PENDAHULUAN
2014: 31).
mengoptimalkan semua potensi daerah yang ada, dari penggalian dan optimalisasi
potensi yang ada pada daerah tersebut dapat diperoleh sebuah pemasukan bagi
daerah itu sendiri dan dapat dikategorikan sebagai Pendapatan Asli Daerah
dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah (Kusuma dan Wirawati,
2013: 575)
yang bersumber dari sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi untuk dikelola
adalah hasil dari pajak daerah dan retribusi daerah, disamping kedua hal tersebut
1
sumber-sumber lain yang dapat menambah tingginya pendapatan asli daerah juga
perlu dioptimalkan agar dapat untuk meningkatkan PAD (Mentayani dkk, 2014:
31).
Maka dari itu pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam
pelayanan yang baik dari pemerintah daerah, untuk itu merintah daerah harus adil
dalam melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh
berbagai macam sarana publik yang dapat digunakan oleh masyarakat (Kusuma
kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
menurut peraturan yang telah ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, pajak itu sendiri bertujuan
2014: 1).
Seperti halnya pajak pada umumya, pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dan dapat digunakan untuk membiayai sebagian
belanja daerah dan pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada pemerintah
Indonesia nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak yang dipungut berdasarkan
2
penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak dan UU nomor 28
Selain bersumber dari pajak daerah, pendapatan asli daerah juga dapat
sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara
langsung dan nyata kepada pembayar, dengan demikian, retribusi daerah juga
2014: 2).
Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah merupakan salah satu sumber
daerah ini memberlakukan sistem self assessment, yang berarti wajib pajak dapat
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-
terdahulu yang mendukung bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mentayani, dkk (2014) menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi
juga didukung oleh penelitian putri dan Rahayu (2015) yang menghasilkan bahwa
pajak daerah dan retribusi daerah secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan
3
asli daerah. Menurutnya pajak dan retribusi adalah komponen yang paling utama
daerah.
baik dan mampu membiayai belanja rumah tangganya sendiri seperti yang telah
diterapkan di kota Pariaman. Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang
ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang
APBD daerah dan keluasan dalam penyusunan anggaran maka pemerintah Kota
daerah yang otonom pada tahun 2002 terus mengalami kenaikan, terutama pada sektor
keuangan yang dikelola secara mandiri oleh pemerintah kota Pariaman. Hal ini dapat
dilihat dari pendapatan asli daerahnya pada tahun 2009-2018. Berikut adalah
4
Gambar 1.1
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)
komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah
dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis
Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi
pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada
tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan
akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada
kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh komponen
pendapatan asli daerah lainnya yang tidak dibahas dalam pada pembahasan
penelitian ini.
5
Mengingat bahwa semenjak diresmikannya kota Pariaman menjadi
sebuah kota yang berdiri sendiri sebagai daerah yang otonom dan harus mengolah
sumber dayanya sendiri untuk memperoleh pendapatan asli daerah yang dilakukan
sebagai kota wisata sehingga pendapatan pada sektor pajak dan retribusi daerah
Pariaman.
pendapatan asli daerah yang diiringi peningkatan pajak daerah dan retribusi
retribusi. Hal tersebut sangat menarik untuk dibahas lebih dalam pada sebuah
penelitian, dalam penelitian ini akan digunakan dua variabel bebas yang terdiri
dari pajak daerah dan retribusi daerah yang diasumsikan sebagai dua komponen
dan faktor utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah, sedangkan variabel
terikatnya adalah pendapatan asli daerah. Maka dengan alasan tersebut judul
6
3. Apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
penelitian ini nantinya akan memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara
lain :
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah acuan bagi pemerintah Kota
2. Bagi penulis
tugas akhir skripsi sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana di
3. Bagi akademik
7
Bagi akademik penelitian ini nantinya bisa dijadikan koleksi dan
Pariaman dan sebagai rujukan bagi mahasiswa yang akan meneliti objek yang
sama.
