Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Kebudayaan,Budaya Lokal Dan Toleransi Sosial

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep IPS

Dosen Pengampu : Tusriyanto,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Deni Astuti 2001030005

Ecah 2001030006

Mutiara Kharisma 2001030021

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah tentang Kebudayaan,Budaya Lokal Dan Toleransi
Sosial. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah sejarah kebudayaan islam yang di berikan oleh dosen pengajar, juga untuk
lebih memperluas pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi.

1
Kami berusaha untuk dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
baik, namun kami juga menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, apabila
terdapat adanya kesalahan-kesalahan dari segi teknik penulisan, maupun isi dari tugas makalah
ini, maka kami sebagai penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar dan
semua pembaca yang kami harapkan untuk dapat menyempurnakan tugas makalah ini dan juga
terlebih untuk kemampuan pengetahuan kita bersama.

Wassalamuallaikum wr.wb

METRO, 18 NOVEMBER 2021

Penyusun

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................................1

Kata Pengantar .................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5

A.PENGERTIAN KEBUDAYAAN...................................................................5

B.PENGERTIAN BUDAYA LOKAL................................................................9

C.PENGERTIAN TOLERANSI SOSIAL.........................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................11

Kesimpulan.........................................................................................................11

Saran.....................................................................................................................12

Daftar pustaka..................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah
pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan,
sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau
melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan
kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan telah lebih
jauh diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan bronislaw Malinowski, yang mengemukakan
bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan
adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. (Soemardjan, Selo: 1964: 115).
Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic. Karena
kebudayaan berturun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun manusia yang
menjadi anggota masyarakat sudah berganti karena kelahiran dan kematian.
Lebih jauh dapat dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh E. B. Tylor (1871) dalam
bukunya Primitive Culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan lain
perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-
pola perilaku normative. Oleh karena itu, manusia yang mempelajari kebudayaan dari
masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa juga merusaknya (destruktif).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kebudayaan?
2.      Apa Pengertian Budaya Lokal?
3.      Apa pengertian Toleransi Sosial?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari kebudayaan.
2.      Untuk mengetahui pengertian dari budaya lokal.
3.      Untuk mengetahui pengertian toleransi sosial.
4.      Untuk mengetahui apasaja ruang lingkup kebudayaan, budaya lokal dan toleransi budaya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KEBUDAYAAN
1.      Pengertian kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, kata tersebut berasal dari bahasa Latin
yaitu Colera yang berarti mengolah, mengerjakan dan mengembangkan tanah (bertani).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata Culture sama artinya dengan kata budaya yang berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah, bentuk jamak dari kata Budhi berarti ‘akal’.
Kebudayaan sebagai segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam,
manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya, yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa).
Hasil dari ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Terdapat pengertian dari
beberapa ahli tentang kebudayaan :
a.      E.B Tylor, kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral keilmuan, hukum, adat serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat.
b.      R.Linton, kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dimiliki
dan diwariskan oleh anggota masyarakat tertentu.
c.       Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan milik dari manusia yang
dicapai dengan belajar.
d.      Soemardjan dan Soemardi, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
yang merupakan hasil dari manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani serta rohani agar
hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, contohnya :
1)      Karya (kebudayaan material) kemampuan manusia untuk menghasilkan benda yang dapat
bermanfaat.
2)      Rasa semua unsur ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai sosial dan norma-norma
sosial termasuk agama, ideologi, kebatinan dan kesenian.
3)      Cipta kemampuan mental dan berfikir  yang menghasilkan ilmu pengetahuan.

e.       Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
f.       Kroeber, kebudayaan adalah sebagai keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan
dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan serta perilaku yang ditimbulkannya.[1]

2.      Perwujudan Kebudayaan
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu digolongkan dalam tiga wujud,
yaitu :
a.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kesatuan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan. Wujud ini bersifat abstrak, tidak dapat dipegang dan tempatnya berada dalam fikiran
manusia dapat pula disebut tatakelakuan yang memiliki fungsi mengatur, mengendalikan serta
memberi arah pada tindakan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Contohnya, tata
cara perkawinan, gerakan tari, aturan bahasa, adat istiadat, lembaga pertanian dan lain-lain.
b.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kesatuan aktivitas serta tindakan berpola yang dilakukan
manusia dalam suatu masyarakat. Wujud ini bersifat konkret yang menyangkut  tindakan dan
1
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits; Jakarta, PT Grafindo Persada.2000 Hlm 24-27.
dan Ibid. hlm 315-316

