SKRIPSI
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S Disusun Oleh :
I K DEWI WISRA
ST 3210107
i
A YAK AN AR
TA
K
A OG
S T ANI Y
P AL AU .Y
R
E ER
P JE
ND
ES
T I K
S
A YAK AN AR
TA
K
A OG
S T ANI Y
P AL AU .Y
R
E ER
P JE
ND
ES
T I K
S
KATA PENGANTAR
S
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3.
P AL A U .Y
Ida Nursanti S. Kep., Ns., MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah
R
E ER
berkenan meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan,
P
ini. JE
N D
motivasi, pengarahan dan masukan dalam penyelesaian penyusunan skripsi
E S
4.
T I K
Yuni Veri Anto, S. Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
S berkenan meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan,
motivasi, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku, adikku yang selalu memberikan do’a, motivasi dan
dorongan baik secara moril maupun materil sehingga aku dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan, teman-teman kos, keluarga dan semua pihak
yang selalu menyemangati, selalu mendo’akan, dan yang telah membantu
serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Responden yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
iv
besar harapan penulis semoga skripsi ini mendapat masukan guna perbaikan,
karena penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kesalahan dan masih jauh dari sempurnaan.
Dewi Wisra
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
ES
T I K
S
v
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 4
AN
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
A YAK AR
E. Keaslian Penelitian ....................................................................
T
4
4
5
A
K
A OG
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
S T ANI Y
A. Tinjauan Teori ........................................................................... 7
P AL A U .Y
1. Ikterus Neonatorum .............................................................
a. Definisi ............................................................................
7
7
R
E ER
b. Epidemiologi ................................................................... 8
JE
N D
d. Etiologi ............................................................................
e. Patofisiologi ....................................................................
8
9
10
E S
f. Faktor Resiko .................................................................. 12
T I K g. Klasifikasi ....................................................................... 12
S h. Penegakkan Diagnosis .................................................... 13
i. Penilaian Ikterus Neonatorum ......................................... 15
j. Penatalaksanaan .............................................................. 16
k. Komplikasi ...................................................................... 19
2. Persalinan ............................................................................. 20
a. Definisi ............................................................................ 20
b. Jenis Persalinan ............................................................... 20
c. Metode Persalinan ........................................................... 21
B. Kerangka Teori .......................................................................... 24
C. Kerangka Konsep ...................................................................... 25
vi
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 26
D. Variabel Penelitian .................................................................... 28
E. Definisi Operasional Variabel ................................................... 28
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 29
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 29
H. Jalannya Penelitian .................................................................... 32
I. Etika Penelitian .......................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
ES
T I K
S
ix
DAFTAR LAMPIRAN
A YAK AN AR
TA
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
x
HUBUNGAN METODE PERSALINAN DENGAN IKTERUS
NEONATORUM DI RSUD WATES YOGYAKARTA
TAHUN 2016
INTISARI
AN
Tujuan: Diketahuinya hubungan antara metode persalinan dengan ikterus
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta.
T A
A YAK
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan
AR
K
menggunakan rancangan cohort retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah
A OG
seluruh ibu bersalin yang melakukan persalinan di RSUD Wates Yogyakarta.
S T ANI Y
Teknik pengambilan menggunakan purposive sampling. Instrumen yang
P AL A U .Y
digunakan dalam penelitian adalah lembar obsevasi. Analisa data yang digunakan
adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
R
Hasil: Sebagian besar responden melakukan persalinan dengan normal (60,9%).
E ER
Sebagian besar responden memiliki bayi yang mengalami ikterus (54,7%).
P
Hipotesa diterima yaitu adanya hubungan antara metode persalinan dengan ikterus
JE
N D
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta dengan nilai p-value sebesar 0,041.
Kesimpulan: Jenis persalinan dapat berpengaruh terhadap kejadian ikterus
E S
sehingga perlu dilakukan pemberian konseling pada ibu hamil agar lebih matang
T I K
dalam mengambil tindakan persalinan yang akan dilakukan sehingga dapat
S
mengurangi insiden ikterus pada bayi.
xi
CORRELATION METHOD DELIVERY BY JAUNDICE NEONATORUM
AT RSUD WATES YOGYAKARTA
2016
ABSTRACT
AN
Method: type this research is research survey analytic by using design cohort
retrospective. Population in research it is a whole mother maternity who performs
T A
A YAK AR
childbirth at rsud wates yogyakarta. Technique purposive the use of sampling. An
A OG
S T ANI Y
Result: the majority of respondents do labor with normal (60,9%). The majority
P AL A U .Y
of respondents have babies that experienced jaundice (54.7%). Is hypothesized
accepted that is the correlation between a method of labor with jaundice
R
neonatorum at rsud wates yogyakarta with the p- value of 0,041.
E ER
Conclusion: type childbirth can influential to events jaundice so that needs to be
P
done providing counseling for pregnant women to be more matured in take action
N D
deliveries will be done so as to diminish the incident jaundice in infants.