Dalam penelitian ini penulis menyusun lima bab, dimana dalam tiap bab
yang nantinya akan membentuk sebuah sitematika yang komplek sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
menjelaskan variabel-variabel pada penelitian ini. Selain itu dalam bab ini
penelitian.
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis, serta
BAB 4 PEMBAHASAN
penelitian dengan bentuk yang lebih sederhana yang mudah dibaca dan mudah
8
analisis data dan pembahasan.Hasil penelitian disajikan dengan bahasa yang
Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan dengan
penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak-
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang terkait dengan
pengaturan kerja sama antar daerah, serta penyusunan instrumen dan tatacara
lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Ibid, 2011).
diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada (Bahar, 2010). Kebijakan
di luar negeri.
10
2.2 Pendapatan Asli Daerah
daerah sebagaimana diatur dalam UU nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam kaitan
dan mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan otonomi
daerah tidak dibiyai dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau pinjaman
pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Ujang Bahar (2010) yaitu: ”PAD
berasal dari potensi daerah guna membiayai program atau kegiatan daerahnya
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah
11
perwujudan asas desentralisasi, dan diatur oleh peraturan perundang-undangan
yang sah.
Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan penuh potensi daerah yang dapat
penciptaan iklim yang kondusif terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Ibid,
2011).
Hal ini mungkin saja terjadi, karena pemerintah daerah belum memiliki
Asli Daerah, dimana sebelumnya tergantung dari Dana Subsidi Otonomi daerah
(DSO) yang ditransfer pusat yang tidak memiliki kreativitas untuk menutupi
kesenjangan fiskal yang dialami, selain itu daerah dibatasi ruang geraknya dalam
fiskal terhadap pemerintah pusat (Bahar, 2010), kemandirian daerah sangat erat
besar kecilnya PAD akan memengaruhi struktur gaji anggota dewan sehingga
12
2.3 Pajak
Undang No. 28 Tahun 2009, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan
kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.
kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan
(Bahar, 2010).
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang diberikan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
13
merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan
melaksanakan otonomi daerah, maka pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga
dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota (Prawoto,
2011: 471).
14
4. Adanya kesepakatan politik. Dengan adanya kemampuan politik, maka
menjadi 2 macam, yaitu pajak provinsi dan pajak Kabupaten/kota. Pajak provinsi
meliputi :
5. Pajak rokok.
Jenis pajak provinsi bersifat limitatif yang berarti provinsi tidak dapat
memungut pajak lain yang telah ditetapkan. Adanya jenis pajak yang dipungut
oleh provinsi terkait dengan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang
terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifat lintas
daerah. Namun, dalam pelaksanaanya provinsi dapat tidak memungut jenis pajak
yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang hasilnya kurang memadai (Prawoto,
2011: 470).
1. Pajak hotel;
2. Pajak restoran;
3. Pajak hiburan;
4. Pajak reklame;
15
5. Pajak penerangan jalan;
7. Pajak parkir;
ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 dengan menetapkan sendiri jenis pajak
yang bersifat spesifik sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
ditetapkan dengan peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif
dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta
penerimaan yang dapat digali salah satunya berupa pajak daerah yang merupakan
andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber penerimaan tersebut dapat
16
memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan asli daerah (Fitriana,
2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak daerah maka akan meningkatkan
pendapatan asli daerah, semakin rendah penerimaan pajak daerah maka akan
menurunkan pendapatan asli daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa pajak daerah
Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak yaitu
pajak retribusi daerah adalah pungutan bagi pembayaran atau izin tertentu yang
khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan. Prinsip pengenaan retribusi daerah pembayaran yang berkaitan
atau pemberian izin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
kepada setiap orang atau badan. Misalnya retribusi atas penyediaan tempat
17
listrik, pembayaran abonemen air minum. Retribusi tempat penitipan anak,
paksaannya lebih mengarah pada hal yang bersifat ekonomis. Artinya, apabila
seseorang atau badan tidak mau membayar retribusi maka manfaat ekonominya
PAD kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah penerimaan
retribusi daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah memiliki
pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak daerah tanpa ada
kontraprestasi langsung yang bisa diterima wajib pajak atas pembayaran pajak
pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu
yang disediakan pemerintah. Jadi dalam hal ini terdapat imbalan (kontraprestasi)
langsung yang dapat dinikmati oleh orang yang telah membayar retribusi
Berbeda dengan pajak daerah yang bersifat tertutup, untuk retribusi ini
pemerintah daerah masih diberi peluang untuk menambah jenisnya namun harus
18
retribusi ini terkait dengan pelayanan tertentu, maka prinsip manajemen retribusi
daerah yang paling utama adalah perbaikan pelayanan tersebut (Prawoto, 2011:
474)
2011: 471).
