Anda di halaman 1dari 123

SKRIPSI

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BANJARUM-
SINGOSARI KAB. MALANG

RIZKY SULTON NAJIB


NIM. 1601470072

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2020
PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA BANJARARUM – SINGOSARI
KAB. MALANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Keperawatan (S.Tr. Kep)


dalam Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
Poltekkes Kemenkes Malang

Oleh :
RIZKY SULTON NAJIB
NIM. 1601470072

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Rizky Sulton Najib

NIM : 1601470072

Tanda Tangan :

Tanggal : 23 Juni 2020

iii
iv
v
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizky Sulton Najib
NIM : 1601470072
Program Studi : Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Kesehatan Malang Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
“PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP PENURUNA TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BANJARARUM-
SINGOSARI KAB. MALANG”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini Poltekkes Kemenkes Malang berhak menyimpan, mangalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Lawang,
Pada Tanggal 2 Juni 2020
Yang menyatakan

Rizky Sulton Najib

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Banjararum –

Singosari Kab. Malang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan di Program Studi Sarjana Terapan

Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes Malang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak

sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis mengucapkan terimahkasih kepada :

1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Malang yang telah memberikan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsi

ini.

2. Imam Subekti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan sarana dan

prasarana dalam penyusunan skripsi ini.

3. Budiono, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Keperawatan Lawang Poltiteknik Kesehatan Kemenkes Malang yang selalu

memberikan motivasi kepada penulis.

4. Hurun Ain, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar

dan perhatian dalam memberikan bimbingan, masukan, motivasi dan menjadi

inspirasi kepada penulis.

viii
5. Ni Wayan Dwi Rosmalawati A.Per.Pen, M.Kes selaku dosen pembimbing

pendamping yang telah memberikan kemudahan dan telah meluangkan waktu,

pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Sumirah Budi P, S.KP, M.Kep selaku dosen penguji ketua yang telah

memberikan kritik dan saran atas Skripsi ini sehingga dapat terciptanya skripsi

yang baik.

7. Bapak, ibu, almarhum kakak, serta miftakhul qomaria sebagai penyemangat dan

seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa serta semangat

kepada penulis selama mengerjakan skripsi ini.

8. Rekan-rekan Sarjana Terapan Keperawatan Lawang 2016 dan semua pihak yang

telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Besar harapan penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 23 Juni 2020

Penulis
Rizky Sulton Najib
(1601470072)

ix
ABSTRACT

Rizky Sulton Najib. 2020. The Effect of Ergonomic Exercise on Changes in Blood
Pressure in Patients with Hypertension. Lawang Nursing Bachelor of Applied
Sciences Program, Health Polytechnic of Ministry of Health Malang. Supervisor
(Main) Hurun Ain, S.Kp, Ns, M.Kep., Advisor (Assistant) Ni Wayan Dwi
Rosmalawati, A.Per.Pen, M.Kes

Hypertension is one of a cardiovascular disease characterized by increased systolic


blood pressure ≥ 140 mm Hg and diastolic blood pressure ≥ 90 mm Hg, on the
repeated check-up. Blood pressure increase caused by narrowing of the
arteries/arteriosclerosis which resulting in decreased tissue perfusion and damage to
organs caused by myocardial infarction, stroke, heart failure, and kidney failure. The
purpose of this research was to determine the effect of Ergonomic exercise on changes
in blood pressure in patients with hypertension in Banjarum Village-Singosari Kab.
Malang. The research design used in this study was Quasi-Experimental Design with
the type of pre-test post-test control group design. The technique in this study
uses non-probability sampling with a consecutive sampling technique, the number of
samples in this study is 38 respondents who will be divided into 2, treatment groups,
and control groups. The treatment group received ergonomic intervention 3 times a
week for 4 weeks, while the control group did not get any intervention. The
respondent will be measured pre-test blood pressure before the intervention, and then
post-test blood pressure measurement is carried out after the respondent gets
treatment. The results showed that after participating in Ergonomic, there was a change
in systolic and diastolic blood pressure with a decrease in mean systolic blood
pressure of 6,32 mmHg and mean diastolic blood pressure of 4,48mmHg. The results
of the study stated that there is an effect of Ergonomic on Changes in Blood Pressure
in Patients with Hypertension in Banjararum Village-Singosari Kab. Malang. This
can be seen from the Paired Sample T test results with a P value = 0,000 or (p <α =
0.05) it can be concluded that there are significant changes in systolic and diastolic
blood pressure before and after the Ergonomic Impact Exercise intervention for
changes in blood pressure therapeutic, so it can be used as a non-pharmacological
therapy and a companion of pharmacological therapy in the management of
hypertension.

Keywords: Ergonomic Exercise, Blood Pressure and Hypertension

ix
ABSTRAK

Rizky Sulton Najib. 2020. Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Progam Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Lawang, Politekknik Kesehatan Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Hurun
Ain, S.Kp, Ns, M.Kep., Pembimbing (Pendamping) Ni Wayan Dwi Rosmalawati,
A.Per.Pen, M.Kes

Hipertensi adalah salah satu penyakit pada kardiovaskuler ditandai dengan


meningkatnya tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh
karena penyempitan pembuluh darah/arteriosklerosis yang mengakibatkan perfusi
jaringan menurun dan berdampak kerusakan organ tubuh diantaranya infark miokard,
stroke, gagal jantung dan gagal ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh Senam Ergonomic Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi di Desa Banjararum-Singosari Kab. Malang. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design dengan jenis
rancangan pre test post test control group design. Teknik dalam penelitian ini
menggunakan non probability sampling dengan teknik consecutive sampling, besar
sampel dalam penelitian ini 38 responden yang akan dibagi menjadi 2 kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan intervensi
senam Ergonomik 3 kali perminggu selama 4 minggu, sedangkan kelompok kontrol
tidak mendapat intervensi apapun. Setiap akan dilakukan intervensi responden akan
diukur tekanan darah pre-test sebelum intervensi, kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah post-test setelah responden mendapat perlakuan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa setelah mengikuti senam Ergonomik terdapat perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan penurunan rerata tekanan darah sistolik sebesar
6,32mmHg dan rerata tekanan darah diastolik sebesar 4,48mmHg. Hasil penelitian
menyatakan terdapat pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa Banjararum-Singosari Kab. Malang. Hal ini
dapat dilihat dari hasil uji Paired Sample T-test dengan nilai P Value = 0,000 atau (p<
α= 0,05) dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan tekanan darah
sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi Senam Ergonomik
terhadap perubahan tekanan darah sehingga terapi ini dapat digunakan sebagai terapi
non farmakologi dan pendamping terapi farmakologi dalam penatalaksanaan
hipertensi.

Kata Kunci : Senam Ergnomik, Tekanan darah, dan Hipertensi

x
DAFTAR ISI

COVER
COVER DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................vii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi ...............................................................................8
2.1.2 Penggolongan Hipertensi .........................................................................9
2.1.3 Etiologi Hipertensi .................................................................................10
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi .........................................................................13
2.1.5 Gejala Hipertensi ...................................................................................14
2.1.6 Upaya Pengendalian Hipertensi .............................................................14
2.1.7 Manifestasi Klinis ..................................................................................15
2.1.8 Komplikasi .............................................................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi ...................................................................17
2.2 Konsep Dasar Tekanan Darah
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah .....................................................................19
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .........................................20
2.2.3 Mekanisme Reflek Arteri .......................................................................22
2.2.4 Pengukuran Tekanan Darah ...................................................................24
2.3 Konsep Senam Ergonomik

xi
2.3.1 Pengertian Senam Ergonomik ................................................................24
2.3.2 Fisiologi Senam Ergonomik ...................................................................25
2.3.3 Aspek Fisiologi Senam Ergonomik .......................................................26
2.3.4 Prinsip Program Latihan Senam ............................................................27
2.3.5 Ketentuan – Ketentuan Senam ...............................................................27
2.3.6 Teknik Dan Cara Senam Ergonomik .....................................................28
2.4 Hubungan Senam Latihan Fisik terhadap Tekanan Darah ...............................33
2.5 Clinical Pathway Senam Ergonomik................................................................34
2.6 Kerangka Konseptual ......................................................................................35
2.7 Hipotesis Penelitian..........................................................................................36
2.8 Hasil Literatur Review. ....................................................................................37

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ..............................................................................................39
3.2 Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
3.2.1 Populasi Penelitian .................................................................................41
3.2.2 Sampel Penelitian...................................................................................41
3.2.3 Teknik Sampling ....................................................................................42
3.2.4 Besar Sampel .........................................................................................43
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependent................................................................................43
3.3.2 Variabel Independet. ..............................................................................44
3.4 Definisi Operasional.........................................................................................45
3.5 Instrumen Penelitian.........................................................................................47
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................47
3.6.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................47
3.6.2 Waktu Penelitian ....................................................................................47
3.7 Prosedur Pengambilan Data
3.7.1 Tahap Persiapan .....................................................................................47
3.7.2 Tahap Pelaksanaan .................................................................................48
3.8 Kerangka Operasional. .....................................................................................50
3.9 Pengolahan Data...............................................................................................51
3.10 Analisa Data
3.10.1 Analisa Univariat. ................................................................................52
3.10.2 Uji Normalitas. .....................................................................................52
3.10.3 Uji Homogenitas. .................................................................................52
3.10.4 Analisa Bivariat. ..................................................................................53
3.11 Penyajian Data. ..............................................................................................53
3.12 Etika Penelitian. .............................................................................................55

xii
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Umum
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................59
4.1.2 Karakteristik Responden .........................................................................59
4.2 Data Khusus
4.2.1 Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan Dan
Kelompok Kontrol .............................................................................60
4.2.2 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik
Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kontrol ..............61
4.2.3 Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol ...................................................................................................62
4.2.4 Analisis Perubahan Tekanan Darah Pada Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol ..................................................................................................64
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada
Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kontrol ......................65
4.3.2 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol. ..................................................................................................68
4.3.3 Analisis Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada Penderita
Hipertensi. ...............................................................................................72
4.4 Keterbatasan Penelitian. ...................................................................................72

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 73
5.2 Saran ............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ...............................................................................9

Tabel 2.2 Hasil Literatur Review ...........................................................................37

Tabel 3.1 Desain Penelitian....................................................................................39

Tabel 3.2 Definisi Operasional. .............................................................................45

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Responden ............................................................59

Tabel 4.2 Uji Normalitas ........................................................................................60

Tabel 4.3 Rerata Tekanan Darah Sistolik ..............................................................61

Tabel 4.4 Rerata Tekanan Darah Diastolik ............................................................61

Tabel 4.5 Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ..................................62

Tabel 4.6 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ............................64

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.7 Kerangka Konseptual ............................................................................35

Bagan 3.1 Kerangka Operasional Penelitian ..........................................................50

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapang Dada ......................................................................................29


Gambar 2.2 Tunduk Syukur ...................................................................................30
Gambar 2.3 Duduk Perkasa....................................................................................31
Gambar 2.4 Sujud Syukur ......................................................................................32
Gambar 2.5 Berbaring Pasrah ................................................................................33
Gambar 2.6 Clinical Patway Senam Ergonomik ....................................................34

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Plan Of Action ............................................................................... 79

Lampiran 2 Lembar Informasi .......................................................................... 80

Lampiran 3 Informed Consent .......................................................................... 81

Lampiran 4 Kuesioner Karakteristik Responden ....................................................... 82

Lampiran 5 SOP Senam Ergonomik ................................................................ .83

Lampiran 6 SOP Pengukuran Tekanan Darah ................................................. 87

Lampiran 7 Lembar Observasi Tekanan Darah ................................................ 90

Lampiran 8 Tabulasi Karakteristik Responden dan Tekanan Darah Perlakuan 91

Lampiran 9 Tabulasi Karakteristik Responden dan Tekanan Darah Kontrol ... 93

Lampiran 10 Uji Normalitas ............................................................................. 95

Lampiran 11 Uji Homogenitas .......................................................................... 97

Lampiran 12 Uji Paired Sample T-test.............................................................. 98

Lampiran 13 Uji Independent Sample T-test .................................................. 100

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian Dari Kampus ............................................ 101

Lampiran 15 Surat Izin Penelitian Dari Bankes Banpol ................................. 102

Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 103

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi peneliti

mengangkat judul penelitian ini dan dicantumkan tentang rumusan masalah, tujuan

penulisan baik secara umum maupun khusus dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa

kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan

aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Untuk meraih derajat kesehatan yang optimal, setiap orang harus

berusaha dan berjuang untukmelakukan pencegahan dan penanganan terhadap

penyakit menular maupun yang tidak menular. Semakin bertambah usia, maka

masalah kesehatan akan semakin kompleks dan salah satu penyakit degeneratif yang

mengiringi proses penuaan yang mempengaruhi kualitas hidup serta produktifitas

manusia adalah penyakit hipertensi (Damayanti, 2013).

Kejadian hipertensi yang meningkat menuntut tenaga pelayanan kesehatan untuk

mencegah dan melakukan promosi kesehatan. Adanya semboyan SEHAT yaitu

seimbang gizi, enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah, dan teratur

1
2

olahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai

diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah, dan

senam (Maryam, 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran

darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu

melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2010). Laporan Word Health Organization pada

tahun 2010-2014 menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%

penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%

wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, di

mana dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639

sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2014).

Penyakit hipertensi di Indonesia termasuk kedalam kelompok penyakit sepuluh

besar di rumah sakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Pada tahun 2015

tercatat 100.489 kasus hipertensi terdiri dari 19.874 kasus rawat inap dan 80.165

kasus rawat jalan. Adapun angka kematian karena hipertensi tercatat sebanyak 955

kematian dengan angka case fatality rate (CFR) sebesar 4,81% (Kementrian

Kesehatan RI, 2015).

Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%,

tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di Papua

sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami

hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data

menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat
3

Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak

menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan.

