diri dengan bernostalgia bersama sahabat. Dalam pendidikan kewarganegaraan, contoh kasus
aksiologi ini akan mudah kita pelajari dari manfaat budaya politik dalam kehidupan sehari-hari,
atau manfaat-manfaat lain yang kita temukan dalam kegiatan berbangsa dan bernegara.
4. RASIONALISME
Rasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kebenaran di tentukan dan di
dapatkan melalui pembuktian logis dan analisisyang berlandaskan fakta. Rasionalisme muncul
disebabkan oleh keinginan untuk memerdekakan diri dari segala pemikiran tradisional yang
pernah diterima namun tak dapat dibuktikan secara logis dalam pengetahuan. Dimensi ini
memiliki 2 bentuk. Yaitu:
-Pertama, Dalam bindang agama : biasanya digunakan untuk mengkritisi berbagai macam
doktrin agama.
-Kedua, dalam bidang filsafat : biasanya digunakan sebagai landasan untuk menyusun kerangka
teori pengetahuan.
5. EMPIRISME
Secara Harfiah, Empiris berasal dari dua bahasa. Inggris (Empirism & Experience) dan
Yunani (Imperia & Experiadi) yang sama memiliki arti Berpengalaman dengan berbagai cara.
Secara Istilah, Empirisme dapat diartikan sebagai Aliran atau Faham yang memiliki pandangan
bahwa ilmu didasarkan kepada pengalaman indrawi. Aliran ini mencoba mendoktrin bahwa
pengalaman adalah sumber utama proses pengetahuan. Empiris memiliki beberapa unsur.
Diantaranya :
1. Subjek : yang mengetahui
2. Objek : yang diketahui
3. Cara : Proses mengetahui
C. STRUKTUR ILMU
Van Peursen (1980:28) mengibaratkan ilmu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu
bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat dialam sekitar. Lewat
observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan
menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Struktur adalah perangkat unsur yang
diantaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan
bebas dari isi yang bersifat intuitif. (kamus Linguistik; Prof. Dr. Harimurti
Kridalaksana:1993). The Liang Gie (2000:139) memberikan pengertian struktur ilmu adalah
suatu kumpulan pengetahuan sistematik yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan
termaksud. Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari
mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun, bersistem dan kompleks. Melalui
ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam yang terjadi.
Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat
utuh dan konsisten.
1. Sains sosial
2. Sains ke-alam-an,
a. Astronomi,
Agar lebih lengkap, Prof. Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya “FILSAFAT ILMU (Mengurai
ontologi, epistemologi, dan aksiologi pengetahuan)” menambahkan bagian dari sains, yaitu
Humaniora
3. Humaniora
Objek ilmu pengetahuan yaitu objek-objek yang empiris berdasarkan pada pengalaman.
Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105) menyatakan bahwa
objek kajian sain (ilmu pengetahuan) hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup
pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini adalah pengalaman indera. Objek
kajian ini haruslah objek yang empiris, sebab bukti–bukti yang harus ditemukan adalah bukti-
bukti yang empiris (berdasar pengalaman yang diperoleh dari percobaan-percobaan). Bukti
empiris ini kemudian diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam
hipotesis (sesuatu/teori yang dianggap benar).Objek yang dapat diteliti banyak sekali ; alam,
tumbuhan, hewan, manusia, serta kejadian-kejadian disekitarnya. Dari penelitian itulah muncul
teori teori sain. Teori-teori itu dikelompokan menurut cabang-cabang sain, teori-teori yang telah
berkelompok itu kemudian disebut struktur sain (struktur ilmu pengetahuan). Struktur
pengetahuan ilmiah/ilmu pengetahuan, mencakup :
a) Objek sebenarnya : hal utama yang akan dibahas dalam suatu pernyataan
b) Objek material : Ide abstrak, Benda fisik, Jasad hidup, Gejala rohani, Peristiwa sosial,
Proses tanda
c) Objek formal : Pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu
d) Bentuk pernyataan
e) Deskripsi : Bersifat deskriptif (menggambarkan apa adanya) dengan memberikan
penjelasan mengenai bentuk, susunan dll
f) Preskripsi : Memberikan petunjuk atau ketentuan apa yang seharusnya terjadi
g) Eksposisi Pola : Merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola
h) Rekonstruksi historis : Menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan dalam
pertumbuhan sesuatu pada masa lampau
i) Ragam proposisi : pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah
a) Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan
disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis
b) Teori
Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia
fisik tersebut.
c) Hipotesis
Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang yang diajukan dalam bentuk dugaan atau teori,
yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut.