5
kelakuan berpola dari manusia atau disebut perilaku budaya yang muncul karena adanya ide atau
gagasan dalam pikiran manusia dan diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Perilaku ini dapat
dipantau oleh pancaindra manusia. Contohnya, tradisi slametan pada bayi yang baru lahir, tari-
tarian, adat acara perkawinan, halal bihalal pada bulan Ramadhan dan lain-lain.
c.       Wujud kebudayaan sebagai suatu benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini bersifat paling
konkret dan berbentuk fisik (artifact). Benda-benda budaya ini muncul karena didahului oleh ide
atau gagasan dalam pikiran manusia untuk membuat sesuatu. Lalu, ide tersebut dituangkan
melalui benda-benda hasil karya manusia yang dapat dimanfaatkan. Contohnya, Candi
Borobudur, Masjid Mataram, Keraton Surakarta, Rumah Joglo, Pakaian Adat dan lain-lain.

3.      Budaya yang Bersifat Abstrak


Hanya terletak dalam pikiran manusia, sehingga tidak dapat diraba atau difoto karena
berwujud suatu ide atau gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan cita-cita. Budaya yang
bersifat abstrak adalah wujud ideal dari budaya. Ideal berarti sesuatu yang diinginkan manusia
sebagai anggtota masyarakat yang telah menjadi aturan main bersama.

4.      Budaya yang bersifat konkret


Berpola dari tindakan atau aktivitas manusia didalam masyarakat yang terlihat secara
kasat mata. Koentjaraningrat membagi wujud budaya konkret ini berupa sistem sosial dan fisik,
yang terdiri atas : perilaku, bahasa dan materi.
a.      Perilaku, adalah cara bertindak atau bertingkahlaku tertentu dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (patterns of behavior)
masyarakatnya. Sedangkan pola-pola perilaku adalah cara bertindak seluruh anggota suatu
masyarakat yang mempunyai norma-norma dan kebudayaan yang sama.
b.      Bahasa, adalah alat komunikasi yang berfungsi sebagai alat berpikir manusia untuk menciptakan
budaya itu sendiri  sehingga dapat dibentuk, dibina, dikembangkan, serta dapat diwariskan pada
generasi berikutnya.
c.       Materi, adalah hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat. bentuk
materi ini berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, alat produksi, alat transportasi, alat
komunikasi dan lain-lain.

5.      Klasifikasi Unsur Budaya


a.      Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya
b.      Traits, adalah gabungan beberapa unsur terkecil
c.       Kompleks Budaya (traits komplek), adalah gabungan beberapa dari items dan traits
d.      Aktivitas Budaya (culture activity), adalah gabungan dari beberapa kompleks budaya
e.       Budaya Menyeluruh (cultural universal), adalah gabungan dari beberapa aktivitas budaya
6.      Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur-unsur yang dikembangkan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut.
Menurut Herkovits, unsur kebudayaan terdiri dari :
a.      Alat-alat teknologi
b.      Sistem ekonomi
c.       Keluarga
d.      Kekuasaan politik
Menurut Malinowski, unsur kebudayaan terdiri dari :
a.      Sistem norma-norma

6
b.      Organisasi ekonomi
c.       Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan.
Menurut Kluckhohn, unsur kebudayaan terdiri dari :
a.      Sistem religi
b.      Sistem pengetahuan
c.       Sistem mata pencaharian hidup
d.      Sistem peralatan hidup atau teknologi
e.       Organisasi kemasyarakatan
f.       Bahasa
g.      Kesenian
Ketujuh unsur kebudayaan ini bersifat Universal (cultural universal), yang artinya unsur-
unsur ini dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa didunia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur budaya terdiri dari ketujuh kebudayaan yang bersifat
Universal seperti pendapat Kluckhonh dengan penambahan dua unsur budaya lagi menurutnya,
yaitu :
a.      Iklim
b.      Sejarah[2]