Berdasarkan data dari rumah sakit di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 (per 31

Mei 2013) kasus penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit umum

pemerintah tipe A adalah Anemia (20.077) dan Hipertensi (12.590), sedangkan pada

rumah sakit tipe B adalah Diare (9.404 kasus) dan Diabetes Melitus (8.370 kasus).

Pada rumah sakit tipe C, dua besar penyakit terbanyak 3 pasien rawat inap adalah

Diabetes Melitus (9.620 kasus) dan Hipertensi (7.355 kasus) (Kurniawan, 2017).

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas

Singosari pada tanggal 27 Juli 2019, bahwa hipertensi menjadi salah satu penyakit

yang diderita oleh masyarakat. Data puskesmas Singosari pada bulan Mei 2019

menunjukkan penderita hipertensi berjumlah 490 dari 9 kelurahan, kelurahan

banjararum adalah salah satunya, dengan jumlah 42 penderita hipertensi. Untuk

penanganan pasien hipertensi ini akan diberikan terapi non farmakologis berupa

senam ergonomik.

Penyakit hipertensi merupakan gangguan sistem pembuluh darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah didalam arteri diatas normal. Meningkatnya

tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung

memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Endang,

2014). Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi akan

mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital (Udjianti, 2010).


4

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap atau silent killer karena termasuk

penyakit yang mematikan.

(Pudiastuti, 2013). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami penderita

antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, mual, muntah,

cemas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epitaksis, pandangan kabur atau

ganda, tinitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010).Hipertensi

menyebabkan pembuluh darah menebal dan timbul arteriosklerosis yang

mengakibatkan perfusi jaringan menurun dan berdampak kerusakan organ tubuh

diantaranya infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal (Udjianti, 2010).

Hipertensi dapat menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas hidup pada penderita

hipertensi apabila kurang atau tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan

adekuat yaitu penanganan secara farmakologis dan nonfarmakologis.

Penatalaksanan hipertensi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu farmakologis

dan nonfarmakologis. Penatalaksanan farmakologis merupakan terapi menggunakan

obat atau senyawa yang dalam proses kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah

pasien, sedangkan terapi nonfarmakologis tanpa menggunakan agen obat dalam

proses terapinya (Endang, 2014). Penatalaksanaan nonfarmakologis sering menjadi

alternatif yang dapat mengontrol tekanan darah (Dewi,2010).

Latihan fisik seperti senam yang teratur juga membantu mencegah keadaan-

keadaan atau penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once, 2011).

Senam dapat meningkatkan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.

Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan adalah senam. Beberapa senam yang dapat

dilakukan oleh yaitu senam tera, yoga, senam kegel dan senam ergonomik
5

(Mangoenprasodjo, 2005). Takaran olahraga (senam) yang tepat dapat menurunkan

hipertensi (Soeharto, 2004). Menurut Wratsongko (2006) senam ergonomik mampu

mengembalikan posisi dan kelenturan system saraf dan aliran darah, memaksimalkan

suplai oksigen ke otak, mampu menjaga system kesegaran tubuh serta system

pembuangan energy negatif dari dalam tubuh. Selain itu 3 Senam ergonomik juga

dapat meningkatkan kekuatan otot dan efektivitas fungsi jantung, mencegah

pengerasan pembuluh arteri serta melancarkan sistem pernafasan. Senam ergonomik

bisa dilakukan oleh semua umur. Senam ergonomi terdiri dari gerakan yang

menyerupai gerakan sholat sehingga mudah mengaplikasikan gerakan senam ini.

Penelitian Astari (2011) dengan judul pegaruh senam Ergonomik terhadap

penurunan tekanan darah didapatkan hasil tekanan darah sistol 140mmHg setelah

dilatih senam Ergonomik dan nafas dalam sistol menjadi 127 mmHg dan untuk

diastole 90 mmHg setelah dilatih senam Ergonomik dan latihan nafas dalam menjadi

78,85 mmHg.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Tekanan Darah di

desa Banjararum-Singosari Kab. Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Senam Ergonomik terhadap perubahan tekanan darah

pada penderita hipertensi di desa Banjararum-Singosari Kab. Malang.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum dan sesudah Senam Ergonomik

pada penderita hipertensi di desa Banjararum-Singosari Kab. Malang.

2. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah Senam

Ergonomik pada penderita hipertensi di desa Banjararum-Singosari Kab.

Malang.

3. Menganilisis perubahan tekanan darah sesudah Senam Ergonomik pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol penderita hipertensi di desa

Banjararum-Singosari Kab. Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi

pelaksanaan penelitian bidang keperawatan tentang tindakan Senam Ergonomik pada

penderita hipertensi pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi keperawatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan

ditatanan pelayanan keperawatan, khususnya penelitian tentang tindakan

senam ergonomik pada penderita hipertensi.

b. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar terhadap institusi

pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien


7

dengan hipertensi, khususnya tentang pengaruh Senam Ergonomik terhadap

perubahan tekanan darah, masyarakat juga dapat menerapkan hasil penelitian

ini secara mandiri sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan

pengobatan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan tentang tinjauan teori yang berkaitan dengan judul

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan lebih tentang masalah

yang akan diteliti.

2.1. Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dati 90 mmHg atau sedang mengkonsumsi obat

antihipertensi. Faktor-faktor yang berperan dalam hipertensi antara lain kebiasaan

merokok, diet, asupan garam, ras, obesitas dan pengaruh otokrin yang berperan

dalamsistem renin-angiotensin dan aldosteron (Yogiantoro, 2009).

Menurut (Sukarmin et al., 2013) hipertensi merupakan suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai jaringan yang membutuh-kannya. Menurut WHO batas

tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Menurut JNC VII, (2003); Depkes, (2008) dikutip dalam Saputri, (2010)

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140

mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). Penyakit ini sering

disebut pembunuh diam-diam karena sering tidak menunjukkan gejala tetapi tiba-tiba

menimbulkan stroke atau serangan jantung.

8
9

Menurut (Soenarta et al., 2015) seseorang akan dikatakan hipertensi bila

memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan

pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun

pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar

penentuan tatalaksana hipertensi.

2.1.2 Penggolongan Hipertensi

Penggolongan berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yaang

didefinisikan sebagai penigkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial antara lain: genetik, jenis kelamin, umur,

diet , berat badan , dan gaya hidup (merekok, minum alkohol,stres).

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang

didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik

yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi

oral, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan,

peningkatan volume intraveskular, luka bakar

.
10

Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi:

Berdasarkan JNC VII

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre- 120 – 139 80 – 89
Hipertensi
Stadium I 140 – 159 90 – 99
Stadium II ≥ 160 ≥ 100
(sumber:Bianti,2015)

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Udjianti (2010) menyatakan bahwa penyebab hipertensi terbagi menjadi dua

golongan yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh

adanya gangguan lain, seperti faktor keturunan, pola hidip yang tidak

seimbang, keramaian, stress, dan pekerjaan. Sebagaian besar hipertensi primer

disebabkan oleh faktor stress. Gaya hidup pun akhirnya mendukung timbulnya

hipertensi kategori ini antara lain konsumsi berlebih terhadap makanan

berlemak dan garam yang tinggi, aktifitas yang rendah, kebiasaan merokok,

serta konsumsi alkohol dan kafein. Selain itu, hipertensi dapat disebabkan

oleh adanya gangguan pada remakan masa lalu di dalam jiwa seseorang dan

dapat juga disebabkan oleh fakto gen dan lingkungan di dalam raga (badan)

seseorang.

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama


11

karena interaksi penderita dengan faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko

tersebut antara lain : diet asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis, tonus

simpatisdan peran dari sistem renin-angiotensitas-aldosteron. Hipertensi esensial

sendiri merupakan 95% dari seluruh kejadian hipertensi yang ada (Yogiantoro, 2009).

2. Hipertensi non esensial atau hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertesi yang diakibatkan oleh adanya

gangguan pada organ tubuh, seperti gangguan ginjal, endokrin, kekuatan aorta.

Umumnya, kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

karena memicu keluarnya beberapa hormon yang mengakibatkan penyempitan

pembulu daarah. Selain itu, kondisi stress juga menyebabkan pengeluaran

cairan lambung yang berlebih sehinggan seseorang akan mengalami mual,

muntah, mudah kenyang, kondisi stress yang terus menerus dapat pula

menyebabkan hipertensi.

Sekitar 10% dari seluruh kasus hipertensi sekunder, yang diidentifikasikan

sebagai peningkatan tekanan darah karena sesuatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit

ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara

lain: (Pengunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intraveskuler, luka

bakar dan stress.)

Corwin (2009) menyatakan bahwa penyebab hipertensi terjadi karena kecepatan

denyit jatung, volume sekuncup, asupan tinggi garam, vasokontriksi arterio dan arteri

kecil, stress berkepanjangna dan genetik. Agrina et al (2011) berpendapat bahwa ada

beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi essensial


12

sebagai berikut:

a. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko

tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Orang kulit putih dibandingkan

dengan orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi,

tingkat hipertensinya lebih tinggi dan tingkat morbidintasnya maupun

moralitasnya lebih besar sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan

perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan gen

angiostensinigen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenetik.

b. Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal

yang lebih besar yang terdapat didalam tubuh perempuan dibandingkan laki-

laki, yang dapet menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh dan obesitas,

yang dapat menyebabkan berkurangnya aktivitas pada kaum perempuan.

c. Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan sengan

berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan

Obesitas (lebih dari 25% diatas berat badan ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi. Sebanyak 60% dari semua orang yang mengidap

hipertensi adalah orang-orang yang berkelebihan berat badan (Wolff, 2007).

e. Gaya hidup
13

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila

gaya hidup mereka menetap.

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor pada medulla di otak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf paska konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokontriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan

dimana sistem saraf merangsang pembuluh darah sebagai respon emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal

mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
14

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor

tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi (Wijaya & Putri, 2013 dikutip dalam

Nurasiyah, 2016).

2.1.5 Gejala Hipertensi

Amin (2015) menyatakan bahwa gejala hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hipertensi arterial tidak akan pernah terdiaknosa jika tekanan arteri tidak

teratur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Beberapa pasien yang menderita hipertensi

mengeluh sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,

muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.

2.1.6 Upaya Pengendalian Hipertensi

Muhammadun (2010) berpendapat bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam upaya pengendalian hipertensi :

a. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara olahraga teratur

b. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara istirahat cukup

c. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara medis

d. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara tradisional


15

e. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara mengatut pola makan

f. Upaya pengendalian hipertensi dengan cara mengurangi konsumsi garam

satu sendok teh perhari.

Untuk menghidari terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal, maka penderita perlu

mengambil tindakan pencegahan yang baik (stop high blood pressure) sebagai

berikut :

a. Mengurangi konsumsi garam

b. Mengurangi kegemukan (obesitas)

c. Membatasi konsumsi lemak

d. Olahraga teratur

e. Makan banyak buah dan sayur segar

f. Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman berakohol

g. Melakukan relaksasi atau meditassi

h. Berusaha membina hidup yang positif (muhammadun, 2010).

2.1.7 Manifestasi Klinis

Pada stadium awal dari hipertensi primer bersifat asimtomatik dan hanya

peningkatan tekanan darah. Tekanan darah meningkat secara bertahap tetapi menjadi

permanen. Manifestasi dari hipertensi primer meliputi nyeri kepala biasanya pada

kepala dan leher belakang yang terjadi saat bangun tidur dan berkurang pada siang

hari, fatigue, pusing, palpitasi, dan wajah kemerahan.

Manifestasi lain dapat muncul akibat kerusakan organ target seperti nokturia,

bingung, mual, muntah, sesak nafas, nyeri dada dan gangguan penglihatan. Pada

pemeriksaan retina didapatkan penyempitan arteriol, perdarahan, eksudat dan


16

papiledema (Black & Hawk, 2005; LeMone & Burke, 2008; Sudoyo, et al. 2006

dikutip dalam Sepdianto, 2008).

2.1.8 Komplikasi

Menurut Harvard Health Publications (2009) hipertensi yang tidak teratasi,

dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti (Susiati, 2016):

1. Payah Jantung

Payah jantung atau CHF (Congestive Health Failure) merupakan kondisi

jantung tidak lagi mampu memompa darah yang dibutuhkan tubuh.

Kerusakan ini dapat terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem

listrik jantung.

2. Stroke

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang

lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka

terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat pada kematian. Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan trans-

iskemik yang bermanifestasi sebagai peralis sementara pada satu sisi

(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.

3. Kerusakan ginjal

Adanya peningkatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah akan

mempengaruhi kapiler glomerolus pada ginjal mengeras sehingga

fungsinya sebagai penyaring darah menjadi terganggu. Selain itu dapat

berdampak kebocoran pada glomerolus yang menyebabkan urin bercampur

protein (proteinuria).
17

4. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah mata, sehingga

mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta.

2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kordiovaskular. DepKes RI (2009) menyatakan bahwa

prinsip penatalaksanaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi obat (farmakologis)

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Obat-obatan yang digunakan sesuai dengan

kondisi penderita, obat-obat utama yang digunakan adalah :

a. Diuretik (lasix/furosemid)

Golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.

Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka

pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.

b. Beta blocker (atenolol/tenorim) dan (capoten/captopril)

Obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses

memperlambat kerja jantung dam memperlebar (vasodilator) pembuluh darah.

c. Calcium channel blocker (Norvasc/amplodipine) dan (angiotensin converting

enzyme/ACE). Salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolah darah

tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga

memperlebar pembuluh darah.


18

Obat-obat ini diberikan bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis

sampai kombinasi dengan dosi rendah (Wijayakusuma, 2005).

2. Terapi tanpa obat (nonfarmakologis)

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Restraksi garam secara modorat dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari.


