dibuat oleh :
Kelompok V
Penulis
Kelompok V
i
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Operasional Jasa Pendidikan (beda dari manajemen pabrik) 3
B. Manajemen Tenaga Pelayanan (Pemberi Jasa) Pendidikan ................. 5
C. Manajemen Lingkungan (yang berpengaruh) Atas Jasa Pendidikan ... 10
D. Manajemen Harga Atas Jasa Pendidikan ............................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu jalan keluar untuk membina
karakter generasi muda secara terarah, terprogram, dan optimal agar dapat
terbentuk generasi muda yang cerdas intelektual dan berkualitas ahklaknya.
Percaya diri adalah karakter yang paling ditanamkan agar mereka menjadi
generasi yang tidak mudah dipengaruhi hl-hal negative di sekitarnya,
optimis, dan tegar dalam menghadapi berbagai masalah dengan
kemampuannya sendiri.
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang
terus-menerus yang dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah
dalam menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini
meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihta setiap
unsure-unsur institusi sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif,
menggali sumber daya secara realistic dan dapat di manfaatkan,
mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan (benefis) dan
mendatangkan keuntungan financial (profits). Benefit dan profit ini
terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-guru dan kepala
sekolah.1
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar siswa mengenal dan
menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung
jawab atas keputusan yang akan diambil melalui tahapan mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian dan selanjutnya menjadikan suatu
nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, siswa belajar melalui
proses berpikir, bersikap dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudnya untuk
1
Safroni Isrososiawan, “Peran Kewirausahaan Dalam Pendidikan”, Jurnal Jurusan Pendidikan
Ips Ekonomi, Vol 9.(2013), H.27
1
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.2
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dijadikan sebagai objek
pembahasan dari makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana Manajemen Operasional Jasa Pendidikan (beda dari
manajemen pabrik)
2. Bagaimana Manajemen Tenaga Pelayanan (Pemberi Jasa) Pendidikan
3. Bagaimana Manajemen Lingkungan (yang berpengaruh) Atas Jasa
Pendidikan
4. Bagaimana Manajemen Harga Atas Jasa Pendidikan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Manajemen Operasional Jasa Pendidikan (beda dari
manajemen pabrik)
2. Untuk Mengetahui Manajemen Tenaga Pelayanan (Pemberi Jasa)
Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Manajemen Lingkungan (yang berpengaruh) Atas
Jasa Pendidikan
4. Untuk Mengetahui Manajemen Harga Atas Jasa Pendidikan
2
Dwi Irkhamah, Skripsi: “Impelementasi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membentuk Sikap
Wirausaha Pada Siswa Di Sekolah Menengah Atas Al-Islam Krian”, (Surabaya: Uin Sunan
Ampel, 2019), H.4
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dr. Dorothea Wahyu Ariani, S.E., M.T,"Manajemen Operasi Jasa",EKMA4369,hal.3
3
peluang baru yang dapat anda tawarkan kepada pelanggan atau konsumen
anda.
4
mengelola program yang dilaksanakan oleh masyarakat. Karena itu perlu
dilengkapi dengan seperangkat pengetahuan operasonall sebagaimana
layaknya tentara yang akan bertempur dan menginginkan kemenangan
mereka perlu dilengkapi dengan peralatan militer yang memadai.
6. Membentuk jaringan informasi dan pemasaran, hal ini erat kaitannya
dengan penyalur hasil-hasil dari program belajar di masyarakat.
5
berhubungan dengan pendidikan yang mengutamakan pelayanan dalam
prosesnya.
Dari pengertian di atas dari manajemen, tenaga pendidik sampai pada
jasa pendidikan maka dapat kita simpulkan bahwa manjemen tenaga pelayan
(pemberi jasa) Pendidikan adalah bagaimana mengatur dengan seefektif dan
efesien mungkin oleh tenaga pendidik dan kependidikan dalam memberikan
pelyanan yang baik kepada para siswa atau bias kita katakana pelanggan. 4
4
Lupiyadi, Rambut dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta Salemba Empat, ed II,
2006) hal. 5
6
Lingkungan eksternal, yaitu lingkungan luar lokasi atau fasilitas
produksi, Unsur-unsur dari lingkungan eksternal tersebut antara lain: (1)
pemasok; (2) pelanggan; (3) penyandang dana; (4) pesaing; dan (5)
pemerintah.5
Strategi yang dapat digunakan untuk mengahadapi perubahan lingkungan dan
ketidak pastian itu melalui beberapa cara antara lain:
1. Melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan. Hal semacam ini
dapat dilakukan kalau kekuatan lingkungan tidak dapat berubah.