umum yang dibagi menjadi tiga golongan yang masing-masing dikhususkan pada
1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan dan kemanfaatan umum serta dapat
2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
19
Tabel 2.1
Pengelompokan Retribusi Daerah
Penetapan jenis retribusi kedalam retribusi jasa umum dan jasa usaha
20
instansi terkait (Suparmoko, 2002 : 87). Jasa yang menjadi objek retribusi
Apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh perangkat pemerintah daerah, tetapi
tidak secara langsung, misalnya oleh BUMD, jasa tersebut tidak dikenakan
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar
asli daerah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kusuma dan Wirawati (2013) bahwa
Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin besar
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama
Variabel Metodologi
Dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
Utomo Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian
(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda parsial pajak
21
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Studi retribusi daerah
Empiris Di Pendapatan berpengaruh
Dppkad Wilayah Asli Daerah signifikan
Karesidenan terhadap
Surakarta) pendapatan asli
daerah pada
pemerintah kota
dan pemerintah
kabupaten di
wilayah
karesidenan
surakarta.
Natoen Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
dkk Daerah Dan Daerah Regresi menunjukan
(2018) Retribusi Daerah Linier bahwa pajak
Terhadap Retribusi Berganda daerah secara
Pendapatan Asli Daerah parsial
Daerah Provinsi berpengaruh
Sumatera Selatan Pendapatan signifikan
Asli Daerah terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera
Selatan. Pada
variabel retribusi
daerah
menunjukkan
bahwa retribusi
daerah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Sementara itu,
hasil penelitian
secara simultan
atau bersama-
sama menunjukan
bahwa variabel
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
signifikan
terhadap
22
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
23
Daerah (PAD).
Roslina Kontribusi Pajak Pajak Analisis Berdasarkan hasil
(2014) Daerah Dan Daerah Regresi Uji Regresi, maka
Retribusi Daerah Linier diketahui bahwa
Terhadap Retribusi Berganda Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah tidak begitu
Daerah (Pad) berpengaruh
Kabupaten Dan Pendapatan terhadap
Kota Di Indonesia Asli Daerah pendapatn asli
Periode Tahun daeah dan
2006-2010 Retribusi Daerah
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
24
Mafaza Kontribusi Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
(2016) Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Retribusi Linier bahwa variabel
Dalam Daerah Berganda pajak daerah dan
Pendapatan Asli retribusi daerah
Daerah Pendapatan mempunyai
(Studi Pada Dinas Asli Daerah kontribusi dalam
Pendapatan pendapatan asli
Pengelolaan daerah.
Keuangan Dan
Aset Kabupaten
Pacitan)
25
Dan Pajak Daerah Retribusi Berganda Retribusi Daerah
Terhadap Daerah berpengaruh
Peningkatan positif tapi tidak
Pendapatan Asli Pendapatan signifikan
Daerah Pada Asli Daerah terhadap
Kabupaten peningkatan
Soppeng Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 2) Pajak
Daerah
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 3)
Retribusi
Daerah dan Pajak
Daerah secara
bersama-sama
(simultan)
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng.