2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

3. Penurunan berat badan : penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan

untuk menurunkan berat badan, mambatasi asupan kalori dan peningkatan

pemakaian kalori dengan latihan fisik secara teratur.

4. Menghindari alkohol : alkohol dapat meningkatan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang

minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari.

5. Menghentikan rokok : merokok tidak berhubungn langsung dengan

hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.

Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

b. Latihan fisik
Empat prinsip latiahan fisik untuk penderita hipertensi antara lain :

1. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, senam,

bersepeda, berenang, dan lain-lain. Senam ergonomik salah satu contohnya

karena senam ergonomic mempunyai gerakan yang efektif, efisien, dan


19

gerakan yang logis, senam ergonomik merupakanserangkain gerakan yang

bias dilakukan manusia sejak dulu, kini dan nanti.

2. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-

87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

3. Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu atau 5x perminggu.

4. Meminimalisir terjadi resiko cidera.

c. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaanya sehingga dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.2 Konsep Tekanan Darah

2.2.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tegangan atau tekanan yang dilakukan oleh darah untuk

melawan dinding arteri. Jumlah tekanan pada sistem penting untuk mempertahankan

pembuluh darah tetap terbuka, perfusi kapiler dan oksigenasi jaringan tubuh (LeMone

& Burke, 2008 dikutip dalam Sepdianto, 2008). Tekanan darah merupakan kekuatan

lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan darah jantung

(Potter & Perry, 2005 dikutip dalam Fuad, 2012).

Tekanan darah yaitu kekuatan darah mengalir di dinding darah yang keluar dari

jantung dan yang kembali ke jantung (Hadibroto et al, 2006 dikutip dalam Fuad,

2012). Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah

dalam pembuluh darah dalam tubuh kita. Jantung yang berperan sebagai pompa otot

mensuplai tekanan tersebut untuk menggerakkan darah dan juga mengedarkan darah
20

diseluruh tubuh (Garden, 2007 dikutip dalam Nurasiyah, 2016).

Tekanan darah bukanlah tekanan darah dengan kuantitas yang tetap tetapi dapat

berubah-ubah bergantung situasi. Ketika sedang dalam keadaan cemas, stres,

gembira, atau sedang beraktivitas, tekanan darah akan meningkat. Setelah situasi

tersebut berlalu, maka tekanan darah akan kembali normal. Kuantitas tekanan darah

ini bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer (Lidya, 2009).

Tekanan darah normal manusia adalah 100 – 140 mmHg untuk tekanan sistolik

dan 60 – 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik menunjukkan fase darah

saat dipompa oleh jantung, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan fase darah

yang kembali ke jantung pada saat relaksasi arteri (Lidya, 2009). Tekanan sistolik dan

diastolik bervariasi untuk tiap individu, namun menurut (Devine, 2012 dikutip dalam

Wahyuni et al., 2015) tekanan darah orang dewasa diklasifikasikan ke dalam

beberapa tingkatan, yaitu:

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan direkam

dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan

diastolik (ketika jantung relaksasi) (Susiati, 2016).

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac

output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung

merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke

volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return)

dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos

pembuluh darah, elastisitas pembuluh darah dan viskositas darah (Oka, 2013).
21

Menurut (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010 dikutip dalam

Nurasiyah,2016), tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Curah jantung

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa jantung selama satu

menit. Tekanan darah sangat bergantung pada curah jantung. Curah jantung

yang meningkat dapat menyebabkan naiknya tekanan darah karena adanya

perubahan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung

atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi

lebih cepat dari perubahan kontraktilitas atau volume darah hal itu

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

2. Tahanan perifer

Tahanan pembuluh darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang

ditentukan oleh tonus otot vaskular dan diameter pebuluh darah. Semakin

kecil lumen pembuluh semakin besar tahanan vaskular terhadap aliran darah.

Tekanan darah pada arteri naik ketika tahanan vascular juga meningkat.

3. Volume darah

Volume sirkulasi darah pada kebanyakan orang dewasa adalah 500 mL.

Volume darah dalam tubuh akan selalu konstan dan jika terjadi peningkatan

maka tekanan terhadap dinding arteri akan menjadi lebih besar.

4. Viskositas

Viskositas atau pengentalan darah akan sangat mempengaruhi aliran darah

saat melewati pembuluh yang kecil. Viskositas dipengaruhi oleh hematokrit,


22

apabila terjadi peningkatan pada hematokrit akan menyebabkan jantung

berkontraksi lebih kuat agar dapat mengalirkan darah yang mengental untuk

mempertahankan sistem sirkulasi.

5. Elastisitas

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Elastisitas

arteri berfungsi untuk mengakomodasi perubahan tekanan darah. Hilangnya

elastisitas dinding arteri akan menimbulkan peningkatan tekanan sistemik.

Kenaikan tekanan sistolik lebih signifikan dari tekanan diastolik sebagai

akibat dari penurunan elastisitas arteri.

2.2.3 Mekanisme Reflek Tekanan Arteri

Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan

pembuluh darah. Kontrol ini bertujuan untuk mempengaruhi distribusi darah sebagai

respon terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang spesifik, dan

mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang adekuat dengan mempengaruhi

diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah

melibatkan baroreseptor, kemoreseptor, dan pusat otak tertinggi (hipotalamus dan

serebrum) (Mayuni, 2013 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015). Sistem pengaturan

tekanan arteri oleh baroreseptor dimulai oleh reseptor regang yang disebut

baroreseptor (presoreseptor) yang terletak secara spesifik pada dinding beberapa

arteri sistemik besar. Hampir semua arteri besar di daerah toraks dan leher terdapat

sejumlah kecil baroreseptor.

Baroreseptor sangat banyak terdapat di dalam dinding arkus aorta dan dinding

setiap arteri karotis interna yang terletak sedikit diatas bifurkasio karotis, daerah yang
23

dikenal sebagai sinus karotis. Sinyal dari baroreseptor karotis dijalarkan melalui saraf

hering menuju saraf glosovaringeus dan kemudian ke traktus solitarius di daerah

batang otak. Sinyal dari baroreseptor aorta, di arkus aorta dijalarkan melalui saraf

vagus menuju traktus solitarius yang sama di medula. Baroreseptor lebih banyak

merespon terhadap tekanan yang berubah cepat daripada tekanan yang menetap

(Guyton & Hall, 2008 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015).

Setelah sinyal baroreseptor memasuki traktus solitarius medula, sinyal sekunder

menghambat vasokonstriktor di medula dan merangsang pusat parasimpatis vagus

dengan efek vasodilatasi vena dan arteriol di seluruh sistem sirkulasi perifer serta

berkurangnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. Jadi

perangsangan baroreseptor akibat tekanan tinggi di dalam arteri secara refleks

menyebabkan penurunan tekanan arteri akibat penurunan tahanan perifer dan

penurunan curah jantung (Guyton & Hall, 2008 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015).

Sistem pengaturan tekanan arteri oleh vasomotor, bagian lateral dari pusat

vasomotor mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung bila

tubuh perlu untuk menaikkan frekuensi serta kontraktilitas jantung. Sedangkan bila

tubuh perlu untuk menurunkan pompa jantung, maka medial pusat vasomotor

mengirimkan sinyal ke nucleus motoric dorsalis nervus vagus yang kemudian

mengirimkan impuls parasimpatis melalui nervus vagus ke jantung untuk

menurunkan frekuensi dan kontraktiltas jantung. Oleh karena itu pusat vasomotor

dapat meningkatkan atau menurunkan aktivitas jantung. Frekuensi dan kekuatan

kontraksi jantung biasanya meningkat saat terjadi vasikontriksi dan biasanya


24

menurun pada saat vasokontriksi dihambat (Guyton & Hall, 2008 dikutip dalam

Wahyuni et al., 2015).

2.2.4 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung.

Metode langsung menggunakan insersi kateter arteri dan metode tidak langsung

paling umum menggunakan sphingmanometer dan stetoskop (Potter & Perry, 2005

dikutip dalam Susiati, 2016). Manset yang dapat dikembangkan dipasang melingkar

pada lengan bagian atas (lebarnya minimal 40 % dari lingkar lengan) dibawah kontrol

manometer, dipompa kira-kira 30 mmHg diatas nilai saat pulsasi radialis yang teraba

menghilang.

Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada lipat siku, dibawah sisi manset,

dan tekan manset kemudian diturunkan perlahan-lahan (2 – 4 mmHg/detik) terjadinya

bunyi pertama yang sinkron dengan nadi bunyi ketukan yang jelas, (fase pertama)

korotkof adalah tekanan darah sistolik. Normalnya bunyi ini awalnya lemah (fase

kedua) sebelum menjadi keras (fase ketiga) kemudian menjadi redup (fase keempat)

seluruhnya menghilang pada (fase kelima). Fase kelima digunakan sebagai tekanan

darah sistolik ( Potter & Perry, 2005 dikutip dalam Susiati, 2016).

2.3 Konsep Senam Ergonomik

2.3.1 Pengertian Senam Ergonomik

Senam ergonomik adalah senam fundamental yang geraknya sesuai dengan

susunan fisiologis tubuh.tubuh dengan sendirinya terpelihara homeotatisnya

(keteraturan dan keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar (Sagiran,

2013). Senam ergonomis merupakan suatau metode yang praktis dan efektif dalam
25

memelihara kesehatan tubuh. Gerakan senam ini langsung dapat membuka,

membersihkan dan mengaktifkan seluruh sistem-sistem tubuh, seperti sistem

kardiovaskuler, kemih, dan reproduksi.senam ergonomis mampu memaksimalkan

suplay oksigen ke otak, mampu menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem

pembuangan sistem energi negatif dari dalam tubuh (Wratsongko, 2008).

Senam ergonomik ini mampu mengembalikan posisi dan kelenturan sistem

syaraf, dan aliran darah. Memeaksimalkan suplay oksigen ke otak, mampu menjaga

sistem kesegarah tubuh, serta sistem pembuangan energi negatih dari dalam tubuh.

Selain itu juga dapat meningkatakan kekuatan otot, efektifitas fungsi jantung,

mencegah pengerasan pembuluh arteri, serta melancarkan sistem pernafasan. Senam

ini bisa dilakukan oleh semua umur, senam ini juga terdiri dari gerakan sholat.

Sehingga mudah mengaplikasikan gerakan senam ini (Sagiran, 2013).

2.3.2 Fisiologi Senam Ergonomik

Ketika tekanan darah naik, salah satu cara untuk menurunkannya adalah

meningkatkan level aktivitas fisik. Studi menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam

aktivitas fisik senam ergonomik melindungi tubuh dari hipertensi. Selain itu, olahraga

dapat digunakan sebagai terapi untuk mengurangi hipertensi yang telah terbentuk.

Untuk pasien hipertensi berat tersedia obat anti hipertensi untuk menurunkan tekanan

darah. Tetapi kadang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Efek

samping deuritik mencakupketidak seimbangan elektrolit, ketidakmampuan

menangani glukosa secara normal, dan peningkatan kadar kolesterol darah. Efek

samping obat yang mempengaruhi resistensi perifer total mencakup peningkatan

kadar trigliserida darah, penurunan kadar kolesterol HDL (bentuk baik


26

kolesterol),penambah berat, disfungsiseksual, dan depresi.

Resiko minum obat mungkin melebihi manfaat yang diperoleh dari penurunan

tekanan darah. Karena kemungkinan efek samping obat maka terapi non farmakologi

yang paling sering digunakan adalah penurunan berat badan, pembatasan garam, dan

olahraga. Meskipun penurunan berat badan hamper mengurangi tekanan darah namun

penelitian menunjukkan bahawa progam penurunan berat badan biasanya hanya

menyebabkan penurunan 12 pon (6kg), dan keberhasilan jangka panjang keseluruhan

dalam menjaga berat hanya sekitar 20 %. Pembatasan garam bermanfaat bagi banyak

pengidap hipertensi, tetapi kepatuhan terhadap diet rendah garam sulit dipertahankan

oleh banyak pasien.

Bukti bahwa literature menyarankan bahwa olahraga senam ergonomik tingkat

sedang yang dilakukan selama 15 sampai 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu

bermanfaat bagi sebagian besar kasus hipertensi ringan sampai sekarang sedang.

Karena itu ada baiknya bahwa progam olahraga senam ergonomik dilakukaan dengan

rutin dan sebaik baiknya untuk mengoptimalkan penurunan tekanan darah.

(Sherwood,2011)

2.3.3 Aspek Fisiologi Senam Ergonomik

Selama melakukan senam ergonomik terjadi kontraksi otot skletal (rangka)

yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Roni (2009), respons

mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup vena

menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat.
27

2.3.4 Prinsip Program Latihan Senam

Roni (2009) berpendapat bahwa program senam mempunyai prinsip antara lain:

1. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.

2. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.

3. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa

tersaing.

4. Mencegah terjadinya cedera

2.3.5 Ketentuan- Ketentuan Senam

Roni (2009) berpendapat dosis latihan senam adalah lama latihan minimum 30 -

40 menit (termasuk pemanasan dan pendinginan).

1. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian latihan

inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi. Sebelum

senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang

hilang.Selalu di ingat untuk minum air sebelum, selama dan sesudah berlatih.

2. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak menggangu

pencernaan. Kalau latihan pada waktu pagi hari tidak perlu makan

sebelumnya.

3. Senam di awasi oleh para pelatih, agar tidak ada cidera.

4. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh

menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang belakang.

5. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai

pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan

tebal.
28

6. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki

yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah tumit.

7. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari, bila latihan

diluar gedung.

8. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.

2.3.6 Teknik Dan Cara Senam Ergonomik

Menurut Wratsongko (2008) lima gerakan utama dalam senam ergonomik

adalah gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, sujud syukur dan

berbaring pasrah. Gerakan-gerakan ini di inspirasi dari gerakan-gerakan dalam shalat

seperti berdiri dan mengangkat tangan, rukuk, dududk dan sujud.berikut 5 gerakan

dalam senam ergonomik.

