Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

TERAPI DIET PADA PASIEN HIPERTENSI

Dosen Pembimbing : Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes


Kelompok 7 :

1. Hermawati P07220220053
2. Muhammad Rifki Ramadhani P07220220061
2. Theresia Creysela Aleta Nifu P07220220075
3. Yolanda Pasyha Wulandari P07220220079

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUPBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


T.A 202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan pada pasien
Hipertensi . Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah ilmu
gizi. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Hj. Umi


Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami juga para mahasiswa dan
pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 26 November 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................ 3

D. Manfaat .......................................................................................................... 3

E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

A. Konsep Penyakit Hipertensi ........................................................................... 5

B. Asuhan Keperawatan Hipertensi .................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................... Error! Bookmark not defined.

B. Saran .............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angak kematian (mortalitas). Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih. (Brunner & Suddarth, 2014).
Hipertensi terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hipertensi sering
mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali
tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai
suatu waktu terjadi komplikasi yang dapat mengganggu fungsi organ-organ
lain, terutama organ-organ vital seperti jantung, otak, mata, pembuluh darah,
ginjal dan organ-organ vital lainnya (Riskesdas Nasional, 2013).
Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih
rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi dan tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Tingkat
kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih sangat rendah,
hal ini terbukti masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang umumnya
rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan mengandung banyak garam.

1
Data menunjukkan hampir 90% penderita hipertensi tidak diketahui,
namun para ahli telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang
memudahkan seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat
dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor resiko yang
termasuk dalam faktor yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin,
keturunan dan etnis. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah berupa pola
makan, merokok, kegemukan, stress, latihan fisik dan konsumsi alkohol.
Data WHO (World Health Organization) 2015 di seluruh dunia sekitar
972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi juga menempati
peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah
sakit di Indonesia pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar 4,67% dan pada
tahun 2013 prevalensi hipertensi meningkat menjadi 9,5%. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa 25,8% penduduk
Indonesia mengidap hipertensi. Tahun 2016 Suvei Indikator Kesehatan
Nasional (Sirkesnas) melihat angka tersebut meningkat menjadi 32,4 persen.
Peran perawat dalam melakukan promosi kesehatan sangat
mempengaruhi suasana yang kondusif dalam masyarakat yang menunjang
terbentuknya perilaku hidup sehat sebagai tindakan preventif terhadap
penyakit hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya
pengurangan resiko naiknya tekanan darah dan tata cara pengobatannya.
Dalam penatalaksanaan hipertensi upaya yang dilakukan adalah dengan cara
farmokologis (obat-obatan) dan nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup).
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, pola hidup sehat yang dianjurkan adalah dengan penurunan berat
badan, mengurangi asupan garam, olah raga secara teratur, mengurangi
konsumsi alkohol dan berhenti merokok.

2
B. Rumusan Masalah

1. Konsep penyakit Hipertensi


2. Asuhan Keperawatan Hipertensi

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan


dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada
pasien Hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Konsep penyakit Hipertensi
b. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka makalah ini diharapkan


mempunyai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, Adapun
manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan informasi mengenai konsep penyakit hipertensi dan
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
b. Sebeagai referensi
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai konsep
penyakit hipertensi dan asuhan keperawatan pada pasien hpertensi

3
b. Bagi Dosen
Untuk menilai kerja mahasiswa dalam penyusunan makalah mengenai
konsep penyakit hipertensi dan asuhan keperawatan pada pasien
hpertensi
c. Bagi pembaca
Dapat mengetahui tentang konsep penyakit hipertensi dan asuhan
keperawatan pada pasien hpertensi

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyelesaian penyusunan masalah ini ,maka


penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan ,


manfaat dan sistematika penulisan
2. Bab II Pembahasan. berisi pembahasan rumusan masalah
Bab III Penutup, berisi kesimpulan dan saran pembahasan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Definisi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan


tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik).

2. Etiologi

Hipertensi terbagi ke dalam hipertensi primer dan hipertensi


sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya dengan pasti,
sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi antara lain akibat penyakit
ginjal, sleep apnea, dan kecanduan alkohol.