26
Selatan.Terdapat
pengaruh
penerimaan Pajak
Daerah terhadap
Pendapatan .Asli
Daerah (P.AD)
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera
Selatan Terdapat
pengaruh
penerimaan
Retribusi Daerah
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota
Provinsi
Sumatera Selatan
dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis,
Muhamad (2009:75). Berikut ini adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini :
H3
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
27
H1 : H1 = Pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
2019.
H0 = Pajak daerah dan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap
2019.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik
penyusunan laporan sampai menganalisis data sampai selesai, yakni pada bulan
Juli 2020 sampai dengan selesai. Wilayah yang digunakan pada penelitian ini
Jenis data yang diperoleh adalah data dokumenter, yaitu data yang
berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
147). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data yang sudah diolah pihak pengumpul data primer serta melalui studi
pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan dianalisis,
disajikan dalam bentuk informasi. Sumber data penelitian ini adalah laporan
yakni tahun 2008-2019. Data ini diperoleh dari kantor BKD Kota Pariaman.
29
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teori dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, dan skripsi yang
telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Metode ini digunakan untuk mempelajari
lebih dalam dan memahami secara kongkrit dari pokok pembahasan yang
berkaitan erat dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak daerah dan retribusi
daerah.
terpublikasi pada sumber yang bekerja khusus untuk menyediakan data, yakni
tahun 2008-2019. Data tersebut diperoleh dari kantor BKD kota Pariaman.
2016: 95). Data pendapatan asli daerah yang digunakan dalam penelitian ini
Dalam hal ini pengukuran variabel Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan
30
3.5.2.1 Pajak Daerah
2005: 1). Data pajak daerah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Sunarto dan
Fatimah, 2016: 95). Data retribusi daerah yang digunakan dalam penelitian ini
bantuan program SPSS 21. Penelitian ini diuji statistik yang terdiri dari statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, uji kelayakan model, dan pengujian hipotesis.
31
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih
dulu akan dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini uji normalitas
Smirnov.
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
32
independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal (variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan
lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, mengartikan bahwa data tersebut
terjadi multikolinearitas. Jika nilai tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, dapat diartikan
tidak ada multikolinearitas dalam data penelitian tersebut (Ghozali, 2012: 105).
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan untuk
mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah dengan uji durbin-watson, dan jika
gagal maka dilakukan uji run test. Uji run test dapat dilakukan dengan analisis
nilai asymp-sig pada hasil uji non-parametric run test, jika nilai asymp-sig lebih
besar dari 0.05 maka dapat dipastikan tidak terjadi auto korelasi.
yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
33
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (Ghozali, 2009).
Heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda dapa diuji dengan
dengan melakukan uji glejser, yaitu dengan meregresikan nilai absolute residual
dengan variabel independennya. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
(variabel Y).Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah (X1),
Y = α + β1X1+ β2X2+ e
Dimana :
α = Nilai konstanta
3.6.4.1 Uji T
34
(dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan (Ghozali, 2012: 98).
Jika t hitung >t tabel, maka H1 diterima atau secara parsial variabel bebas dapat
Jika t hitung < t tabel, maka H1 ditolak atau secara parsial variabel bebas tidak
=0,05).
3.6.4.2 Uji F
adalah :
F hitung >F tabel , maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas
F hitung < F tabel, maka H1ditolak atau secara bersama-sama variabel bebas tidak
( α= 0,05).
35
Jika nilai signifikan α < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan
36
BAB IV
Pariaman merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing
semenjak tahun 1500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec
Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis
di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan
Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Salah seorang ulama yang terkenal
seperti alm. Syekh Burhanuddin merupakan murid dari Khatib Sangko yang
bermakam di Pulau Angso Duo yang sekarang dikenal dengan “kuburan panjang”.
memiliki luas wilayah sekitar 73,36 Km². Kota Pariaman merupakan wilayah
37
Indonesia. Pada sisi utara, selatan dan timur berbatasan langsung dengan
(www.pariamankota.go.id).