JE
E S
Keywords: method childbirth, jaundice neonatorum
T I K
SStudents of Nursing Science Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani
1
Yogyakarta
2
Lecturer of Nursing Science Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
3
Lecturer of Nursing Science Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan masalah yang
dihadapi oleh berbagai bangsa di dunia. Angka kematian bayi khususnya
neonatal sebanyak 10 juta jiwa per tahun dan 99 % nya ditemukan di negara
berkembang yang tersebar di seluruh dunia (WHO, 2013). Angka kematian
bayi (AKB) di Indonesia menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) mencapai AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2012
kurang menggembirakan dibandingkan target rencana strategis Kemenkes
yang ingin dicapai yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup juga target MDG’s
AN
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup dan di Provinsi Yogyakarta sebanyak
R T A
KA A
25 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2015 (Kemenkes RI, 2013).
A K
TA
Y
Angka Kematian Bayi (AKB) di Daerah Istimewa Yogyakarta
G
O
US IY
menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012
N
P
menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi
. YAdi DIY mempunyai angka yang
E R A
25 A
relatif lebih tinggi, yaitu sebesar L per 1.000 kelahiran hidup (target MDG’s
P J
angka hasil SDKI
D ER hidup pada tahun 2015). Apabila melihat
sebesar 23 per 1.000 kelahiran
EN2012 tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan
E
hal yang Sserius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDG’s
I K
STdapat dicapai (Dinkes DIY, 2013).
Beberapa penyelidikan kematian neonatal di beberapa rumah sakit di
Indonesia menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kematian
neonatal adalah faktor ibu yang mempertinggi kematian neonatal atau
perinatal (High Risk Mother) dan faktor bayi yang mempertinggi kematian
perinatal atau neonatal (High Risk Infant). Yang termasuk dalam High Risk
Infant antara lain BBLR, prematur, asfiksia dan ikterus neonatorum
(Wiknjosastro, 2011). Kondisi darurat neonatal yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari, dari beberapa rumah sakit pendidikan ditemukan bahwa
salah satu penyebab terjadinya kematian neonatus adalah peningkatan kadar
1
2
bilirubin darah (ikterus). Kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar 50%
pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan (Winkjosastro,
2011).
Menurut RISKESDAS (2007) menyatakan bahwa pen yebab kematian
neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%),
sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%).
Sedangkan berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Yogyakarta dalam buku
Profil Kesehatan Provinsi D I Yogyakarta (2012) angka kejadian ikterus di
Yogyakarta tahun 2011 di ruang perawatan bayi dari 132 bayi memerlukan
perawatan lanjutan sebagian besar (68%) karena ikterus neonatorum.
Ikterus neonatorum sebagian besar merupakan ikterus fisiologis. Akan
tetapi, bila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan cacat
AN
seumur hidup, atau bahkan kematian. Demikian juga ikterus pathologis yaitu
R T A
KA A
ikterus yang timbul apabila kadar bilirubin total melebihi 12 mg/dL, apabila
A K
TA
tidak ditangani dengan baik akan Y
menimbulkan komplikasi
G yang
O
US I Y
membahayakan karena bilirubinnya dapat menumpuk di otak yang disebut
AN
RP
kern ikterus (Winkjosastro, 2011).
. Y
Faktor penyebab ikterus L A
PE
neonatorum menurut Ikatan Dokter Anak
A
R dari metabolisme bilirubin yang terganggu
Indonesia (2011) adalah
D Eakibat
dalam proses E N dan konjugasi bilirubin (seperti pada bayi lahir
J uptake
SProduksi bilirubin berlebih (seperti bayi yang terkena infeksi),
I K E
prematur).
STganguan transportasi (seperti pada bayi lahir premature dan bayi yang diberi
ASI).Resiko terjadi ikterus pada bayi baru lahir meningkat 80% pada bayi
kurang bulan jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Peningkatan resiko
terjadi akibat dari kondisi organ hepar bayi prematur yang belum matang.
Pada metabolisme bilirubin, yang memegang peranan penting adalah hepar
sehingga keadaan hepar yang imatur akan terganggu jalannya metabolisme
tersebut (Berhman dkk, 2011).
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ikterus pada bayi adalah
metode persalinan yang dipilih oleh ibu bersalin (Kemenkes RI, 2013). Tahun
2010 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus
3
AN
enterohepatik bilirubin pada neonatus (Prawirohardjo, 2010)
R T A
KA A
Eksrasi vacum/forcep mempunyai kecenderungan terjadinya perdarahan
A K
TA
Y
tertutup di kepala (trauma persalinan) seperti caput succadeneum dan
G
O
US IY
cephalhematoma, yang merupakan faktor resiko terjadinya ikterus. Begitu
N
P
juga persalinan SC merupakan salah satu
. YA faktor yang dapat menimbulkan
J E
karena efek anestesi
D E R
tidak langsung disusui, bayi malas untuk menyusu
N(Klaus, 2010).