7.      Substansi (Isi) Utama Budaya


Substansi (Isi) utama budaya adalah wujud abstrak dari ide dan gagasan yang muncul
dimasyarakat, yang memberi jiwa dalam masyarakat dalam bentuk sistem pengetahuan, nilai,
pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
a.      Sistem Pengetahuan, manusia sebagai mahluk sosial yang dalam hidupnya berusaha memahami
dan belajar tentang pengetahuan flora, fauna, ruang, waktu, bilangan, tubuh manusia dan
perilaku antar sesama manusia.
b.      Nilai, adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh
manusia dalam masyarakat.
Sesuatu dapat dikatakan memiliki nilai apabila :
1)      Berguna dan Berharga (nilai kebenaran)
2)      Indah (nilai estetika)
3)      Baik (nilai moral atau etis)
4)      Religius (nilai agama)
c.       Pandangan Hidup, adalah pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau
mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
d.      Kepercayaan, mengandung arti yang lebih luas dari pada agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan YME. Bahwa terdapat kekuatan besar yang berada didalam diri manusia untuk mencari
jalan keluar dari permasalahan hidup yang dialami.
e.       Persepsi, adalah pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk
memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terdiri dari :
1)      Persepsi sensori : persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indera manusia.
2)      Persepsi telepati : kemampuan mengetahui kegiatan mental individu lain.
3)      Persepsi clairvoyance : kemampuan melihat peristiwa di tempat lain, jauh dari tempat orang
yang bersangkutan.

2
Nur Wahyu Rochmadi, Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 2 SMK, Jakarta; Direktor Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
2008.   hlm. 315-38

7
f.       Etos Kebudayaan (jiwa kebudayaan), adalah watak khas yang dimiliki oleh masyarakat dalam
kebudayaannya, seperti pada gaya perilaku warga tersebut.

8.      Proses dan Perkembangan Kebudayaan


Kebudayaan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia, untuk
kepentingan manusia itu sendiri karena kebudayaan diciptakan oleh manusia dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan
kelompok-kelompok lainnya dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melalui
proses difusi (persebaran unsur-unsur kebudayaan). Hal terpenting dalam proses perkembangan
kebudayaan adalah dengan adanya kontrol sosial sehingga dapat memilah-milah mana
kebudayaan yang sesuai dengan penganut kebudayaan tersebut dan mana yang kebudayaan yang
tidak sesuai (akulturasi).

9.      Beberapa Problematika Kebudayaan antara lain :


a.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Misalnya, keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun
temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan mininggalkan kampung
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani, padahal hidup mereka umumnya miskin.
b.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang.
Hambatan ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Misalnya,
program keluarga berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki.
c.       Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
1)      Upaya pemerintah untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam
banyak mengalami kesulitan, karena kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang baru hidup
akan lebih sengsara dibanding tempat yang lama.
2)      Masyarakat yang sulit menerima program-program pembangunan dari pemerintah dikarenakan
masyarakatnya yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
3)      Sikap tradisionalisme  yang berprasangka buruk pada hal-hal baru, sikap yang sangat
mengagung-agungkan budaya tradisional dan menganggap budaya modern atau hal-hal baru
akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
4)      Sikap etnosentrisme,  sikap yang mengagung-agungkan budaya suku bangsanya sendiri  dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
5)      Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, seringkali disalahgunakan oleh manusia.
Misalnya, nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia (perang).
6)      Cultural Shock (gagap budaya), apabila manusia tidak bisa menyesuaikan dan beradaptasi
dengan budaya lain atau dengan hal-hal yang baru. Sehingga menimbulkan keraguan dan
kecanggungan.

B.     BUDAYA LOKAL
1.      Pengertian
8
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984) Budaya artinya sebagai “pikiran, akal,
budi”. Sedangkan budaya lokal adalah budaya yang dimiliki masyarakat-masyarakat lokal
didalam daerah tersebut. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang mendiami wilayah dengan
batas-batas geografis, seperti gunung, laut, sungai, lembah atau batas-batas buatan manusia
seperti tugu dan gapura.
Keanekaragaman suku bangsa itu dapat kita lihat dalam bentuk pakaian adat, rumah adat,
tarian daerah, lagu daerah, alat musik daerah, adat istiadat/tempat upacara, serta makanan khas
daerah.[3]
Budaya diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya dalam suatu masyarakat yang
dianggap perlu untuk diteruskan, bila memungkinkan masyarakat dapat menganggap hal-hal
tertentu ada yang perlu diubah atau diperbaiki dalam budaya tersebut.
Fungsi budaya adalah membantu manusia dalam beradaptasi dengan kondisi-kondisi
yang diperlukan ketika mereka hidup dilingkungan masyarakat. Budaya disampaikan dari mulai
lingkungan terdekat dengan individu seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar, sekolah,
lembaga agama, media, pemerintah dan seterusnya.