Secara astronomis, Kota Pariaman terletak antara 00° 33‘ 00 “ – 00° 40‘
43“ Lintang Selatan dan 100° 04‘ 46“ – 100° 10‘ 55“ Bujur Timur. Tercatat
memiliki luas wilayah 73,36 km2, dengan panjang garis pantai 12,00 km. Luas
daratan kota ini setara dengan 0,17% dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera
Barat, dengan 6 buah pulau-pulau kecil; Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau
Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso Duo dan Pulau Kasiak. Panjang pantai lebih
bagi kota ini. Jalan raya Padang-Lubuk Basung-Pasaman Barat merupakan jalan
negara yang penting bagi pemerintah, karena itu kondisinya selalu terjaga dengan
kegiatan perdagangan dan pariwisata, maka posisi Kota Pariaman sebagai pusat
perdagangan hasil pertanian dan pariwisata pantai, akan menjadi semakin penting
(www.pariamankota.go.id).
DAN BERBUDAYA"
38
4.1.2.2 Misi Kota Pariaman (dikutib dari web (www.pariamankota.go.id))
berbudaya.
pelayanan publik.
Fokus penelitian ini adalah pada hubungan peningkatan pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman pada periode tahun
Gambar 4.1
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)
Dari grafik diatas memperlihatkan hubungan yang positif antara dua
komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah
39
dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis
Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi
pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada
tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan
akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada
kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh hal lain.
Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis maka
dilakukan adalah uji yang biasa disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari
Jika salah data yang digunakan mengalami masalah atau tidak lolos dari salah satu
uji tersebut, maka analisis regresi berganda belumbisa dilakukan. Berikut adalah
Uji normalitas seperti yang sudah dibahas pada bab tiga, bahwa uji
atau tidaknya akan ditentukan oleh nilai asymp-sig. Jika nilai asymp-sig yang
diperoleh adalah lebih besar dari 0,05 maka dapat dipastikan bahwa data bersistribusi
Tabel 4.1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40
Unstandardized
Residual
N 11
Normal Parametersa,b Mean 0.0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Absolute 0.137
Differences Positive 0.096
Negative -0.137
Test Statistic 0.137
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
yang ditunjukkan dari tabel kolmogorov-smirnov adalah 0,200 lebih besar jika
dibandingkan dengan 0,05. Maka dapat dipastikan bahwa data yang digunakan
berdistribusi normal.
dan nilai VIF. Seperti yang sudah dibahas bahwa data yang baik adalah data yang
terbebas dari multikolinieritas, hal ini ditunjukkan oleh atau dapat dipastikan tidak
ada multikolinieritas jika nilai tolerance besar sama dengan 0,1 dan nilai VIF kurang
Tabel 4.2
Uji Multikolinieritas (Coefficientsa)
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pajak Daerah 0.611 1.636
Retribusi Daerah 0.611 1.636
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas diperlihatkan bahwa masing-masing variabel
menunjukkan tingkat nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan tingkat nilai VIF
41
lebih kecil dari 10. Maka berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat
Seperti yang sudah dibahas pada bab tiga bahwa untuk melihat terjadi atau
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang
digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah dengan uji durbin-
watson, dan jika gagal maka dilakukan uji run test. Uji run test dapat dilakukan
dengan analisis nilai asymp-sig pada hasil uji non-parametric run test, jika nilai
asymp-sig lebih besar dari 0.05 maka dapat dipastikan tidak terjadi auto korelasi.
Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi dalam model peneltian ini. Berikut ini adalah hasil dari pengujian run
test :
Tabel 4.3
Run Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -1.02790
Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z 0.029
Asymp. Sig.