E S studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22 Mei tahun
Hasil
K
I adalah didapatkan data pada tahun 2014 terdapat sebanyak 2101 bayi
T2015
S
kelahiran hidup di RSUD Wates Yogyakarta dan terdapat 200 atau 9,52%
bayi yang dirawat di NICU yang disebabkan karena ikterus. Ada pun hasil
wawancara dan observasi dari ibu post partum terdapat 5 bayi yang
dilakukan foto terapi dimana 3 dari 5 bayi tersebut dilakukan induksi namun
tetap dengan riwayat persalinan normal. Berdasarkan dari latar belakang
tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan
antara metode persalinan dengan ikterus neonatorum di RSUD Wates
Yogyakarta.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penelitian
ini adalah “bagaimana hubungan antara metode persalinan dengan ikterus
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara metode persalinan dengan ikterus
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui metode persalinan di RSUD Wates Yogyakarta.
AN
b. Diketahui kejadian ikterus neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta.
R T A
KA A
c. Diketahui keeratan hubungan antara metode persalinan dengan ikterus
A K
TA
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta
G Y
O
P US YA
N
D. Manfaat Penelitian
.
IY
E R
1. Manfaat Teoritis L A
A institusi pendidikan tentunya dalam bidang
P E Rbagi
Sebagai masukan
E ND dan peneliti selanjutnya serta perawat untuk
S J keterkaitan antara metode persalinan dengan ikterus
ilmu keperawatan
E
mengetahui
STIK neonatorum.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama
mengenai metode persalinan dan hubungannya dengan kejadian
ikterus neonatorum.
b. Bagi Stikes Achmad Yani Yogyakarta
Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan kajian tentang
hubungan antara metode persalinan dengan ikterus neonatus.
5
c. Bagi Ibu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik
bagi ibu hamil, bersalin maupun ibu nifas agar lebih matang dalam
mengambil tindakan persalinan yang akan dilakukan sehingga dapat
mengurangi insiden ikterus pada bayi.
d. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan penelitian
dengan menghubungan terhadap variabel yang lain.
E. Keaslian Penelitian
1. Kurniasari, N (2014) dengan judul “Hubungan berat bayi lahir dengan
AN
ikterus neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta. Jenis penelitian
R T A
KA Acohort
menggunakan survei analitik dengan pendataan secara
A K
TA
Y
retrospektif. Data penelitian diperoleh dengan observasi. Teknik
G
O
US IY
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Populasi dalam
A N
P AL A
penelitian in adalah bayi lahir
P E ER
sebanyak 71 pasang bayi dan ibu yang termasuk dalam kriteria inklusi
dan eksklusi. Analisis data digunakan denga chi square. Sebagian besar
N D
JE
responden dalam penelitian ini adalah BBLC sebanyak 60 responden
S dengan jumlah BBLR sebanyak 12 responden (16,7%). Sebagian
K E
(68,3%)
STI besar responden tidak ikterus sebesar 40 responden (55,6%) dengan
jumlah responden yang mengalami ikterus sebanyak 32 responden
(44,4%). Hasil uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,003 yang
berarti bahwa terdapat hubungan berat bayi lahir dengan ikterus
neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu variable bebas, pada penelitian ini adalah
hubungan berat lahir sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
adalah hubungan metode persalinan. Persamaan: pada variabel terikat
yaitu ikterus neonatorum.
6
AN
3. Pohlmann, M N (2014) dengan judul “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini
R T A
KA A
dengan ikterus neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta. Jenis penelitian
A K
TA
menggunakan survei analitik. Y
Data penelitian diperoleh dengan
G
O
US IY
observasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
N
P YA
sampling. Populasi dalam penelitian
. ini adalah bayi lahir di RSUD
E R
Wates. Jumlah responden L A 60 pasang bayi dan ibu yang
sebanyak
RAinklusi dan eksklusi. Analisis data digunakan
P E
termasuk dalam kriteria
dengan chiE ND Ada hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan ikterus
S J di RSUD Wates Yogyakarta dengan nilai p value 0,000. Dan
square.
E
neonatorum
STIK nilai koefisien kontingensi adalah 0,460. Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas, pada penelitian ini yaitu
hubungan inisiasi menyusu dini sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan yaitu hubungan metode persalinan. Persamaan dengan
penelitian ini yaitu pada variabel terikat yaitu sama-sama ikterus
neonatorum.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo Yogyakarta
menurut sejarahnya adalah peninggalan Jaman Belanda. Terletak disebelah
alun-alun Wates. Setelah merdeka, keberadaannya tetap dilestarikan
hingga tahun 1963. Kemudian karena tuntutan masyarakat berupaya
mengembangkan diri dengan cara pindah lokasi baru di dusun Beji,
Kecamatan Wates Jl. Tentara Pelajar Km 1No. 5. Pada tanggal 26 Februari
1983, RSUD Wates berstatus RS tipe D. Kemudian pada tahun 1994
A YAK AN
menjadi RS tipe C, dan menjadi RS swadana pada tahun 2001. Mulai
AR
T A
K
bulan Juli 2010 RSUD Wates menjadi RS tipe B pendidikan.
A OG
Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan rumah sakit
T ANI Y
S
pemerintah kabupaten yang merupakan rujukn utama didaerah kabupaten
U .Y
P AL A
kulon progo dan sekitarnya, karena memiliki fasilitas yang memadai dn
R
P E ER
tersedianya layanan dengan berbagai jaminan kesehatan (Askes,
Jampersal, Jamkesmas, Jamsostek, BPJS).