1. Lapang dada

Berdiri tegak, dua lengan di putar ke belakang semaksimal mungkin. Rasakan

keluar masuk nafas dengan rileks. Saat dua lengan diatas kepala, jari kaki

jinjit. Putaran lengan pada bahu menyebabka stimulus untuk mengoptimalkan

fungsinya cabang besar saraf dibahu dalam merangsang saraf pada organ

paru, jantung, liver, ginjal, lambung, dan usus sehingga metabolisme normal.

Dua kaki jinjit meningkatkan stimulus sensor - sensor saraf yang merupakan

refleksi fungsi organ dalam.


29

Gambar 2.1 Lapang Dada

2. Tunduk syukur

Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks, lalu tahan

nafas sambil membungkungkan badan ke depan(nafas dada) semampunya.

Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai punggung terasa tertarik.

Wajah menengadah sampai terasa tegang/panas. Saat melepas nafas lakukan

secara rileks dan perlahan. Menarik nafas dalam dengan menahannya di dada

merupakan teknik menghimpun oksigen dalam jumlah maksimal sebagai

bahan bakar metabolisme tubuh. Membungkukkan badan kedepan dengan dua

tangan berpegangan pada pergelangan kaki akan menyebabkan posisi tulang

belakang (tempat jalurnya saraf tulang belakang berada) relatif dalam dalam

posisi segmental anatomis-fungsional (segmen dada punggung) yang lurus.

Menengadahkan wajah menyebabkan tulang belakang membentuk sudut yang


30

lebih tajam dari posisi normal, menyebabkan peningkatan kerja serabut saraf

segmen ini, serta berperan dalam meningkatkan mempertahankan suplay

darahdan oksigenasi otak secara optimal.

Gambar 2.2 Tunduk Syukur

3. Duduk perkasa

Menarik napas dalam (napas dada) lalu tahan sambil membungkukkan badan

ke depan dan dua tangan bertumpu pada paha, wajah menengadah sampai

tersa tegang/panas. Saat membungkuk pantat jangan sampai menungging.

Manfaat duduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk-menekan alas/lantai

merupakan stimulator bagi fungsi vital sistem organ tubuh: ibu jari terkait

dengan fungsi energi tubuh. Adapun jari telunjuk terkait dengan fungsi

pikiran, jari tengah terkait dengan fungsi pernapasan, jari manis terkait dengan

fungsi metabolisme dan detoksifikasi material dalam tubuh, serta jari

kelingking terkait dengan fungsi liver (hati) dan sistem kekebalan tubuh. -

Menarik napas dalam lalu ditahan sambil membungkukkan badan ke depan

dengan dua tangan bertumpu pada paha. Hal ini memberikan efek
31

peningkatan tekanan dalam rongga dada yang diteruskan ke saluran saraf

tulang belakang, dilanjutkan ke atas (otak), meningkatkan sirkulasi dan

oksigenasi otak yang pada akhirnya mengoptimalkan fungsi otak sebagai

'pusat komando' kerja sistem anatomis fungsional tubuh. - Punggung tangan

yang bertumpu pada paha akan menekan dinding perut sejajar dengan organ

ginjal yang ada di dalamnya. Hal ini membantu mengoptimalkan fungsi ginjal.

Gambar 2.3 Duduk Perkasa

4. Sujud syukur

Posisi duduk perkasa dengan kedua tangan menggenggam pergelagan kaki,

menarik napas dalam (napas dada), badan membungkuk ke depan sampai

punggung terasa tertarik, wajah menengadah sampai terasa tegang/panas. Saat

membungkuk pantat jangan sampai menungging. Saat melepaskan napas

lakukan secara rileks dan perlahan. Manfaat sujud syukur menampung udara

pernapasan seoptimal mungkin kemudian menahannya akan meningkatkan

tekanan di dalam saluran saraf tulang belakang tempat saraf tulang belakang

berada. Hal ini juga akan berdampak pada meningkatnya suplai darah dan

oksigenasi otak. - Dengan menengadahkan kepala, terjadi fleksi pada ruas

tulang leher, termasuk serabut saraf simpatis yang berada di sana. - Dua
32

tangan menggenggam pergelangan kaki adalah gerakan untuk membantu kita

dalam memosisikan ruas tulang leher dalam keadaan fleksi dan melebarkan

ruang antarruas tulang tersebut, tempat jaringan ikat lunak sebagai absorber

(peredam kejut). Posisi ini memberikan efek relaksasi pada serabut saraf

simpatis tersebut, yang di antaranya memberikan persarafan pada pembuluh

darah ke otak hingga terjadi pula relaksasi dinding pembuluh darah.

Gambar 2.4 Sujud Syukur

5. Berbaring pasrah

Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan berbaring pasrah. Punggung

menyentuh lantai/alas, dua lengan lurus di atas kepala.Napas rileks dan

dirasakan (napas dada), perut mengeci. Manfaat berbaring pasrah relaksasi

saraf tulang belakang karena struktur tulang belakang "relatif" mendekati

posisi lurus dengan kondisi lekukan-lekukan anatomis segmental tulang

belakang (diikuti saraf tulang belakang) menyebabkan regangan/tarikan pada

serabut saraf tulang belakang berkurang. Dengan demikian, hal ini

memberikan kesempatan rileks dan bisa mengatur kembali fungsi optimal

organ dalam yang sarat saraf. - Efek relaksasi saraf tulang belakang ini juga

diteruskan ke pusat (otak) sebagai sinyal tentang kondisi anatomis fungsional


33

saat itu, kemudian pusat memberikan respons dalam bentuk "pengaturan

kembali" kerja sistem dalam tubuh, dan terjadilah proses self healing

(penyembuhan diri sendiri). - Efek optimalisasi fungsi sistem tubuh juga

berlangsung akibat stimulasi tombol-tombol kesehatan saat tungkai dalam

posisi Duduk Pembakaran, lengan Lapang Dada, dan napas rileks (lingkaran).

Gambar 2.5 Berbaring Pasrah

2.4 Hubungan Latihan Fisik Terhadap Tekanan Darah

Prinsip yang penting dalam olahraga untuk mereka yang menderita tekanan

daarah tinggi iyalah dengan olahraga ringan lebih dahulu seperti jalan kaki atau

senam. Berjalan kaki secara teratur sekitar 30-45 menit setiap hari dan semakin lama

jalan dapat dapat dipercepat, akan menurunya tekanan darah. Olahraga seperti senam

dapat meningkatkan oksigen dan glukosa untuk membentuk ATP. Terkait dengan

pembulu darah maka dapat digambarkan bahwa pembuluh darah mengelami

pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah yang belum terbuka akan terbuka

sehingga aliran darah ke sel, jaringan meningkat (Darmojo, 2009).


34

2.5 Clinical Pathway

farmakologis Non Farmakologis

Latihan fisik
Hipertensi
Obat-obatan: (Senam Ergonomik)
- Diuretik
- Beta blocker
- Calcium Meningkatkan oksigen &
chonel glukosa untuk membentuk
blocker ATP

Mengembalikan posisi &


kelenturan syaraf di aliran
darah

Memaksimalakan fungsi
oksigen ke otak

Mencegah pengerasan
pembuluh darah

Penurunan tekanan darah

Gambar 2.6. Clinical Patway Senam Ergonomik


35

2.6 Kerangka Konseptual

Gangguan pada organ Faktor yang


tubuh mempengaruhi
hipertensi:
-Umur
-Jenis kelamin
-Genetik

Hipertensi

Terapi Terapi Non


Farmakologis: Farmakologis:

-Diuretik -Diet

-Beta blocker -Pendidikan


kesehatan
-Calcium chanel
blocker -Latihan fisik
Senam
Ergonomik

Perubahan Tekanan
Darah

Gambar 2.7. Kerangka Konseptual

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.7. Menjelaskan bahwa Penderita Hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh
36

gangguan organ tubuh. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi yaitu

umur, jenis kelamin, berat badan , genetik dan gaya hidup. Penatalaksanaan

hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologi yang meliputi diuretik, beta

blocker, calcium chanel blocker sedangkan terapi non farmakologi meliputi diet,

pendidikan kesehatan dan latihan fisik. Peneliti memilih latihan fisik senam

ergonomik untuk pemberian terapi penderita hipertensi. Sehingga akan berpengaruh

terhadap perubahan tekanan.

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan pernyataan

peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan dua

atau lebih variabel yang diharapakan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam suatu

penelitian. Setiap hipotesa terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan

(Nursalam, 2013)

HO : Ada pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan tekanan darah pada

penderita hipertensi

H1 : Tidak ada pengaruh senam ergonomik terhadap perubahan tekanan darah

pada penderita hipertensi


37

2.8 Hasil Literatur Review

Tabel 2.2 Literatur Review

No Peneliti Judul Hasil Penelitian


1 Yulia Pengaruh pemberian aktivitas fisik Berdasarkan
fitri, (Ergonomic exercise) terhadap tekanan penelitian
Nunung darah , IMT dan RLPP pada wanita membuktikan bahwa
Sri obesitas dengan pemberian
Mulyani, aktifitas (Ergonomic
Eva Exercise) berupa
Fitrianing senam jantung sehat
sih, dapat menurunkan
Suryana secara signifikan
tekanan darah pada
2016 sampel obesitas.
2 Andri D Efekttivitas kombinasi senam Dengan demikian
Ergonomik dan terapi murottal quran ada perbedaan
Dedi Alamsyah, terhadap perubahan tekanan darah pada bermakna tekanan
Meti Maya lansia hipertensi di UPT panti social darah sebelum dan
tresna werdha mulia kabupaten kubu sesudah diberikan
2017 raya perlakuan senam
Ergonomik dan
terapi murottal
quran.
3 Kikin Priyanti, Asti Pengaruh senam ergonomik secara Ada pengaruh yang
Nuraeni, Achmed kelompok dan individu terhadap signifikan terhadap
Solechan penurunan tekanan darah pada lansia penurunan tekanan
dengan hipertensi di Kelurahan darah pada lansia
2011 Gisikdronojo Semarang setelah dilakukan
senam ergonomik.
4 Umi Hanik, Pengaruh senam ergonomic terhadap Hasil penelitian
Inayatur, Iva Milia penurunan tekanan darah pada lansia didapatkan adanya
Hani Rahmawati yang mengalami hipertensi penurunan tekanan
darah terhadap lansia
2015 yang mengalami
hipertensi.
5 Indahria Sulistyarini Terapi relaksasi untuk menurunkan dapat disimpulkan
tekanan darah dan meningkatkan bahwa relaksasi
2015 kualitas hidup penderita hipertensi dapat menurunkan
tekanan darah baik
sistolik maupun
38

diastolik pada
penderita hipertensi.
BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini disajikan mengenai desain penelitian, populasi, sampel,

sampling, variabel penelitian, definisi operasional, bahan penelitian, instrumen

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengumpulan data, kerangka

operasional, teknik pengolahan data, analisa data, penyajian data serta etika

penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa

sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain

penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai

tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan

tersebut. Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari

pertanyaan dengan sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2013).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

eksperimen semu atau Quasi Experiment Design dengan menggunakan rancangan

Non Equivalent Control Group.Di dalam desain ini terdampat dua kelompok yakni

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana kelompok kontrol tidak dapat

perlakuan senam ergonomik namun observasi dilakukan sebanyak dua kali terhadap

dua kelompok tersebut. Yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.

Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test dan observasi

sesudah eksperimen disebut post-test. Dalam rancangan ini, pengelompokan anggota

39
40

sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara

random atau acak. Oleh sebab itu sering disebut juga non random control group pre

test post test. (Setiadi, 2013:93)

Tabel 3.1 Rancangan penelitian Senam Ergonomik terhadap penurunan

tekanan darah pada pendirita hipertensi.

Pre test Perlakuan Post test

K-E 01 X 02

K-K 03 04

Keterangan :

K-K : Kelompok perlakuan senam ergonomik.

K-K : Kelompok perlakuan kontrol.

O1 : Observasi tekanan darah awal kelompok perlakuan senam ergonomik.

O3 : Observasi tekanan darah awal kelompok perlakuan kontrol.

X : Perlakuan senam ergonomik.

02 : Observasi tekanan darah ahkir kelompok perlakuan senam ergonomik.

04 : Observasi tekanan darah ahkir kelompok perlakuan kontrol.


41

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia) yang memenuhi

krireria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013).

Populasi penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang berdomisili di

desa Banjararum-Singosari Kab. Malang. Jumlah populasi pada tanggal 21 Desember

2019 – 18 Januari 2020 ada 42 penderita Hipertensi.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi di desa Banjararum-

Singosari Kab. Malang, yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria sampel dalam peneltian ini adalah :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman

saat menentukan kriteria inklusi.

a. Penderita hipertensi yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani

informed consent.

b. Penderita yang mampu berkomunikasi dengan baik.

c. Penderita yang mampu melakukan aktivitas fisik.

d. Penderita dengan umur ˃ 35 tahun

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
42

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Baru sembuh dari penyakit (baru sembuh dari opname)

b. Mengunakan alat bantu untuk berativitas

c. Penderita yang mempunyai riwayat penyakit jantung

d. Penderita yang membatalkan karena sesuatu hal tertentu

e. Penderita yang terjadi komplikasi ( penurunan kesadaran )

f. Penderita yang tidak kooperatif

g. Penderita yang tidak bersedia dijadikan sampel peneletian

3.2.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subyek penelitian (Nursalam, 2013).

Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonprobability populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis Nonprobability

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

pendekatan consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu

tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2016).


