Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Masalah

Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur diri

sendiri baik dalam menentukan kebijakan maupun menentukan peraturan lainnya,

peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk menjamin

lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional, dari kewenangan yang

diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat menjadikannya sebagai

peluang untuk mengembangkan potensi ekonomi di daerahnya (Mentayani dkk,

2014: 31).

Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan

mengoptimalkan semua potensi daerah yang ada, dari penggalian dan optimalisasi

potensi yang ada pada daerah tersebut dapat diperoleh sebuah pemasukan bagi

daerah itu sendiri dan dapat dikategorikan sebagai Pendapatan Asli Daerah

(PAD), sedangkan beberapa komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah:

pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah (Kusuma dan Wirawati,

2013: 575)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah

yang bersumber dari sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi untuk dikelola

secara maksimal sehingga mampu memberikan manfaat ekonomis bagi daerah

tersebut, komponen paling utama dalam memberikan kontribusinya terhadap PAD

adalah hasil dari pajak daerah dan retribusi daerah, disamping kedua hal tersebut

1
sumber-sumber lain yang dapat menambah tingginya pendapatan asli daerah juga

perlu dioptimalkan agar dapat untuk meningkatkan PAD (Mentayani dkk, 2014:

31).

Maka dari itu pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam

mengambil suatu keputusan yang tepat agar masyarakat dapat memperoleh

pelayanan yang baik dari pemerintah daerah, untuk itu merintah daerah harus adil

dalam melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh

masyarakatnya, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat

mengalokasikan hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah untuk membangun

berbagai macam sarana publik yang dapat digunakan oleh masyarakat (Kusuma

dan Wirawati, 2013: 575).

Pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke

kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, maka pajak bukan sebagai hukuman yang

diberikan pemerintah kepada masyarakatnya, pemungutan pajak dapat dilakukan

menurut peraturan yang telah ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi

tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, pajak itu sendiri bertujuan

untuk memelihara kesejahteraan pemerintah daerah tersebut secara umum (Resmi,

2014: 1).

Seperti halnya pajak pada umumya, pajak daerah adalah pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah dan dapat digunakan untuk membiayai sebagian

belanja daerah dan pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada pemerintah

daerah yang bersifat memaksa berdasarkan Peraturan Pemereintah Republik

Indonesia nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak yang dipungut berdasarkan

2
penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak dan UU nomor 28

Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Selain bersumber dari pajak daerah, pendapatan asli daerah juga dapat

bersumber dari retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dikenakan

sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara

langsung dan nyata kepada pembayar, dengan demikian, retribusi daerah juga

mempunyai peran penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

serta membiayai pengeluaran pemerintah daerah secara berkelanjutan (Resmi,

2014: 2).

Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah merupakan salah satu sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diharapkan mampu membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk itu maka retribusi

daerah ini memberlakukan sistem self assessment, yang berarti wajib pajak dapat

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-

undang perpajakan, jadi retribusi daerah sangat berperan penting terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pembiayaan pemerintah (Sunarto dan

Fatimah, 2016: 93).

Kontribusi pajak dan retribusi banyak dibahas oleh peneliti-peneliti

terdahulu yang mendukung bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh

terhadap pendapatan asli daerah seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mentayani, dkk (2014) menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi

daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Penelitian tersebut

juga didukung oleh penelitian putri dan Rahayu (2015) yang menghasilkan bahwa

pajak daerah dan retribusi daerah secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan

3
asli daerah. Menurutnya pajak dan retribusi adalah komponen yang paling utama

dan memiliki konstribusi yang besar terhadap peningkatan penadapatan asli

daerah.

Dengan demikian, daerah harus mampu untuk lebih meningkatkan dan

menggali potensi daerahnya demi terwujudnya pelaksanaan pembangunan yang

baik dan mampu membiayai belanja rumah tangganya sendiri seperti yang telah

diterapkan di kota Pariaman. Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang

terletak di Sumatera Barat. Kota Pariaman diresmikan sebagai daerah otonom

pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002

tentang pembentukan kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya kota

ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang

Pariaman (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).

Karena sekarang kota Pariaman telah berdiri sendiri, untuk meningkatkan

APBD daerah dan keluasan dalam penyusunan anggaran maka pemerintah Kota

Pariaman juga harus meningkatkan penerimaannya agar program daerah yang

terancang terlaksana dengan baik. Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah

Kota Pariaman memiliki peran yang penting dalam menentukan kemampuan

daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan dan program-program

pembangunan (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).

Pertumbuhan perekonomian Kota Pariaman semenjak disahkan menjadi suatu

daerah yang otonom pada tahun 2002 terus mengalami kenaikan, terutama pada sektor

keuangan yang dikelola secara mandiri oleh pemerintah kota Pariaman. Hal ini dapat

dilihat dari pendapatan asli daerahnya pada tahun 2009-2018. Berikut adalah

pertumbuhan penerimaan daerah kota Pariaman :

4
Gambar 1.1
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)

Dari grafik diatas memperlihatkan hubungan yang positif antara dua

komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah

dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis

yang memperlihatkan bahwa ketiganya cendrung membentuk garis diagonal.

Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke

tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi

pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada

tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan

akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada

kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh komponen

pendapatan asli daerah lainnya yang tidak dibahas dalam pada pembahasan

penelitian ini.

5
Mengingat bahwa semenjak diresmikannya kota Pariaman menjadi

sebuah kota yang berdiri sendiri sebagai daerah yang otonom dan harus mengolah

sumber dayanya sendiri untuk memperoleh pendapatan asli daerah yang dilakukan

secara mandiri, pemerintah kota Pariaman lebih memfokuskan kota Pariaman

sebagai kota wisata sehingga pendapatan pada sektor pajak dan retribusi daerah

lebih mendominasi dalam komponen pendapatan asli daerah pemerintahan kota

Pariaman.

Hal ini adalah sebuah fenomena yang menunjukkan peningktaan

pendapatan asli daerah yang diiringi peningkatan pajak daerah dan retribusi

retribusi. Hal tersebut sangat menarik untuk dibahas lebih dalam pada sebuah

penelitian, dalam penelitian ini akan digunakan dua variabel bebas yang terdiri

dari pajak daerah dan retribusi daerah yang diasumsikan sebagai dua komponen

dan faktor utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah, sedangkan variabel

terikatnya adalah pendapatan asli daerah. Maka dengan alasan tersebut judul

penelitian ini adalah “Pengaruh Peningkatan Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Pariaman

Pada Tahun 2009-2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pajak daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli Daerah (PAD)

Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

6
3. Apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah pajak daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli

Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

2. Mengetahui apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

3. Mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini maka akan sangat diharapkan agar

penelitian ini nantinya akan memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara

lain :

1. Pemerintah kota Pariaman

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah acuan bagi pemerintah Kota

Pariaman dalam mengambil suatu keputusan terkait untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah kota Pariaman.

2. Bagi penulis

Penelitian ini peneliti lakukan sebagai upaya peneliti untuk menyelesaikan

tugas akhir skripsi sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana di

STIE Sumbar Pariaman.

3. Bagi akademik

7
Bagi akademik penelitian ini nantinya bisa dijadikan koleksi dan

sumbangan keilmuan yang bisa diletakkan di perpustakaan STIE Sumbar

Pariaman dan sebagai rujukan bagi mahasiswa yang akan meneliti objek yang

sama.

1.5 Sitematika Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menyusun lima bab, dimana dalam tiap bab

yang nantinya akan membentuk sebuah sitematika yang komplek sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti menjelaskan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan yang jelas.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjelaskan teori-teori yang diperlukan untuk

menjelaskan variabel-variabel pada penelitian ini. Selain itu dalam bab ini

diuraikan pula mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek/subyek penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis, serta

lokasi dan objek penelitian.

