Anda di halaman 1dari 6

Tugas

METODOLOGI PENELITIAN
DAMPAK ABRASI PANTAI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
(STUDI KASUS DI DESA TANJUNG PINANG KECAMATAN KUSAMBI
KABUPATEN MUNA BARAT)

DISUSUN OLEH

ZAINAL
E1G117014

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAMPAK ABRASI PANTAI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
(STUDI KASUS DI DESA TANJUNG PINANG KECAMATAN KUSAMBI
KABUPATEN MUNA BARAT)

ABSTRACT

Abrasi di sepanjang wilayah pantai tanjung pinang ( muna barat)


semakin parah,. Dalam tujuh tahun terakhir, tren abrasi di pesisir Laut, sekitar
kawasan tanjung semakin meningkat. Pada tahun 2002 Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mencatat 145,50 hektar pantai di Demak
tergerus erosi. Kerusakan pantai ini semakin parah hingga lima kali lipat pada
tahun 2005, mencapai 758,30 hektar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji dampak abrasi
lingkungan sosial yang terjadi di tanjung pinang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan mempertimbangkan pendapat,
pemikiran, persepsi dan interpretasi pejabat yang berwenang terkait dengan
masalah yang diteliti. Snowball sampling digunakan sebagai teknik untuk
mengumpulkan data. Informan adalah seseorang yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Sebagian besar informan merupakan informan yang
tinggal atau pernah tinggal di lokasi penelitian dan terkena dampak langsung
abrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Dinamika populasi dari tahun ke
tahun sejak terjadinya abrasi cenderung menurun. Hal ini dikarenakan
perpindahan penduduk akibat hilangnya atau rusaknya tanah tempat tinggal
mereka yang telah menjadi laut (tergenang permanen) 2. Masyarakat sosial
ekonomi yang semula bekerja di sektor pertanian (pertanian, akuakultur)
mengalami perubahan, baik dalam mata pencaharian mereka dan 3. Masyarakat
yang tinggal di sana tetap ingin tetap tinggal di sana meskipun intensitas abrasi
keberlanjutan pemukiman tidak disarankan.
Kata Kunci: Abrasi, Dampak Sosial
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai
sepanjang 81.000 km. Selain menempati wilayah yang sangat luas, kawasan
pesisir yang terdiri dari berbagai ekosistem pendukung seperti ekosistem hutan
mangrove, terumbu karang, padang lamun dan lahan basah tersebut memiliki
keanekaragaman hayati dan berbagai sumber daya alam seperti ikan, dan bahan-
bahan tambang yang bernilai tinggi. Kemudahan akses terhadap kawasan pesisir
cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir di tahun-tahun
mendatang, baik dalam hal pemanfaatan sumberdaya ekonomi maupun
pemanfaatan ruang.Selain itu, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah fakta
yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia bermukim
di kawasan pesisir, Secara ekonomis pantai dapat memberikan pendapatan kepada
Negara dan penduduk karena pantai sangat berpotensi sebagai daerah penghasil
ikan, wisata,(Damaywanti, 2013).
kegiatan industri, pemukirnan, pelabuhan, pertambangan, konservasi lahan dan
lain-lain. Tetapi dengan adanya proses dan tenaga yang bersifat alami atau
non alami maka pantai akan mengalami perubahan, salah satunya adalah adanya
perubahan garis pantai. Wilayah pesisir cenderung mengalami tekanan
penggunaan yang berlebihan oleh aktifitas kehidupan manusia, terutama
permukiman, industry dan berbagai kegiatan ekstraktif lainnya. Baik secara
langsung maupun tidak langsung berbagai bentuk aktifitas tersebut dapat
mengubah keseimbangan proses alami diwilayah pesisir sehingga menimbulkan
dampak terjadinya kerusakan.(Solihuddin, n.d.)
Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan.
Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari
berbagai aktivitas dan fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena
fenomena yang terjadi di daratan seperti erosi, banjir, dan aktivitas yang dilakukan
seperti pembangunan pemukiman, pembabatan hutan untuk persawahan,
pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya memberi dampak pada
ekosistem pantai. Demikian pula fenomena fenomena di lautan seperti pasang
surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Damaywanti, 2013).
Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai,
(suprianto, 2013). menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di wilayah
pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses- proses alami dan non alami
(kegiatan manusia) baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Proses- proses
hidrooseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh antara lain,
hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena pasang surut yang
kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim. Fenomena alami dari darat yang
ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara lain erosi dan
sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan arus aliran sungai.
(Damaywanti, 2013).
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat
di berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan
(pantai) akibat aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini
pemadatan daratan mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut
sehingga garis pantai berubah. Pantai dikatakan mengalami abrasi bila angkutan
sedimen yang terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah
sedimen yang terangkut ke luar dari titik tersebut (suwadi, 2006)
Salah satu daerah yang mengalami abrasi adalah pantai di desa tanjung
pinang kab. Muna barat Di daerah tersebut permasalahan yang terjadi khususnya
menyangkut penurunan fungsi lahan dikarenakan abrasi pantai, dan penggenangan
air laut di kawasan tambak seluas yang selama ini tergenang dan kemudian Erosi
Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat di berbagai
daerah. Berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan ini mengancam
kelestarian usaha dan atau mata pencaharian penduduk (hadi, 2006).
Pengetahuan tentang dampak lingkungan sosial abrasi menjadi sangat
penting diketahui sebagai salah satu cara untuk dapat menjadi arahan penyusunan
kebijakan dan strategi mitigasi. Karena dari tahun ketahun perambatan abrasi
menjadi ancaman serius dan pasti akan terus merambah ke wilayah daratan.
Namun disisi lain masyarakat disana masih banyak yang ingin tetap bertahan.
1.2 Rumusan Masalah

1) bagaimana pengaruh abrasi terhadap lingkungan social d wilayah pesisir


desa tanjung pinang..?
2) factor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadiya abrasi pantai…..?
3) bagaimana cara pemerintah menangulangi terjadiya abrasi pantai….?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi dampak lingkungan
sosial yang timbul akibat abrasi di Desa tanjung pinang kecamatan kusambi kab.
Muna barat serta mengkaji faktor faktor yang menyebabkan masyarakat terus
bertahan untuk bertempat tinggal dan hidup di daerah rawan bencana abrasi.

1.4 Manfaat Penelitian.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat semua pihak
baik manfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian ini sebagai berikut:

1. secara teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat menambah khasanah keilmuan
pada dunia pembelajaran penduduk.

2. secara praktis
a. bagi penduduk
manfaat penelitian ini bagi penduduk yaitu dapat melihat hasil perubahan
lingkungan yang terdampak abrasi terhadap setelah dilakukannya pemberdayaan
penduduk.
b. bagi pemerintah
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kebijakan, serta dapat
meningkatkan kepedulian pemerintah terhadap penanggulangan abrasi.
c. bagi penulis
penelitian ini secara praktis dapat menambah pengalaman kepada peneliti
di bidang akademis, serta peneliti dapat mengetahui upaya yang bisa dilakukan
dalam penanggulangan abrasi. Selanjutnya peneliti dapat mengaplikasikan upaya
tersebut di daerah lain yang terdampak abrasi.

Anda mungkin juga menyukai