SKRIPSI
Oleh :
RIZKY SULTON NAJIB
NIM. 1601470072
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NIM : 1601470072
Tanda Tangan :
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di Lawang,
Pada Tanggal 2 Juni 2020
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap
Singosari Kab. Malang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
Malang yang telah memberikan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Hurun Ain, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen pembimbing utama yang telah sabar
viii
5. Ni Wayan Dwi Rosmalawati A.Per.Pen, M.Kes selaku dosen pembimbing
pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam
6. Sumirah Budi P, S.KP, M.Kep selaku dosen penguji ketua yang telah
memberikan kritik dan saran atas Skripsi ini sehingga dapat terciptanya skripsi
yang baik.
7. Bapak, ibu, almarhum kakak, serta miftakhul qomaria sebagai penyemangat dan
seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa serta semangat
8. Rekan-rekan Sarjana Terapan Keperawatan Lawang 2016 dan semua pihak yang
Besar harapan penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat menambah
Penulis
Rizky Sulton Najib
(1601470072)
ix
ABSTRACT
Rizky Sulton Najib. 2020. The Effect of Ergonomic Exercise on Changes in Blood
Pressure in Patients with Hypertension. Lawang Nursing Bachelor of Applied
Sciences Program, Health Polytechnic of Ministry of Health Malang. Supervisor
(Main) Hurun Ain, S.Kp, Ns, M.Kep., Advisor (Assistant) Ni Wayan Dwi
Rosmalawati, A.Per.Pen, M.Kes
ix
ABSTRAK
Rizky Sulton Najib. 2020. Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Progam Studi Sarjana Terapan Keperawatan
Lawang, Politekknik Kesehatan Kemenkes Malang. Pembimbing (Utama) Hurun
Ain, S.Kp, Ns, M.Kep., Pembimbing (Pendamping) Ni Wayan Dwi Rosmalawati,
A.Per.Pen, M.Kes
x
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................vii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 7
xi
2.3.1 Pengertian Senam Ergonomik ................................................................24
2.3.2 Fisiologi Senam Ergonomik ...................................................................25
2.3.3 Aspek Fisiologi Senam Ergonomik .......................................................26
2.3.4 Prinsip Program Latihan Senam ............................................................27
2.3.5 Ketentuan – Ketentuan Senam ...............................................................27
2.3.6 Teknik Dan Cara Senam Ergonomik .....................................................28
2.4 Hubungan Senam Latihan Fisik terhadap Tekanan Darah ...............................33
2.5 Clinical Pathway Senam Ergonomik................................................................34
2.6 Kerangka Konseptual ......................................................................................35
2.7 Hipotesis Penelitian..........................................................................................36
2.8 Hasil Literatur Review. ....................................................................................37
xii
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Umum
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................59
4.1.2 Karakteristik Responden .........................................................................59
4.2 Data Khusus
4.2.1 Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan Dan
Kelompok Kontrol .............................................................................60
4.2.2 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik
Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kontrol ..............61
4.2.3 Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol ...................................................................................................62
4.2.4 Analisis Perubahan Tekanan Darah Pada Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol ..................................................................................................64
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada
Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan Kontrol ......................65
4.3.2 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam
Ergonomik Pada Penderita Hipertensi Kelompok Perlakuan Dan
Kontrol. ..................................................................................................68
4.3.3 Analisis Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada Penderita
Hipertensi. ...............................................................................................72
4.4 Keterbatasan Penelitian. ...................................................................................72
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
mengangkat judul penelitian ini dan dicantumkan tentang rumusan masalah, tujuan
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa
kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Untuk meraih derajat kesehatan yang optimal, setiap orang harus
penyakit menular maupun yang tidak menular. Semakin bertambah usia, maka
masalah kesehatan akan semakin kompleks dan salah satu penyakit degeneratif yang
seimbang gizi, enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah, dan teratur
1
2
olahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran
darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu
melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2010). Laporan Word Health Organization pada
tahun 2010-2014 menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%
wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, di
mana dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639
besar di rumah sakit dengan angka kematian yang cukup tinggi. Pada tahun 2015
tercatat 100.489 kasus hipertensi terdiri dari 19.874 kasus rawat inap dan 80.165
kasus rawat jalan. Adapun angka kematian karena hipertensi tercatat sebanyak 955
kematian dengan angka case fatality rate (CFR) sebesar 4,81% (Kementrian
sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami
hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data
menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat
3
Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
Berdasarkan data dari rumah sakit di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 (per 31
Mei 2013) kasus penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit umum
pemerintah tipe A adalah Anemia (20.077) dan Hipertensi (12.590), sedangkan pada
rumah sakit tipe B adalah Diare (9.404 kasus) dan Diabetes Melitus (8.370 kasus).
Pada rumah sakit tipe C, dua besar penyakit terbanyak 3 pasien rawat inap adalah
Diabetes Melitus (9.620 kasus) dan Hipertensi (7.355 kasus) (Kurniawan, 2017).
Singosari pada tanggal 27 Juli 2019, bahwa hipertensi menjadi salah satu penyakit
yang diderita oleh masyarakat. Data puskesmas Singosari pada bulan Mei 2019
penanganan pasien hipertensi ini akan diberikan terapi non farmakologis berupa
senam ergonomik.
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Endang,
Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap atau silent killer karena termasuk
(Pudiastuti, 2013). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami penderita
antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, mual, muntah,
cemas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epitaksis, pandangan kabur atau
diantaranya infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal (Udjianti, 2010).
Hipertensi dapat menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas hidup pada penderita
hipertensi apabila kurang atau tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan
obat atau senyawa yang dalam proses kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah
Latihan fisik seperti senam yang teratur juga membantu mencegah keadaan-
keadaan atau penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once, 2011).
Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan adalah senam. Beberapa senam yang dapat
dilakukan oleh yaitu senam tera, yoga, senam kegel dan senam ergonomik
5
mengembalikan posisi dan kelenturan system saraf dan aliran darah, memaksimalkan
suplai oksigen ke otak, mampu menjaga system kesegaran tubuh serta system
pembuangan energy negatif dari dalam tubuh. Selain itu 3 Senam ergonomik juga
bisa dilakukan oleh semua umur. Senam ergonomi terdiri dari gerakan yang
penurunan tekanan darah didapatkan hasil tekanan darah sistol 140mmHg setelah
dilatih senam Ergonomik dan nafas dalam sistol menjadi 127 mmHg dan untuk
diastole 90 mmHg setelah dilatih senam Ergonomik dan latihan nafas dalam menjadi
78,85 mmHg.