N D
JE
Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan
S
I K E
salah satu ruang rawat inap yang digunakan untuk memberikan pelayanan
S T pada neonatus, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 28. Penggalakan ASI
eksklusif selalu dan terus dilakukan, sehingga sejak tahun 2009 Rumah
Sakit Umum Daerah Wates memperoleh penghargaan sebagai Rumah
sakit Sayang Ibu dan Rumah Sakit Sayang Bayi tingkat propinsi Daerah
Istimewa selama 3 tahun, kegiatannya antara lain : 10 langkah
keberhasilan menyusui, lomba menyusui, program kelas maternal, inisiasi
menyusu dini dan lain- lain.
35
36
2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ibu bersalin di
RSUD Wates Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Ibu
Karakteristik F %
Umur
20-35 tahun 57 89,1
>35 tahun 7 10,9
Pendidikan
SD 2 3,1
SMP 15 23,4
SLTA 35 54,7
Perguruan Tinggi 12 18,8
Pekerjaan
AN
IRT 48 75
Swasta 14 21,9 T A
PNS 2
A YAK 3,1 AR
Paritas
K
A OG
Primipara
Multipara
S T ANI Y 18
46
28,1
71,9
Usia Kehamilan
U .Y
RP
37-40 minggu 59 92,1
L A64
>40 minggu 5 7,9
PE A
Total 100
R
N DE
J E
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia20-
35 E S
T I K tahun yaitu sebanyak 57 responden (89,1%), berpendidikan menengah
S yaitu sebanyak 35 responden (54,7%), memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 48 responden (75%), dan memiliki
paritasmultipara sebanyak 46 orang (71,9%), memiliki usia kehamilan 37-
40 minggu yaitu sebanyak 59 responden (92,1%).
37
AN
Pemberian cairan
Cairan Tambahan 5 7,8
T A
A YAK AR
ASI Penuh 59 92,2
Total 64
K
A OG
100
S T ANI Y
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
U .Y
memiliki bayi dengan BBL ≥3000 gram yaitu sebanyak 37 responden,
P AL A
R
sebagian besar bayi berjenis kelamin laki- laki yaitu sebanyak 38
E ER
P
responden, sebagian besar ibu melakukan IMD yaitu sebanyak 35
JE
N D
responden, memiliki onset laktasi pada kategori cepat yaitu sebanyak 37
E S
responden, tipe pemberian ASI berupa ASI penuh yaitu sebanyak 59
K
TIresponden.
S
3. Metode persalinan di RSUD Wates Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode persalinan di RSUD
Wates Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Metode persalinan di RSUD Wates Yogyakarta
Metode Persalinan F %
Tindakan 33 51,6
Spontan 31 48,4
Total 64 100
38
AN T
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ditemukan kondisi yang hampir sama
A A R
A
A K
pada bayi yaitu yang mengalami ikterus sebanyak 34 responden
G Y A K(53,1%)
S T
dan yang tidak mengalami ikterus sebanyak 30 responden
5. Hubungan antara metode persalinan dengan I Yikterus
(44,9%).
O neonatorum di
P
RSUD Wates Yogyakarta U Y AN
A. bahwa hubungan antara metode
E R A L
Hasil penelitian menunjukkan
P
persalinan denganD
J E N
sebagai berikut:
E R
ikterus neonatorum di RSUD Wates Yogyakarta adalah
E S
K
TI Hubungan antara metode persalinan dengan ikterus neonatorum di
Tabel 4.5
S RSUD Wates Yogyakarta
Metode Persalinan
Penilaian Total p value
Spontan Tindakan
Ikterus
n % n % n %
Ikterus 13 20,3 22 34,4 35 54,7
0,041
Tidak Ikterus 18 28,1 11 17,2 29 45,3
Total 31 48,4 33 51,6 64 100,0
B. Pembahasan
1. Metode persalinan di RSUD Wates Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
melakukan persalinan dengan normal yaitu sebanyak 31 responden
A AN
(48,4%) dan responden yang melakukan metode persalinan tindakan yaitu
A RT
A
K
sebanyak 33 responden (51,6%). Persalinan adalah suatu proses fisiologis
K
Apada
A
yang memungkinkan terjadinya serangkaian perubahan besar
T G Y calon
YOlahir. Didefinisikan
U S
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaluiI jalan
AN
R P L
. Y
sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya, akibat
A sekurang-kurangnya setiap lima menit
P E
kontraksi rahim teratur yang terjadi
D E
dan berlangsung sampai
Nspontan
R60Adetik (Aprillia, 2010).
J E
Persalinan adalah cara melahirkan yang paling mudah dan
E
aman. SBila kondisi ibu dan janin sehat serta kemajuan persalinan berjalan
TI K
S dengan baik, maka teknik ini merupakan cara paling tepat. Cara bersalin
spontan berlangsung secara alami tanpa memerlukan banyak tindakan.
Hanya saja, kesterilan alat harus tetap dijaga untuk menghindari
kontaminasi kuman.Persalinan spontan diawali dari pembukaan 1 yang
ditandai dengan pengeluaran lendir darah hingga penjahitan luka di daerah
jalan lahir. Ada 3 macam syarat melahirkan spontan yaitu power (tenaga
mengejan ibu harus adekuat), passage (tidak ada kelainan jalan lahir), serta
passenger (keadaan janin memungkinkan).