2.      Macam-macam Norma dalam Masyarakat


Manusia didalam masyarakat tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku. Aturan tersebut
yang sering disebut norma. Dengan demikian norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati
dan memberi pedoman bagi perilaku anggotanya dalam mewujudkan sesuatu yang dianggap
baik.
Norma-norma dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda,
mulai dari norma yang rendah, sedang sampai yang terkuat dalam masyarakat.
Norma ditempatkan dalam beberapa tingkatan yang berbeda, yaitu :
a.      Cara (usage) adalah norma yang paling lemah daya mengikatnya dengan sanksi yang sangat
ringan terhadap pelanggarnya. Misalnya, cara makan dengan menggunakan tangan kiri atau
makan sambil berdiri. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan dan mendapat
cemoohan dari orang lain.
b.      Kebiasaan (folkways) adalah cara bertindak yang digemari masyarakat sehingga dilakukan
berulang-ulang oleh banyak orang. Misalnya, mengucapkan salam bila bertemu, kebiasaan
berjabat tangan. Jika kebiasaan ini dilanggar, orang lain tak akan bereaksi dengan memberikan
sanksi. Umumnya orang hanya memberikan toleransi tinggi terhadap kelakuan yang tak sesuai
dengan kebiasaan ini.
c.       Tata kelakuan (mores) adalah norma yang bersumber dari ajaran agama yang dianut oleh
masyarakat. Tata kelakuan memaksa sesuatu perbuatan sekaligus melarang perbuatan tertentu.
Misalnya, berjudi, berpakaian sangat minim. Pelanggaran atas norma ini diberikan sanksi yang
agak berat seperti dikucilkan  secara diam-diam dari pergaulan.
d.      Adat istiadat (custom) adalah aturan yang sudah menjadi tata kelakuan dalam masyarakat yang
bersifat kekal dan sangat kuat mengikatnya. Anggota yang melanggar adat istiadat ini biasanya
akan menerima sanksi yang keras. Misalnya, hukum adat yang melarang perceraian antara suami
dan isteri di daerah Lampung, sanksinya bahkan dapat dikeluarkan dari lingkungan
masyarakatnya.

3
Bambang GN dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 4, Jakarta; Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. hlm 50

9
C.    TOLERANSI SOSIAL
1.      Pengertian
Toleransi sesungguhnya berkembang dalam kerangka adanya keberagaman, utamanya
adalah keberagaman agama dan budaya termasuk di dalamnya kebiasaan-kebiasaan, tradisi atau
adat istiadat yang menyertainya. Toleransi adalah harmoni dalam perbedayaan.

2.      Manusia sebagai Mahluk Individu


Manusia sebagai mahluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dapat dikatakan sebagai mahluk individu manakala unsur-
unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Mahluk individu dalam hal ini adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan
juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik tentang dirinya.

3.      Manusia sebagai Mahluk Sosial


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain, yang artinya
manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi
dan berinteraksi dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta
meningkatkan kesejahterahan hidupnya demi kelangsungan hidup.
Ada beberapa kontak sosial yang dapat kita pelajari diantaranya adalah:
a.       Kontak sosial menurut Cara atau Metode
1)   Kontak sosial Primer
Tipe ini melibatkan sedikitnya dua orang untuk saling memberikan dan menerima informasi.
2)   Kontak sosial sekunder
Kontak sosial sekunder adalah hubungan minimal dua orang dengan alat bantu.
b.      Kontak sosial menurut Jumlah Pelaku
1)   Kontak sosial Antarindividu
Model kontak sosial antar pribadi dengan kepentingan intern pribadi tersebut.
2)   Kontak Sosial Antarkelompok
Kontak sosial model ini dilakukan dengan dasar komunal. Arti komunal adalah bersama-sama
dan melibatkan banyak orang.
3)   Kontak Sosial Antarkomunal dan Individu
Bentuk sosial ini sering dilakukan dalam lingkup kepemimpinan.[4]
Toleransi sosial merupakan kebutuhan individu atau kelompok dalam menata kehidupan
dalam bermasyarakat, pengertian toleransi mengacu pada gagasan dan komitmen individu atau
kelompok yang mendorong sikap dan perilaku mereka dalam mewujudkan kehidupan bersama
secara harmonis dan rukun. Toleransi sosial dilandasi oleh nilai-nilai kultural yang dipegang dan
disepakati individu atau kelompok dalam menanggapi perbedaan dan pluralitas
budaya (keragaman budaya).
            Adapun syarat untuk membangun kerukunan atau toleransi umat beragama dapat di
tempuh melalui beberapa cara antara lain:
a.       Membentuk forum bersama antar umat beragama yang efektif mulai dari tingkat provinsi
sampai ketingkat desa.
4
Roger Pakpahan, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS VII, Jakarta; Pusat Perbukuan, kementrian Pendidikan nasional, 2010. hlm 51-
52