Malang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi
penderita hipertensi pada masa yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu
a. Bagi Penulis
pengobatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan tentang tinjauan teori yang berkaitan dengan judul
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dati 90 mmHg atau sedang mengkonsumsi obat
merokok, diet, asupan garam, ras, obesitas dan pengaruh otokrin yang berperan
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik lebih dari 140
Menurut JNC VII, (2003); Depkes, (2008) dikutip dalam Saputri, (2010)
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140
mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). Penyakit ini sering
disebut pembunuh diam-diam karena sering tidak menunjukkan gejala tetapi tiba-tiba
8
9
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90
pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
golongan, yaitu :
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yaang
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor
.
10
golongan yaitu :
adanya gangguan lain, seperti faktor keturunan, pola hidip yang tidak
disebabkan oleh faktor stress. Gaya hidup pun akhirnya mendukung timbulnya
berlemak dan garam yang tinggi, aktifitas yang rendah, kebiasaan merokok,
serta konsumsi alkohol dan kafein. Selain itu, hipertensi dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pada remakan masa lalu di dalam jiwa seseorang dan
dapat juga disebabkan oleh fakto gen dan lingkungan di dalam raga (badan)
seseorang.
tersebut antara lain : diet asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis, tonus
sendiri merupakan 95% dari seluruh kejadian hipertensi yang ada (Yogiantoro, 2009).
gangguan pada organ tubuh, seperti gangguan ginjal, endokrin, kekuatan aorta.
muntah, mudah kenyang, kondisi stress yang terus menerus dapat pula
menyebabkan hipertensi.
sebagai peningkatan tekanan darah karena sesuatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit
ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara
denyit jatung, volume sekuncup, asupan tinggi garam, vasokontriksi arterio dan arteri
kecil, stress berkepanjangna dan genetik. Agrina et al (2011) berpendapat bahwa ada
sebagai berikut:
a. Genetik
dengan orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi,
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal
yang lebih besar yang terdapat didalam tubuh perempuan dibandingkan laki-
laki, yang dapet menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh dan obesitas,
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan sengan
berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan
Obesitas (lebih dari 25% diatas berat badan ideal) dikaitkan dengan
e. Gaya hidup
13
di pusat vasomotor pada medulla di otak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf paska konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
rangsang vasokontriktor.
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf merangsang pembuluh darah sebagai respon emosi, kelenjar
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
14
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi (Wijaya & Putri, 2013 dikutip dalam
Nurasiyah, 2016).
Amin (2015) menyatakan bahwa gejala hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hipertensi arterial tidak akan pernah terdiaknosa jika tekanan arteri tidak
teratur.
mengeluh sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
Untuk menghidari terjadinya komplikasi hipertensi yang fatal, maka penderita perlu
mengambil tindakan pencegahan yang baik (stop high blood pressure) sebagai
berikut :
d. Olahraga teratur
Pada stadium awal dari hipertensi primer bersifat asimtomatik dan hanya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah meningkat secara bertahap tetapi menjadi
permanen. Manifestasi dari hipertensi primer meliputi nyeri kepala biasanya pada
kepala dan leher belakang yang terjadi saat bangun tidur dan berkurang pada siang
Manifestasi lain dapat muncul akibat kerusakan organ target seperti nokturia,
bingung, mual, muntah, sesak nafas, nyeri dada dan gangguan penglihatan. Pada
papiledema (Black & Hawk, 2005; LeMone & Burke, 2008; Sudoyo, et al. 2006
2.1.8 Komplikasi
1. Payah Jantung
Kerusakan ini dapat terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem
listrik jantung.
2. Stroke
lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka
3. Kerusakan ginjal
protein (proteinuria).
17
4. Kerusakan penglihatan
tetapi juga juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
a. Diuretik (lasix/furosemid)
Golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.
Obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses
enzyme/ACE). Salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolah darah
tinggi atau hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
Obat-obat ini diberikan bertahap dari satu macam, mulai dengan dosis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat meliputi :
a. Diet
minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari.
b. Latihan fisik
Empat prinsip latiahan fisik untuk penderita hipertensi antara lain :
1. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, senam,
2. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-
Tekanan darah adalah tegangan atau tekanan yang dilakukan oleh darah untuk
melawan dinding arteri. Jumlah tekanan pada sistem penting untuk mempertahankan
pembuluh darah tetap terbuka, perfusi kapiler dan oksigenasi jaringan tubuh (LeMone
& Burke, 2008 dikutip dalam Sepdianto, 2008). Tekanan darah merupakan kekuatan
lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan darah jantung
Tekanan darah yaitu kekuatan darah mengalir di dinding darah yang keluar dari
jantung dan yang kembali ke jantung (Hadibroto et al, 2006 dikutip dalam Fuad,
2012). Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah
dalam pembuluh darah dalam tubuh kita. Jantung yang berperan sebagai pompa otot
mensuplai tekanan tersebut untuk menggerakkan darah dan juga mengedarkan darah
20
Tekanan darah bukanlah tekanan darah dengan kuantitas yang tetap tetapi dapat
gembira, atau sedang beraktivitas, tekanan darah akan meningkat. Setelah situasi
tersebut berlalu, maka tekanan darah akan kembali normal. Kuantitas tekanan darah
ini bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer (Lidya, 2009).
Tekanan darah normal manusia adalah 100 – 140 mmHg untuk tekanan sistolik
dan 60 – 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik menunjukkan fase darah
saat dipompa oleh jantung, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan fase darah
yang kembali ke jantung pada saat relaksasi arteri (Lidya, 2009). Tekanan sistolik dan
diastolik bervariasi untuk tiap individu, namun menurut (Devine, 2012 dikutip dalam
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan direkam
dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac
output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung
merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke
volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return)
dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos
pembuluh darah, elastisitas pembuluh darah dan viskositas darah (Oka, 2013).
21
1. Curah jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa jantung selama satu
menit. Tekanan darah sangat bergantung pada curah jantung. Curah jantung
perubahan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung
lebih cepat dari perubahan kontraktilitas atau volume darah hal itu
2. Tahanan perifer
Tahanan pembuluh darah perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang
ditentukan oleh tonus otot vaskular dan diameter pebuluh darah. Semakin
kecil lumen pembuluh semakin besar tahanan vaskular terhadap aliran darah.
Tekanan darah pada arteri naik ketika tahanan vascular juga meningkat.
3. Volume darah
Volume sirkulasi darah pada kebanyakan orang dewasa adalah 500 mL.