43

3.2.4 Besar Sampel

Menurut (Nursalam, 2016) :


𝑁
𝑛 = 1 + 𝑁 (𝑑)2

42
𝑛 = 1 + 37 (0,05)2

42
𝑛 = 1,0925

𝑛 = 38

Keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

D : tingkat signifikasi (p)

Besar sampel dalam penelitian ini diperkirakan sebagai berikut:

Sampel penderita hipertensi di desa Banjararum-Singosari Kab. Malang yang

telah memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah responden sebanyak 38 responden.

Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan senam

ergonomik 19 penderita dan kelompok perlakuan kontrol 19 penderita hipertensi.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat). Menurut Setiadi (2008) adalah variable

yang dipengaruhi oleh variable bebas. Variable terikat sering disebut sebagai variable

akibat, variable output, variable efek, variable terpengaruh, atau variable tergantung.

Variable terikat adalah factor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
44

tidaknya pengaruh dari variable bebas (Nursalam, 2008). Variable dependen dari

penelitian ini adalah perubahan tekanan darah.

3.3.2 Variabel Independen

Variable independen (variabel bebas) adalah variable yang dimanipulasi oleh

peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variable terikat (variable

independen). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dinamakan

variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Setiadi, 2013).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam ergonomik.


45

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.

Karakteristik yang dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat.

Tabel 3.2. Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Skor

operasional

Variabel Serangkaian gerak Dilakukan - SOP senam Interval 1. Frekuensi 1


independen yang di ambil dari sesuai SOP Ergonomik 2. Frekuensi 2 – 3
: senam gerakan sholat, dengan teknik 3. Frekuensi >3
ergonomik nada yang teratur gerakan :
dan terarah serta 1. Gerakan
terencana yang lapang
diikuti oleh orang dada
dewasa penderita 2. Gerakan
hipertensi di desa tunduk
Banjararum- syukur
Singosari Kab. 3. Gerakan
Malang duduk
perkasa
4. Gerakan
sujud
46

syukur
5. Gerakan
berbaring
pasrah

Variabel Besarnya tekanan Tingkatan 1.lembar Interval


dependen : darah yang tekanan darah observasi
perubahan diukur sebelum dan 2.tensi
tekanan sesudah dilakukan 1.Normal (spigmoman
2.Pre Hipertensi ometer) Skor 4 jika systole <120 mmHg,
Darah pada intervensi dengan diastole <80 mmHg
penderita spigmomanometer 3.Stadium 1 3.stetoskop
hipertensi dan dinyatakan 4.Stadium 2 Skor 3 jika systole
dalam satuan 120-139 mmHg, diastole 80-89 mmHg
mmHg (milimeter
Hidragirum) Skor 2 jika systole 140-159 mmHg,
diastole 90-99 mmHg
Skor 1 jika systole ≥160 mHg, diastole
≥100 mmHg
(Bianti, 2015)
47

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Dalam

penelitian ini instrumen yang digunakan ada 2 yaitu untuk variabel independen

peneliti menggunakan musik dan SOP senam ergonomik untuk variabel dependen

peneliti menggunakan diantaranya:

1. Sphygnomanometer dan Stetoskop untuk mengukur tekanan darah

2. Alat tulis dan buku catatan

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pos Posyandu Rw.06 di desa Banjararum-

Singosari Kabupaten Malang.

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 21 Desember 2019 – 18 Januari

2020.

3.7 Prosedur Pengumpulan Data

3.7.1 Tahap Persiapan

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua

Program Studi D3 dan Sarjana Terapan Keperawatan Lawang Poltekkes

Kemenkes Malang yang ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Malang.


48

2. Peneliti mendapatkan surat perizinan penelitian dari Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Malang yang ditujukan kepada Kepala

Direktur Puskesmas Singosari, Camat Singosari, Kepala Desa Banjararum.

3. Peneliti menyampaikan surat perizinan dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Malang kepada pihak manajemen Puskesmas Singosari

untuk mendapatkan izin penelitian di Desa Banjararum yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Singosari Kabupaten Malang.

4. Peneliti menyampaikan surat perizinan dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Malang kepada pihak Camat Kecamatan Singosari dan

Kepala Desa Banjararum Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan

1. Setelah mendapat izin, selanjutnya peneliti mengadakan sosialisasi dan

menjelaskan tentang maksud dan tujuan serta prosedur penelitian kepada

pihak-pihak terkait (Puskesmas Singosari, Camat Kec. Singosri, Kepala

Desa Banjararum, serta kader hipertensi desa Banjararum)

2. Peneliti menentukan subyek penelitian, yaitu pasien hipertensi di Desa

Banjararum Kecamatan Singosari dengan melakukan pengontrolan subyek

penelitian sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

3. Peneliti kemudian menentukan tempat untuk melakukan intervensi yaitu di

Perum Banjararum.

4. Saat peneliti bertemu dengan calon subjek penelitian, peneliti

memperkenalkan diri. Sebelum pengambilan data, calon subjek peneliti

diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang


49

akan dilaksanakan. Bagi calon subjek yang bersedia untuk mengikuti

penelitian maka langsung mengisi surat persetujuan (informed consent).

5. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dalam hal ini adalah

subjek penelitian untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan

penelitian dan untuk meminimalkan serta mengontrol confounding factors

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

6. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang cara mengisi kuesioner

7. Setelah kuesioner diisi oleh responden, dikumpulkan kembali pada

peneliti, untuk dicek kelengkapan data responden

8. Peneliti menjelaskan tentang senam Ergonomik menurut prosedur

pelaksanaan

9. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah 10 menit sebelum dilakukan

senam Ergonomik sebagai pre-test. Kemudian dilakukan intervensi berupa

senam Ergonomik selama 15-30 menit. Setelah itu dilakukan pengukuran

tekanan darah post-test 30-60 menit setelah dilakukan senam Ergonomik.

Pengukuran dilakukan dengan posisi duduk disebelakh kanan/kiri

responden.

10. Peneliti memberikan intervensi 3 kali pertemuan dalam 1 minggu selama 1

bulan.

11. Peneliti juga memberikan CD yang didalamnya ada vidio senam

Ergonomik.

Hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam lembar observasi yang telah

disediakan. Data perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik selanjutnya akan

dilakukan analis.
50

3.8 Kerangka Kerja Penelitian

Prosedur penelitian sebagai berikut:

Populasi
Seluruh penderita hipertensi di Desa Banjararum Kecamatan Singosari

Sampel
consecuti Seluruh penderita hipertensi di Desa Banjararum yang
ve memenuhi kriteria inklusi
sampling

Variabel Variabel
Independen Dependen

Pengumpulan
Data

Instrument pengukuran dengan Spignomanometer

Coding, Scoring,
Pengolahan Data Processing,
Mengeluarkan
Analisa Data
informasi
Data peneliti pada
uji normalitas Uji Normalitas uji paired sample
berdistribusikan t-test digunakan
normal peneliti untuk
Uji Hipotesis melihat
perbedaan data
pre dan post test
Penyajian data dan uji
independent
sample t-test
Hasil digunakan
peneliti untuk
Gambar 3.1 Kerangka kerja peneliti membandingkan
data post test
kelompok
perlakuan dan
kelomok kontrol
51

3.9 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software

statistik. Menurut Nugroho (2012), pengolahan data meliputi :

1. Editing (penyuntingan data) untuk memeriksa kelengkapan dan data

responden serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah diisi. Setelah

data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan, semua lembar kuisioner

dan observasi terisi lengkap, sehingga tidak perlu klarifikasi lagi dengan

keluarga reponden.

2. Coding / memberi tanda untuk mempermudah pada saat analisis data dan

juga mempercepat pada saat entry data.

3. Processing / memproses data agar data yang sudah dientry dapat

dianalisis, pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuisioner ke paket program computer (program yang digunakan SPSS),

data dimasukkan sesuai dengan nomor responden pada kuisioner dan

nomor pada lembar observasi. Jawaban responden dari data biografi

dimasukkan sesuai hasil perhitungan, nilai arus puncak ekspirasi

dimasukkan sesuai hasil pengukuran.

4. Cleaning / pembersihan data adalah kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Pengecekan data yang

dimasukkan untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan

seperti pengkodean ataupun salah ketik membaca kode.

5. Tabulating / pengelompokan, data dikelompokkan dalam kategori yang

telah ditentukan dan dilakukan tabulasi kemudian diberi kode untuk

kemudahan pengolahan.
52

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Peneliti mengambil jenis analis univariate Numerik. Numerik

merupakan variabel hasil perhitungan dan pengukuran, untuk nilai numerik

mengunakan mean, median, dan standar deviasi (Notoadmojo, 2012).

Analisis univariat dalam penelitian ini menjelaskan karakteristik dari

responden meliputi usia dan jenis kelamin dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.10.2 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data berdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Tingkat kemaknaan hasil

uji statistik adalah 95% dengan tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% (α=

0,05). Uji normalitas kelompok perlakuan, pretest tekanan darah sistolik 0,625

postest 0,381 dan pretest tekanan darah distolik 0,445 dan posttest 0,853.

Sedangkan uji normalitas pada kelompok kontrol pretest tekanan darah sistolik

0,883 posttest 0,196 dan pretest tekanan darah distolik 0,054 posttest 0,253. Pada

penelitian ini menunjukkan nilai tekanan darah sistolik dan distolik pada dua

kelompok antara sebelum dan sesudah tindakan adalah signifikan yaitu p > 0,05,

artinya semua data pada dua kelompok tersebut berdistribusi normal.

3.10.3 Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada variabel suhu tubuh digunakan untuk mengetahui

kesetaraan variasi antara sebelum dan sesudah senam ergonomik kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Uji homogenitas menggunakan uji Lavene test.
53

Hasil uji pretest tekanan darah sistolik kelompok perlakuan dan kontrol

0,357, posttest tekanan darag sistolik 0,851. Sedangkan pada pretest tekanan darah

distolik 0,205 dan posttest 0,387 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Kedua kelompok perlakuan dan kontrol pretest-post tekanan darah sistolik dan

distolik memiliki nilai p > 0,05, artinya kedua kelompok tersebut tidak memiliki

perbedaan yang signifikan sehingga dikatakan kedua kelompok tersebut sama.

3.10.4 Analisa Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa lanjutan dari hasil analisa univariate.

Analisa ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi

(Notoatmodjo, 2010). Analisa Brivate ini menggunakan uji Paired T test karena

sebaran data normal atau p value > 0,05. Uji ini digunakan sebagai uji komparatif

atau perbedaan apabila skala data kedua variable adalah kuantitatif (interval atau

rasio). Syarat uji paired T test adalah perbedaan dua kelompok data berdistribusi

normal. Maka harus dilakukan terlebih dahulu dengan uji normalitas pada

perbedaan keadaan kelompok tersebut.

Mengunkan uji Paired Sample T-test untuk mengetahui pengaruh Senam

Ergonomik terhadap kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Pre-Post

Test dengan nilai Sig(2-tailed) <0,05 maka ada pengaruh Senam Ergonomik

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.


54

3.10 Penyajian Data

Data statistic perlu disajikan dalam bentuk yang mudah di baca dan di mengerti.

Tujuannya adalah memberikan informasi dan memudahkan interpretasi hasil analisis

(Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penyajian data berupa:

1. Narasi

Dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data sampai kesimpulan.

2. Distribusi frekuensi

Distribusi frekuensi sampel yang disajikan dalam bentuk table dengan cara

perhitungan data disebut (P) berisikan jumlah frekuensi (∑f) dibagi dengan

jumlah responden (N). Hasil prosentase dimasukkan dalam standart penilaian

kuantitatif dengan menggunakan rumus (Setiadi, 2013)

⅀f
P = 𝑁 X 100

Keterangan :

P = Prosentase

∑f = jumlah frekuensi

N = jumlah responden

Data hasil prosentase kemudian dipresentasikan dengan menggunakan

skala (Nursalam, 2008).

90 - 100% = Mayoritas

66 – 89 % = Sebagian besar

51 – 65% = Lebih dari setengah

50 % = Setengahnya
55

31 – 49% = Kurangdarisetengahnya

30% = Sebagiankecil

0% = Minoritas

3. Tabel dan diagram

Penyajian dalam bentuk angka (data numerik) yang disusun dalam kolom dan

baris dengan tujuan untuk menunjukkan frekuensi kejadian dalam kategori

yang berbeda. Karakteristik dasar sampel yang berkaitan dengan tujuan

penelitian disajikan dalam diagram batang meliputi: usia , jenis kelamin,

riwayat keturunan hipertensi , merokok, pengaturan rendah diet garam ,

latihan fisik, tekanan darah sistolik dan diastolik dan terapi obat hipertensi

3.11 Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-

hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2016)

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Peneliti harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan subjek

khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas eksploitasi

Partisipasi subjek dalam peneitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,


56

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek

dalam bentuk apa pun.

c. Resiko (benefis ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a) Hak untuk ikut tidak menjadi responden (right of self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sanksi apa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan (right to

full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinc serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c) Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi rsponden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.


57

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dalam

penelitian.

b) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek menpunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengumpulan data tentang pengaruh

senam ergonomik terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di

Desa Banjararum-Singosari Kab. Malang. Data disampaikan dalam bentuk tabel dan

narasi yang meliputi data umum dan data khusus. Data umum menjelaskan gambaran

umum lokasi penelitian, karakteristik demografi responden penelitian. Dan data

khusus menjalaskan tentang variabel penelitian yang di ukur untuk mengetahui

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa Banjararum-Singosari

Kabupaten Malang. Didalam penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

4.1 Data Umum

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Tempat pengambilan datan dan penelitian ini dilakukan di Desa Banjararum

Kecamatan Singosari. Titik kordinat Desa Banjararum (Bujur timur 112.660.808

Lintang Selatan -7 922506) dengan luas Desa : 427.190 Ha. Peneliti sebelumnya

sudah meminta izin di Camat Singosari dan Kepala desa Singosari tidak lupa juga

kepada Kepala Puskesmas Singosari sebagai Penangung jawab pelayan kesehatan

masyarakat. Peniliti melakukan penelitian Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi dilakukan dengan dampingan

Perawat Desa dari Unit Puskesmas Singosari dan Kader-Kader Desa Banjararum.