BAB 4 PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan hasil analisis data dan pembahasan hasil

penelitian dengan bentuk yang lebih sederhana yang mudah dibaca dan mudah

diinterpretasikan meliputi deskripsi objek penelitian, analisis penelitian, serta

8
analisis data dan pembahasan.Hasil penelitian disajikan dengan bahasa yang

sederhana sehingga dapat dimengerti oleh pembaca.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan dengan

penelitian dan merupakan anjuran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak-

pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian.

9
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Desentralisasi (Otonomi Daerah)

Pada tahun 2007, pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mendukung

kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang difokuskan pada penyelesaian

seluruh peraturan pelaksanaan UU no. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

dan UU No. 33 Tahun 2004 tetang Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang terkait dengan

pengaturan urusan pemerintah, pengaturan organisasi perangkat daerah

pengaturan kerja sama antar daerah, serta penyusunan instrumen dan tatacara

pembentukkan, penghapusan, dan penggabungan daerah (Bahar, 2010).

Kebijakan UU no. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

33 Tahun 2004 ini merubah penyelenggaraan pemerintah dari yang sebelumnya

bersifat pusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan

kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik luarnegeri,

pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal, moneter, dan kewenangan bidang

lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Ibid, 2011).

Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan

keputusan dalam penyelenggaraan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik

diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada (Bahar, 2010). Kebijakan

ini dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun

di luar negeri.

10
2.2 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan bagian dari sumber dan pendapatan

daerah sebagaimana diatur dalam UU nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah

dan retribusi daerah. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam kaitan

pelaksanaan otonomi daerah, pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan

dan mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan otonomi

daerah tidak dibiyai dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau pinjaman

daerah (Bahar, 2010).

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah sumber

pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah (Bahar, 2010).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Ujang Bahar (2010) yaitu: ”PAD

dapat didefinisikan sebagai penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber atau

potensi dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PAD dapat pula

berasal dari potensi daerah guna membiayai program atau kegiatan daerahnya

yang bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemda untuk mendanai

pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi. PAD

merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah

dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai

11
perwujudan asas desentralisasi, dan diatur oleh peraturan perundang-undangan

yang sah.

Dalam hal Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah daerah, Propinsi,

Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan penuh potensi daerah yang dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah, termasuk didalamnya membuat peraturan-

peraturan daerah yang bertujuan mengoptimalkan pendapatan bagi daerah. Namun

demikian, peraturan-peraturan tersebut tetap mengacu pada kapasitas lokal dan

penciptaan iklim yang kondusif terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Ibid,

2011).

Hal ini mungkin saja terjadi, karena pemerintah daerah belum memiliki

pemahaman dan pengalaman yang cukup matang dalam mengelola Pendapatan

Asli Daerah, dimana sebelumnya tergantung dari Dana Subsidi Otonomi daerah

(DSO) yang ditransfer pusat yang tidak memiliki kreativitas untuk menutupi

kesenjangan fiskal yang dialami, selain itu daerah dibatasi ruang geraknya dalam

mengelola aset-aset daerah (Bahar, 2010).

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan

fiskal terhadap pemerintah pusat (Bahar, 2010), kemandirian daerah sangat erat

kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola PAD. Semakin tinggi

kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi,

kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan PAD tidak hanya

menjadi perhatian pihak eksekutif, namun legislatif pun berkepentingan sebab

besar kecilnya PAD akan memengaruhi struktur gaji anggota dewan sehingga

semua pengeluaran akan terkontrol.

12
2.3 Pajak

2.3.1 Pengertian Pajak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pajak adalah hak untuk

mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara. Menurut Undang-

Undang No. 28 Tahun 2009, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan

Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sedangkan menurut Soemitro dalam Bahar (2010) pajak adalah gejala

masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.

Masyarakat terdiri atas individu, individu mempunyai hidup sendiri dan

kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan

masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat

(Bahar, 2010).

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang diberikan oleh orang pribadi atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan (Prawoto, 2011: 471).

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah

13
merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan

daerah (Perda), di mana wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah

daerah, dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah

dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah.

Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang diberi kewenangan untuk

melaksanakan otonomi daerah, maka pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga

dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota (Prawoto,

2011: 471).

2.3.2 Komponen Pajak Daerah

Davey (1983) dalam Prawoto (2011: 420) menyatakan bahwa terdapat

empat kriteria mengenai pajak daerah. Keempat kriteria tersebut adalah :

1. Kecukupan dan elastisitas. Kecukupan maksudnya bahwa sumber pendapatan

tersebut harus menghasilkan pendapatan yang besar dalam kaitannya dengan

seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan dikeluarkan. Sedangkan

elastisitas adalah kemampuan untuk menghasilkan tambahan pendapatan agar

dapat menutup tuntutan yang sama atas pengeluaran pemerintah daerah.

2. Keadilan. Prinsip keadilan ini adalah bahwa beban pengeluaran pemerintah

haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan

kesanggupan masing-masing golongan.

3. Kemampuan administratif. Untuk menilai suatu pajak agar dapat memenuhi

tuntutan keadilan dan pemerataan, maka dibutuhkan suatu administrasi yang

baik dan fleksibel. Dimana administrasi pemungutan pajak harus sederhana,

mudah dihitung, dan pelayanan yang memuaskan bagi si pembayar pajak.

14
4. Adanya kesepakatan politik. Dengan adanya kemampuan politik, maka

diharapkan pajak dapat diterima secara politis oleh masyarakat, sehingga

menimbulkan motivasi untuk membayar pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dibagi

menjadi 2 macam, yaitu pajak provinsi dan pajak Kabupaten/kota. Pajak provinsi

meliputi :

1. Pajak kendaraan bermotor.

2. Bea balik nama kendaraan bermotor;

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;

4. Pajak air permukaan;

5. Pajak rokok.

Jenis pajak provinsi bersifat limitatif yang berarti provinsi tidak dapat

memungut pajak lain yang telah ditetapkan. Adanya jenis pajak yang dipungut

oleh provinsi terkait dengan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang

terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifat lintas

daerah. Namun, dalam pelaksanaanya provinsi dapat tidak memungut jenis pajak

yang telah ditetapkan tersebut jika dipandang hasilnya kurang memadai (Prawoto,

2011: 470).

Adapun jenis pajak terdapat di Kabupaten/kota dibedakan menjadi

beberapa jenis, yaitu:

1. Pajak hotel;

2. Pajak restoran;

3. Pajak hiburan;

4. Pajak reklame;

15
5. Pajak penerangan jalan;

6. Pajak mineral bukan logam dan batuan;

7. Pajak parkir;

8. Pajak air tanah;

9. Pajak sarang burung walet;

10. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan;

11. Pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Jenis pajak kabupaten/kota tidak bersifat limitatif, artinya kabupaten/kota

diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangannya selain yang

ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 dengan menetapkan sendiri jenis pajak

yang bersifat spesifik sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh

Undang-Undang tersebut. Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupaten/kota

ditetapkan dengan peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif

maksimum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang (Prawoto, 2011: 471).

2.3.3 Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapan Asli Daerah

Samudra (2015: 52) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah

satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta

ditentukan dalam menentukan besarnya terif pajak yang harus dibayarkan.

Hal ini konsisten dengan penelitian Sunanto (2015) bahwa penerimaan

pajak daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Sumber

penerimaan yang dapat digali salah satunya berupa pajak daerah yang merupakan

andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber penerimaan tersebut dapat

16
memberikan kontribusi yang berarti terhadap pendapatan asli daerah (Fitriana,

2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak daerah maka akan meningkatkan

pendapatan asli daerah, semakin rendah penerimaan pajak daerah maka akan

menurunkan pendapatan asli daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa pajak daerah

dapat mempengaruhi pendapatan asli daerah.

2.4 Retribusi Daerah

2.4.1 Pengertian Retribusi Daerah

Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak yaitu

empat unsur-unsur dalam pengertian pajak sama dengan retribusi, sedangkan

imbalan (kontraprestasi) dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar

retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian rretribusi adalah; a. Pungutan

retribusi harus berdasarkan undang-undang, b. Sifat pungutannya dapat

dipaksakan, c. Pemungutannya dilakukan oleh Negara, d. Digunakan untuk

pengeluaran bagi masyarakat umum, e. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat

dirasakan oleh pembayaran retribusi (Wirawan, 2007).

Menurut Ujang Bahar (2010), Retribusi Daerah adalah: “Sementara itu

pajak retribusi daerah adalah pungutan bagi pembayaran atau izin tertentu yang

khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

pribadi atau badan. Prinsip pengenaan retribusi daerah pembayaran yang berkaitan

langsung dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.”

Umumnya pungutan atas retribusi diberikan atas pembayaran berupa jasa

atau pemberian izin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah

kepada setiap orang atau badan. Misalnya retribusi atas penyediaan tempat

penginapan, retribusi penyediaan tempat pencucian mobil, pembiayaan aliran

17
listrik, pembayaran abonemen air minum. Retribusi tempat penitipan anak,

retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi Izin Mendirikan

Bangunan, Retribusi Izin Gangguan (Wirawan, 2007).

Karena kontra-prestasinya langsung dapat dirasakan, maka dari sudut sifat

paksaannya lebih mengarah pada hal yang bersifat ekonomis. Artinya, apabila

seseorang atau badan tidak mau membayar retribusi maka manfaat ekonominya

langsung dapat dirasakan. Namun, apabila manfaat ekonominya telah dirasakan

tetapi retribusinya tidak dibayar, maka secara yuridis pelunasannya dapat

dipaksakan seperti halnya pajak (Wirawan, 2007).

Retribusi pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang

PAD kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah penerimaan

retribusi daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah memiliki

karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah. Pajak daerah merupakan

pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak daerah tanpa ada

kontraprestasi langsung yang bisa diterima wajib pajak atas pembayaran pajak

tersebut (Sunanto, 2016).

Sementara itu, retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan

pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu

yang disediakan pemerintah. Jadi dalam hal ini terdapat imbalan (kontraprestasi)

langsung yang dapat dinikmati oleh orang yang telah membayar retribusi

(Prawoto, 2011: 471).

Berbeda dengan pajak daerah yang bersifat tertutup, untuk retribusi ini

pemerintah daerah masih diberi peluang untuk menambah jenisnya namun harus

pula memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana diatur undang- undang karena

18
retribusi ini terkait dengan pelayanan tertentu, maka prinsip manajemen retribusi

daerah yang paling utama adalah perbaikan pelayanan tersebut (Prawoto, 2011:

474)

Tentunya selain perbaikan pelayanan, pemerintah daerah juga perlu

melakukan berbagai perbaikan sebagaimana halnya pajak daerah, seperti

perluasan basis retribusi, pengendalian atas kebocoran penerimaan retribusi

daerah dan perbaikan-perbaikan administrasi pemungutan retribusi (Prawoto,

2011: 471).

2.4.2 Komponen Retribusi Daerah

Prawoto (2011: 471) menjelaskan jenis-jenis retribusi daerah secara

umum yang dibagi menjadi tiga golongan yang masing-masing dikhususkan pada

sektor tertentu , yaitu :

1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan

oleh pemerintah daerah untuk tujuan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah

daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta.

3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah

daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan untuk melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Menurut Siahan (2015) dari jenis-jenis retribusi tersebut, jenis-jenis retribusi

daerah dapat dikelompokkan menjadi:

19
Tabel 2.1
Pengelompokan Retribusi Daerah

Retribusi Jasa Retribusi Perizinan


No Retribusi Jasa Usaha
Umum Tertentu
1 Retribusi Pelayanan Retribusi pemakaian Retribusi mendirikan
Kesehatan kekayaan daerah bangunan
2 Retribusi pelayanan Retribusi pasar Retribusi tempat
persampahan/kebersiha grosir/pertokoan penjualan minuman
n beralkohol
3 Retribusi penggantian Retribusi tempat Retribusi Izin gangguan
biaya cetak KTP dan pelelangan
catatan sipil
4 Retribusi pelayanan Retribusi terminal Retribusi izin trayek
pemakaman
5 Retribusi parkir di tepi Retribusi tempat
jalan umum khusus parkir
6 Retribusi pelayanan Retribusi tempat
pasar penginapan
7 Retribusi pengujian Retribusi penyedotan
kendaraan bermotor kakus
8 Retribusi pemeriksaan Retribusi rumah potong
alat pemadam hewan
kebakaran
9 Retribusi penggantian Retribusi pelayanan
biaya cetak peta pelabuhan kapal
10 Retribusi pengujian Retribusi tempat
kapal perikanan rekreasi dan olahraga
11 Retribusi penyebrangan
diatas air
12 Retribusi pengolahan
limbah cair
13 Retribusi penjualan
produksi usaha daerah
Sumber : Siahan, 2015

Penetapan jenis retribusi kedalam retribusi jasa umum dan jasa usaha

dibuat dengan peraturan pemerintah agar tercipta ketertiban dalam penerapannya

sehingga dapat memberikan kepastian kepada masyarakat serta dapat disesuaikan

dengan kebutuhan nyata di daerah yang bersangkutan.

Demikian pula untuk jenis retribusi perizinan tertentu juga ditetapkan

dengan peraturan pemerintah karena perizinan tersebut walaupun merupakan

kewenangan pemerintah daerah, tetap memerlukan koordinasi dengan instansi-

20
instansi terkait (Suparmoko, 2002 : 87). Jasa yang menjadi objek retribusi

hanyalah jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara langsung.

Apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh perangkat pemerintah daerah, tetapi

tidak secara langsung, misalnya oleh BUMD, jasa tersebut tidak dikenakan

retribusi (Siahaan, 2005: 437).

2.4.3 Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapan Asli Daerah

Retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar

terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi peningkatan pendapatan

asli daerah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kusuma dan Wirawati (2013) bahwa

penerimaan retribusi daerah dapat mempengaruhi pendapatan asli daerah.

Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin besar

pula jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.5 Penelitian Terdahulu

Untuk 2mendukung penelitian ini, terdapat beberapa penelitian relevan yang

telah peneliti kumpulkan sebagai rujukan hasil penelitian, antara lain:

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

Nama
Variabel Metodologi
Dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
Utomo Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian
(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda parsial pajak

21
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Studi retribusi daerah
Empiris Di Pendapatan berpengaruh
Dppkad Wilayah Asli Daerah signifikan
Karesidenan terhadap
Surakarta) pendapatan asli
daerah pada
pemerintah kota
dan pemerintah
kabupaten di
wilayah
karesidenan
surakarta.
Natoen Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
dkk Daerah Dan Daerah Regresi menunjukan
(2018) Retribusi Daerah Linier bahwa pajak
Terhadap Retribusi Berganda daerah secara
Pendapatan Asli Daerah parsial
Daerah Provinsi berpengaruh
Sumatera Selatan Pendapatan signifikan
Asli Daerah terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera
Selatan. Pada
variabel retribusi
daerah
menunjukkan
bahwa retribusi
daerah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Sementara itu,
hasil penelitian
secara simultan
atau bersama-
sama menunjukan
bahwa variabel
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
signifikan
terhadap

22
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.

Usman Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian


(2016) Daerah Dan Daerah Regresi ini menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda simultan pajak
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Pad) retribusi daerah
(Studi Kasus Pada Pendapatan berpengaruh
Asli Daerah secara signifikan
Pemerintah
terhadap
Daerah Kota
pendapatan asli
Bandung Periode daerah sebesar
2011-2015) 96,6%. Secara
parsial pajak
daerah
berpengaruh
signifikan secara
positif terhadap
pendapatan asli
daerah, sementara
retribusi daerah
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah.

Efendi Analisis Pengaruh Pajak Analisis Berdasarkan hasil


(2018) Pajak Daerah, Daerah Regresi penelitian dapat
Retribusi Daerah, Linier disimpulkan
Dan Laba Badan Retribusi Berganda bahwa pajak
Usaha Milik Daerah daerah dan
Daerah (Bumd) retribusi daerah
Terhadap Laba berpengaruh
Pendapatan Asli BUMD
terhadap
Daerah Di
pendapatan asli
Provinsi Jawa Pendapatan
Tengah Tahun Asli Daerah daerah dan laba
2015-2016 Badan Usaha
Milik Daerah
(BUMD) tidak
berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli

23
Daerah (PAD).
Roslina Kontribusi Pajak Pajak Analisis Berdasarkan hasil
(2014) Daerah Dan Daerah Regresi Uji Regresi, maka
Retribusi Daerah Linier diketahui bahwa
Terhadap Retribusi Berganda Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah tidak begitu
Daerah (Pad) berpengaruh
Kabupaten Dan Pendapatan terhadap
Kota Di Indonesia Asli Daerah pendapatn asli
Periode Tahun daeah dan
2006-2010 Retribusi Daerah
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Nugroho Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa
Terhadap Retribusi Berganda penambahan
Pendapatan Asli Daerah pajak daerah
Daerah (Pad) berpengaruh
Kabupaten / Kota Pendapatan positif signifikan
Di Provinsi Jawa Asli Daerah terhadap
Tengah Periode penambahan
2010-2012 pendapatan asli
daerah,
penambahan
retribusi daerah
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
penambahan
pendapatan asli
daerah dan
penambahan
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
secara simultan
terhadap
penambahan
pendapatan asli
daerah.

24
Mafaza Kontribusi Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
(2016) Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Retribusi Linier bahwa variabel
Dalam Daerah Berganda pajak daerah dan
Pendapatan Asli retribusi daerah
Daerah Pendapatan mempunyai
(Studi Pada Dinas Asli Daerah kontribusi dalam
Pendapatan pendapatan asli
Pengelolaan daerah.
Keuangan Dan
Aset Kabupaten
Pacitan)

Hartono Pengaruh Pajak Analisis Hasil analisis


(2017) Penerimaan Pajak Daerah Regresi menunjukkan
Daerah Dan Linier bahwa nilai sig
Retribusi Daerah Retribusi Berganda dari masing–
Terhadap
Daerah masing variabel <
Peningkatan
Pendapatan Asli
5%, sehingga
Daerah (Pad) Pendapatan dapat disimpulkan
Provinsi Daerah Asli Daerah bahwa Pajak
Istimewa Daerah dan
Yogyakarta Retribusi Daerah
(Periode 2012- secara parsial
2016) berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Hasil uji regresi
secara simultan
(uji F)
menunjukkan
nilai sig 0,000 <
5%, sehingga
dapat disimpulkan
bahwa Pajak
Daerah dan
Retribusi Daerah
secara simultan
berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Mauri Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2017) Penerimaan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa 1)

25
Dan Pajak Daerah Retribusi Berganda Retribusi Daerah
Terhadap Daerah berpengaruh
Peningkatan positif tapi tidak
Pendapatan Asli Pendapatan signifikan
Daerah Pada Asli Daerah terhadap
Kabupaten peningkatan
Soppeng Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 2) Pajak
Daerah
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 3)
Retribusi
Daerah dan Pajak
Daerah secara
bersama-sama
(simultan)
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng.

Nursali Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2017) Penerimaan Pajak Daerah Regresi dan pembahasan
Daerah Dan menunjukkan
Retribusi Retribusi Linier bahwa terdapat
Daerah Terhadap Daerah Berganda pengaruh
Pendapatan Asli penerimaan Pajak
Daerah (Pad) Pendapatan Daerah dan
Kabupaten/Kota Asli Daerah Retribusi Daerah
Provinsi Sumatera secara simultan
Selatan terhadap
Pendapatan Ash
Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera

26
Selatan.Terdapat
pengaruh
penerimaan Pajak
Daerah terhadap
Pendapatan .Asli
Daerah (P.AD)
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera
Selatan Terdapat
pengaruh
penerimaan
Retribusi Daerah
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota
Provinsi
Sumatera Selatan

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka Pemikiran adalah gambaran mengenai hubungan antara variabel

dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis,

Muhamad (2009:75). Berikut ini adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam

penelitian ini :

Pajak Daerah (X1)


H1
Pendapatan Asli Daerah (Y)
H2
Retribusi Daerah (X2)

H3

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan dan kerangka konseptual, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

27
H1 : H1 = Pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.


H0 = Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.


H2 : H1 = Retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.


H0 = Retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.


H3 : H1 = Pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-

2019.
H0 = Pajak daerah dan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-

2019.

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik

(Indriantoro dan Supomo, 2016: 13).

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu dari

penyusunan laporan sampai menganalisis data sampai selesai, yakni pada bulan

Juli 2020 sampai dengan selesai. Wilayah yang digunakan pada penelitian ini

adalah kota Pariaman.

3.3 Data Dan Sumber Data

Jenis data yang diperoleh adalah data dokumenter, yaitu data yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, umumnya

berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2016:

147). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang sudah diolah pihak pengumpul data primer serta melalui studi

pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi dan dianalisis,

disajikan dalam bentuk informasi. Sumber data penelitian ini adalah laporan

realisasi pendapatan pemerintah kota Pariaman selama kurun waktu 12 tahun,

yakni tahun 2008-2019. Data ini diperoleh dari kantor BKD Kota Pariaman.

29
3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Studi Pustaka

Teori dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, dan skripsi yang

telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Metode ini digunakan untuk mempelajari

lebih dalam dan memahami secara kongkrit dari pokok pembahasan yang

berkaitan erat dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak daerah dan retribusi

daerah.

3.4.2 Studi Dokumentasi

Penelitian ini menghimpun data yang telah terdokumentasi serta

terpublikasi pada sumber yang bekerja khusus untuk menyediakan data, yakni

laporan realisasi pendapatan pemerintah kota Pariaman selama 12 tahun, yaitu

tahun 2008-2019. Data tersebut diperoleh dari kantor BKD kota Pariaman.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Terikat (Pendapatan Asli Daerah)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebagai Y. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan

yang diperoleh daerah dalam wilahnya sendiri berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sunarto dan Fatimah,

2016: 95). Data pendapatan asli daerah yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari BKD kota Pariaman.

Dalam hal ini pengukuran variabel Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan

menggunakan rumus peningkatan pendapatan asli daerah, sebagai berikut :

PAD rt – PAD rt-1


Peningkatan PAD = x 100%
PAD rt-1
3.5.2 Variabel Bebas

30
3.5.2.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil

pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah (Prakosa,

2005: 1). Data pajak daerah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BKD kota Pariaman.

Dalam hal ini pengukuran variabel pajak daerah yaitu dengan

menggunakan rumus peningkatan pajak daerah, sebagai berikut :

Pajak Daerah rt – Pajak Daerah rt-1


Peningkatan Pajak Daerah = x 100%
Pajak Daerah rt-1

3.5.2.2 Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Sunarto dan

Fatimah, 2016: 95). Data retribusi daerah yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari BKD kota Pariaman.

Dalam hal ini pengukuran variabel retribusi daerah yaitu dengan

menggunakan rumus peningkatan retribusi daerah, sebagai berikut :

Peningkatan Retribusi Retribusi Daerah rt – Retribusi Daerah rt-1


= x 100%
Daerah Retribusi Daerah rt-1

3.6 Teknik Analisis Data

Seluruh analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

bantuan program SPSS 21. Penelitian ini diuji statistik yang terdiri dari statistik

deskriptif, uji asumsi klasik, uji kelayakan model, dan pengujian hipotesis.

3.6.1 Statistik Deskriptif

31
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data

melalui tabel, perhitungan nilai minimum, maksimum, penyebaran data melalui

perhitungan rata-rata, dan standar deviasi (Sugiono, 2012).

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah ada pelanggaran asumsi klasik ekonometrika

maka dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik ekonometrika yaitu Normalitas

Data, Multikolinearitas, Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2009:172) Penggunaan Statistik Parametris

mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi

normal. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih

dulu akan dilakukan pengujian normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini uji normalitas

dilakukan secara statistik menggunakan alat analisis One Sample Kolmogorov-

Smirnov.

3.6.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regesi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

32
independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal (variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan

nol) (Ghozali, 2012 : 105).

Untuk mengukur multikolineritas dapat dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, mengartikan bahwa data tersebut

terjadi multikolinearitas. Jika nilai tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, dapat diartikan

tidak ada multikolinearitas dalam data penelitian tersebut (Ghozali, 2012: 105).

3.6.2.3 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan untuk

mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah dengan uji durbin-watson, dan jika

gagal maka dilakukan uji run test. Uji run test dapat dilakukan dengan analisis

nilai asymp-sig pada hasil uji non-parametric run test, jika nilai asymp-sig lebih

besar dari 0.05 maka dapat dipastikan tidak terjadi auto korelasi.

3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

33
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas (Ghozali, 2009).

Heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda dapa diuji dengan

dengan melakukan uji glejser, yaitu dengan meregresikan nilai absolute residual

dengan variabel independennya. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05

maka kesimpulannya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai

signifikansinya kecil dari 0,05 maka telah terjadi heteroskedastisitas.

3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Secara umum analisis ini digunakan untuk menggambarkan hubungan

linear dari beberapa variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen

(variabel Y).Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah (X1),

Retribusi Daerah (X2), sedangkan variabel dependen adalah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) (Y) sehingga persamaan regresi bergandanya sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2+ e

Dimana :

Y = pendapan asli daerah

α = Nilai konstanta

β1X1 = Koefisien regresi pajak daerah

β2X2 = Koefisien regresi retribusi daerah

e = nilai error (tingkat kesalahan)

3.6.4 Uji Hipotesis Penelitian

3.6.4.1 Uji T

Uji parsial (t test) dimaksudkan untuk melihat apakah variabel bebas

(independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat

34
(dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan (Ghozali, 2012: 98).

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jika t hitung >t tabel, maka H1 diterima atau secara parsial variabel bebas dapat

menerangkan variabel terikatnya secara serentak.

Jika t hitung < t tabel, maka H1 ditolak atau secara parsial variabel bebas tidak

dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak.

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh parsial variabel

bebas terhadap variabel terikat maka digunakan nilai probability sebesar 5% (α

=0,05).

Jika sig > α (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < α (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

3.6.4.2 Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah seluruh variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Pengujian ini dilakukan dengan

melihat signifikansi nilai F pada tabel Anova. Kriteria pengambilan keputusan

adalah :

F hitung >F tabel , maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas

dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak.

F hitung < F tabel, maka H1ditolak atau secara bersama-sama variabel bebas tidak

dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak.

Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama

variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5%

( α= 0,05).

35
Jika nilai signifikan α < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima

Jika nilai signifikan α > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak

3.6.5 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determiansi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012: 97). Dalam

penelitian ini koefisien determinasi menggunakan Adjusted R2 berkisar antara 0


2
dan 1. Nilai Adjusted R yang semakin mendekati 1 maka kemampuan model

tersebut dalam menjelaskan variabel dependen semakin baik. Sebaliknya, bila

nilai Adjusted R2 menjauh dari 1 maka kemampuan model tersebut dalam

menjelaskan variabel dependen kurang baik.

36
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Singkat Kota Pariaman

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Pariaman

Kota Pariaman termasuk kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera.

Pariaman merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing

semenjak tahun 1500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec

Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis

di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan

Pariaman, Tiku dan Barus (www.pariamankota.go.id).

Secara historis, Pariaman dikenal sebagai pusat pengembangan ajaran

Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Salah seorang ulama yang terkenal

seperti alm. Syekh Burhanuddin merupakan murid dari Khatib Sangko yang

bermakam di Pulau Angso Duo yang sekarang dikenal dengan “kuburan panjang”.

Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, pelaksanaan pendidikan

bernuansa Islam telah berkembang di Pariaman (www.pariamankota.go.id).

Secara administratif, Kota Pariaman adalah kota yang baru berdiri

merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman yang terbentuk

pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2002,

memiliki luas wilayah sekitar 73,36 Km². Kota Pariaman merupakan wilayah

pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman, yang terbentuk dengan berlakunya

Undang-undang No. 12 Tahun 2002. Secara geografis, Kota Pariaman terletak

dipantai barat pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera

37
Indonesia. Pada sisi utara, selatan dan timur berbatasan langsung dengan

Kabupaten Padang Pariaman dan di sebelah barat dengan Samudera Indonesia

(www.pariamankota.go.id).

Secara astronomis, Kota Pariaman terletak antara 00° 33‘ 00 “ – 00° 40‘

43“  Lintang Selatan dan 100° 04‘ 46“ – 100° 10‘ 55“ Bujur Timur. Tercatat

memiliki luas wilayah 73,36 km2, dengan panjang garis pantai 12,00 km. Luas

daratan kota ini setara dengan 0,17% dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera

Barat, dengan 6 buah pulau-pulau kecil; Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau

Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso Duo dan Pulau Kasiak. Panjang pantai lebih

kurang 12,7 km (www.pariamankota.go.id).

Letak geografis Kota Pariaman di daerah perlintasan antara beberapa kota

di Sumatera Barat khususnya dan regional umumnya, merupakan faktor strategis

bagi kota ini. Jalan raya Padang-Lubuk Basung-Pasaman Barat merupakan jalan

negara yang penting bagi pemerintah, karena itu kondisinya selalu terjaga dengan

baik. Kondisi ini menguntungkan bagi Kota Pariaman (www.pariamankota.go.id).

Kota Pariaman juga memiliki kawasan pesisir yang terbentang dengan

potensi perikanan dan pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan berkembangnya

kegiatan perdagangan dan pariwisata, maka posisi Kota Pariaman sebagai pusat

perdagangan hasil pertanian dan pariwisata pantai, akan menjadi semakin penting

(www.pariamankota.go.id).

4.1.2 Visi Dan Misi

4.1.2.1 Visi Kota Pariaman (dikutib dari web (www.pariamankota.go.id))

"PARIAMAN KOTA WISATA, PERDAGANGAN, JASA YANG RELIGIUS

DAN BERBUDAYA"

38
4.1.2.2 Misi Kota Pariaman (dikutib dari web (www.pariamankota.go.id))

1. Mewujudkan pengelolaan wisata kota yang maju, religius, tertib dan

berbudaya.

2. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas.

3. Mewujudkan pemerintah yang andal dan prima untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik.

4. Mewujudkan kota pesisir modern, dinamis, dan berwawasan lingkungan.

5. Memperkuat ekonomi kerakyatan yang berbasis lokal dan budaya masyarakat.

4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pada hubungan peningkatan pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman pada periode tahun

2008-2019. Dibawah ini peneliti akan mendeskripsikan data yang digunakan :

Gambar 4.1
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)
Dari grafik diatas memperlihatkan hubungan yang positif antara dua

komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah

39
dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis

yang memperlihatkan bahwa ketiganya cendrung membentuk garis diagonal.

Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke

tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi

pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada

tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan

akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada

kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh hal lain.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis maka

data yg digunakan harus dipastikan kelayakannya terlebih dahulu. Uji yang

dilakukan adalah uji yang biasa disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari

uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

Jika salah data yang digunakan mengalami masalah atau tidak lolos dari salah satu

uji tersebut, maka analisis regresi berganda belumbisa dilakukan. Berikut adalah

hasil dari masing-masing pengujian tersebut :

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas seperti yang sudah dibahas pada bab tiga, bahwa uji

normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov. Lolos

atau tidaknya akan ditentukan oleh nilai asymp-sig. Jika nilai asymp-sig yang

diperoleh adalah lebih besar dari 0,05 maka dapat dipastikan bahwa data bersistribusi

normal. Berikut adalah hasil pengolahan data :

Tabel 4.1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

40
Unstandardized
Residual
N 11
Normal Parametersa,b Mean 0.0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Absolute 0.137
Differences Positive 0.096
Negative -0.137
Test Statistic 0.137
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa nilai asymp-sig

yang ditunjukkan dari tabel kolmogorov-smirnov adalah 0,200 lebih besar jika

dibandingkan dengan 0,05. Maka dapat dipastikan bahwa data yang digunakan

berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinieritas

Seperti yang sudah dibahas pada bab tiga bahwa pengujian

multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance

dan nilai VIF. Seperti yang sudah dibahas bahwa data yang baik adalah data yang

terbebas dari multikolinieritas, hal ini ditunjukkan oleh atau dapat dipastikan tidak

ada multikolinieritas jika nilai tolerance besar sama dengan 0,1 dan nilai VIF kurang

sama dengan 10. Berikut adalah hasil pengolahan data :

Tabel 4.2
Uji Multikolinieritas (Coefficientsa)

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pajak Daerah 0.611 1.636
Retribusi Daerah 0.611 1.636
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas diperlihatkan bahwa masing-masing variabel

menunjukkan tingkat nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan tingkat nilai VIF

41
lebih kecil dari 10. Maka berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat

dipastikan tidak terjadi multikolinieritas.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Seperti yang sudah dibahas pada bab tiga bahwa untuk melihat terjadi atau

tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji durbin-watson. Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang

digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah dengan uji durbin-

watson, dan jika gagal maka dilakukan uji run test. Uji run test dapat dilakukan

dengan analisis nilai asymp-sig pada hasil uji non-parametric run test, jika nilai

asymp-sig lebih besar dari 0.05 maka dapat dipastikan tidak terjadi auto korelasi.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi dalam model peneltian ini. Berikut ini adalah hasil dari pengujian run

test :

Tabel 4.3
Run Test

Unstandardized
Residual
Test Valuea -1.02790
Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z 0.029
Asymp. Sig.
0.977
(2-tailed)
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan hasil pengujian run test memperlihatkan bahwa nilai asymp-

sig adalah sebesar 0.977. Karena nilai ini lebih besar dari 0.05 maka dapat

dipastikan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian ini.

42
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3 bahwa uji ueteroskedastisitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis uji glejser, yaitu dengan

meregresikan nilai absolute residual dengan variabel independennya. Jika nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan. :

Tabel 4.4
Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 10.814 2.446 4.420 0.002
Pajak Daerah 0.022 0.062 1.116 0.352 0.734
Retribusi Daerah -0.058 0.126 -1.451 -0.458 0.659
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Dari hasil uji glejser memperlihatkan nilai signifikansi untuk variabel

pajak daerahl adalah 0,734 dan retribusi daerah adalah 0,659. Nilai ini lebih besar

dari 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dipastikan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Effendi (2018)

yang juga lolos dengan menggunakan uji glejser. Sedangkan Utomo (2013) tidak

menggunakan uji glejser atau bertolak belakang dengan penelitian ini.

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Hubungan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat secara linier atau

garis lurus dapat dijelaskan dengan suatu analisis yang disebut analisis regresi

linier berganda. Analisis regresi linier berganda menggunakan sebuah rumus

regresi linier berganda dalam menjelaskan hubungan variabel bebas atau x

terhadap variabel terikat atau y. Dan nilai konstanta yang menentukan nilai y

43
secara konstan dalam suatu rumus regresi linier berganda. Nilai koefisien dapat

dilihat pada tabel coefficient seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.5
Analisis Regresi Linier Berganda (Coefficientsa)

Unstandardized Coefficients
Model
B Std. Error
1 (Constant) -1.965 4.579
Pajak Daerah 0.345 0.117
Retribusi Daerah 0.382 0.236
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan tabel diatas maka rumus regresi linier berganda dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = -1. 965 + 0.345 X1 + 0.382X2

Berdasarkan rumus tersebut nilai konstanta adalah sebesar -1.965. Nilai

koefisien regresi pajak Daerah atau X1 adalah 0.345 dan nilai koefisien regresi

retribusi daerah atau X2 adalah 0.382. Nilai tersebut adalah suatu ukuran atau

nilai estimasi dalam sebuah perkiraan.:

1. Konstanta

Nilai konstanta dalam hubungan antara x dan y dalam penelitian ini adalah

sebesar -1.965. Nilai yang negatif menunjukkan bahwa suatu pengurangan

terhadap y akan terjadi sebesar 1.965 jika x tidak ada atau nol.

2. Koefisien regresi pajak daerah

Nilai koefisien regresi pajak daerah atau x1 adalah sebesar 0,345. Nilai yang

positif menunjukkan hubungan yang positif antara x1 terhadap nilai y. Jika x1

naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,345 dalam asumsi jika

variabel lain adalah 0.

3. Koefisien regresi retribusi daerah

44
Nilai koefisien regresi retribusi daerah atau x2 adalah sebesar 0,382. Nilai

yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara x2 terhadap nilai y.

Jika x2 naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,382 dalam asumsi

jika variabel lain adalah 0.

4.5 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini ada 4 hipotesis yang harus diuji apakah asumsi tersebut dapat

diterima secara empiris atau tidak maka harus dijawab dengan pengujian

hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua uji yaitu :

4.5.1 Uji T

Uji t dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas dalam pada bab 3, uji t

dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan

data dengan t tabel yang diperoleh dari tabel t. Nilai t tabel dalam bahasa penelitian ini

adalah sebesar 2,30 diperoleh dari tabel t berdasarkan nilai orang df = 8 ( jumlah sampel

11 dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai signifikan sebesar 0,050.

Berikut hasil pengolahan data :

Tabel 4.6
Uji T (Coefficientsa)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.965 4.579 -.429 0.679
Pajak Daerah 0.345 0.117 0.646 2.961 0.018
Retribusi Daerah 0.382 0.236 0.353 1.616 0.145
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
a. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Pajak

Daerah atau X1 yang dihasilkan adalah 2.96 > 2.30, dan nilai signifikan

sebesar 0,018 < 0,05. Maka dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa

45
“Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan asli daerah kota Pariaman “.Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa

pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli

daerah. Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil

penelitian Roslina (2014), ia manyatakan bahwa pajak daerah tidak

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

b. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Retribusi

Daerah atau X2 yang dihasilkan adalah 1.616 < 2.30, dan nilai signifikan

sebesar 0.145 > 0.05. Maka dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa

“Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah kota Pariaman “. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa

retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Akan

tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo

(2013), ia menyatakan bahwa retribusi daerah berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah.

4.5.2 Uji F

Uji F dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3, uji F

dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan

data dengan F tabel yang diperoleh dari tabel F. Nilai F tabel dalam penelitian ini adalah

sebesar 4,46 diperoleh dari tabel F berdasarkan nilai orang df bawah = 8 (sampel 11

dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai df atas = 2 (variabel 3 dikurangi

1 (3-2) Berikut hasil pengolahan data :

46
Tabel 4.7
ANOVAa

Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 386107.182 2 193053.591 964.569 0.000b
Residual 1601.159 8 200.145
Total 387708.341 10
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai F hitung yang

dihasilkan adalah 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Maka

dengan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa “ Pajak daerah dan retribusi

daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

asli daerah kota Pariaman”. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak daerah dan

retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli

daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman (2016) yang berpendapat bahwa jika

dua komponen penting ini dikelola dengan baik maka hal tersebut sudah cukup

untuk menjadi faktor dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

4.6 Analisis Koefisisen Determinasi

Koefisien determinasi atau yang biasa dikenal dengan nilai R square

berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3 bahwa dalam penelitian ini nilai

koefisien determinasi diukur dengan nilai R Square yang dapat diperoleh dari

tabel model summary. Jika nilai koefisien semakin mendekati satu maka

kontribusi variabel bebas sangat kuat. Berikut adalah hasil pengolahan data :

Tabel 4.8
Koefisien Determinasi Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R
Square Square the Estimate
1 0.998 0.996 0.995 14.14726

47
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai R square dalam model penelitian

ini adalah sebesar 0,996 atau 99.6%. Maka secara keseluruhan variabel bebas

dalam penelitian ini yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat menjelaskan

variabel terikat yaitu pendapatan asli daerah sebesar 99.6%.

4.7 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli

daerah kota Pariaman pada tahun 2009 sampai tahun 2019. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Agustus tahun 2020. Analisis yang digunakan adalah

analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan

program komputer SPSS 21. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan

bahwa :

4.7.1 Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 > 2.30

dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak

daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

Pendapat ini didukung oleh Natoen (2018) yang berpendapat bahwa pajak daerah

adalah komponen yang paling utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Roslina

(2014), ia manyatakan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah.

48
Samudra (2015: 52) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah

satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta

ditentukan dalam menentukan besarnya terif pajak yang harus dibayarkan.

Sumber penerimaan asli daerah yang dapat digali salah satunya berupa pajak

daerah yang merupakan andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber

penerimaan tersebut dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap

pendapatan asli daerah (Fitriana, 2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak

daerah maka akan meningkatkan pendapatan asli daerah, semakin rendah

penerimaan pajak daerah maka akan menurunkan pendapatan asli daerah. Maka

dapat disimpulkan bahwa pajak daerah mempengaruhi pendapatan asli daerah.

Hubungan yang positif yang diberikan oleh pajak daerah terhadap

pendapatan asli daerah ini dapat dibuktikan dengan data yang peneliti gunakan.

Dari data yang peneliti gunakan mulai dari tahun 2012 sampai tahun 2015

pendapatan asli daerah meningkat dengan pesat. Akan tetapi hal tersebut terjadi

karena pajak daerah juga meningkat dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Meski

pada tahun 2015 sampai 2016 pendapatan asli daerah sempat turun akan tetapi

pada tahun selanjutnya pendapatan daerah terus meningkat sampai pada

puncaknya pada tahun 2019. Tentu saja hal ini terjadi karena pengaruh pajak

daerah yang juga terus meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019.

4.7.2 Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai

49
signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan

Natoen (2018) yang berpendapat bahwa retribusi daerah tidak begitu dominan

dalam peningkatan pendapatan asli daerah secara signifikan. Hasil penelitian ini

bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo (2013), ia menyatakan bahwa

retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

Retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar

terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi peningkatan pendapatan

asli daerah. Penerimaan retribusi daerah dapat mempengaruhi pendapatan asli

daerah. Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin

besar pula jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun begitu

hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, retribusi daerah

tidak begitu dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

Pengaruh yang tidak signifikan antara retribusi daerah terhadap

pendapatan asli daerah dapat dibuktikan dengan data yang digunakan. Pada tahun

2010 retribusi daerah mengalami penurunan akan tetapi pendapatan asli daerah

tetap meningkat dari tahun 2010 sampai tahun-tahun berikutnya. Hubungan yang

tidak jelas berikutnya dapat dilihat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Dimana terjadi

penurunan pendapatan asli daerah sementara retribusi daerah menurun.

50
4.7.3 Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan

Asli Daerah

Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F hitung

sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang

menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman

(2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini dikelola dengan

baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor dominan dalam

peningkatan pendapatan asli daerah.

Pajak daerah dan retribusi daerah adalah dua komponen penting dalam

peningkatan pendapatan asli daerah, karena hal ini dapat dilihat dari realisasi

pendapatan asli daerah yang didominasi oleh dua komponen atau dua faktor yaitu

pajak daerah dan retribusi daerah. Maka jika kedua komponen tersebut yaitu pajak

daerah dan retribusi daerah dapat dimaksimalkan maka pendapatan asli daerah

akan meningkat drastis. Seperti yang diungkapkan oleh Kusuma dan Wirawati

(2013) bahwa penerimaan pajak dan retribusi daerah dapat mempengaruhi

pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah penerimaan pajak dan retribusi

daerah maka akan semakin besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat pada data penelitian yang

digunakan. Dari tahun 2008 sampai tahun 2019 memperlihatkan hubungan yang

positif yang diberikan oleh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah. Meski ada beberapa penurunan yang diperlihatkan pada tahun 2011 ke

51
tahun 2012 dan dari tahun 2015 ke tahun 2016, tapi itu tidak terlalu besar atau

tidak signifikan.

52
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah peneliti

lakukan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 >

2.30 dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan

bahwa pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

asli daerah. Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil

penelitian Roslina (2014), ia manyatakan bahwa pajak daerah tidak begitu

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

2. Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli

daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai

signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa

retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hasil

penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo (2013), ia

menyatakan retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

3. Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F

hitung sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil

53
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo

(2013) yang menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung

oleh Usman (2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini

dikelola dengan baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor

dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

5.2 Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti

berikan terkait dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Pemerintah Kota Pariaman

Dianjurkan bagi Pemerintah Kota Pariaman untuk mengelola pemungutan

pajak daerah lebih baik lagi. Karena sektor pajak adalah sektor penerimaan

pemerintah Kota Pariaman yang paling dominan. Jika terjadi kesalahan dalam

pemungutan pajak atau adanya wajib pajak yang bermain dalam pembayaran

pajak, hal tersebut akan menggangu terealisasinya pendapatan asli daerah

yang maksimal sehingga menjadi penerimaan pendapatan asli daerah akan

menjadi tidak maksimal.

2. Bagi Akademik

Skripsi ini akan peneliti serahkan pada civitas akademika STIE Sumbar

Pariaman sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana (S1). Selain

itu Skripsi ini juga akan menjadi koleksi perpustakaan sebagai suatu

sumbangan di bidang ilmiah dan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para

peneliti selanjutnya untuk menjadi sebuah rujukan terkait objek penelitian

yang sama.

54
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil objek penelitian yang

lebih luas sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan menjadi lebih

kongkrit dan sempurna untuk membahas bagaimana hubungan peningkatan

pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Setelah itu

peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mengambil variabel lain seperti

pendapatan BUMD dan hasil-hasil alam daerah lainnya.

55
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Ujang. Peran Daerah dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan dari segi
Pembiayaan). Hukum Keuangan Jurnal Hukum Bisnis. 1, 2010.
Fitriana. (2014). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Bontang. E-journal ilmu
pemerintahan. 1(2).1875-1888.
Ghozali, Imam. Aplikasi dan Analisis Multivariate dengan Proses SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro: 2005.
Indriantoro, N., & Supomo. (1999). Metode penelitian bisnis untuk akuntansi dan
manajemen(Ed. Ke-1). Yogyakarta: BPFE.
Kusuma, M. K. A. A., dan Wirawati, N. G. P. (2013). Analisis pengaruh
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pad
sekabupaten/kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. 5(3). 574-585.
Mentayani,I., Rusmanto., dan Mirda, L. (2014). Pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada
kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamika ekonomi
jurnal ekonomi dan bisnis. 1(7). 30-43.
Prakosa, K. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah (Ed. Revisi).Yogyakarta:
UII Press Yogyakarta.
Prawoto, A. (2011). Pengantar keuangan publik. Yogyakarta: BPFE.

Putri, M. E., dan Rahayu, S. (2015). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus pada pemerintah daerah
Kabupaten Cirebon tahun anggaran 2010-2014). e-Proceeding of
Management. 1(2). 281-288.
Resmi, S. (2014). Perpajakan : teori dan kasus (Ed. Ke-8). Jakarta: Salemba
Empat.
Samudra, A. A. (2015). Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Siahaan, M. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunanto. (2015). Analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal ACSY Politeknik Sekayu.
1(2). 1-10.

56
Sunarto., dan Fatimah, R. D. A. N. (2016). Pengaruh penerimaan retribusi dan
penetapan tarif obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Gunung Kidul tahun 2013-2015. Jurnal akuntansi. 2(4). 91-101.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi publik untuk keuangan dan pembangunan
daerah.Yogyakarta: Andi Offest.
Undang-undang Republik Indonesia. (2000).Undang-undang RI No.34 Tahun
2000 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2009).Undang-undang RI No.28 Tahun
2009 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2004).Undang-undang RI No.33 Tahun
2004 tentang pajak dan retribusi daerah.
Wirawan B dan Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
empat,2007.

57
LAMPIRAN

58
LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

Data Peneltian

Pajak Retribusi Peningkatan Peningkatan Peningkatan


Tahun PAD Pad Pajak Retribusi
Daerah Deaerah
2008 1,605,840,822 96,588,710 200,932,100 - - -
2009 12,270,773,529 1,298,100,083 1,433,898,628 664.13 1243.95 613.62
2010 14,884,538,651 2,682,243,170 1,794,586,374 21.30 106.63 25.15
2011 17,125,350,867 2,485,409,553 1,753,263,722 15.05 -7.34 -2.30
2012 17,638,065,074 3,103,926,086 1,633,269,062 2.99 24.89 -6.84
2013 20,639,404,314 3,852,668,277 1,615,184,320 17.02 24.12 -1.11
2014 24,975,402,663 4,839,643,402 2,430,794,204 21.01 25.62 50.50
2015 29,897,289,137 5,961,977,273 2,696,873,202 19.71 23.19 10.95
2016 29,692,041,169 6,651,881,960 3,431,154,780 -0.69 11.57 27.23
2017 30,873,244,550 8,296,534,833 3,369,793,263 3.98 24.72 -1.79
2018 32,146,951,796 9,984,601,785 4,170,765,157 4.13 20.35 23.77
2019 35,864,057,679 10,064,592,853 4,390,391,039 11.56 0.80 5.27
Mean 22,301,080,021 4,943,180,665 2,410,075,488 70.93 136.23 67.68
Max 35,864,057,679 10,064,592,853 4,390,391,039 664.13 1243.95 613.62
Min 1,605,840,822 96,588,710 200,932,100 -0.69 -7.34 -6.84
Sumber Data :BKD Kota Pariaman. Diolah, Tahun 2020

59
LAMPIRAN 2

HASIL PENGOLAHAN DATA

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .998 .996 .995 14.14726 2.986

a. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah


b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 386107.182 2 193053.591 964.569 .000b

Residual 1601.159 8 200.145

Total 387708.341 10

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah


b. Predictors: (Constant), Retribusi Daerah, Pajak Daerah

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -1.965 4.579 -.429 .679

Pajak Daerah .345 .117 .646 2.961 .018

Retribusi Daerah .382 .236 .353 1.616 .145

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 11
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Differences Absolute .137
Positive .096
Negative -.137
Test Statistic .137
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 10.814 2.446 4.420 .002

Pajak Daerah .022 .062 1.116 .352 .734

Retribusi Daerah -.058 .126 -1.451 -.458 .659

a. Dependent Variable: abs_res

Runs Test

Unstandardized
Residual

Test Valuea -1.02790


Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z .029
Asymp. Sig. (2-tailed) .977

a. Median

61
62
63
LAMPIRAN 3

TABEL T

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


Df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
LAMPIRAN 4

TABEL F

Df untuk Df untuk pembilang (N1)


Penyebut
(N2)

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
LAMPIRAN 5

TABEL DURBIN-WATSON

k=1 k=2 k=3 k=4 k=5


n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
7 0.6996 1.3564 0.4672 1.8964
8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 0.3674 2.2866
9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 0.2957 2.5881
10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 0.2427 2.8217
11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 0.3155 2.6446
12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 0.3796 2.5061
13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 0.4445 2.3897
14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 0.5052 2.2959
15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 0.5620 2.2198
16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 0.6150 2.1567
17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 0.6641 2.1041
18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 0.7098 2.0600
19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 0.7523 2.0226
20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 0.7918 1.9908
21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 0.8286 1.9635
22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 0.8629 1.9400
23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 0.8949 1.9196
24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 0.9249 1.9018
25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 0.9530 1.8863
26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 0.9794 1.8727
27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 1.0042 1.8608
28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 1.0276 1.8502
29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 1.0497 1.8409
30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 1.0706 1.8326
31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 1.0904 1.8252
32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 1.1092 1.8187
33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 1.1270 1.8128
34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 1.1439 1.8076
35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 1.1601 1.8029
36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 1.1755 1.7987
37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 1.1901 1.7950
38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 1.2042 1.7916
39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 1.2176 1.7886
40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 1.2305 1.7859
41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 1.2428 1.7835
42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 1.2546 1.7814
43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 1.2660 1.7794
44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 1.2769 1.7777
45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 1.2874 1.7762
46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 1.2976 1.7748
LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I Keterangan Pribadi
Nama : DELA RAHMADANI
Nim : 1610622010656
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl/Lahir : Pariaman, 27 Desember 1997 Pas Photo
Kewarganegaraan : Indonesia 4X6
Alamat Lengkap : Jl. SM. Abidin No. 94
Kec. Pariaman Tengah
Kota Pariaman
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
Nama Orang Tua
Ayah : ZULKARNAIN
Ibu : GUSNIARTI
Nomor HP : 0813 7810 5667
E-Mail : rahmadanidela9@gmail.com

II riwayat Pendidikan
Pendidikan SD : SDN 08 Kp. Pondok
Pendidikan SMP : SMPN 04 Kota Pariaman
Pendidikan SMA/SMK : SMAN 06 Kota Pariaman

Demikianlah daftar riwayat hidup ini Saya buat, bila Saya Sengaja memalsukan

keterangan ini maka Saya bersedia untuk dituntut berdasarkan hukum yang berlaku

Pariaman, 7 Oktober 2020

DELA RAHMADANI
NIM :1610622010656

67

Anda mungkin juga menyukai