Volume darah dalam tubuh akan selalu konstan dan jika terjadi peningkatan
4. Viskositas
berkontraksi lebih kuat agar dapat mengalirkan darah yang mengental untuk
5. Elastisitas
pembuluh darah. Kontrol ini bertujuan untuk mempengaruhi distribusi darah sebagai
diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah
serebrum) (Mayuni, 2013 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015). Sistem pengaturan
tekanan arteri oleh baroreseptor dimulai oleh reseptor regang yang disebut
arteri sistemik besar. Hampir semua arteri besar di daerah toraks dan leher terdapat
Baroreseptor sangat banyak terdapat di dalam dinding arkus aorta dan dinding
setiap arteri karotis interna yang terletak sedikit diatas bifurkasio karotis, daerah yang
23
dikenal sebagai sinus karotis. Sinyal dari baroreseptor karotis dijalarkan melalui saraf
batang otak. Sinyal dari baroreseptor aorta, di arkus aorta dijalarkan melalui saraf
vagus menuju traktus solitarius yang sama di medula. Baroreseptor lebih banyak
merespon terhadap tekanan yang berubah cepat daripada tekanan yang menetap
dengan efek vasodilatasi vena dan arteriol di seluruh sistem sirkulasi perifer serta
penurunan curah jantung (Guyton & Hall, 2008 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015).
Sistem pengaturan tekanan arteri oleh vasomotor, bagian lateral dari pusat
vasomotor mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung bila
tubuh perlu untuk menaikkan frekuensi serta kontraktilitas jantung. Sedangkan bila
tubuh perlu untuk menurunkan pompa jantung, maka medial pusat vasomotor
menurunkan frekuensi dan kontraktiltas jantung. Oleh karena itu pusat vasomotor
menurun pada saat vasokontriksi dihambat (Guyton & Hall, 2008 dikutip dalam
Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung maupun tidak langsung.
Metode langsung menggunakan insersi kateter arteri dan metode tidak langsung
paling umum menggunakan sphingmanometer dan stetoskop (Potter & Perry, 2005
dikutip dalam Susiati, 2016). Manset yang dapat dikembangkan dipasang melingkar
pada lengan bagian atas (lebarnya minimal 40 % dari lingkar lengan) dibawah kontrol
manometer, dipompa kira-kira 30 mmHg diatas nilai saat pulsasi radialis yang teraba
menghilang.
Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada lipat siku, dibawah sisi manset,
bunyi pertama yang sinkron dengan nadi bunyi ketukan yang jelas, (fase pertama)
korotkof adalah tekanan darah sistolik. Normalnya bunyi ini awalnya lemah (fase
kedua) sebelum menjadi keras (fase ketiga) kemudian menjadi redup (fase keempat)
seluruhnya menghilang pada (fase kelima). Fase kelima digunakan sebagai tekanan
darah sistolik ( Potter & Perry, 2005 dikutip dalam Susiati, 2016).
2013). Senam ergonomis merupakan suatau metode yang praktis dan efektif dalam
25
suplay oksigen ke otak, mampu menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem
syaraf, dan aliran darah. Memeaksimalkan suplay oksigen ke otak, mampu menjaga
sistem kesegarah tubuh, serta sistem pembuangan energi negatih dari dalam tubuh.
Selain itu juga dapat meningkatakan kekuatan otot, efektifitas fungsi jantung,
ini bisa dilakukan oleh semua umur, senam ini juga terdiri dari gerakan sholat.
Ketika tekanan darah naik, salah satu cara untuk menurunkannya adalah
aktivitas fisik senam ergonomik melindungi tubuh dari hipertensi. Selain itu, olahraga
dapat digunakan sebagai terapi untuk mengurangi hipertensi yang telah terbentuk.
Untuk pasien hipertensi berat tersedia obat anti hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah. Tetapi kadang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Efek
menangani glukosa secara normal, dan peningkatan kadar kolesterol darah. Efek
Resiko minum obat mungkin melebihi manfaat yang diperoleh dari penurunan
tekanan darah. Karena kemungkinan efek samping obat maka terapi non farmakologi
yang paling sering digunakan adalah penurunan berat badan, pembatasan garam, dan
olahraga. Meskipun penurunan berat badan hamper mengurangi tekanan darah namun
dalam menjaga berat hanya sekitar 20 %. Pembatasan garam bermanfaat bagi banyak
pengidap hipertensi, tetapi kepatuhan terhadap diet rendah garam sulit dipertahankan
sedang yang dilakukan selama 15 sampai 30 menit dengan frekuensi 3 kali seminggu
bermanfaat bagi sebagian besar kasus hipertensi ringan sampai sekarang sedang.
Karena itu ada baiknya bahwa progam olahraga senam ergonomik dilakukaan dengan
(Sherwood,2011)
yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Roni (2009), respons
mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup vena
menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat.
27
Roni (2009) berpendapat bahwa program senam mempunyai prinsip antara lain:
tersaing.
Roni (2009) berpendapat dosis latihan senam adalah lama latihan minimum 30 -
inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi. Sebelum
senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang
hilang.Selalu di ingat untuk minum air sebelum, selama dan sesudah berlatih.
2. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak menggangu
pencernaan. Kalau latihan pada waktu pagi hari tidak perlu makan
sebelumnya.
4. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh
5. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai
pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan
tebal.
28
6. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki
7. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari, bila latihan
diluar gedung.
adalah gerakan lapang dada, tunduk syukur, duduk perkasa, sujud syukur dan
seperti berdiri dan mengangkat tangan, rukuk, dududk dan sujud.berikut 5 gerakan
1. Lapang dada
keluar masuk nafas dengan rileks. Saat dua lengan diatas kepala, jari kaki
fungsinya cabang besar saraf dibahu dalam merangsang saraf pada organ
paru, jantung, liver, ginjal, lambung, dan usus sehingga metabolisme normal.
Dua kaki jinjit meningkatkan stimulus sensor - sensor saraf yang merupakan
2. Tunduk syukur
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas dalam secara rileks, lalu tahan
secara rileks dan perlahan. Menarik nafas dalam dengan menahannya di dada
belakang (tempat jalurnya saraf tulang belakang berada) relatif dalam dalam
lebih tajam dari posisi normal, menyebabkan peningkatan kerja serabut saraf
3. Duduk perkasa
Menarik napas dalam (napas dada) lalu tahan sambil membungkukkan badan
ke depan dan dua tangan bertumpu pada paha, wajah menengadah sampai
merupakan stimulator bagi fungsi vital sistem organ tubuh: ibu jari terkait
dengan fungsi energi tubuh. Adapun jari telunjuk terkait dengan fungsi
pikiran, jari tengah terkait dengan fungsi pernapasan, jari manis terkait dengan
kelingking terkait dengan fungsi liver (hati) dan sistem kekebalan tubuh. -
dengan dua tangan bertumpu pada paha. Hal ini memberikan efek
31
yang bertumpu pada paha akan menekan dinding perut sejajar dengan organ
ginjal yang ada di dalamnya. Hal ini membantu mengoptimalkan fungsi ginjal.
4. Sujud syukur
lakukan secara rileks dan perlahan. Manfaat sujud syukur menampung udara
tekanan di dalam saluran saraf tulang belakang tempat saraf tulang belakang
berada. Hal ini juga akan berdampak pada meningkatnya suplai darah dan
tulang leher, termasuk serabut saraf simpatis yang berada di sana. - Dua
32
dalam memosisikan ruas tulang leher dalam keadaan fleksi dan melebarkan
ruang antarruas tulang tersebut, tempat jaringan ikat lunak sebagai absorber
(peredam kejut). Posisi ini memberikan efek relaksasi pada serabut saraf
5. Berbaring pasrah
organ dalam yang sarat saraf. - Efek relaksasi saraf tulang belakang ini juga
kembali" kerja sistem dalam tubuh, dan terjadilah proses self healing
posisi Duduk Pembakaran, lengan Lapang Dada, dan napas rileks (lingkaran).
Prinsip yang penting dalam olahraga untuk mereka yang menderita tekanan
daarah tinggi iyalah dengan olahraga ringan lebih dahulu seperti jalan kaki atau
senam. Berjalan kaki secara teratur sekitar 30-45 menit setiap hari dan semakin lama
jalan dapat dapat dipercepat, akan menurunya tekanan darah. Olahraga seperti senam
dapat meningkatkan oksigen dan glukosa untuk membentuk ATP. Terkait dengan
pelebaran (vasodilatasi), serta pembuluh darah yang belum terbuka akan terbuka
Latihan fisik
Hipertensi
Obat-obatan: (Senam Ergonomik)
- Diuretik
- Beta blocker
- Calcium Meningkatkan oksigen &
chonel glukosa untuk membentuk
blocker ATP
Memaksimalakan fungsi
oksigen ke otak
Mencegah pengerasan
pembuluh darah
Hipertensi
-Diuretik -Diet
Perubahan Tekanan
Darah
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.7. Menjelaskan bahwa Penderita Hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh
36
gangguan organ tubuh. Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi yaitu
umur, jenis kelamin, berat badan , genetik dan gaya hidup. Penatalaksanaan
hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu terapi farmakologi yang meliputi diuretik, beta
blocker, calcium chanel blocker sedangkan terapi non farmakologi meliputi diet,
pendidikan kesehatan dan latihan fisik. Peneliti memilih latihan fisik senam
peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan dua
atau lebih variabel yang diharapakan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam suatu
penelitian. Setiap hipotesa terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan
(Nursalam, 2013)
penderita hipertensi
diastolik pada
penderita hipertensi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
operasional, teknik pengolahan data, analisa data, penyajian data serta etika
penelitian.
penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai
tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
Non Equivalent Control Group.Di dalam desain ini terdampat dua kelompok yakni
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana kelompok kontrol tidak dapat
perlakuan senam ergonomik namun observasi dilakukan sebanyak dua kali terhadap
39
40
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara
random atau acak. Oleh sebab itu sering disebut juga non random control group pre
K-E 01 X 02
K-K 03 04
Keterangan :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman
informed consent.
2. Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
42
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu
42
𝑛 = 1 + 37 (0,05)2
42
𝑛 = 1,0925
𝑛 = 38
Keterangan:
n : besar sampel
N : besar populasi
Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan senam
yang dipengaruhi oleh variable bebas. Variable terikat sering disebut sebagai variable
akibat, variable output, variable efek, variable terpengaruh, atau variable tergantung.
Variable terikat adalah factor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
44
tidaknya pengaruh dari variable bebas (Nursalam, 2008). Variable dependen dari
variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Setiadi, 2013).
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Karakteristik yang dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat.
operasional
syukur
5. Gerakan
berbaring
pasrah
dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan ada 2 yaitu untuk variabel independen
peneliti menggunakan musik dan SOP senam ergonomik untuk variabel dependen
2020.
Perum Banjararum.
pelaksanaan
responden.
bulan.
Ergonomik.
Hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam lembar observasi yang telah
disediakan. Data perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik selanjutnya akan
dilakukan analis.
50
Populasi
Seluruh penderita hipertensi di Desa Banjararum Kecamatan Singosari
Sampel
consecuti Seluruh penderita hipertensi di Desa Banjararum yang
ve memenuhi kriteria inklusi
sampling
Variabel Variabel
Independen Dependen
Pengumpulan
Data
Coding, Scoring,
Pengolahan Data Processing,
Mengeluarkan
Analisa Data
informasi
Data peneliti pada
uji normalitas Uji Normalitas uji paired sample
berdistribusikan t-test digunakan
normal peneliti untuk
Uji Hipotesis melihat
perbedaan data
pre dan post test
Penyajian data dan uji
independent
sample t-test
Hasil digunakan
peneliti untuk
Gambar 3.1 Kerangka kerja peneliti membandingkan
data post test
kelompok
perlakuan dan
kelomok kontrol
51
dan observasi terisi lengkap, sehingga tidak perlu klarifikasi lagi dengan
keluarga reponden.
2. Coding / memberi tanda untuk mempermudah pada saat analisis data dan
yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Pengecekan data yang
kemudahan pengolahan.
52
responden meliputi usia dan jenis kelamin dalam bentuk distribusi frekuensi.
atau tidak. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Tingkat kemaknaan hasil
uji statistik adalah 95% dengan tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% (α=
0,05). Uji normalitas kelompok perlakuan, pretest tekanan darah sistolik 0,625
postest 0,381 dan pretest tekanan darah distolik 0,445 dan posttest 0,853.
Sedangkan uji normalitas pada kelompok kontrol pretest tekanan darah sistolik
0,883 posttest 0,196 dan pretest tekanan darah distolik 0,054 posttest 0,253. Pada
penelitian ini menunjukkan nilai tekanan darah sistolik dan distolik pada dua
kelompok antara sebelum dan sesudah tindakan adalah signifikan yaitu p > 0,05,
perlakuan dan kelompok kontrol. Uji homogenitas menggunakan uji Lavene test.
53
Hasil uji pretest tekanan darah sistolik kelompok perlakuan dan kontrol
0,357, posttest tekanan darag sistolik 0,851. Sedangkan pada pretest tekanan darah
distolik 0,205 dan posttest 0,387 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Kedua kelompok perlakuan dan kontrol pretest-post tekanan darah sistolik dan
distolik memiliki nilai p > 0,05, artinya kedua kelompok tersebut tidak memiliki
(Notoatmodjo, 2010). Analisa Brivate ini menggunakan uji Paired T test karena
sebaran data normal atau p value > 0,05. Uji ini digunakan sebagai uji komparatif
atau perbedaan apabila skala data kedua variable adalah kuantitatif (interval atau
rasio). Syarat uji paired T test adalah perbedaan dua kelompok data berdistribusi
normal. Maka harus dilakukan terlebih dahulu dengan uji normalitas pada
Test dengan nilai Sig(2-tailed) <0,05 maka ada pengaruh Senam Ergonomik
Data statistic perlu disajikan dalam bentuk yang mudah di baca dan di mengerti.
(Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penyajian data berupa:
1. Narasi
Dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data sampai kesimpulan.
2. Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi sampel yang disajikan dalam bentuk table dengan cara
perhitungan data disebut (P) berisikan jumlah frekuensi (∑f) dibagi dengan
⅀f
P = 𝑁 X 100
Keterangan :
P = Prosentase
∑f = jumlah frekuensi
N = jumlah responden
90 - 100% = Mayoritas
66 – 89 % = Sebagian besar
50 % = Setengahnya
55
31 – 49% = Kurangdarisetengahnya
30% = Sebagiankecil
0% = Minoritas
Penyajian dalam bentuk angka (data numerik) yang disusun dalam kolom dan
latihan fisik, tekanan darah sistolik dan diastolik dan terapi obat hipertensi
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-
1. Prinsip manfaat
b. Bebas eksploitasi
risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap
tindakan.
full disclosure)
c) Informed consent
penelitian.
harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentiality).
BAB 4
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pengumpulan data tentang pengaruh
Desa Banjararum-Singosari Kab. Malang. Data disampaikan dalam bentuk tabel dan
narasi yang meliputi data umum dan data khusus. Data umum menjelaskan gambaran
Kabupaten Malang. Didalam penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok
Lintang Selatan -7 922506) dengan luas Desa : 427.190 Ha. Peneliti sebelumnya
sudah meminta izin di Camat Singosari dan Kepala desa Singosari tidak lupa juga
Perawat Desa dari Unit Puskesmas Singosari dan Kader-Kader Desa Banjararum.
58
59
hipertensi.
Penelitian ini bertempat di Pos Posyandu Rw.06 desa Banjararum dan dilakukan
perlakuan senam ergonomik dan kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi
N Presentase % N Presentase %
A. Jenis Kelamin
B. Usia
kelamin laki-laki berjumlah (15,9%) dan perempuan (84,2%) usia >35 tahun (100%)
jadi bisa disimpulkan mayoritas kelompok perlakuan adalah perempuan dengan usia
>35 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh data berjenis kelamin laki-
60
laki (26,3%) perempuan (73,7%) usia >35 tahun (100%) mayoritas kelompok kontrol
4.2.1 Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan Dan Kelompok
Kontrol
Tabel 4.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari Kabupaten Malang
Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.
dikarenakan responden penelitian <100 pada tabel tersebut baik kelompok perlakuan
signifikan > 0,05 yang berarti data berdistribusikan normal (parametrik). Sedangkan
pada uji homogenitas mengunakan Lavene test memperlihatkan hasil nilai signifikan
>0,05 yang berarti data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum
Kontrol
Perlakuan Kontrol
Variabel N Min Max Mean SD Variabel N Min Max Mean SD
Pre-Test- Pre-Test-
TD 19 120 140 129,74 5,546 TD 19 120 150 135,2 7,687
Sistolik Sistolik 6
Post- Post-Test-
Test-TD 19 115 133 123,42 5,440 TD 19 120 140 132,5 5,378
Sistolik Sistolik 8
Berdasarkan tabel 4.3 rerata tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan
Perlakuan Kontrol
Variabel N Min Max Mean SD Variabel N Min Max Mean SD
Pre-Test- Pre-Test-
TD 19 70 88 76,16 4,285 TD 19 70 90 81,05 5,671
Distolik Distolik
Post- Post-
Test-TD 19 63 85 73,68 5,334 Test-TD 19 73 90 80,08 4,230
Distolik Distolik
62
Berdasarkan tabel 4.4 rerata tekanan darah distolik pada kelompok perlakuan
sebelum dilakukan Senam Ergonomik 76,16 mmhg, dan sesudah dilakukan intevensi
73,68 mmhg. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi 81,05
Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil uji normalitas data peneliti sebelum dan sesudah intervensi
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan hasil nilai signifikan >
0,05 yang berarti berdistribusikan normal atau bisa dijebut juga data parametrik.
uji Paired Sample T-test untuk mengetahui ada tidak nya perbedaan sebelum dan
sesudah intervensi tindakan Senam Ergonomik pada tekanan darah sistolik dan
Tabel 4.5 Uji Paired Sample T-test Tekanan Darah Sistolik Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari
Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.
Perlakuan Kontrol
Berdasarkan tabel 4.5 menurut uji Paired Sample T-test menunjukan hasil
rerata pre-test tekanan darah sistolik 129,74 mmhg dan post-test 123,42 mmhg
dengan nilai (Mean = 6,136 SD = 2,451 (ߡ) = 6,32 ) dan didapatkan nilai Sig.(2-
tailed) = 0,000 < 0,05 pada kelompok perlakuan. Pre-test tekanan darah sistolik
135,26 mmhg, post-test 132,58 mmhg dengan nilai (mean = 2,684 SD = 3,591 (ߡ) =
2,68) dan didapatkan nilai Sig.(2-tailed) = 0,004 < 0,05 yang berarti ada pengaruh
dari Senam Ergonomik terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah tindakan
Tabel 4.6 Uji Paired Sample T-test Tekanan Darah Distolik Kelompok
Kontrol dan Kelompok Kontrol di desa Banjararum-Singosari
Kabupaten Malang Periode 21 Desember 2019 – 18 Januari 2020.