Salah satu faktor yang mempengaruhi persalinan adalah umur ibu.
hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin adalah ibu
40
A AN
dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali
lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yangA RT
A
K
cukup
K
Aorgan-organ
A
umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan
T
Y
OG itu emosi dan
S I Y
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal.Selain
U N
YA pada saat kehamilan ibu
R P
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga
L
.
A kehamilannya secara sempurna dan
P E
tersebut belum dapat menanggapi
D E RA
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka
N akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah
anak yang E
J dilahirkan
Ssangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak
umur
K E
STI dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul
penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit
degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mustika dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa wanita melahirkan
pada usia 20-35 tahun merupakan kelahiran pada usia yang tidak beresiko
sedangkan wanita melahirkan anak pada usia <20 tahun atau >35 tahun
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia di bawah
20 tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
41
A AN
lebih tinggi dibanding orang dewasa spontan. Hal ini dapat terjadi karena
jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianyaAlebih RT
A
A K
pendek. Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadiY
G
AK
pada bayi baru
S T YO Beberapa faktor
lahir, terutama pada BBLR (Bayi Berat LahirI Rendah).
P U
juga mempengaruhi terjadinya bayi kuning.Y ANYang sering terjadi adalah
Ahati. bayi untuk memproses eritrosit (sel
E R
karena belum matangnya fungsi L
RAusia sel darah merah kira-kira 90 hari. Hasil
P
darah merah). Pada E
J
pemecahannya,E
D bayi
Neritrosit harus diproses oleh hati bayi. Saat lahir hati bayi
E
belum Scukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit
TI K
S disebut bilirubin, bilirubin ini yang menyebabkan kuning pada bayi
(Liawati, 2011 dan Rahmayan, 2011).
Dari hasil penelitian Septiani N pada tahun 2011, Berat badan lahir
yang kurang dari normal dapat mengakibatkan berbagai kelainan yang
timbul dari dirinya, salah satunya bayi akan rentan terhadap infeksi yang
nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak bayi lahir,
terutama bayi kecil (bayi dengan berat badan <2500 gram) mengalami
ikterus pada minggu pertama hidupnya. Karena kurang sempurna nya alat-
alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisikologik maka mudah
timbul beberapa kelainan diantaranya immatur hati. Imatur hati
42
A AN
meningkatkan kadar bilirubun, tetapi keadaan ini masih dipengaruhi oleh
A RT
A
K
cara kelahiran dan dari pihak penolongnya. Berat badan lahir < 2500 gram
AK ikterus
A OG
Y
mempunyai presentase tertinggi terhadap kecenderungan timbulnya
T
S
neonatorum (Henry, 2001).
U N I Y
YAdan seterusnya. Dan membagi
R P
Ikterus dimulai dari kepala, leher
tubuh bayi baru lahir dalamLlima
.
A bagian bawah sampai tumit, tumit-
P E
pergelangan kaki dan E R A
bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan
NDkaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah
J E
termasuk telapak
E
denganSmenekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti
T I K
S tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain- lain (Mansjoer, 2011).
Bahaya hiperbilirubinemia adalah kern icterus. Kern icterus atau
ensefalopati bilirubin adalah sindrom neurologis yang disebabkan oleh
deposisi bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin tidak langsung atau
bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei batang otak. Patogenesis kern
ikterus bersifat multifaktorial dan melibatkan interaksi antara kadar
bilirubin indirek, pengikatan oleh albumin, kadar bilirubin yang tidak
terikat, kemungkinan melewati sawar darah otak, dan suseptibilitas saraf
terhadap cedera. Kerusakan sawar darah otak, asfiksia, dan perubahan
permeabilitas sawar darah otak mempengaruhi risiko terjadinya kern
43
ikterus. Pada bayi sehat yang menyusu kern ikterus terjadi saat kadar
bilirubin >30 mg/dL dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset umumnya
pada minggu pertama kelahiran tapi dapat tertunda hingga umur 2-3
minggu (Richard et al. 2011).
Paritas ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ikterus,
pada paritas 1 dan 2 biasanya lebih banyak ibu yang mengalami resiko
melahirkan bayi ikterus. Hal ini disebabkan karena adanya trauma lahir
karena ibu pertama kalinya jalan lahir diuji untuk kelahirannya (Klaus,
2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ikterus adalah usia
kehamilan. Masa gestasi sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
bayi. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan,
A AN
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Alat tubuh bayi prematur
A RT
A
K
belum berfungsi seperti bayi matur, oleh karena itu, ia mengalami lebih
A K
A Y
OGtubuhnya, dengan
banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin
T
pendek masa
U S
kehamilanya makin kurang pertumbuhan alat-alat
N I Y
dalam
L
.