58
59

Sebagian penderita hipertensi di Desa Banjararum sudah mengkonsumsi obat anti

hipertensi.

Penelitian ini bertempat di Pos Posyandu Rw.06 desa Banjararum dan dilakukan

mulai tanggal 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020 di Desa Banjararum terdapat 38

sampel penderita hipertensi, dan dibagi menjadi 2 kelompok meliputi kelompok

perlakuan senam ergonomik dan kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi

namun mengkonsumsi obat anti hipertensi.

4.1.2 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik dasar responden Kelompok Perlakuan


dan Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari Kabupaten Malang
Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.

Varible Kelompok Kelompok


Perlakuan Kontrol

N Presentase % N Presentase %

A. Jenis Kelamin

Laki – laki 3 15,8% 5 26,3%

Perempuan 16 84,2% 14 73,7%

B. Usia

>35 Tahun 19 100% 19 100%

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden kelompok perlakuan berjenis

kelamin laki-laki berjumlah (15,9%) dan perempuan (84,2%) usia >35 tahun (100%)

jadi bisa disimpulkan mayoritas kelompok perlakuan adalah perempuan dengan usia

>35 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh data berjenis kelamin laki-
60

laki (26,3%) perempuan (73,7%) usia >35 tahun (100%) mayoritas kelompok kontrol

adalah perempuan dengan usia >35 tahun.

4.2 Data Khusus

4.2.1 Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan Dan Kelompok

Kontrol

Tabel 4.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari Kabupaten Malang
Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.

Kelompok Normalitas Variabel (perlakuan-kontrol) Homogenitas


Perlakuan Pre-Test-Sistolik 0,625 Pre-Test-Sistolik 0,357
Post-Test-Sistolik 0,381 Post-Test-Sistolik 0,851
Pre-Test-Distolik 0,445 Pre-Test-Distolik 0,205
Post-Test-Distolik 0,853 Post-Test-Distolik 0,387
Kontrol Pre-Test-Sistolik 0,883
Post-Test-Sistolik 0,196
Pre-Test-Distolik 0,054
Post-Test-Distolik 0,253

Tabel 4.2 merupakan hasil uji normalitas mengunakan Shapiro-Wilk

dikarenakan responden penelitian <100 pada tabel tersebut baik kelompok perlakuan

maupun kelompok kontrol sebelum dan sesudah tindakan diperlihatkan nilai

signifikan > 0,05 yang berarti data berdistribusikan normal (parametrik). Sedangkan

pada uji homogenitas mengunakan Lavene test memperlihatkan hasil nilai signifikan

>0,05 yang berarti data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum

tindakan dan sesudah tindakan adalah homogen


61

4.2.2 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik

Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kelompok

Kontrol

a. Tekanan Darah Sistolik

Tabel 4.3 Rerata Tekanan Darah Sistolik Responden di desa Banjararum-Singosari


Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.

Perlakuan Kontrol
Variabel N Min Max Mean SD Variabel N Min Max Mean SD
Pre-Test- Pre-Test-
TD 19 120 140 129,74 5,546 TD 19 120 150 135,2 7,687
Sistolik Sistolik 6
Post- Post-Test-
Test-TD 19 115 133 123,42 5,440 TD 19 120 140 132,5 5,378
Sistolik Sistolik 8

Berdasarkan tabel 4.3 rerata tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan

sebelum dilakukan Senam Ergonomik 129,74 mmhg, dan sesudah dilakukan

intevensi 123,42 mmhg. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan

intervensi 135,26 mmhg, dan sesudah dilakukan intervensi 132,58.

a. Tekanan Darah Diastolik

Tabel 4.4 Rerata Tekanan Darah Distolik Responden di desa Banjararum-


Singosari Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18
Januari 2020.

Perlakuan Kontrol
Variabel N Min Max Mean SD Variabel N Min Max Mean SD
Pre-Test- Pre-Test-
TD 19 70 88 76,16 4,285 TD 19 70 90 81,05 5,671
Distolik Distolik
Post- Post-
Test-TD 19 63 85 73,68 5,334 Test-TD 19 73 90 80,08 4,230
Distolik Distolik
62

Berdasarkan tabel 4.4 rerata tekanan darah distolik pada kelompok perlakuan

sebelum dilakukan Senam Ergonomik 76,16 mmhg, dan sesudah dilakukan intevensi

73,68 mmhg. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi 81,05

mmhg, dan sesudah dilakukan intervensi 80,08.

4.2.3 Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam

Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan

Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil uji normalitas data peneliti sebelum dan sesudah intervensi

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan hasil nilai signifikan >

0,05 yang berarti berdistribusikan normal atau bisa dijebut juga data parametrik.

Karena data peneliti berdistribusikan normal langkah selanjutnya peneliti melakukan

uji Paired Sample T-test untuk mengetahui ada tidak nya perbedaan sebelum dan

sesudah intervensi tindakan Senam Ergonomik pada tekanan darah sistolik dan

distolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Tabel 4.5 Uji Paired Sample T-test Tekanan Darah Sistolik Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari
Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.

Perlakuan Kontrol

Mean Mean±SD Delta Sig.(2- Mean Mean±SD Delta Sig.(2-


tailed) tailed)
(mmhg) (ߡ) (mmhg) (ߡ)
Pre- Pre-
Test Test
129,74 135,26

Post- 6,136±2,451 6,32 0,000 Post- 2,684±3,591 2,68 0,004


Test Test
123,42 132,58
63

Berdasarkan tabel 4.5 menurut uji Paired Sample T-test menunjukan hasil

rerata pre-test tekanan darah sistolik 129,74 mmhg dan post-test 123,42 mmhg

dengan nilai (Mean = 6,136 SD = 2,451 (ߡ) = 6,32 ) dan didapatkan nilai Sig.(2-

tailed) = 0,000 < 0,05 pada kelompok perlakuan. Pre-test tekanan darah sistolik

135,26 mmhg, post-test 132,58 mmhg dengan nilai (mean = 2,684 SD = 3,591 (ߡ) =

2,68) dan didapatkan nilai Sig.(2-tailed) = 0,004 < 0,05 yang berarti ada pengaruh

dari Senam Ergonomik terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah tindakan

baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.

Tabel 4.6 Uji Paired Sample T-test Tekanan Darah Distolik Kelompok
Kontrol dan Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari
Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.

Perlakuan Kontrol

Mean Mean±SD Delta Sig.(2- Mean Mean±SD Delta Sig.(2-


tailed) tailed)
(mmhg) (ߡ) (mmhg) (ߡ)
Pre- Pre-
Test Test
78,16 81,05

Post- 4,474±3,687 4,48 0,000 Post- 1,632±3,041 0,97 0,007


Test Test
73,68 80,08

Berdasarkan tabel 4.6 menurut uji Paired Sample T-test menunjukan hasil

rerata pre-test tekanan darah distolik 78,16 mmhg, post-test 73,68 dengan nilai (Mean

= 4,474 SD = 3,687 (ߡ) = 4,48) dan didapatkan nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05

pada kelompok perlakuan. Pre-test tekanan darah distolik 81,05 mmhg, post-test

80,08 mmhg dengan nilai (mean = 1,632 SD = 3,041 (ߡ) = 0,97) dan didapatkan nilai

Sig.(2-tailed) = 0,007 < 0,05 yang berarti ada pengaruh dari Senam Ergonomik
64

terhadap tekanan darah distolik sebelum dan sesudah tindakan baik pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol.

4.2.5 Analisis Perubahan Tekanan Darah Sesudah Tindakan Senam Ergonomik

Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol

Kemudian peneliti melakukan uji Independent Sample T-test untuk

mengetahui perbandingan perbedaan Tekanan Darah sesudah intervensi pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Syarat melakukan uji Independent

Sample T-test data harus berdistribusi normal dan homogen, pada tabel 4.2 data

peneliti berdistribusikan normal dan homogen nilai signifikan > 0,05.

Tabel 4.7 Uji Independent Sample T-Test (kelompok perlakuan Senam


Ergonomik dan kelompok kontrol penderita hipertensi di Desa
Banjararum-Singosari Kabupaten Malang Periode 21 Desember
2019 – 18 Januari 2020).
T-Test Equality of Means
Kelompok
N Mean Sig.(2-tailed)
Post-Test-Sistolik Perlakuan 19 123,42 0,000
Kontrol 19 132,56 0,000
Post-Test-Distolik Perlakuan 19 73,68 0,000
Kontrol 19 80,08 0,000
Berdasakan tabel 4.7 menampilkan hasil uji Independent Sample T-Test untuk

melihat perbandingan hasil intervensi dari kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada perbandingan yang

signifikan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol P value < 0,05.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada

Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol


65

Hasil penelitian rerata pre-test tekanan darah sistolik kelompok perlakuan

sebesar 129,74 mmhg dengan maximum 140 mmhg dan minimum 120 mmhg dan

rerata post-test 123,42 mmhg maximum 133 mmhg dan minimum 115 mmhg.

Sedangkan rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol, pre-test 135.26 mmhg

maximum 150 mmhg dan minimun 120 mmhg. Data post-test 132.58 mmhg dengan

maximum 140 mmhg dan minimum 120 mmhg.

Berdasarkan hasil tersebut rerata penurunan tekanan darah sistolik sebelum

dan sesudah tindakan Senam Ergonomik pada kelompok perlakuan 6.32 mmhg dan

pada kelompok kontrol 2.68 mmhg. Mengalami penurunan yang cukup signfikan dari

data kedua kelompok sebelum dan sesudah tindakan.

Hasil rerata tekanan darah distolik pada kelompok perlakuan pre-test 76,16

mmhg dengan maximum 88 mmhg, minimum 70 mmhg dan rerata post-test 73.68

mmhg maximum 85 mmhg, minimum 63 mmhg. Sedangkan pada kelompok kontrol

pre-test 81.05 mmhg maximum 90 mmhg,minimum 70 mmhg. Rerata post-test 80.08

mmhg maximum 90 mmhg, minimum 73 mmhg.

Berdasarkan data tersebut rerata tekanan darah distolik sebelum dan sesudah

tindakan kelompok perlakuan mengalami penurunan 2,48 mmhg. Namun pada

kelompok kontrol tekanan darah distolik mengalami kenaikan 81.05 mmhg menjadi

80.08 mmhg mengalami penurunan setelah dilakukan intervensi.

Peneliti berpendapat bahwa hipertensi tersebut dapat disebabkan karena

proses penyakit dimana bertambahnya usia dapat mengakibatkan tekanan darah

meningkat, karena adanya peningkatan ketebalan arteri dan disfungsi jaringan endotel

dan juga meningkat seiring meningkatnya usia. Keadaan ini akan akan menimbulkan
66

penumpukkan zat kolagen pada lapisan otot pembuluh darah sehingga perlahan

pembuluh darah akan menyempit dan tidak elastis lagi.

Hipertensi pun dapat disebabkan oleh beragam faktor risiko. Beberapa faktor

risiko meliputi usia, jenis kelamin, merokok, stres dan riwayat hipertensi

(Hamarno,2010).Usia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi karena

semakin bertambahnya waktu, elastisitas pembuluh darah akan mengalami penurunan

sehingga terjadi pengecilan pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan kerja

jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Journal Medicine, 2015 dalam Dwi

Lestari, 2017). Dibuktikan dari data karakteristik menurut usia, semua responden

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki usia >35 tahun.

Ditinjau dari karakteristik jenis kelamin, perempuan rentan mengalami

hipertensi karena pengaruh hormin esterogen. Hormon esterogen berperan dalam

perlindungan atau pengaturan tekanan darah istirahat ketika adanya aktifitas saraf

simpatis otot, namun pada usia >40 tahun perempuan akan mengalami penurunan

produksi esterogen, sehingga perlindungan tekanan darah terhadap aktifitas simpatis

pun berkurang (Robertson, 2012 dalam Dwi Lestari, 2017). Dibuktikan bahwa respon

kelompok perlakuan berjenis kelamin perempuan berjumlah 16 (84,2%) dan pada

kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan berjumlah 14 (73,7%).


67

4.3.2 Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam

Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan

Kelompok Kontrol

Hasil data tekananan darah responden penelitian pre-post test kelompok

perlakuan diolah mengunakan uji statistik (Uji Paired Sample T-test) dan menunjukan

hasil nilai mean tekanan darah sistolik pre-post test sebesar 6.316 dengan nilai Sig.(2-

tailed) = 0,000 dan nilai mean 4,474 pre-post test tekanan darah distolik dengan nilai

Sig.(2-tailed) = 0,000, yang berarti ada perubahan tekanan darah yang signifikan pada

kelompok perlakuan Senam Ergonomik pada penderita Hipertensi. Sedangkan pada

kelompok kontrol pre-post test tekanan darah sistolik memiliki hasil nilai mean 2.684

dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,004 yang berarti ada perubahan tekanan darah sistolik

yang signfikan sebelum dan sesudah intervensi. Namun pada data pre-post tekanan

darah distolik nilai mean 1,632 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,007 yang ada perubahan

tekanan darah distolik yang signifikan pada kelompok kontrol.