Perlakuan Kontrol
Berdasarkan tabel 4.6 menurut uji Paired Sample T-test menunjukan hasil
rerata pre-test tekanan darah distolik 78,16 mmhg, post-test 73,68 dengan nilai (Mean
= 4,474 SD = 3,687 (ߡ) = 4,48) dan didapatkan nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05
pada kelompok perlakuan. Pre-test tekanan darah distolik 81,05 mmhg, post-test
80,08 mmhg dengan nilai (mean = 1,632 SD = 3,041 (ߡ) = 0,97) dan didapatkan nilai
Sig.(2-tailed) = 0,007 < 0,05 yang berarti ada pengaruh dari Senam Ergonomik
64
terhadap tekanan darah distolik sebelum dan sesudah tindakan baik pada kelompok
Sample T-test data harus berdistribusi normal dan homogen, pada tabel 4.2 data
kontrol. Nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada perbandingan yang
signifikan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol P value < 0,05.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Tindakan Senam Ergonomik Pada
sebesar 129,74 mmhg dengan maximum 140 mmhg dan minimum 120 mmhg dan
rerata post-test 123,42 mmhg maximum 133 mmhg dan minimum 115 mmhg.
Sedangkan rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol, pre-test 135.26 mmhg
maximum 150 mmhg dan minimun 120 mmhg. Data post-test 132.58 mmhg dengan
dan sesudah tindakan Senam Ergonomik pada kelompok perlakuan 6.32 mmhg dan
pada kelompok kontrol 2.68 mmhg. Mengalami penurunan yang cukup signfikan dari
Hasil rerata tekanan darah distolik pada kelompok perlakuan pre-test 76,16
mmhg dengan maximum 88 mmhg, minimum 70 mmhg dan rerata post-test 73.68
Berdasarkan data tersebut rerata tekanan darah distolik sebelum dan sesudah
kelompok kontrol tekanan darah distolik mengalami kenaikan 81.05 mmhg menjadi
meningkat, karena adanya peningkatan ketebalan arteri dan disfungsi jaringan endotel
dan juga meningkat seiring meningkatnya usia. Keadaan ini akan akan menimbulkan
66
penumpukkan zat kolagen pada lapisan otot pembuluh darah sehingga perlahan
Hipertensi pun dapat disebabkan oleh beragam faktor risiko. Beberapa faktor
risiko meliputi usia, jenis kelamin, merokok, stres dan riwayat hipertensi
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Journal Medicine, 2015 dalam Dwi
Lestari, 2017). Dibuktikan dari data karakteristik menurut usia, semua responden
perlindungan atau pengaturan tekanan darah istirahat ketika adanya aktifitas saraf
simpatis otot, namun pada usia >40 tahun perempuan akan mengalami penurunan
pun berkurang (Robertson, 2012 dalam Dwi Lestari, 2017). Dibuktikan bahwa respon
Kelompok Kontrol
perlakuan diolah mengunakan uji statistik (Uji Paired Sample T-test) dan menunjukan
hasil nilai mean tekanan darah sistolik pre-post test sebesar 6.316 dengan nilai Sig.(2-
tailed) = 0,000 dan nilai mean 4,474 pre-post test tekanan darah distolik dengan nilai
Sig.(2-tailed) = 0,000, yang berarti ada perubahan tekanan darah yang signifikan pada
kelompok kontrol pre-post test tekanan darah sistolik memiliki hasil nilai mean 2.684
dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,004 yang berarti ada perubahan tekanan darah sistolik
yang signfikan sebelum dan sesudah intervensi. Namun pada data pre-post tekanan
darah distolik nilai mean 1,632 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,007 yang ada perubahan
peredaran darah, otot dan sendi. Senam Ergonomik hanya mempunyai gerakan ringan
seperti gerakan sholat dan diiringi alunan musik yang tidak terlampau keras. Gerakan
ini masih dapat memacu kerja jantung dengan intensitas ringan, sedang, bersifat
menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian otot-otot tubuh serasi sesuai
gerak sehari-hari.
68
Hasil penelitian sesuai dengan teori ketika tekanan darah naik, salah satu cara
bahwa keikutsertaan dalam aktivitas aerobik melindungi tubuh dari hipertensi. Selain
itu, olahraga dapat digunakan sebagai terapi untuk mengurangi hipertensi yang telah
terbentuk. Untuk pasien hipertensi berat tersedia obat anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah. Tetapi kadang menimbulkan efek samping yang tidak
darah. Efek samping obat yang mempengaruhi resistensi perifer total mencakup
peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar kolestrol HDL (bentuk baik
yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, karena
intervensi diberikan dengan intensitas, durasi, konsentrasi dan frekuensi senam yang
terjadwal yaitu 3x dalam 1 minggu selama 1 bulan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Balqah, 2013) terdapat pengaruh yang signifikan senam
kelurahan brebes dengan p value 0,000 sistolik dan p value 0,000 diastolik.
Penederita Hipertensi.
Berdasakan tabel 4.7 menampilkan hasil uji Independent Sample T-Test untuk
kontrol. Nilai Sig.(2-tailed) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada perbandingan yang
signifikan dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol P value < 0,05. Terdapat
kelompok kontrol.
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test pre-post test kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol memiliki hasil nilai signifikan, ada perubahan tekanan
yang signifikan terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan distolik pada
2. Berdasarkan hasil uji Paired Sample T-test kelompok perlakuan dan kelompok
Senam Ergonomik
70
71
5.2. Saran
1. Bagi Masyarakat
berbagi informasi kepada keluarga terdekat untuk menggunakan kedua teknik ini
mengontrol tekanan darah. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, teknik ini
sebaiknya dilakukan secara kontinu dan dengan konsentrasi yang baik serta
mengajarkan teknik ini kepada pasien dengan tekanan darah tinggi dan menerapakan
teknik ini sebagai tindakan mandiri keperawatan sehingga dapat menunjang profesi
3. Insitusi Pendidikan
Teknik ini dapat dijadikan sebagai salah satu skill keperawatan dalam mata ajar
4. Penelitian Selanjutnya
sudah ada dengan melengkapi kekurangan dan keterbatasan yang ada. Penelitian
selanjutnya dapat mengunakan sampel yang lebih besar, waktu yang cukup,
memperketat kriteria inklusi sehingga hasil yang didapatkan dapat menjadi lebih
DAFTAR PUSTAKA
Aerobik Low Impact Dan Terapi Murottal Quran Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi Di Upt Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
Dharma Kabupaten Kubu Raya. Jumantik, 4(1), 1–15.
https://doi.org/10.29406/JJUM.V4I1.845
Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular - Dr. Irwan SKM.M.Kes -
Google Buku (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=3eU3DAAAQBAJ&printsec=frontcover&d
q=buku+tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjNju2O
z5DjAhU36nMBHSIZAvQ4ChDoAQg7MAQ#v=onepage&q&f=false
Junaedi, E., Yulianti, S., & Gustia Rinata, M. (2013). Hipertensi Kandas Berkat
Herbal - Edi Junaedi, SP. Msi , IR. Sufrida Yulianti, Mira Gustia Rinata, SSi,
MSi - Google Buku. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=J-
TIAwAAQBAJ&pg=PT13&dq=hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjAgN
W8-LrjAhU06nMBHQ6JDT4Q6AEILjAB#v=onepage&q=hipertensi&f=false
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Retrieved June 30, 2019, from
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia website:
http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-penderita-
hipertensi-tidak-menyadarinya.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Retrieved June 30, 2019, from
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia website:
http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-diam-
diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html
Kowalksi, R. E. (2010). Terapi Hipertensi - Robert E. Kowalski - Google Buku.
Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=7d0Ex0LAIc4C&pg=PA40&dq=faktor+risi
ko+hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj_ua2218jjAhXIV30KHbbFAsQQ
6AEIKTAA#v=onepage&q=faktor risiko hipertensi&f=false
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat - Lanny Lingga, PhD - Google
Buku. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=GWvjAwAAQBAJ&pg=PA2&dq=hiperten
si&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi15bnM97rjAhUkiOYKHS_nBUUQ6AEIOjA
D#v=onepage&q=hipertensi&f=false
Manuntung, A. (2018). TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN
HIPERTENSI - Ns. Alfeus Manuntung, S.Kep., M.Kep. - Google Buku. Retrieved
from
https://books.google.co.id/books?id=VWGIDwAAQBAJ&printsec=frontcover&
dq=buku+tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitpPPe
yZDjAhVTSX0KHeasDGcQ6AEIOzAE#v=onepage&q&f=false
Marliani, L., & Tantan S, H. (2013). 100 Question & Answers Hipertensi - dr
Lili Marliani,H. Tantan S - Google Buku. Retrieved from
74
https://books.google.co.id/books?id=gkdbDwAAQBAJ&pg=PA27&dq=kompli
kasi+hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj5wrCh1r3jAhX77HMBHbi-
BpAQ6AEIKTAA#v=onepage&q=komplikasi hipertensi&f=false
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pamungkas, W. B. A. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Dusun Banaran 8 Playen
Gunung Kidul. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, 10.
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015).
Retrieved June 30, 2019, from Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia website:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15080300001/hipertensi-the-
silent-killer.html
Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Maj Kedokteran Indonesia, 59, 580–587.
Ronny. (2009). Fisiologi Kardiovaskular, Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiono, M., & Hidayati, N. . (2005). Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat.
Yogyakarta: Pradipta Publishing.
So’emah, E. N., Haryanto, A., & Akbar, A. (2017). Effect Of Ergonomic Gymnastic
to Lipid Profile and Blood Pressure In Patien With Hypertension at Sumber
Agung Village Jatirejo District Mojokerto Regency. International Journal Of
Nursing and Midwifery, 1(2), 14–25.
Sugiono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susyanti. (2012). Pencegahan Hipertensi. Jakarta: ISBN.
Tilong, A. (2014). Waspada penyakit-penyakit mematikan tanpa gejala menyolok.
Yogyakarta: Buku Biru.
Tjokroprawiro, A. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.2: Fakultas
Kedokteran Universitas ... - Google Buku (2nd ed.; Askandar Tjokroprawiro,
Poernomo Boedi Setiawan, Djoko Santoso, Gatot Soegiarto, & Lita Diah
Rahmawati, Eds.). Retrieved from
75
https://books.google.co.id/books?id=BICSDwAAQBAJ&pg=PA516&dq=buku+
tentang+hipertensi+tahun+2014&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwitpPPeyZDjAhV
TSX0KHeasDGcQ6AEILjAB#v=onepage&q=buku tentang hipertensi tahun
2014&f=false
Varma, R., & Ross, C. N. (2017). Liquorice: a root cause of secondary hypertension.
JRSM Open, 8(2), 2054270416685208.
https://doi.org/10.1177/2054270416685208
Walsh, M. E., Debra, R., & Tisha, J. (2011). Integrating Complementary and
Alternative Medicine: Use of Essentials Oils in Hypertension Management.
Journal of Vascular Nursing, 29.
76
Lampiran 1
PLAN OF ACTION
SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
No Kegiatan Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Perencanaan Judul
b. Mencari Literatur
c. Penyusunan Propsal
d. Konsultasi Proposal
e. Perbaikan Proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pegambilan Data
b. Pengolahan Data
3. Tahap Evaluasi
a. Perbaikan Hasil
77
Lampiran 2
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR INFORMASI
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)
Nama :
Umur :
Alamat :
Saksi Responden
Lampiran 4
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
checklist (√) pada tempat yang disediakan
2. Usahakan agar semua pertanyaan di isi
3. Jika ada hal yang kurang jelas, silahkan bertanya pada peneliti
4. Setiap satu pertanyaan di isi dengan satu jawaban
Lampiran 5
SENAM ERGONOMIK
Senam Ergonomik
5. Berbaring pasrah
Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan
berbaring pasrah. Punggung menyentuh
lantai/alas, dua lengan lurus di atas kepala,
napas rileks dan dirasakan (napas dada), perut
mengecil.