Ayang dapat terjadi adalah terjadinya
P E
kematian salah satu komplikasi
D E
ikterus. Dalam hal ini, RA besar kematian perinatal terjadi pada bayi-
sebagian
NBersangkutan
J E
bayi prematur. dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam
E S baik anatomik maupun fisiologik (Prawirohardjo, 2007).
tubuhnya
TI K
S Masa gestasi adalah suatu pertumbuhan dan perkembangan janin
intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan
persalinan (Sarwono, 2007). Masa gestasi menurut WHO dikelompokan
menjadi tiga yaitu: kehamilan cukup bulan (term/aterm) yaitu usia gestasi
37-42 minggu (259-294 hari), kehamilan kurang bulan (preterm) yaitu usia
gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari), kehamilan lewat waktu
(postterm) yaitu usia gestasi lebih darai 42 minggu (294 hari). Usia gestasi
sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup bayi. Makin rendah usia
gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, makin tinggi mordibitas dan
mortalitasnya. Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi
44
yang matur, oleh karena itu ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup
diluar uterus ibunya. Makin pendek usia kehamilannya makin kurang
pertumbuhan dalam alat-alat tubuhnya dengan akibat makin mudahnya
terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematian. Dalam hal ini,
sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.
Kehamilan preterm maupun postterm mempengaruhi keadaan bayi,
semakin lama kehamilan berlangsung sehingga melampaui usia aterm,
semakin besar kemungkinanya bayi yang akan dilahirkan mengalami
kekurangan nutrisi dan gangguan kronis (Cunningham, 2010).
Dari hasil penelitian Reisa Maulidya Tazami pada tahun 2013
mengatakan bahwa prematuritas berhubungan dengan kejadian ikterus
neonatorum. Karena prematuritas berhubungan dengan ikterus tak
terkonjugasi pada neonatus. Aktifitas
A AN
uridine difosfat glukoronil
A RT
A
K
transferase hepatik jelas menurun pada bayi prematur, sehingga konjugasi
K
Apeningkatan
A G Y
bilirubin tak terkonjugasi menurun. Selain itu juga terjadi
T O
U S N I Y
hemolisis karena umur sel darah merah yang pendek pada bayi prematur.
A (2007) bahwa ikterus dan
R P
Hal ini sesuai dengan penelitianYWidya
L
.
A82% dan 18,6% bayi cukup bulan.
P E
hiperbillirubinemia terjadi pada
Sedangkan pada E RAkurang bulan, dilaporkan ikterus dan
bayi
NDditemukan pada 95% dan 56% bayi. Tahun 2003
J E
hiperbillirubinemia
E S sebanyak
terdapat 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1.509 neonatus yang
T I K
S dirawat dengan 24% kematian terkait Hiperbillirubinemia. Berdasarkan hal
tersebut, maka umur kehamilan kurang bulan mempunyai keeratan
hubungan dengan kejadian Hiperbillirubin pada bayi baru lahir.
Wiknjosastro (2007) menyebutkan bahwa bayi yang lahir dengan
kehamilan kurang dari 37 minggu terjadi imaturitas enzimatik, karena
belum sempurnanya pematangan hepar sehingga menyebabkan
hipotiroidismus, dan menurut Behman (2006) bahwa bayi prematur lebih
sering mengalami hiperbillirubin dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini
disebabkan oleh faktor kematangan hepar sehingga konjugasi billirubin
indirek menjadi billirubin direk belum sempurna.
45
A AN
Ikterus neonatorum sebagian besar merupakan ikterus fisiologis.
A RT
A
K
Akan tetapi, bila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan
AjugaK ikterus
A
cacat seumur hidup, atau bahkan kematian. Demikian
T
Y
OG total melebihi
U S N I Y
pathologis yaitu ikterus yang timbul apabila kadar bilirubin
A baik akan menimbulkan
R P
12 mg/dL, apabila tidak ditangani Y
L
. dengan
Akarena bilirubinnya dapat menumpuk di
P E
komplikasi yang membahayakan
E
otak yang disebut kern RA (Winkjosastro, 2011).
ikterus
ND ikterus neonatorum menurut Ikatan Dokter Anak
FaktorE
S J(2011) adalah akibat dari metabolisme bilirubin yang terganggu
penyebab
E
Indonesia
STIK dalam proses uptake dan konjugasi bilirubin (seperti pada bayi lahir
prematur). Produksi bilirubin berlebih (seperti bayi yang terkena infeksi),
ganguan transportasi (seperti pada bayi lahir premature dan bayi yang
diberi ASI). Resiko terjadi ikterus pada bayi baru lahir meningkat 80%
pada bayi kurang bulan jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
Peningkatan resiko terjadi akibat dari kondisi organ hepar bayi prematur
yang belum matang. Pada metabolisme bilirubin, yang memegang
peranan penting adalah hepar sehingga keadaan hepar yang imatur akan
terganggu jalannya metabolisme tersebut (Berhman dkk, 2011).
46
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi adalah berat badan lahir
yang kurang dari normal dapat mengakibatkan berbagai kelainan yang
timbul dari dirinya. Salah satunya bayi akan rentan terhadap infeksi yang
nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak bayi baru lahir,
terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <2500gram) mengalami
ikterus pada minggu pertama hidupnya. Data epidemiologi yang ada
menunjukkan bahwa lebih dari 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang
dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya
(Moslichan, 2008). Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi
dengan berat lahir <2500 gram atau usia gestasi <37 minggu) mengalami
ikterus pada minggu- minggu pertama kehidupannya. Hiperbillirubin pada
bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
A AN
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir
A RT
A
K
merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal patologis
AK
(Saifuddin, 2007).