d) Logika
e) Data-informasi
Tahapan ini merupakan suatu yang dominan dalm metode keilmuan. Disebabkan oleh
banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka banyak orang
yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian
dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasi data tahapan
metode keilmuan ini, menekankan kepada penyusunan kata dalam kelompok-kelompok, jenis-
jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisa,
membadingkan, dan membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang
disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taksonomi untuk
bidang keilmuan mereka.
f) Pembuktian
Langkah selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut. dengan
mengonfrontasikannya atau menghadapkannya dengan dunia fisik yang nyata. Tidak jarang pula
beberapa pembuktian ilmiah membutuhkan alat yang rumit sekali sehingga hipotesis baru dapat
dibuktikan beberapa waktu setelah ditemukan alat yang dapat membantu mengumpulkan fakta
yang dibutuhkan. Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti menguji hipotesis dengan pengamatan
kenyataan yang sebenarnya. Dalam hal ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta.
g) Evaluasi
Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah
hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji hipotesis tidak
terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima
kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah teruji kebenarannya.
h) Paradigma
Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat keyakinan atau dasar yang menuntut
tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak setiap cabang ilmu khusus telah berhasil merumuskan kaidah-kaidah ilmiah dan
teori-teori ilmiah untuk meramalkan maupun menerangkan aneka fenomena yang seluas
mungkin. Teori merupakan tujuan dasar atau tujuan akhir dari ilmu. Teori tidak bisa dijadikan
ciri pokok bagi ilmu seumumnya. Ciri pokok pertama bagi setiap cabang ilmu khusus haruslah
sistematisasi pada pengetahuan ilmiah yang bersangkutan. Sistematisasi mengandung arti bahwa
pengetahuan ilmiah itu harus disusun menjadi semacam system yang memiliki bagian-bagian
yang penting dan hubungan-hubungan yang bermakna. Cirri sistematisasi harus dilengkapi
dengan cirri-ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality), rasionalitas, obyektivitas,
kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan menjadii milik umum
(communality).
Ciri generality (umum) menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkung
fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum
dalam pembahasan sasarannya. Misalnya kalau ilmu politik akan menjelaskan tentang partai
politik , penjelasan yang memuaskan ialah apabila pembahasan bisa beralih dari suatu partai
politik tertentu dalam suatu negara khusus sampai pada semua partai politik dalam negara itu,
dan terus lebih umum lagi sampai mencapai partai politik seumumnya disemua negara pada
semua masa.
Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada
pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika (barber). Batu penguji pengetahuan
ilmiah ialah penalaran yang betul dan perbincangan yang logis tanpa melibatkan factor-faktor
non-rasional seperti emosi sesaat dan kesukaan pribadi, dengan demikian ilmu juga memiliki
sifat obyektifitas.
Ciri verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya,
diselidiki kembali, atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari masyarakat ilmuwan.
1. KESIMPULAN
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode
berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan,
ataupun melakukan penerapan. Dimensi ilmu mengacu pada perwatakan yang sepatutnya di
anggap termasuk dalam ilmu, peranan atau pentingya ilmu dalam suatu kerangka tertentu, dan
sifat atau ciri perluasan yang dapat ditambahkan pada ilmu berdasarkan sesuatu pertimbangan.
Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensi, maka merupakan suatu analisis dari sudut
tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Untuk keperluan penelaahan terhadap ilmu, sudaut
tinjauan dari arah luar adalah suatu hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam analisis.
Dimensi merupakan sebuah persepsi seseorang atau dapat dianalogikan sebagai faham seseorang
terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh perspektif dan kemudian menjadi pola kerangka berfikir.
Sehingga pada akhirnya menjadi sebuah faham. Dalam filsafat terdapat 5 Dimensi Filsafat.
Diantaranya :
1. Ontologis
2. Epistimologis
3. Aksiologis
4. Rasionalisme
5. Empirisme
2. SARAN
Makalah ini jauh dari kata sempurna maka diperlukannya kritik maupun saran.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/fifiatulmamrudah/5da9c5c60d82304f4765c053/dimensi-dimensi-dalam-
filsafat-ilmu?page=all#section2
http://dewisusanti24.blogspot.com/2017/03/filsafat-dimensi-dan-struktur-ilmu.html?m=1
http://suprihatinwebsite.blogspot.com/2009/10/dimensi-filsafat-ilmu.html?m=1
https://www.kompasiana.com/windaaryani/5df634fa097f3651e741f432/mengenal-ontologi-
epistemologi-dan-aksiologi-dalam-kehidupan-sehari-hari?page=all#section1
https://guruppkn.com/contoh-kasus-ontologi