Lampiran 6
2. Stetoskop
3. Manset dewasa
5. Alat tulis
Lampiran 7
Tekanan Darah
Usia/ jenis
No Tgl Nama Pre Post
kelamin
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
89
Lampiran 8
Ny. L 42 2 140 130 120 120 128 90 80 80 70 80 130 120 120 110 120 70 70 70 60 68
Tn. A 38 1 140 130 110 120 125 80 80 70 60 72 130 120 110 110 118 80 70 70 60 70
Ny.L 35 2 150 140 140 130 140 100 90 80 80 88 140 140 130 120 132 90 90 80 80 85
Ny.N 38 2 140 140 130 120 132 90 90 80 70 82 130 130 120 120 125 80 80 80 70 78
Nn. L 40 2 130 130 120 110 122 80 80 80 80 80 120 120 110 110 115 70 70 60 60 65
Ny.S 35 2 150 140 130 130 138 90 80 70 80 80 140 130 120 120 128 90 70 80 70 78
Ny.I 35 2 140 140 130 130 135 90 80 70 80 80 140 130 130 130 132 90 80 80 70 80
Tn. I 35 1 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80 130 120 130 120 125 80 80 80 70 78
Ny. S 36 2 130 120 120 120 122 80 70 70 70 72 120 120 110 110 115 70 70 70 70 70
Tn.I 37 1 130 130 120 120 125 70 80 80 80 78 120 120 120 110 118 80 70 70 70 72
Ny.K 38 2 130 130 120 120 125 90 70 80 80 80 130 120 110 120 120 70 70 80 80 75
90
Ny. I 40 2 130 130 130 120 128 80 80 70 80 78 130 120 120 120 122 80 70 70 70 72
Ny. T 38 2 140 130 130 130 132 80 80 70 70 75 130 130 120 120 125 80 70 70 70 72
Ny.Y 40 2 140 130 130 130 132 80 80 80 70 78 130 130 130 130 130 80 80 70 70 75
Ny. I 37 2 130 130 130 120 128 80 80 70 80 78 130 130 120 120 125 80 80 70 60 72
Ny. S 48 2 150 140 130 120 135 90 90 80 70 82 140 130 120 120 128 80 70 80 80 78
Ny. P 37 2 130 130 120 130 128 70 70 70 70 70 130 120 120 120 122 70 60 60 60 62
Ny. S 40 2 140 130 130 120 130 80 70 80 60 72 130 120 120 120 122 70 80 70 60 70
Ny. P 43 2 130 120 110 120 120 80 70 80 70 75 120 110 120 120 118 80 80 70 70 75
91
Lampiran 9
Ny. I 46 2 150 140 130 130 138 90 90 90 90 90 150 140 130 130 138 90 90 70 80 82
Tn. B 48 1 140 130 130 120 130 100 90 80 80 88 140 130 120 130 130 100 90 90 80 90
Ny.R 44 2 140 140 140 130 138 70 70 70 70 70 140 140 130 130 135 70 70 80 80 75
Ny.Y 48 2 130 130 130 120 128 80 70 80 80 78 130 130 120 120 125 80 70 90 80 80
Nn. P 50 2 150 140 140 130 140 90 80 80 80 82 150 140 120 130 135 90 80 90 80 85
Tn.S 53 1 130 120 120 120 122 80 80 70 80 78 130 120 120 120 122 80 80 80 80 80
Ny.I 45 2 140 140 130 130 135 90 80 70 80 80 140 140 130 130 135 90 80 80 70 80
Tn. I 45 1 150 140 130 130 138 90 90 90 80 88 150 140 130 130 138 90 90 90 80 88
Ny. B 46 2 130 130 130 120 128 80 70 80 70 75 130 130 120 130 128 80 70 80 80 78
Tn.P 47 1 140 130 130 120 130 80 80 80 80 80 140 130 130 120 130 80 80 90 80 82
Ny.O 48 2 150 150 140 130 142 90 80 80 80 82 150 150 110 130 135 90 80 80 80 82
92
Ny. L 50 2 160 150 140 140 148 100 90 80 80 88 160 150 130 120 140 100 90 80 80 88
Ny. E 48 2 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80 140 140 130 120 132 80 80 80 80 80
Ny.J 52 2 140 130 130 130 132 80 80 80 70 78 140 130 130 130 132 80 80 80 80 80
Tn.I 49 1 150 140 140 130 140 90 80 80 70 80 150 140 130 120 135 90 80 70 80 80
Ny. L 47 2 130 110 120 120 120 70 60 80 80 72 130 110 120 120 120 70 60 80 80 72
Ny.M 50 2 140 140 130 130 135 80 80 80 70 78 140 140 130 130 135 80 80 80 80 80
Ny.A 43 2 160 150 150 140 150 90 90 90 90 90 160 150 120 120 138 90 90 80 70 82
Ny.G 42 2 150 140 130 130 138 90 80 80 70 80 150 140 120 120 132 90 80 80 80 82
93
Lampiran 10
Uji Normalitas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
PERLAKUAN
POST-TEST-
SISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
POST-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KONTROL
POST-TEST-
SISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
PRE-TEST-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
POST-TETS-
DISTOLIK-
19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
KELOMPOK-
KONTROL
94
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- .149 19 .200* .963 19 .625
PERLAKUAN
POST-TEST-
SISTOLIK-
.123 19 .200* .953 19 .445
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-
DISTOLIK-
.176 19 .125 .949 19 .381
KELOMPOK-
PERLAKUAN
POST-TEST-
DISTOLIK-
.133 19 .200* .974 19 .853
KELOMPOK-
PERLAKUAN
PRE-TEST-SISTOLIK-
KELOMPOK- .118 19 .200* .976 19 .883
KONTROL
POST-TEST-
SISTOLIK-
.215 19 .021 .902 19 .054
KELOMPOK-
KONTROL
PRE-TEST-
DISTOLIK-
.205 19 .034 .933 19 .196
KELOMPOK-
KONTROL
POST-TETS-
DISTOLIK-
.187 19 .078 .939 19 .255
KELOMPOK-
KONTROL
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
95
Lampiran 11
Uji Homogenitas
Lampiran 12
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre-Test-Sistolik-
Perlakuan & Post-Test- 19 .901 .000
Sistolik-Perlakuan
Pair 2 Pre-Test-Distolik-
Perlakuan & Post-Test- 19 .727 .000
Distolik-Perlakuan
Pair 3 Pre-Test-Sistolik-
Kontrol & Post-Test- 19 .909 .000
Sistolik-Kontrol
Pair 4 Pre-Test-Distolik-
Kontrol & Post-Test- 19 .851 .000
Distolik-Kontrol
98
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Pre-Test-Sistolik-
Perlakuan - Post-Test- 6.316 2.451 .562 5.135 7.497 11.234 18 .000
Sistolik-Perlakuan
Pair 2 Pre-Test-Distolik-
Perlakuan - Post-Test- 4.474 3.687 .846 2.696 6.251 5.288 18 .000
Distolik-Perlakuan
Pair 3 Pre-Test-Sistolik-Kontrol
- Post-Test-Sistolik- 2.684 3.591 .824 .953 4.415 3.258 18 .004
Kontrol
Pair 4 Pre-Test-Distolik-Kontrol
- Post-Test-Distolik- 1.632 3.041 .698 .097 1.834 1.905 18 .007
Kontrol
Lampiran 13
Lampiran 14
Surat Izin Penelitian Dari Kampus
100
Lampiran 15
Surat Izin Penelitian Dari Bankes Banpol
101
Lampiran 16
Dokumentasi Penelitian
102
103
104
105
106