T A OG
Y
U S N I
Ikterus adalah kondisi umum yang terjadi Y
pada bayi baru lahir dan
A sering terjadi pada bayi
R P
terjadi pada > 50% bayi baru lahir.YIkterus
L
.
A laki- laki lebih banyak daripada bayi
P E
permatur dan bayi berjenis kelamin
AN
selama 15-20 menit, dapat dilakukan setiap hari antara pukul 06.30-08.00
T A
A YAK AR
selama ikterus masih terlihat.
K
ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling
A OG
T ANI Y
sempura bagi bayi 0-6 bulan. ASI ekslusif menurut WHO (World Health
S
U .Y
Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik
P AL A
R
susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain.
E ER
Sebelum mencapai usia 6 bulan system pencernaan bayi belum mampu
P ND
berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan
E
S J Setelah masa ini, bayi mesti dikenalkan dengan makanan
selain ASI.
E
STIK
pendamping ASI. Contohnya bubur susu, bubur saring, dan nasi tim. Mulai
usia ini kapasitas pencernaan, enzim, dan kemampuan metabolisme bayi
sudah siap untuk menerima makanan lain selain ASI. Kebutuhan gizi bayi
tidak tercukupi dari ASI dan 30% dari makanan pendamping ASI. Agar
bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan
makanan bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini.
Dari hasil penelitian Khairunnisak pada tahun 2013 menunjukan
bahwa salah satu manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah menjadikan
bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning
(ikterus). Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring
48
A AN
neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbillirubinemia
A RdanT
A
K
(Mauliku dan Nurjanah, 2013). Meskipun komplikasi asfiksia, trauma,
AK namun
A OG
Y
aspirasi mekonium bisa berkurang dengan persalinan tindakan
T
U S N I Y
risiko distress pernapasan sekunder sampai takipneu transien, defisiensi
L
.
A dan menyebabkan proses konjugasi
P E
berakibat terjadinya hipoperfusi hepar
RA yang lahir dengan tindakan juga tidak
bilirubin terhambat.EBayi
ND
memperolehE
J bakteri-bakteri menguntungkan yang terdapat pada jalan lahir
S berpengaruh pada pematangan sistem daya tahan tubuh, sehingga
ibuE yang
TI K
S bayi lebih mudah terinfeksi. Ibu yang melahirkan dengan tindakan
biasanya jarang menyusui langsung bayinya karena ketidaknyamanan
pasca tindakan atau operasi, dimana diketahui ASI ikut berperan untuk
menghambat terjadinya sirkulasi enterohepatik bilirubin pada neonatus
(Prawirohardjo, 2010)
Eksrasi vacum/forcep mempunyai kecenderungan terjadinya
perdarahan tertutup di kepala (trauma persalinan) seperti caput
succadeneum dan cephalhematoma, yang merupakan faktor resiko
terjadinya ikterus. Begitu juga persalinan SC merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan dehidrasi pada bayi sehingga cenderung terjadi
49
A AN
jarang menyusui langsung bayinya karena ketidaknyamanan pasca operasi,
A RT
A
K
dimana diketahui ASI ikut berperan untuk menghambat terjadinya
K
A2002)
A Y
OGterjadinya trauma
sirkulasi enterohepatik bilirubin pada neonatus. (Prawirohardjo,
T
U S N I
Jenis persalinan ibu dapat merupakan faktor Yresiko
A penelitian menemukan jenis
R P
lahir, disamping penolongnya sendiri,Ypada
L
.
A presentasi terbesar disusul dengan
P E
persalinan sectio caesarea dengan
ekstrasi vakum/forcep,E R A
eksrasi vacum/forcep mempunyai kecenderungan
ND tertutup di kepala ( trauma persalinan) sperti caput
E
S J dan cephalhematoma, yang merupakan faktor resiko
terjadinya perdarahan
E
succadeneum
STIKterjadinya ikterus. Begitu juga persalinan SC merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan dehidrasi pada bayi sehingga cenderung terjadi
ikterus dimana ibu bersalin dengan SC biasanya bayi tidak lansung disusui
( Klaus, 2000).
Menurut penelitian Tazami tahun 2013 di Jambi, meskipun kejadian
asfiksia, trauma, dan aspirasi mekonium bisa berkurang dengan SC, risiko
distress pernapasan sekunder sampai takipneu transien, defisiensi
surfaktan, dan hipertensi pulmonal dapat meningkat. Hal tersebut bisa
berakibat terjadinya hipoperfusi hepar dan menyebabkan proses konjugasi
bilirubin terhambat. Bayi yang lahir dengan SC juga tidak memperoleh
50
6. Keterbatasan Penelitain
Penelitian ini mengalami berbagai keterbatasan yang mengakibatkan
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:
Penelitian hanya terbatas pada hubungan tentang metode persalinan terhadap
kejadian ikterus dan tidak meneliti tentang bagaimana penanganannya. Tidak
dilakukan match sampel sehingga banyak ibu yang primipara. Keterbatasan
lain dalam penelitian ini yaitu terdapat fakor yang mempengaruhi ikterus
tetapi tidak dikontrol yaitu paritas, jenis kelamin anak, IMD, oneset laktasi
A YAK AN
dan pemberian cairan sehingga hasil yang didapatkan belum terlalu luas.
AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diketahui hipotesa diterima dengan kriteria
yaitu:
1. Sebagian besar responden melakukan persalinan dengan normal (60,9%).
2. Sebagian besar responden memiliki bayi yang mengalami ikterus (54,7%)
3. Ada hubungan antara metode persalinan dengan ikterus neonatorum di
RSUD Wates Yogyakarta dengannilai p value sebesar 0,041 dan hipotesa
diterima.
B. Saran
A YAK AN AR
T A
K
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Dapat digunakan sebagai
T ANI Y A OG
bahan bacaan untukmenambah
S
pengetahuan tentang metode persalinan dan ikterus neonatorum sehingga
U .Y
P AL A
mahasiswa keperawatan lebih mengetahui dan dapat mengembangkan
R
E ER
penelitian dengan menghubungkan variabel-variabel lain yang dapat
P
mengurangi terjadinya ikterus pada bayi.
N D
JE
2. Bagi Petugas Kesehatan
SDapat
I K E digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan
S T keperawatan secara komprehensif terutama mengenai metode persalinan
agar dapat mengurangi insiden iktrus pada bayi.
3. Bagi Stikes Achmad Yani Yogyakarta
Dapat digunakan sebagairefrensi dan kajian tentang hubungan
antara metode persalinan dengan ikterus neonatorum sehingga penelitian
selanjutnya dapat menghubungkan dengan variabel-variabel yang lain.
51
52
4. Bagi Ibu
Pentingnya bagi ibu hamil untuk mengetahui agar lebih matang
dalam mengambilkeputusan dalam persalinan, menghindari persalianan
tindakan agar dapatmengurangiresiko ikterus pada bayi.
5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya sehingga dapat mengembangkan penelitian dengan
menghubungkan terhadap variabel yang lain.
A YAK AN AR
T A
K
A OG
S T ANI Y
P AL A U .Y
R
E ER
P JE
N D
E S
T I K
S
DAFTAR PUSTAKA
AN
Dinkes DIY. (2013). Profil Kesehatan Propinsi DIY Tahun 2012. Yogyakarta:
Dinkes DIY
A YAK AR
T A
K
A OG
Etika R, Harianto A, Indarso F, Damanik SM. (2011). Hiperbilirubinemia pada
T ANI Y
neonatus. Continuing education ilmu kesehatan anak.
S
U .Y
Fraser, M D. (2010). Praktek Klinik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
P AL A
R
Garry, C. (2010). Obstetri William Volume 1.Jakarta : EGC
E ER
P
Galuh. (2012). Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan,
N D
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
JE
E S
Hamid. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta. EGC
K
I dan Riyadi. (2011). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bidang
STKesehatan.
Handayani
Yogyakarta. SIP.
Hartanto. (2010). Persalinan sectio caesarea dengan kejadian ikterus neonatus.
Modul Universitas Muhamadiyah Semarang.
Harper dan Yoon. (2010), Neonatorum atau Bayi Kuning. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hidayat, A A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi
Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : DEPKES RI
Kemenkes RI, (2013a). Capai Pembangunan Kesehatan Tahun
2011http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=157:capaian-pembangunan-kesehatan-tahun-
2011&catid=38:berita&Itemid=82 [Diunduh tanggal 8 Juni 2012]
_____________. (2013b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Jakarta:Depkes RI
Klaus. (2010). Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta : EGC
Kosim dan Soleh, M. (2010). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta:
Puspa Swarna.
AN
Media
T A
A YAK AR
Riskesdas, (2007). Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Jakarata. Kemenkes
RI
K
A OG
T ANI Y
Rohani. (2011). Asuhan pada Masa Persalinan, Jakarta: Salemba Medika
S
U .Y
Mansjoer, S. Triyanti, K. Syafitri, R. Wardani WI. Setiowulan, W. (2012).
P AL A
R
Hematologi Klinik. Jakarta:Bina Rupa Aksara.
P E ER
______________________________________________________.
D
(2011).
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid Pertama. Jakarta: Media
N
Aesculapius
S JE
I K E
Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
S TBerencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Marmi. (2012). Asuhan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
AN
Kedokteran Universitas Padjajaran. Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung.
T A
A YAK
Sudigdo, S. Bambang, M. Budiman S. (2012). Dasar-dasar Metode Penelitian
AR
Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
K
A OG
T ANI Y
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
S
U .Y
________. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta
P AL A
R
Sulistiyowati, A. (2010). Buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
E ER
P
Andi Offset.
N D
Suriadi, (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. CV Agung Seto, Jakarta.
JE
E S
Tazami, R M. (2013). Gambaran faktor Resiko Ikterus Neonatorum pada
T I K
Neonatus Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi. Available
S from:http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/kedokedokteran/article/view/
981.