3. Tanda dan Gejala

Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan


kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

5
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak nafas
f. gelisah
g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran


dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

4. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:


a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection
and Treatment of Hipertension, yaitu:
1) Diastolik
a) < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b) 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c) 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d) 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e) >115 mmHg : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

6
a) < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b) 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c) > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

5. Patofisiologi

Gambar 2.1 (Patofisiologi Hipertensi)

www.alomedika.com

7
6. Komplikasi

Berikut beberapa komplikasi yang harus Anda waspadai bila Anda


memiliki riwayat hipertensi:

a. Aterosklerosis
Saat pembuluh darah Anda rusak, lemak yang masuk melalui makanan
Anda dapat menumpuk di dinding pembuluh darah arteri. Penumpukan
ini lama-lama akan menjadi plak (timbunan lemak) serta membuat
dinding pembuluh darah tebal dan kaku sehingga terjadi penyempitan.
Penyempitan pada pembuluh darah ini disebut dengan aterosklerosis.
Bila terjadi aterosklerosis, aliran darah dari pembuluh arteri ke organ-
organ lainnya menjadi terhambat. Dengan demikian, organ-organ
tubuh Anda akan kekurangan suplai darah yang mengandung oksigen
dan gizi lainnya, sehingga menimbulkan berbagai masalah pada organ
tubuh, seperti jantung, otak, ginjal, atau organ lainnya.
b. Aneurisma
Aterosklerosis akibat tekanan darah tinggi dapat membentuk tonjolan
di dinding pembuluh darah arteri. Tonjolan ini disebut dengan
aneurisma.
Komplikasi hipertensi berupa aneurisma biasanya tidak menyebabkan
tanda atau gejala selama bertahun-tahun. Adapun rasa sakit seperti
berdenyut yang dirasakan merupakan kondisi medis yang perlu
mendapat penanganan segera. Lebih parahnya, jika aneurisma terus
membesar dan akhirnya pecah, ini bisa menyebabkan perdarahan
internal yang mengancam jiwa. Aneurisma dapat terbentuk di arteri
mana pun, tetapi kondisi ini paling sering terjadi di arteri yang terbesar
pada tubuh Anda atau yang disebut dengan aorta.
c. Penyakit arteri perifer
Aterosklerosis akibat hipertensi dapat mempersempit arteri perifer,
yaitu pembuluh darah arteri yang terdapat di kaki, perut, lengan, dan

8
kepala. Kondisi ini disebut dengan penyakit arteri perifer. Penyakit
arteri perifer paling sering memengaruhi arteri di kaki. Gejala yang
paling umum, yaitu kram dan nyeri atau terasa lelah pada otot kaki
atau pinggul saat berjalan atau menaiki tangga. Biasanya, rasa sakit ini
akan hilang dengan istirahat dan muncul kembali ketika Anda berjalan
lagi. Pada kasus yang jarang, penyakit arteri perifer dapat
menimbulkan kematian jaringan (gangrene) yang bisa berujung pada
kehilangan anggota tubuh atau amputasi, bahkan kematian.
d. Penyakit arteri koroner
Hipertensi bisa memicu komplikasi kesehatan pada jantung. Hal ini
bisa terjadi bila hipertensi yang Anda derita menyebabkan kerusakan
dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) yang menuju
jantung (arteri koroner). Kondisi ini disebut dengan penyakit arteri
koroner. Penyakit arteri koroner menyebabkan suplai darah menuju
otot jantung menjadi terganggu. Tanpa suplai darah yang memadai,
jantung menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi penting yang
dibutuhkan jantung untuk bekerja dengan baik. Kondisi ini kemudian
dapat menyebabkan nyeri dada (angina), serangan jantung, atau detak
jantung tidak beraturan (aritmia).
e. Pembesaran ventrikel kiri jantung
Masalah jantung lain yang bisa timbul akibat hipertensi adalah
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri atau disebut juga
dengan pembesaran ventrikel (bilik) kiri jantung, yaitu kondisi ketika
ventrikel kiri jantung menebal dan membesar, sehingga tidak dapat
memompa darah dengan baik. Pada kondisi ini, jantung perlu
memompa darah lebih keras dari biasanya untuk memenuhi suplai
darah seluruh tubuh. Bila tidak segera diatasi, kondisi ini bisa
berkembang ke serangan jantung, gagal jantung, hingga henti jantung.