Senam Ergonomik merupakan suatu aktivitas fisik yang bermanfaat untuk

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru,

peredaran darah, otot dan sendi. Senam Ergonomik hanya mempunyai gerakan ringan

seperti gerakan sholat dan diiringi alunan musik yang tidak terlampau keras. Gerakan

ini masih dapat memacu kerja jantung dengan intensitas ringan, sedang, bersifat

menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian otot-otot tubuh serasi sesuai

gerak sehari-hari.
68

Hasil penelitian sesuai dengan teori ketika tekanan darah naik, salah satu cara

untuk menurunkannya adalah meningkatkan level aktivitas fisik. Studi menunjukkan

bahwa keikutsertaan dalam aktivitas aerobik melindungi tubuh dari hipertensi. Selain

itu, olahraga dapat digunakan sebagai terapi untuk mengurangi hipertensi yang telah

terbentuk. Untuk pasien hipertensi berat tersedia obat anti hipertensi untuk

menurunkan tekanan darah. Tetapi kadang menimbulkan efek samping yang tidak

diinginkan. Efek samping diuretik mencakup ketidak seimbangan elektrolit,

ketidakmampuan menangani glukosa secara normal, dan peningkatan kadar kolestrol

darah. Efek samping obat yang mempengaruhi resistensi perifer total mencakup

peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar kolestrol HDL (bentuk baik

kolestrol), penambah berat, disfungsi seksusal, dan depresi.

Peneliti berpendapat bahwa pengaruh senam Ergonomik memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, karena

intervensi diberikan dengan intensitas, durasi, konsentrasi dan frekuensi senam yang

terjadwal yaitu 3x dalam 1 minggu selama 1 bulan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan (Balqah, 2013) terdapat pengaruh yang signifikan senam

ergonomik terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di posyandu Hipertensi

kelurahan brebes dengan p value 0,000 sistolik dan p value 0,000 diastolik.

4.3.3 Analisis Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Sebelum dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada

Penederita Hipertensi.

Berdasakan tabel 4.7 menampilkan hasil uji Independent Sample T-Test untuk

melihat perbandingan hasil intervensi dari kelompok perlakuan dan kelompok


69

kontrol. Nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada perbandingan yang

signifikan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol P value < 0,05. Terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan senam Ergonomik dan

kelompok kontrol.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian terdapat beberapa keterbatasan yang mempengaruhi pada

hasil penelitian, berikut adalah keterbatasan yang ditemui oleh peneliti.

1. Intervensi yang diberikan peneliti masih ditunjang oleh terapi farmakologi

yang diberikan oleh medis kepada responden sehingga juga dapat

berpengaruh pada hasil perubahan tekanan darah pada pasien.

2. Penelitian ini dilakukan di rumah warga berada di perkampungan sehingga

untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang masih belum

maksimal dikarenakan banyaknya warga beraktivitas.

3. Peniliti mendapatkan hasil dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dengan perlakuan senam Ergonomik.

Dikarenakan keterbatasan waktu peneliti masih belum bisa secara penuh

mendampingi dan mengontrol asupan konsumsi garam pada responden.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test pre-post test kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol memiliki hasil nilai signifikan, ada perubahan tekanan

darah yang signifikan dari tindakan senam Ergonomik pada penderita

hipertensi di desa Banjararum-Singosari Kabupaten Malang. Dapat

disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perubahan

yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan distolik pada

penderita hipertensi sebelum dan sesudah tindakan senam Ergonomik

2. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol pre-post test dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti bahwa terdapat pengaruh Senam Ergonomik terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan

Senam Ergonomik

3. Uji Independent Sample T-test untuk mengetahui perbandingan hasil antara

kelompok perlakuan senam Ergonomik dan kelompok kontrol. Dapat

disimpulkan ada perbedaan perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

yang signifikan sesudah tindakan senam Ergonomik pada kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol.

70
71

5.2. Saran

1. Bagi Masyarakat

Bagi masayarakat dan responden dengan hipertensi dapat menerapakan dan

berbagi informasi kepada keluarga terdekat untuk menggunakan kedua teknik ini

dirumah secara mandiri sebagai pendamping terapi farmakologi untuk membantu

mengontrol tekanan darah. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, teknik ini

sebaiknya dilakukan secara kontinu dan dengan konsentrasi yang baik serta

lingkungan yang nyaman.

2. Tenaga Kesehatan / Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Bagi tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan dapat memberikan dan

mengajarkan teknik ini kepada pasien dengan tekanan darah tinggi dan menerapakan

teknik ini sebagai tindakan mandiri keperawatan sehingga dapat menunjang profesi

keperawatan di lingkungan pelayanan kesehatan.

3. Insitusi Pendidikan

Teknik ini dapat dijadikan sebagai salah satu skill keperawatan dalam mata ajar

kuliah di lingkungkan pendidikan guna sebagai bekal mahasiswa dalam melakukan

asuhan keperawatan di praktik klinik keperawatan ataupun bekerja dikemudian hari.

4. Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian selanjutnya supaya dapat mengembangkan penelitian yang

sudah ada dengan melengkapi kekurangan dan keterbatasan yang ada. Penelitian

selanjutnya dapat mengunakan sampel yang lebih besar, waktu yang cukup,

memperketat kriteria inklusi sehingga hasil yang didapatkan dapat menjadi lebih

maksimal dan akurat.


72

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha. (2012). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.


Depkes RI. (2007). Retrieved August 5, 2019, from
http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-penderita-
hipertensi-tidak-menyadarinya.html
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik - Sofia Rhosma Dewi,
S.Kep.Ners. - Google Buku (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=3FmACAAAQBAJ&printsec=frontcover&
dq=lansia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjfp76mgZrjAhXQh3AKHdn6CK0Q6
AEIMjAC#v=onepage&q=lansia&f=false
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur. (2012). Profil_Kes.Prov.JawaTimur_2012.
142. https://doi.org/DOI Not Available
DINKES DIY. (2017). Retrieved July 18, 2019, from Dinas Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta website: http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/dinkes/baca-
senam-lansia-hipertensi-penurunan-tekanan-darah-lansia-lanjut-usia-senam-
lansia-dan-pengaruhnya-dalam-penurunan-tekanan-darah-pada-lansia-hipertensi
Duffour, C., Zakari, S., Imorou, I. T., Thomas, O. A. B., Djaouga, M., Arouna, O., …
Machines, S. V. (2017). Title. Progress in Physical Geography, 14(7), 450.
https://doi.org/10.1177/0309133309346882
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan - Google Buku. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=LKpz4vwQyT8C&pg=PT291&dq=pengerti
an+lansia+menurut+who+2017&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi4w7LDhJnjAhU
t6XMBHQTqCV8Q6AEILzAB#v=onepage&q=pengertian lansia menurut who
2017&f=false
Elizabeth, J. (2009). Patofisiologi:Buku Saku. Jakarta: EGC.
Geddes, & Grosset. (2005). Terapi Terapi Alternatif. Yogyakarta: Terbitan
Children’s Leisure Product Limited Scotlandia,2000.
Goossens, E. (E. J. ., Jong, H. de, & Agustin, R. W. (2009). Plangebied
Steenkampweg 2 te Vragender : gemeente Oost Gelre : archeologisch
vooronderzoek: een bureau- en inventariserend veldonderzoek. In WACANA
(Vol. 1). Retrieved from
http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/62
Hasan, A. K. (2018). International journal of life sciences and technology IJLST. In
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan (Vol. 9).
Hernawan, A. D., Alamsyah, D., & Sari, M. M. (2017). Efektivitas Kombinasi Senam
73

Aerobik Low Impact Dan Terapi Murottal Quran Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi Di Upt Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
Dharma Kabupaten Kubu Raya. Jumantik, 4(1), 1–15.
https://doi.org/10.29406/JJUM.V4I1.845
Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular - Dr. Irwan SKM.M.Kes -
Google Buku (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=3eU3DAAAQBAJ&printsec=frontcover&d
q=buku+tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjNju2O
z5DjAhU36nMBHSIZAvQ4ChDoAQg7MAQ#v=onepage&q&f=false
Junaedi, E., Yulianti, S., & Gustia Rinata, M. (2013). Hipertensi Kandas Berkat
Herbal - Edi Junaedi, SP. Msi , IR. Sufrida Yulianti, Mira Gustia Rinata, SSi,
MSi - Google Buku. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=J-
TIAwAAQBAJ&pg=PT13&dq=hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjAgN
W8-LrjAhU06nMBHQ6JDT4Q6AEILjAB#v=onepage&q=hipertensi&f=false
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Retrieved June 30, 2019, from
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia website:
http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-penderita-
hipertensi-tidak-menyadarinya.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Retrieved June 30, 2019, from
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia website:
http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-diam-
diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html
Kowalksi, R. E. (2010). Terapi Hipertensi - Robert E. Kowalski - Google Buku.
Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=7d0Ex0LAIc4C&pg=PA40&dq=faktor+risi
ko+hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj_ua2218jjAhXIV30KHbbFAsQQ
6AEIKTAA#v=onepage&q=faktor risiko hipertensi&f=false
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat - Lanny Lingga, PhD - Google
Buku. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=GWvjAwAAQBAJ&pg=PA2&dq=hiperten
si&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi15bnM97rjAhUkiOYKHS_nBUUQ6AEIOjA
D#v=onepage&q=hipertensi&f=false
Manuntung, A. (2018). TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN
HIPERTENSI - Ns. Alfeus Manuntung, S.Kep., M.Kep. - Google Buku. Retrieved
from
https://books.google.co.id/books?id=VWGIDwAAQBAJ&printsec=frontcover&
dq=buku+tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitpPPe
yZDjAhVTSX0KHeasDGcQ6AEIOzAE#v=onepage&q&f=false
Marliani, L., & Tantan S, H. (2013). 100 Question &amp; Answers Hipertensi - dr
Lili Marliani,H. Tantan S - Google Buku. Retrieved from
74

https://books.google.co.id/books?id=gkdbDwAAQBAJ&pg=PA27&dq=kompli
kasi+hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj5wrCh1r3jAhX77HMBHbi-
BpAQ6AEIKTAA#v=onepage&q=komplikasi hipertensi&f=false
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pamungkas, W. B. A. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Dusun Banaran 8 Playen
Gunung Kidul. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, 10.
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015).
Retrieved June 30, 2019, from Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia website:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15080300001/hipertensi-the-
silent-killer.html
Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Maj Kedokteran Indonesia, 59, 580–587.
Ronny. (2009). Fisiologi Kardiovaskular, Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiono, M., & Hidayati, N. . (2005). Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat.
Yogyakarta: Pradipta Publishing.
So’emah, E. N., Haryanto, A., & Akbar, A. (2017). Effect Of Ergonomic Gymnastic
to Lipid Profile and Blood Pressure In Patien With Hypertension at Sumber
Agung Village Jatirejo District Mojokerto Regency. International Journal Of
Nursing and Midwifery, 1(2), 14–25.
Sugiono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susyanti. (2012). Pencegahan Hipertensi. Jakarta: ISBN.
Tilong, A. (2014). Waspada penyakit-penyakit mematikan tanpa gejala menyolok.
Yogyakarta: Buku Biru.
Tjokroprawiro, A. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.2: Fakultas
Kedokteran Universitas ... - Google Buku (2nd ed.; Askandar Tjokroprawiro,
Poernomo Boedi Setiawan, Djoko Santoso, Gatot Soegiarto, & Lita Diah
Rahmawati, Eds.). Retrieved from
75

https://books.google.co.id/books?id=BICSDwAAQBAJ&pg=PA516&dq=buku+
tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitpPPeyZDjAhV
TSX0KHeasDGcQ6AEILjAB#v=onepage&q=buku tentang hipertensi tahun
2014&f=false
Varma, R., & Ross, C. N. (2017). Liquorice: a root cause of secondary hypertension.
JRSM Open, 8(2), 2054270416685208.
https://doi.org/10.1177/2054270416685208
Walsh, M. E., Debra, R., & Tisha, J. (2011). Integrating Complementary and
Alternative Medicine: Use of Essentials Oils in Hypertension Management.
Journal of Vascular Nursing, 29.
76

Lampiran 1
PLAN OF ACTION

SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN

No Kegiatan Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Tahap Persiapan

a. Perencanaan Judul

b. Mencari Literatur

c. Penyusunan Propsal

d. Konsultasi Proposal

e. Perbaikan Proposal

f. Ujian Sidang Proposal


dan Revisi
g. Pengurusan Ijin

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pegambilan Data

b. Pengolahan Data

c. Analisa dan Pengolahan


Data
d. Konsultasi Hasil

3. Tahap Evaluasi

a. Perbaikan Hasil
77

b. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil Penelitian
c. Ujian Sidang Hasil Skripsi
78

Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR INFORMASI

Kepada Yth. Bapak/Ibu


Di Tempat

Bapak/Ibu yang saya hormati,


Saya mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Program Studi
Sarjana Terapan Keperawatan Lawang.
Nama : Rizky Sulton Najib
NIM : 1601470072
Saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir, oleh karena itu mohon
kiranya kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden pada penelitian saya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Senam Ergonomik
terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa
Banjararum-Singosari Kab.Malang. Saya sebagai peneliti mohon bantuan serta
ketersediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian saya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, untuk itu diperlukan
pengisian kuisioner sebagai kelengkapan data responden. Jawaban yang diberikaan
hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian dan kerahasiaan identitas
Bapak/Ibu kami jamin.
Demikian permohonan saya atas perhatiannya saya atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.

Lawang, Desember 2019


Peneliti

Rizky Sulton Najib


1601470072
79

Lampiran 3

INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Umur :
Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui tujuan penelitian yang


berjudul “Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi”. Saya menyatakan setuju diikut sertakan dalam penelitian
dengan catatan apabila sewaktu-waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk
apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Demikian surat persetujuan ini saya buat, saya percayakan pada peneliti
bahwa semua informasi yang saya berikan dalam penelitian ini akan dijamin
keberhasilannya.

Singosari, 21 Desember 2019

Saksi Responden

(Rizky Sulton Najib) (…………………..….)


80

Lampiran 4

KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

Petunjuk Pengisian
1. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
checklist (√) pada tempat yang disediakan
2. Usahakan agar semua pertanyaan di isi
3. Jika ada hal yang kurang jelas, silahkan bertanya pada peneliti
4. Setiap satu pertanyaan di isi dengan satu jawaban

Data Demografi Responden:


1. Nama Responden :
2. Umur Responden :
3. Jenis Kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
5. Pekerjaan :
6. Berat Badan :
7. Riwayat Penyakit :
8.Apakah anda pernah melakukan senam Ergonomik sebelumnya?
[ ] Ya [ ] Tidak

Lawang,21 Desember 2020


Tanda tangan keaslian informasi

(Rizky Sulton Najib)


81

Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SENAM ERGONOMIK

Standart Operasional Prosedur (SOP)

Senam Ergonomik

1. Pengertian Senam ergonomik merupakan senam


fundamental yang geraknya sesuai dengan
susunan fisiologis tubuh, sehingga dengan
sendirinya tubuh homeotatisnya (keteraturan dan
keseimbangan) sehingga tubuh tetap dalam
keadaan bugar.
2. Tujuan 1. Memaksimalkan suplay oksigen ke otak
2. Mengembalikan posisi dan kelenturan sistem
syaraf dan aliran darah
3. Menjaga sistem kesegaran tubuh
4. Meningkatkan kekuatan otot dan efektifitas
fungsi jantung
5. Mencegah pengerasan pembuluh arteri
3. Indikasi 1. Hipertensi
2. Umur >35 tahun
4. Kontraindikasi 1. Demam
2. Pusing
3. Nyeri dada dan sesak nafas
4. Baru sembuh dari sakit
82

5. Persiapan pasien 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan


identitas klien dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan

dilakukan, berikan kesempatan kepada klien


untuk bertanya
3. Siapkan peralatan yang diperlukan
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
6. Persiapan alat -
83

7. Prosedur 1. Lapang dada


Berdiri tegak, kedua lengan di putar ke
belakang semaksimal mungkin. Rasakan
keluar masuk nafas dengan rileks. Saat dua
lengan diatas kepala, jari kaki jinjit.
2. Tunduk syukur
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik
nafas dalam secara rileks, lalu tahan nafas
sambil membungkungkan badan ke
depan(nafas dada) semampunya. Tangan
berpegangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik. Wajah
menengadah sampai terasa tegang/panas.
Saat melepas napas lakukan secara rileks
dan perlahan.
3. Duduk perkasa
Menarik nafas dalam (nafas dada) lalu tahan
sambil membungkukkan badankedepan dan
dua tangan bertumpu pada paha, wajah
menengadah sampai terasa tegang atau
panas. Saat membungkuk pantat jangan
sampai menungging.
4. Sujud syukur
Posisi duduk perkasa dengan kedua tangan
84

menggenggam pergelagan kaki, menarik napas


dalam (napas dada), badan membungkuk ke
depan sampai punggung terasa tertarik, wajah
menengadah sampai terasa tegang/panas. Saat
membungkuk pantat jangan sampai
menungging. Saat melepaskan napas lakukan
secara rileks dan perlahan.

5. Berbaring pasrah
Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan
berbaring pasrah. Punggung menyentuh
lantai/alas, dua lengan lurus di atas kepala,
napas rileks dan dirasakan (napas dada), perut
mengecil.

8. Evaluasi 1. Evaluasi hasil yang dicapai


2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Mengakhiri pertemuan dengan baik
85

Lampiran 6

SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Pengertian Menilai tekanan darah yang merupakan indikator untuk


menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan
pemeriksaan nadi.

Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pengukuran


tekanan darah.

Persiapan Alat 1. Spigmomanometer

2. Stetoskop

3. Manset dewasa

4. Lembar observasi tekanan darah

5. Alat tulis

Persiapan Pasien 1. Atur posisi responden pada posisi duduk

2. Atur tempat tenang dan nyaman

3. Jelaskan prosedur kepada klien

4. Sebelum pengukuran, responden istirahat minimal 10


menit dan aktivitas

5. Posisi pengukuran dibagian lengan

Prosedur 1. Jelaskan prosedur pada pasien


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi
terlentang
5. Lengan baju dibuka
86

6. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3


cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun
terlalu longgar)

7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra

8. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachialis,


letakkan stetoskop diatas denyut nadi yang telah
ditentukan

9. Pompa balon udara hingga denyut nadi tidak


terdengar di stetoskop
87

10. Kempeskan balon udara manset secara perlahan-lahan


dengan cara memutar scrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam

11. Catat titik manometer pada spigmomanometer saat


pertama kali terdengar kembali denyut
12. Catat titik manometer pada spigmomanometer saat
denyutan terakhir sebelum hilang
• Suara Korotkoff: menunjukkan besarnya tekanan
sistolik secara auskultasi
• Suara Korotkoff IV/ V : menunjukkan besarnya
tekanan diastolic secara auskultasi
13. Catat hasilnya pada catatan pasien
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
88

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tekanan Darah
Usia/ jenis
No Tgl Nama Pre Post
kelamin
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
89

Lampiran 8

TABULASI DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPOK PERLAKUAN DAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BANJARARUM-SINGOSARI KAB.MALANG

Jenis Tekanan Darah Tekanan Darah


Nama Usia Kela- Pre-Test Sistolik Pre-Test Distolik Post-Test Sistolik Post-Test Distolik
min M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata

Ny. L 42 2 140 130 120 120 128 90 80 80 70 80 130 120 120 110 120 70 70 70 60 68

Tn. A 38 1 140 130 110 120 125 80 80 70 60 72 130 120 110 110 118 80 70 70 60 70

Ny.L 35 2 150 140 140 130 140 100 90 80 80 88 140 140 130 120 132 90 90 80 80 85

Ny.N 38 2 140 140 130 120 132 90 90 80 70 82 130 130 120 120 125 80 80 80 70 78

Nn. L 40 2 130 130 120 110 122 80 80 80 80 80 120 120 110 110 115 70 70 60 60 65

Ny.S 35 2 150 140 130 130 138 90 80 70 80 80 140 130 120 120 128 90 70 80 70 78

Ny.I 35 2 140 140 130 130 135 90 80 70 80 80 140 130 130 130 132 90 80 80 70 80

Tn. I 35 1 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80 130 120 130 120 125 80 80 80 70 78

Ny. S 36 2 130 120 120 120 122 80 70 70 70 72 120 120 110 110 115 70 70 70 70 70

Tn.I 37 1 130 130 120 120 125 70 80 80 80 78 120 120 120 110 118 80 70 70 70 72

Ny.K 38 2 130 130 120 120 125 90 70 80 80 80 130 120 110 120 120 70 70 80 80 75
90

Ny. I 40 2 130 130 130 120 128 80 80 70 80 78 130 120 120 120 122 80 70 70 70 72

Ny. T 38 2 140 130 130 130 132 80 80 70 70 75 130 130 120 120 125 80 70 70 70 72

Ny.Y 40 2 140 130 130 130 132 80 80 80 70 78 130 130 130 130 130 80 80 70 70 75

Ny. I 37 2 130 130 130 120 128 80 80 70 80 78 130 130 120 120 125 80 80 70 60 72

Ny. S 48 2 150 140 130 120 135 90 90 80 70 82 140 130 120 120 128 80 70 80 80 78

Ny. P 37 2 130 130 120 130 128 70 70 70 70 70 130 120 120 120 122 70 60 60 60 62

Ny. S 40 2 140 130 130 120 130 80 70 80 60 72 130 120 120 120 122 70 80 70 60 70

Ny. P 43 2 130 120 110 120 120 80 70 80 70 75 120 110 120 120 118 80 80 70 70 75
91

Lampiran 9

TABULASI DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPOK KONTROL DAN TEKANAN DARAH

PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BANJARARUM-SINGOSARI KAB.MALANG

Jenis Tekanan Darah Tekanan Darah


Nama Usia Kela- Pre-Test Sistolik Pre-Test Distolik Post-Test Sistolik Post-Test Distolik
min M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata M1 M2 M3 M4 Rata

Ny. I 46 2 150 140 130 130 138 90 90 90 90 90 150 140 130 130 138 90 90 70 80 82

Tn. B 48 1 140 130 130 120 130 100 90 80 80 88 140 130 120 130 130 100 90 90 80 90

Ny.R 44 2 140 140 140 130 138 70 70 70 70 70 140 140 130 130 135 70 70 80 80 75

Ny.Y 48 2 130 130 130 120 128 80 70 80 80 78 130 130 120 120 125 80 70 90 80 80

Nn. P 50 2 150 140 140 130 140 90 80 80 80 82 150 140 120 130 135 90 80 90 80 85

Tn.S 53 1 130 120 120 120 122 80 80 70 80 78 130 120 120 120 122 80 80 80 80 80

Ny.I 45 2 140 140 130 130 135 90 80 70 80 80 140 140 130 130 135 90 80 80 70 80

Tn. I 45 1 150 140 130 130 138 90 90 90 80 88 150 140 130 130 138 90 90 90 80 88

Ny. B 46 2 130 130 130 120 128 80 70 80 70 75 130 130 120 130 128 80 70 80 80 78

Tn.P 47 1 140 130 130 120 130 80 80 80 80 80 140 130 130 120 130 80 80 90 80 82

Ny.O 48 2 150 150 140 130 142 90 80 80 80 82 150 150 110 130 135 90 80 80 80 82
92

Ny. L 50 2 160 150 140 140 148 100 90 80 80 88 160 150 130 120 140 100 90 80 80 88

Ny. E 48 2 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80 140 140 130 120 132 80 80 80 80 80

Ny.J 52 2 140 130 130 130 132 80 80 80 70 78 140 130 130 130 132 80 80 80 80 80

Tn.I 49 1 150 140 140 130 140 90 80 80 70 80 150 140 130 120 135 90 80 70 80 80

Ny. L 47 2 130 110 120 120 120 70 60 80 80 72 130 110 120 120 120 70 60 80 80 72

Ny.M 50 2 140 140 130 130 135 80 80 80 70 78 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80

Ny.A 43 2 160 150 150 140 150 90 90 90 90 90 160 150 120 120 138 90 90 80 70 82

Ny.G 42 2 150 140 130 130 138 90 80 80 70 80 150 140 120 120 132 90 80 80 80 82
93

Lampiran 10

Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
PERLAKUAN
POST-TEST-
SISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
POST-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KONTROL
POST-TEST-
SISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
PRE-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
POST-TETS-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
94

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- .149 19 .200* .963 19 .625
PERLAKUAN
POST-TEST-
SISTOLIK-
.123 19 .200* .953 19 .445
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-
DISTOLIK-
.176 19 .125 .949 19 .381
KELOMPOK-
PERLAKUAN
POST-TEST-
DISTOLIK-
.133 19 .200* .974 19 .853
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- .118 19 .200* .976 19 .883
KONTROL
POST-TEST-
SISTOLIK-
.215 19 .021 .902 19 .054
KELOMPOK-
KONTROL
PRE-TEST-
DISTOLIK-
.205 19 .034 .933 19 .196
KELOMPOK-
KONTROL
POST-TETS-
DISTOLIK-
.187 19 .078 .939 19 .255
KELOMPOK-
KONTROL
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
95

Lampiran 11

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Pre-Test-Sistolik .872 1 36 .357
Post-Test-
.031 1 36 .861
Sistolik
Pre-Test-Distolik 1.668 1 36 .205
Pre-Test-Distolik .767 1 36 .387
96

Lampiran 12

Uji Paired Sample T-test

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Pre-Test-Sistolik-
129.74 19 5.546 1.272
Perlakuan
Post-Test-Sistolik-
123.42 19 5.440 1.248
Perlakuan
Pair 2 Pre-Test-Distolik-
78.16 19 4.285 .983
Perlakuan
Post-Test-Distolik-
73.68 19 5.334 1.224
Perlakuan
Pair 3 Pre-Test-Sistolik-
135.26 19 7.687 1.764
Kontrol
Post-Test-Sistolik-
132.58 19 5.378 1.234
Kontrol
Pair 4 Pre-Test-Distolik-
81.05 19 5.671 1.301
Kontrol
Post-Test-Distolik-
80.08 19 4.230 .970
Kontrol
97

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 Pre-Test-Sistolik-
Perlakuan & Post-Test- 19 .901 .000
Sistolik-Perlakuan
Pair 2 Pre-Test-Distolik-
Perlakuan & Post-Test- 19 .727 .000
Distolik-Perlakuan
Pair 3 Pre-Test-Sistolik-
Kontrol & Post-Test- 19 .909 .000
Sistolik-Kontrol
Pair 4 Pre-Test-Distolik-
Kontrol & Post-Test- 19 .851 .000
Distolik-Kontrol
98
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pre-Test-Sistolik-
Perlakuan - Post-Test- 6.316 2.451 .562 5.135 7.497 11.234 18 .000
Sistolik-Perlakuan
Pair 2 Pre-Test-Distolik-
Perlakuan - Post-Test- 4.474 3.687 .846 2.696 6.251 5.288 18 .000
Distolik-Perlakuan
Pair 3 Pre-Test-Sistolik-Kontrol
- Post-Test-Sistolik- 2.684 3.591 .824 .953 4.415 3.258 18 .004
Kontrol
Pair 4 Pre-Test-Distolik-Kontrol
- Post-Test-Distolik- 1.632 3.041 .698 .097 1.834 1.905 18 .007
Kontrol

Lampiran 13

Uji Independent Sample T-test

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Post-Test-TekananDarah- Equal variances assumed .001 .975 -5.063 35 .000 -9.135 1.804 -12.797 -5.472
Sistolik Equal variances not
-5.061 34.816 .000 -9.135 1.805 -12.800 -5.469
assumed
Post-Test-TekananDarah- Equal variances assumed .570 .455 -4.942 35 .000 -7.927 1.604 -11.183 -4.671
Distolik Equal variances not
-4.970 34.243 .000 -7.927 1.595 -11.167 -4.686
assumed
99

Lampiran 14
Surat Izin Penelitian Dari Kampus
100

Lampiran 15
Surat Izin Penelitian Dari Bankes Banpol
101

Lampiran 16
Dokumentasi Penelitian
102
103
104
105
106

Anda mungkin juga menyukai