10
b.      Memfungsikan ikatan dan rasa kekeluargaan dikalangan sesama warga masyarakat.
c.       Membangun kesadaran untuk menghargai dan saling memerlukan antar kelompok masyarakat
dan kehendak mewujudkan kehidupan umat beragama yang rukun demi keutuhan dan
berlangsungnya kehidupan berbangsa dan bernegara.[5]

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kebudayaan sebagai segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam,
manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya, yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa).
Perwujudan Kebudayaan
a.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kesatuan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan
peraturan
b.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kesatuan aktivitas serta tindakan berpola yang dilakukan
manusia dalam suatu masyarakat.
c.       Wujud kebudayaan sebagai suatu benda-benda hasil karya manusia.
Klasifikasi Unsur Budaya
a.       Items.
b.      Traits.
c.       Kompleks Budaya (traits komplek).
d.      Aktivitas Budaya (culture activity).
e.      Budaya Menyeluruh (cultural universal).
Substansi (Isi) Utama Budaya
a.      Sistem Pengetahuan
b.      Nilai
Berguna dan Berharga (nilai kebenaran)
Indah (nilai estetika)
Baik (nilai moral atau etis)
Religius (nilai agama)
c.       Pandangan Hidup
d.      Kepercayaan
e.       Persepsi
Persepsi sensori
Persepsi telepati
Persepsi clairvoyance
Fungsi budaya adalah membantu manusia dalam beradaptasi dengan kondisi-kondisi
yang diperlukan ketika mereka hidup dilingkungan masyarakat.
Macam-macam Norma dalam Masyarakat
5
Eka B. Harsono, Kerukunan Umat Sebuah Kehormatan Bernegara, jakarta; Suara Pembaruan. 2005

11
a.       Cara (usage)
b.      Kebiasaan (folkways)
c.       Tata kelakuan (mores)
d.      Adat istiadat (custom)
          Ada beberapa kontak sosial yang dapat kita pelajari diantaranya adalah:
1.      Kontak sosial menurut Cara atau Metode
a.       Kontak sosial Primer
b.      Kontak sosial sekunder
2.      Kontak sosial menurut Jumlah Pelaku
a.       Kontak sosial Antarindividu
3.      Kontak Sosial Antarkelompok
4.         Kontak Sosial Antarkomunal dan Individu

B.     Saran
kebudayaan merupakan adat  manusia dalam menjalankan kehidupan. Sehingga
banyak menyangkut segala aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah ilmu pengetahuan.
Dengan demikian diharapkan agar penelitian-penelitian tentang keterkaitan dengan kebudayaan
dengan berbagai aspek –aspek yang lain sangat penting untuk dilakukan dan tidak terlepas dari
Al Qur’an dan hadits. 

Daftar Pustaka

Notowidagdo Rohiman, 2000. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta;


PT Raja Grafindo Persada.
Rochmadi Nur Wahyu, 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 2 SMK, Jakarta; Direktor
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
GN Bambang dkk, 2010, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 4, Jakarta; Pusat Perbukuan, Kementrian
Pendidikan Nasional.
Pakpahan Rogers dkk, 2010, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS VII, Jakarta; Pusat Perbukuan,
Kementrian Pendidikan Nasional.
http://qiekypresika.blogspot.com/2012/09/pengantar-ilmu-sosial-kebudayaan.html
Eka B. Harsono, 2005, Kerukunan Umat Sebuah Keharusan bernegara, Jakarta; suara
Pembaruan.

12

Anda mungkin juga menyukai