9
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan


terapi farmakologi. Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup
meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan merokok dan pembatasan
konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan antihipertensi
tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari
ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi).
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa
anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan darah
tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien hipertensi
derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah. Jika
dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target atau terdapat faktor
risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian medikamentosa
sebaiknya dimulai.

B. Asuhan Keperawatan Hipertensi


A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Mei 2012 di bangsal


multazam B11, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Data
diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan medik

1. Identitas diri pasien Nama Tn. H, Umur 60 tahun, jenis kelamin laki –
laki. Alamat betongan, 01/07, mangu, ngemplak, boyolali, status
perkawinan sudah menikah, agama Islam, suku jawa, pendidikan SD,
pekerjaan sebagai petani, No. RM 068309, Diagnosa medik Hipertensi.
2. Keluhan utama Pasien mengeluh kepalanya pusing. Riwayat kesehatan
sekarang sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan

10
kepalanya terasa pusing, perut terasa mual,muntah bercampur darah,
dan tangan terasa kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung
di bawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta agar segera
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Riwayat kesehatan dahulu 9
tahun yang lalu Tn. H pernah di rawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta karena kecelakan.

B. Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi

1 DS : Pasien mengatakan kepala Gangguan perfusi Peningkatan


terasa pusing, tengkuk terasa jaringan serebral tekanan
kaku, tangan terasa kesemutan ( Intrakranial
jimpe – jimpe )
DO : Pasien tampak lemas, mata
sulit untuk di buka, Tekanan
darah 170/110 mmHg, Nadi; 92
x/mennit, pernapasan; 24 x/menit,
suhu 36,8˚ c
2 DS :Pasien mengatakan makan Defisit Nutrisi Intake yang tidak
hanya habis ½ porsi adekuat
tenggorokanya sakit saat menelan.
DO : Mukosa bibir kering, Berat
badan sebelum sakit 75 kg. Status
nutrisi:
a. Antropometri: Berat
badan:75kg, Tinggi badan: 170
cm Indeks Masa Tubuh ( IMT )
b. Biochemical Data: Hb 14,6
g/dl., Hematokrit 42,7, Trombosit

11
285.000, GDS 152 mg/dl. c.
Clinical Sign:Kesadaran compos
mentis, keadaan lemah,turgor
kulit baik d. Dietary:BRG 1
3 DS : Pasien mengatakan tangan Intoleransi Kelemahan fisik
kirinya sulit untuk digerakkan aktivitas
(mengeggam ), belum bisa duduk,
kaki juga masih kaku untuk
digerakkan, belum bisa banyak
gerak DO : Semua kebutuhan
pasien dibantu oleh keluarga

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas


masalah yang dapat ditegakkan ;

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

D. Intervensi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf

28 Nov 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tekanan darah R


2021 keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Pertahankan tirah
tidak terjadi kerusakan organ, baring selama fase akut
dengan kriteria hasil ; tekanan 3. Ajari teknik relaksasi

12
darah dalam batas normal ( 4. Beri tindakan
130/90 mmHg – 140/95 mmHg ) nonfarmakologis untuk
menghilangkan rasa
sakit misal; kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung atau leher
5. Anjurkan pasien untuk
meminimalkan
aktivitas yang dapat
menyebabkan kepala
pusing misal ;
mengejan saat buang
air besar, batuk
panjang, membungkuk
6. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam
pemberian terapi
28 Nov 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Beri makanan dalam R
2012 keperawatan 3 X 24 jam porsi sedikit tapi sering
kebutuhan nutrisi pasien dapat 2. Motivasi pasien untuk
terpenuhi, dengan kriteria hasil ; menghabiskan
mukosa bibir lembab, diit dari makanannya ]
rumah sakit bisa habis 2/3 porsi 3. Beri higien oral
sebelum dan sesudah
makan
4. Awasi pemasukan diit
5. Kaji ulang pola makan
6. Berikan diet,makanan