Lingkungan/organisasi dapat melakukan penyesuaian dengan mengubah
organisasi, yaitu struktur dan desain yang ada.
2. Melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara tidak lansung. Dalam
kaitan ini para manajer harus melakukan pemantauan terhadap perkembangan
dan perubahan linkungan melalui informasi dari berbagai media.
3. Manajer berusaha untuk mempengaruhi lingkungan secara langsung. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan lobi-lobi, pemasangan iklan, dan
mengadakan kesepa katan dengan pihak-pihak yang terkait.
Partisipasi masyarakat tersebut juga terlihat dalam bidang kurikulum, alat
pelajaran, bantuan dana, material, bangunan, kontrol terhadap kegiatankegiatan
sekolah dan lain sebagainya. Cara berpartisipasi masyarakat yang dilakukan
masyarakat tersebut dapat berbentuk:
1. Ikut sertanya dalam pertemuan yang diadakan sekolah/ lembaga pendidikan,
2. Datang berkunjung ke sekolah untuk mengamati dan mengetahui keadaan
sekolah,
3. melalui surat-surat, melalui telepon.
4. Ikut dalam kegiatan kesenian yang dilakukan sekolah,
5. Ikut dalam kegiatan bazaar yang dilakukan sekolah, dan Terlibat dalam
kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan sekolah
6. Terlibat dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan di sekolah
5Devi Arisanti, Manajemen Lingkungan Pendidikan, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1 No. 1 (2016) h.
73
7
Peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tidak dapat
dipisahkan dari aspek pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat sekolah.
Beberapa aspek manajemen yang secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan
yang menjadi kewenangan tingkat sekolah adalah sebagai berikut. Pertama,
menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu dan tata tertib sekolah. Urusan ini
amat penting sebagai modal dasar yang harus dimiliki sekolah Kedua, memiliki
kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia,
fasilitas yang ada, jumlah guru, dan tenaga administratif yang dimiliki Ketiga,
menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan
dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini, dengan mempertimbangkan kepentingan
daerah dan masa depan lulusannya Keempat, pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan, termasuk buku pembelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan
memerhatikan standar dan ketentuan yang ada Kelima, penghapusan barang dan
jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh sekolah, dengan mengikuti pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten Keenam, proses pengajaran dan
pembelajaran. ini merupakan kewenangan profesional sejati yang dimiliki oleh
lembaga pendidikan sekolah. Ketujuh, urusan teknis edukatif yang lain sejalan
dengan konsep manajemen peningkatan nutu berbasis sekolah (MPMBS)
merupakan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan
setiap satuan pendidikan. 6
6Devi Arisanti, Manajemen Lingkungan Pendidikan, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1 No. 1 (2016) h.
76-80
8
oleh suatu PT. Dalam elemen harga PT dipertimbangkan mengenai penetapan harga
( seperti SPP, biaya pembangunan dan biaya laboratorium ), memberikan beasiswa
, prosedur pembayaran, dan syarat cicilan. Harga akan sejalan dengan mutu dari
produk/ jasa PT yang ditawarkan. Semakin tinggi mutu dari suatu produk/ jasa PT,
biasanya harga jasa pendidikan yang ditawarkan pun akan semakin tinggi.
Misalnya, PT yang dimiliki kualitas internasional ( memenuhi standar mutu
internasional ) biasanya akan menetaapkan harga diatas rata-rata, namun
mahasiswa akan tetap bersedia membayar selama berada dalam batas
keterjangkauan mereka untuk mendapatakan pendidikan bermutu tinggi tersebut. 7
Penetapan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa kerena
harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/ bisnis. Keputusan penentuan harga
juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/manfaat yang diberikan kepada
pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa. Startegi
penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif
premium pada saat pemerintah tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan
menurun.
Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus
memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling penting utama adalah bahwa
keputusan menentukan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara
keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus
dipertimbangkan. Lebih jauh lagi , tarif spesifik yang akan ditetapkan akan
bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Nilai jasa
ditetapkan oleh manfaat dari jasa tersebut. 8
Dari sudut pandang yang berbeda, Zeithaml dan Bitner menjelaskan prinsip-
prinsip penentuan harga jasa yang dapat diterapkan ke dunia pendidikan, yaitu
sebagai berikut.
a. Pemasar jasa pendidikan harus memerhatikan hal-hal penting penentuan harga
jasa pendidikan, yaitu memilih tujuan penentuan harga jasa pendidikan,
7
Buchari Alma, Manajemen Corporate Dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus Pada
Mutu Dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2009), Hal 306
8
Ibit H, 157
9
menentukan tingkat permintaan jasa pendidikan, memperkirakan biaya yang
akan dikeluarkan, menganalisis harga jasa pendidikan yang ditentukan sekolah
dan produk jasa pendidikan yang ditawarkan sekolah kompetitor, memilih
metode penentuan harga jasa pendidikan, dan menentukan harga akhir jasa
pendidikan.
b. Pemasar jasa pendidikan tidak harus selalu mencari pendapatan maksimal yang
menentukan harga jasa pendidikan yang tinggi, tetapi dapat memaksimalkan
penerimaan sekolah saat ini, pangsa pasar jasa pendidikan, atau alternatif lain.
c. Pemasar jasa pendidikan harus memahami seberapa tanggap permintaan harga
jasa pendidikan pada perubahan harga jasa pendidikan. Untuk mengevaluasi
tingkat kepekaan harga jasa pendidikan, pemasar jasa pendidikan dapat
menghitung “elastisitas permintaan jasa pendidikan”
10
psikologis, potongan harga, harga promosi, dan harga baruan produk jasa
pendidikan.9
Prinsip-prinsip penetapan harga tersebut dapat digunakan secara
bersama-sama, baik untuk barang maupun jasa.
1. Pendekatan Penetapan Harga Jasa Pendidikan
Terdapat tiga pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu yang
pertama penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan biaya, penentuan harga jasa
pendidikan berdasarkan persaingan serta penentuan harga jasa pendidikan
berdasarkan nilai.
A. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Biaya
Harga jasa pendidikan ditentukan berdasarkan biaya pendidikan yang
berkaitan dengan aktivitas untuk menghasilkan, menyampaikan dan
memasarkan produk jasa pendidikan. Pemasar jasa pendidikan harus
menentukan harga jasa pendidikan yang tepat untuk menutup seluruh biaya
pendidikan (biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel) agar
menghasilkan dan memasarkan jasa pendidikan. Akan tetapi, kita jangan
melihat biaya pendidikan itu dari sudut pandang akuntansi biaya yang hanya
menekankan pada kategori biaya pendidikan, tetapi melihat biaya pendidikan
itu sebagai bagian usaha sekolah secara terpadu untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan jasa pendidikan. Pelanggan jasa pendidikan tidak tertarik pada biaya
pendidikan yang dihasilkan sekolah agar bisa menghasilkan jasa pendidikan,
tetapi mereka tertarik pada hubungan antara harga jasa pendidikan jasa yang
dikeluarkan dan nilai jasa pendidikan yang didapatkannya. Penentuan biaya
berdasarkan aktivitas (Activity-Based Costing /ABC) merupakan pendekatan
penentuan biaya pendidikan yang tepat, karena menentukan biaya pendidikan
berdasarkan aktivitas jasa pendidikan yang dikonsumsi pelanggan jasa
pendidikan.
B. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Persaingan
9
David Wijaya, Pemasaran Jasa Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), Hal 117-118
11
Jika pelanggan jasa pendidikan melihat sedikit waktu perbedaan di
antara jasa pendidikan yang ditawarkan di pasar jasa pendidikan, pemasar jasa
pendidikan harus meilih strategi penentuan harga jasa pendidikan yang lebih
murah karena sekolah dengan biaya per unit jasa pendidikan yang paling rendah
di pasar jasa pendidikan akan bisa menikmati manfaat dari aktivitas pemasaran
jasa pendidikan, yaitu memenangkan persaingan pendidikan. Oleh karena itu,
ada dua strategi persaingan harga jasa pendidikan yang dapat diterapkan
sekolah, yaitu sebagai berikut:
1) Kepemimpinan Harga Jasa Pendidikan ( Price Leadership )
Dalam sektor jasa pendidikan nasional, kita dapat menemukan sekolah yang
bertindak sebagai pemimpin harga ( price leader ) jasa pendidikan,
sedangkan sekolah kompetitor akan mengikuti jejak pemimpin harga jasa
pendidikan. Penentu harga jasa pendidikan adalah variabel pemasaran jasa
pendidikan yang mudah dan cepat berubah, karena perang harga mampu
dihasilkan selama satu malam ketika sekolah kompetitor tergesa-gesa
menyesuaikan harga penawaran jasa pendidikan.
2) Tawar-menawar dan Negosiasi Harga Jasa Pendidikan ( Price Bids and
Negotiations )
Sekolah yang melakukan subkontrak dapat menggunakan metode tawar-
menawar harga jasa pendidikan dengan meminta penawaran jasa
pendidikan dari pemasok jasa pendidikan, untuk memberikan informasi
penawaran harga jasa pendidikan yang lebih rendah, menjalankan proses
pendidikan yang lebih cepat, atau menawarkan atribut lainnya.
C. Penentuan Harga Jasa Pendidikan Berdasarkan Nilai
Strategi penentuan harga jasa pendidikan sering kali tidak berhasil
karena tidak adanya keterkaitan yang jelas antara harga jasa dan nilai jasa. Berry
dan Yadav mengemukakan tiga strategi untuk menangkap dan
mengomunikasikan nilai jasa, antara lain sebagai berikut.
a) Pengurangan ketidakpastian ( uncertainty reduction ). Jika pelanggan jasa
pendidikan tidak percaya tentang seberapa banyak nilai jasa pendidikan
yang akan diterimanya dari sekolah, mereka mungkin akan mencari
12
pemasok jasa pendidikan yang terkenal atau tidak membeli jasa pendidikan
secara keseluruhan. Dua metode penentuan harga jasa pendidikan yang
dapat digunakan sekolah, yaitu sebagai berikut:
1) Penentuan harga jasa pendidikan yang dikendalikan oleh manfaat jasa
pendidikan ( benefit-driven pricing ), untuk membantu mengurangi
ketidakpastian yang dititikberatkan pada aspek-aspek jasa pendidikan
yang langsung bermanfaat bagi pelanggan jasa pendidikan.
2) Penentuan harga jasa pendidikan dengan tarif tetap ( flat-rate pricing ),
yang memberikan harga jasa pendidikan konstan sebelum proses
penyampaian jasa pendidikan sehingga pelanggan jasa pendidikan tidak
terkejut.
b) Peningkatan hubungan ( relationship enhancement ). Sebenarnya,
strategi potongan harga untuk memenangkan persaingan pendidikan
bukan cara terbaik menarik pelanggan jasa pendidikan yang akan tetap
loyal selamanya. Namun, menawarkan potongan harga ketika
pelanggan jasa pendidikan membeli dua atau lebih jasa pendidikan
secara bersamaan adalah strategi membangun hubungan yang baik.
c) Kepemimpinan biaya ( cost leadership ). Tujuan strategi ini adalah
mencapai biaya pendidikan paling rendah pada sektor jasa pendidikan
nasional. Harga jasa pendidikan yang rendah sangat diharapkan oleh
pelanggan jasa pendidikan dengan anggaran keuangan yang rendah 10
10
Ibit, H, 114-117
13
Pemerintah sering kali memberikan terlalu banyak kebebasan bagi sekolah dalam
proses perumusan harga jasa pendidikan sehingga bisa tercermin pada harga jasa
pendidikan yang terlalu tinggi, dan untuk sebagian besar masyarakat harga itu
merupakan harga jasa pendidikan yang tidak dapat dijangkau. Jadi, menurut
Ihlandfeldt ( 1980 ), ada sepuluh teknik yang dapat digunakan pemasar jasa
pendidikan untuk menentukan harga jasa pendidikan pada pelanggan jasa
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Penentuan harga berdasarkan unit ( unit pricing ). Harga jasa pendidikan yang
harus dibayar siswa ditentukan per unit, misalnya per mata pelajaran yang
diambil sampai siswa memperoleh ijazah atau menamatkan pendidikan. Teknik
ini sangat fleksibel bagi siswa karena bergantung pada kemampuan siswa secara
ekonomi dan intelektual.
2. Penentuan harga dua bagian ( two-part pricing ). Siswa membayar harga jasa
pendidikan yang sama untuk SPP, kemudian membayar harga jasa pendidikan
sesuai jumlah mata pelajaran yang diambil. Teknik ini juga sangat fleksibel bagi
siswa karena bergantung pada seberapa banyak mata pelajaran yang akan
diambil.
3. Penentuan harga berdasarkan waktu ( term pricing ). Pembayaran harga jasa
pendidikan ditentukan selama satu semester atau caturwulan, yakni siswa boleh
mengambil mata pelajaran semaksimal mungkin sesuai peraturan yang
ditentukan sekolah. Akan tetapi, teknik ini dapat berdampak negatif terhadap
siswa karena mereka akan mencoba belajar tergesa-gesa dalam waktu singkat
sehingga dapat menurunkan kualitas pendidikan.
4. Penentuan harga berdasarkan skala ( scaled pricing ). Siswa membayar harga
jasa pendidikan lebih tinggi untuk semester pertama dan kedua, kemudian
membayar harga jasa pendidikan lebih rendah untuk semester tambahan.
Teknik ini ditentukan untuk sekolah yang ingin memperkecil percepatan
peningakatan harga jasa pendidikan sehingga dapat menentukan harga jasa
pendidikan lebih tinggi pada setiap semester tambahan yang melampaui beban
belajar normal.
14
5. Penentuan harga diferensial ( differential pricing ). Harga jasa pendidikan
ditentukan berbeda-beda sesuai segmen siswa yang diterima, yaitu apakah kelas
reguler, pagi, sore, atau malam hari.
6. Harga jasa pendidikan yang dapat dinegosiasi ( negotiated tuition ). Penentuan
harga jasa pendidikan dapat dirundingkan antara orang tua siswa dan sekolah
dengan memerhatikan aspek kemampuan, kedudukan, dan pekerjaan orang tua
siswa.
7. Diskon kuantitas ( quantity discounts ). Siswa yang berasal dari daerah atau
karakteristik tertentu bisa diberikan potongan harga khusus.
8. Diskon berbasis waktu ( time-based discounts ). Harga jasa pendidikan
ditentukan berdasarkan waktu pendaftaran. Jadi, calon siswa yang mendaftar
lebih awal dikenakan harga jasa pendidikan yang lebih murah atau diberikan
potongan harga dibandingkan calon siswa yang mendaftar terakhir.
9. Penentuan harga saat ramai ( peak-load pricing ). Jika banyak calon siswa yang
mendaftar di sekolah, sekolah menentukan harga jasa pendidikan lebih tinggi
bagi orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Dengan demikian, orang tua
siswa yang mampu membayar harga jasa pendidikan lebih tinggi akan diberikan
prioritas penerimaan anaknya di sekolah jika calon siswa telah memenuhi
kriteria yang ditentukan oleh sekolah.
10. Penentuan harga kontribusi waktu ( work contribution ). Jika sekolah memiliki
program kerja magang bagi siswanya, siswa dapat menerima bantuan paket
siswa yang meliputi program kerja magang dalam bentuk beasiswa sehingga
dapat mengurangi harga jasa pendidikan untuk mengikuti jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.11
11
Ibit, H, 119-121
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harga merupakan sejumlah uang sebagai alat tukar untuk
memproleh produk atau jasa yang harus diberikan konsumen kepada
produsen.Harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan jasa pendidikan
yang ditawarkan oleh suatu PT. Penetapan harga merupakan titik kritis
dalam bauran pemasaran jasa kerena harga menentukan pendapatan dari
suatu usaha/ bisnis.
Terdapat tiga pendekatan penentuan harga jasa pendidikan, yaitu
yang pertama penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan biaya,
penentuan harga jasa pendidikan berdasarkan persaingan serta penentuan
harga jasa pendidikan berdasarkan nilai.
Ada sepuluh teknik yang dapat digunakan pemasar jasa pendidikan untuk
menentukan harga jasa pendidikan pada pelanggan jasa pendidikan.
B. Saran
Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian
makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna
mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses
pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah
mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.
16
Daftar Pustaka
17