0.977
(2-tailed)
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
sig adalah sebesar 0.977. Karena nilai ini lebih besar dari 0.05 maka dapat
42
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis uji glejser, yaitu dengan
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya adalah tidak terjadi
Tabel 4.4
Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 10.814 2.446 4.420 0.002
Pajak Daerah 0.022 0.062 1.116 0.352 0.734
Retribusi Daerah -0.058 0.126 -1.451 -0.458 0.659
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
pajak daerahl adalah 0,734 dan retribusi daerah adalah 0,659. Nilai ini lebih besar
dari 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dipastikan bahwa tidak terjadi
yang juga lolos dengan menggunakan uji glejser. Sedangkan Utomo (2013) tidak
Hubungan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat secara linier atau
garis lurus dapat dijelaskan dengan suatu analisis yang disebut analisis regresi
terhadap variabel terikat atau y. Dan nilai konstanta yang menentukan nilai y
43
secara konstan dalam suatu rumus regresi linier berganda. Nilai koefisien dapat
Tabel 4.5
Analisis Regresi Linier Berganda (Coefficientsa)
Unstandardized Coefficients
Model
B Std. Error
1 (Constant) -1.965 4.579
Pajak Daerah 0.345 0.117
Retribusi Daerah 0.382 0.236
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
koefisien regresi pajak Daerah atau X1 adalah 0.345 dan nilai koefisien regresi
retribusi daerah atau X2 adalah 0.382. Nilai tersebut adalah suatu ukuran atau
1. Konstanta
Nilai konstanta dalam hubungan antara x dan y dalam penelitian ini adalah
terhadap y akan terjadi sebesar 1.965 jika x tidak ada atau nol.
Nilai koefisien regresi pajak daerah atau x1 adalah sebesar 0,345. Nilai yang
naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,345 dalam asumsi jika
44
Nilai koefisien regresi retribusi daerah atau x2 adalah sebesar 0,382. Nilai
Jika x2 naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,382 dalam asumsi
Dalam penelitian ini ada 4 hipotesis yang harus diuji apakah asumsi tersebut dapat
diterima secara empiris atau tidak maka harus dijawab dengan pengujian
hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua uji yaitu :
4.5.1 Uji T
Uji t dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas dalam pada bab 3, uji t
dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan
data dengan t tabel yang diperoleh dari tabel t. Nilai t tabel dalam bahasa penelitian ini
adalah sebesar 2,30 diperoleh dari tabel t berdasarkan nilai orang df = 8 ( jumlah sampel
11 dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai signifikan sebesar 0,050.
Tabel 4.6
Uji T (Coefficientsa)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.965 4.579 -.429 0.679
Pajak Daerah 0.345 0.117 0.646 2.961 0.018
Retribusi Daerah 0.382 0.236 0.353 1.616 0.145
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
a. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Pajak
Daerah atau X1 yang dihasilkan adalah 2.96 > 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0,018 < 0,05. Maka dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa
45
“Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan asli daerah kota Pariaman “.Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa
daerah. Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
Daerah atau X2 yang dihasilkan adalah 1.616 < 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0.145 > 0.05. Maka dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah kota Pariaman “. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa
tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo
4.5.2 Uji F
Uji F dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3, uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan
data dengan F tabel yang diperoleh dari tabel F. Nilai F tabel dalam penelitian ini adalah
sebesar 4,46 diperoleh dari tabel F berdasarkan nilai orang df bawah = 8 (sampel 11
dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai df atas = 2 (variabel 3 dikurangi
46
Tabel 4.7
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 386107.182 2 193053.591 964.569 0.000b
Residual 1601.159 8 200.145
Total 387708.341 10
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
dihasilkan adalah 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Maka
dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa “ Pajak daerah dan retribusi
asli daerah kota Pariaman”. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak daerah dan
daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman (2016) yang berpendapat bahwa jika
dua komponen penting ini dikelola dengan baik maka hal tersebut sudah cukup
berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3 bahwa dalam penelitian ini nilai
koefisien determinasi diukur dengan nilai R Square yang dapat diperoleh dari
tabel model summary. Jika nilai koefisien semakin mendekati satu maka
kontribusi variabel bebas sangat kuat. Berikut adalah hasil pengolahan data :
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R
Square Square the Estimate
1 0.998 0.996 0.995 14.14726
47
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
ini adalah sebesar 0,996 atau 99.6%. Maka secara keseluruhan variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat menjelaskan
4.7 Pembahasan
pengaruh peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman pada tahun 2009 sampai tahun 2019. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus tahun 2020. Analisis yang digunakan adalah
bahwa :
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 > 2.30
dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak
Pendapat ini didukung oleh Natoen (2018) yang berpendapat bahwa pajak daerah
adalah komponen yang paling utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Roslina
48
Samudra (2015: 52) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah
dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta
Sumber penerimaan asli daerah yang dapat digali salah satunya berupa pajak
daerah yang merupakan andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber
pendapatan asli daerah (Fitriana, 2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak
penerimaan pajak daerah maka akan menurunkan pendapatan asli daerah. Maka
pendapatan asli daerah ini dapat dibuktikan dengan data yang peneliti gunakan.
Dari data yang peneliti gunakan mulai dari tahun 2012 sampai tahun 2015
pendapatan asli daerah meningkat dengan pesat. Akan tetapi hal tersebut terjadi
karena pajak daerah juga meningkat dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Meski
pada tahun 2015 sampai 2016 pendapatan asli daerah sempat turun akan tetapi
puncaknya pada tahun 2019. Tentu saja hal ini terjadi karena pengaruh pajak
daerah yang juga terus meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019.
daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai
49
signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan
Natoen (2018) yang berpendapat bahwa retribusi daerah tidak begitu dominan
dalam peningkatan pendapatan asli daerah secara signifikan. Hasil penelitian ini
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar
daerah. Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin
besar pula jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun begitu
hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, retribusi daerah
pendapatan asli daerah dapat dibuktikan dengan data yang digunakan. Pada tahun
2010 retribusi daerah mengalami penurunan akan tetapi pendapatan asli daerah
tetap meningkat dari tahun 2010 sampai tahun-tahun berikutnya. Hubungan yang
tidak jelas berikutnya dapat dilihat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Dimana terjadi
50
4.7.3 Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah
Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F hitung
sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang
menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman
(2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini dikelola dengan
baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor dominan dalam
Pajak daerah dan retribusi daerah adalah dua komponen penting dalam
peningkatan pendapatan asli daerah, karena hal ini dapat dilihat dari realisasi
pendapatan asli daerah yang didominasi oleh dua komponen atau dua faktor yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah. Maka jika kedua komponen tersebut yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah dapat dimaksimalkan maka pendapatan asli daerah
akan meningkat drastis. Seperti yang diungkapkan oleh Kusuma dan Wirawati
pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah penerimaan pajak dan retribusi
daerah maka akan semakin besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat pada data penelitian yang
digunakan. Dari tahun 2008 sampai tahun 2019 memperlihatkan hubungan yang
positif yang diberikan oleh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah. Meski ada beberapa penurunan yang diperlihatkan pada tahun 2011 ke
51
tahun 2012 dan dari tahun 2015 ke tahun 2016, tapi itu tidak terlalu besar atau
tidak signifikan.
52
BAB V
5.1 Kesimpulan
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 >
2.30 dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan
asli daerah. Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai
signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
3. Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
hitung sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil
53
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo
(2013) yang menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung
oleh Usman (2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini
dikelola dengan baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor
5.2 Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti
pajak daerah lebih baik lagi. Karena sektor pajak adalah sektor penerimaan
pemerintah Kota Pariaman yang paling dominan. Jika terjadi kesalahan dalam
pemungutan pajak atau adanya wajib pajak yang bermain dalam pembayaran
2. Bagi Akademik
Skripsi ini akan peneliti serahkan pada civitas akademika STIE Sumbar
Pariaman sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana (S1). Selain
itu Skripsi ini juga akan menjadi koleksi perpustakaan sebagai suatu
sumbangan di bidang ilmiah dan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para
yang sama.
54
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
lebih luas sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan menjadi lebih
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Setelah itu
55
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Ujang. Peran Daerah dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan dari segi
Pembiayaan). Hukum Keuangan Jurnal Hukum Bisnis. 1, 2010.
Fitriana. (2014). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Bontang. E-journal ilmu
pemerintahan. 1(2).1875-1888.
Ghozali, Imam. Aplikasi dan Analisis Multivariate dengan Proses SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro: 2005.
Indriantoro, N., & Supomo. (1999). Metode penelitian bisnis untuk akuntansi dan
manajemen(Ed. Ke-1). Yogyakarta: BPFE.
Kusuma, M. K. A. A., dan Wirawati, N. G. P. (2013). Analisis pengaruh
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pad
sekabupaten/kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. 5(3). 574-585.
Mentayani,I., Rusmanto., dan Mirda, L. (2014). Pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada
kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamika ekonomi
jurnal ekonomi dan bisnis. 1(7). 30-43.
Prakosa, K. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah (Ed. Revisi).Yogyakarta:
UII Press Yogyakarta.
Prawoto, A. (2011). Pengantar keuangan publik. Yogyakarta: BPFE.
Putri, M. E., dan Rahayu, S. (2015). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus pada pemerintah daerah
Kabupaten Cirebon tahun anggaran 2010-2014). e-Proceeding of
Management. 1(2). 281-288.
Resmi, S. (2014). Perpajakan : teori dan kasus (Ed. Ke-8). Jakarta: Salemba
Empat.
Samudra, A. A. (2015). Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Siahaan, M. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunanto. (2015). Analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal ACSY Politeknik Sekayu.
1(2). 1-10.
56
Sunarto., dan Fatimah, R. D. A. N. (2016). Pengaruh penerimaan retribusi dan
penetapan tarif obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Gunung Kidul tahun 2013-2015. Jurnal akuntansi. 2(4). 91-101.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi publik untuk keuangan dan pembangunan
daerah.Yogyakarta: Andi Offest.
Undang-undang Republik Indonesia. (2000).Undang-undang RI No.34 Tahun
2000 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2009).Undang-undang RI No.28 Tahun
2009 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2004).Undang-undang RI No.33 Tahun
2004 tentang pajak dan retribusi daerah.
Wirawan B dan Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
empat,2007.
57
LAMPIRAN
58
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
Data Peneltian
59
LAMPIRAN 2
Model Summaryb
ANOVAa
Total 387708.341 10
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Unstandardized
Residual
N 11
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Differences Absolute .137
Positive .096
Negative -.137
Test Statistic .137
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Runs Test
Unstandardized
Residual
a. Median
61
62
63
LAMPIRAN 3
TABEL T
TABEL F
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
LAMPIRAN 5
TABEL DURBIN-WATSON
I Keterangan Pribadi
Nama : DELA RAHMADANI
Nim : 1610622010656
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl/Lahir : Pariaman, 27 Desember 1997 Pas Photo
Kewarganegaraan : Indonesia 4X6
Alamat Lengkap : Jl. SM. Abidin No. 94
Kec. Pariaman Tengah
Kota Pariaman
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
Nama Orang Tua
Ayah : ZULKARNAIN
Ibu : GUSNIARTI
Nomor HP : 0813 7810 5667
E-Mail : rahmadanidela9@gmail.com
II riwayat Pendidikan
Pendidikan SD : SDN 08 Kp. Pondok
Pendidikan SMP : SMPN 04 Kota Pariaman
Pendidikan SMA/SMK : SMAN 06 Kota Pariaman
Demikianlah daftar riwayat hidup ini Saya buat, bila Saya Sengaja memalsukan
keterangan ini maka Saya bersedia untuk dituntut berdasarkan hukum yang berlaku
DELA RAHMADANI
NIM :1610622010656
67