13
ringan tambahan yang
disukai pasien
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi
28 Nov 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan R
2012 keperawatan selama 3 X 24 jam umum
diharapkan pasien dapat 2. Kaji tingkat aktivitas
memenuhi kebutuhannya secara pasien
optimal, dengan kriteria hasil; 3. Bantu pasien dalam
aktivitas dapat dilakukan secara melakukan aktivitas
mandiri 4. Beri support kepada
pasien
5. Anjurkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam memenuhi
kebutuhannya
6. Instruksikan pasien
tentang teknik
penghemat energi.
7. Beri dorongan untuk
Riza melakukan
aktivitas/perawatan diri

E. Implementasi

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan yang


dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi yang disusun
sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa 1 tindakan keperawatan
yang telah dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan menanyakan
keluhan pasien, melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital,
mengajarkan teknik napas dalam, memberikan tindakan

14
nonfarmakologis yaitu memberikan pijatan pada pundak, memberikan
obat oral analsik 2 x 2 mg dalam 24 jam, memberikan injeksi gastrofer
25 mg/ 12 jam obat masuk melalui selang infus.

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi


didasarkan atas intervensi yang disusun sebelumnya, untuk diagnosa 2
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu: mengobservasi keadaan
umum pasien, menanyakan keluhan pasien, memberikan makanan
ringan tambahan pada pasien sesuai dengan diit hipertensi. memberikan
injeksi dexametazone 5 mg/8 jam obat masuk melalui selang infus,
carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan brain act 250 mg/12
jam obat masuk melalui selang infus, mengobservasi keadaan umum
pasien.

Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan


keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ke 3 adalah melakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital dan menanya keluhan pasien,
memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24 jam,
ceftriaxone 1 gr/12 jam, obat masuk melalui selang infus, memberikan
mengajarkan pasien untuk menggerakkan tangannya dan menekukkan
kaki, membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya membantu
pasien untuk duduk, menganjurkan keluarga untuk selalu membantu
pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

F. Evaluasi
Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria
hasil tekanan darah dalam batas normal yaitu ( 130/90 mmHg - 140/95
mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala masih pusing,
masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg, sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning yaitu
dengan memberikan ruangan dan suasana yang tenang dan nyaman

15
dengan cara membatasi pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga
untuk menungguhi pasien. Diagnosa kedua deficit nutrisi berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan
nafsu makan dapat meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3
porsi, pasien mengatakan nafsu makan sudah bertambah,mampu
menghabiskan makanan sebanyak 2/3 porsi, tenggorokan sudah tidak
sakit saat menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi, penulis
menambahkan rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi
hangat dan akan mempertahankan rencana tersebut.

Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan


kelemahan fisik kriteria hasil yang penulis harapkan yaitu pasien dapat
memenuhi kebutuhannya secara optimal. Pasien bisa berganti posisi
tidur dengan cara miring ekstremitas atas dan bawah sudah bisa
digerakkan. Sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian, maka
penulis masih akan mempertahankan rencana keperawatan yaitu dengan
mendekatkan semua barang yang dibutuhkan didekat pasien agar pasien
tidak tergantung dengan orang lain.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi terbagi ke dalam hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya dengan pasti,
sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi antara lain akibat penyakit
ginjal, sleep apnea, dan kecanduan alkohol.
Tanda dan Gejala Hipertensi, Sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan
terapi farmakologi. Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup
meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan merokok dan pembatasan
konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan antihipertensi
tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari
ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi).

B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik terhadap penderita penyakit Hipertensi. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini

17
melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien
maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan
penceganhanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://stikeshamzar.ac.id/informasi/artikel/peran-perawat-dalam-penanganan-
hipertensi-tekanan-darah-tinggi/
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/hipertensi/penatalaksanaan
http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-2994-
02BAB.pdf
https://hellosehat.com/jantung/hipertensi/komplikasi-hipertensi/
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai