OLEH KELOMPOK I
YESMIEL BOIMAU
JUWINDA HONIN
DELAYA M. SMAUT
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai Deteksi dini
komplikasi dan penanganan awal kegawatdaruratan pada , NEONATUS, BAYI dan
BALITA dengan baik walapun masih banyak kekurangan di dalamnya..
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan kita mengenai Fleksibel dalam kehidupan, disiplin dan
tepat waktu. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang akan
berperan penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan menjadi
modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif.
Untuk itu asuhan tidak hanya diberikan pada ibu saja , tetapi juga sangat
diperlukan asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL). Masa bayi baru lahir atau
yang disebut neonatus merupakan masa yang rentan terhadap gangguan
kesehatan dan merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup
kedepannya. Menurut Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang memerlukan
penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian dari kehidupan
intrauteri ke kedhidupan ekstrauteri) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk
dapat hidup dengan baik. Normalnya neonatus akan melalui proses adaptasi
karena adanya perubahan lingkungan dari intrauterin ke ekstrauterin seperti
adanya penyesuaian terhadap suhu lingkungan, pernafasan dan sistem hepatika.
Namun jika neonatus tidak dapat melakukan adaptasi dengan baik maka
neonatus akan mengalami keadaan patologi seperti hipotermi, gangguan
pernafasan dan ikterus yang merupakan penyebab AKN paling banyak di
Indonesia. Komplikasi neonatus tersebut dapat terjadi karena beberapa 1 2
penyebab, berdasarkan usia neonatus 0-6 hari penyebabnya adalah gangguan
pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus
(6%), post partum (3%), dan kelainan konginental (1%). Penyebab kematian
neonatal 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan konginental (19%),
pneumonia (17%), Respiratory Distress Syndrome/RDS (14%), prematuritas
(14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%),tetanus (3%), defisiensi nutrisi (3%) dan
Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Selain itu juga terdapat penyebab
lain seperti kesehatan ibu, kondisi sosial ekonomi, praktek kesehatan masyarakat
dan mutu pelayanan kesehatan.
Melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi,
maka setiap neonatus harus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Langkah ini dilakukan untuk menemukan secara dini terdapat penyakit atau
tanda bahaya pada neonatus sehingga pertolongan dapat segera diberikan. Bidan
sebagai tenaga kesehatan berperan dalam kesehatan ibu dan anak sepanjang
siklusnya, berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya kelangsungan hidup,
perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak Indonesia. Upaya tersebut
dapat berupa pemberian pelayanan kesehatan neonatus secara komprehensif
berkelanjutan sesuai standart oleh tenaga kesehatan yang kompeten pada
neonatus setidaknya 3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Kunjungan pertama (KN
1) dilakukan saat neonatus berumur 6-48 5 jam, kunjungan kedua (KN 2 ) saat
neonatus berumur 3-7 hari dankunjungan ketiga (KN 3) saat neonatus berumur
28 hari. Upaya asuhan komprehensif dan berkelanjutan ini diharapkan dapat
mendeteksi adanya permasalahan secara dini pada neonatus, dilihat dari
berbagai aspek yang ada di sekeliling neonatus baik aspek keluarga, sosial,
ekonomi dan budaya. Dengan upaya tersebut maka masalah-masalah pada
neonatus dapat ditangani dengan segera dan akan dapat dicegah sehingga AKN
menurun.
B. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan referensi dan tambahan
wawasan terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses pembelajaran
mata kuliah ASKEB NEONATUS dalam pokok bahasan Deteksi dini komplikasi
dan penyulit Pada neonatus bayi dan balita. Selain itu pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah ASKEB neonatus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan (KMS, Grafik Pertumbuhan Bayi
(WHO))
1. Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah alat yang penting untuk memantau
tumbuh kembang anak. Aktivitas pemantauan ini tidak hanya menimbang dan
mencatat saja, melainkan juga harus menginterprestasikan tumbuh kembang
anak kepada ibunya, sehigga ibu memahami bahwa pertumbuhan anak dapat
diamati dengan cara menimbang teratur tiap bulan. David morley merupakan
pelopor penggunaan kartu pertumbuhan anak “road to health chart” pada tahun
1975 di Nigeria. KMS merupakan gambar kurva berat badan anak usia 0-5
tahun terhadap umurnya. Kartu ini berisi catatan penting berupa riwayat
kelahiran, imunisasi dan pemberian ASI. Morley menambahkan 4 patokan
sederhana perkembangan psiko-motorik pada KMS nya, ibu juga dapat
mengetahui juga tingkat perkembangan anaknya yaitu: · Kemampuan duduk
(5-9,5 bulan) · Berjalan kurang lebuih 10 langkah tanpa bantuan (9-18,5
bulan) Mengucapkan sepatah kata (10-21 bulan) · Kemampuan berbahasa
beberapa kata (18,5 bulan sampai 3 tahun) Garis acuan baku yang digunakan
pada KMS Morley memakai persentil sesuai dengan International Centre UK
Study, yaitu: · Garis atas adalah persentil ke-50 BB rata-rata anak laki-laki ·
Garis bawah adalah persentil ke-3 BB anak wanita Garis pada kurva
pertumbuhan berfungsi ganda, yaitu: · Sebagai tanda persentasi/persentil
tertentu · Petunjuk arah yang harus dicapai oleh grafik BB anak · Arah A =
baik · Arah B = kurang baik, memerlukan perhatian khusus · Arah C =
memerlukan tindakan segera · Arah D = ibu harus diberi pujian atas
keberhasilan menaikkan kembali berat badan anaknya searah kurva
pertumbuhan normal Tujuan pemantauan pertumbuhan fisik anak: · Agar
pertumbuhan mudah diamati · Menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu
terhadap petumbuhan anak · Meningkatkan lingkungan yang layak untuk
pertumbuhan anak · Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan
anak · Menemukan seawal mungkin gejala gangguan. WHO mengeluarkan
sebuah kurva pertumbuhan standar yang menggambarkan pertumbuhan anak
umur 0-59 bulan di lingkungan yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan
optimal anak. Untuk membuat kurva pertumbuhan ini, WHO melakukan
penelitian multisenter pada tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan untuk
menggambarkan pertumbuhan anak yang hidup di lingkungan yang tidak
memiliki faktor penghambat pertumbuhan. Data dikumpulkan dari 6 negara
yaitu Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan Amerika. Penelitian ini
terdiri atas dua bagian; pertama adalah penelitian longitudinal (subyek diikuti
dari lahir sampai usia 2 tahun); dan kedua adalah penelitian cross-sectional
(pada anak usia 1,5 sampai 5 tahun). Panjang badan diukur pada posisi tidur
telentang untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2 tahun tinggi badan
diukur sebagai tinggi berdiri
Penelitian longitudinal Pada awal penelitian terdapat 1737 subyek yang
memenuhi kriteria penelitian, namun data yang digunakan adalah data 882
subyek yang menyelesaikan penelitian ini. Subyek diberi makan sesuai dengan
rekomendasi WHO yaitu mendapat ASI sampai usia 12 bulan dan mendapat
makanan tambahan setelah berumur 6 bulan. Ibu subyek penelitian tidak
merokok.
Penelitian cross-sectional Subyek diambil dari strata demografik yang sama
dengan subyek penelitian longitudinal. Terdapat 6669 subyek usia 18-71 bulan
yang masing-masing dinilai dalam satu kali pengukuran. telah menetapkan
untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5 tahun dapat
menggunakan kurva pertumbuhan WHO. Adapun kurva pertumbuhan WHO ini
dibedakan antara anak perempuan dan laki-laki. Jenis-jenis kurva pertumbuhan
WHO yaitu Panjang badan menurut usia, Berat badan menurut usia, Berat badan
menurut panjang badan (0-2 tahun) ,Berat badan menurut tinggi badan (2-5
tahun), Indeks massa tubuh menurut usia, Lingkar kepala menurut usia, Lingkar
lengan atas menurut usia, Lipatan kulit subskapular menurut usia · Cara
Menggunakan Grafik Pertumbuhan WHO Tentukan umur, panjang badan (anak
di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun), berat badan. Tentukan
angka yang berada pada garis horisontal/mendatar pada kurva. Garis horisontal
pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan
panjang/tinggi badan, Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus
pada kurva. Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
panjang/berat badan, umur, dan IMT, Hubungkan angka pada garis horisontal
dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik temu (plotted point).
Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva
pertumbuhan WHO.
B. Deteksi Dini Untuk Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus
Deteksi dini untuk komplikasi pada bayi baru lahir dan neonatus dengan melihat
tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut:
Infeksi bakteri
Kejang
Ikterus
Diare
Hipotermi
Tetanus neonatorum
Masalah pemberian ASI
Trauma lahir
Sindroma gangguan pernafasan
Kelainan congenital
Prematuritas Dan BBLR
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan menjadi :
BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila lahir berat lahir kurang dari 1.500
gram,
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram.
Sedangkan bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari usia kehamilan
37 minggu.
Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah multifaktorial, antara lain asupan
gizi ibu sangat kurang pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam
kandungan (janin tumbuh lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu,
trauma, dan lainnya
Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia neonatorum,
hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan syaraf.
Diantara episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau
masih normal. Spasme pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang,
tetapi kedua hal tersebut harus dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.
Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14, tidak
disertai tanda dan gejala ikterus patologis
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak
terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga.
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl
(Kosim, 2008).
Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC pengukuran
dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
1. Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
2. Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin,
seperti pada waktu menimbang bayi.
3. Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
4. Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena
pintu, jendela terbuka.
Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum Adalah penyakit yang dideritaolehbayibarulahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebabkejang yang seringdijumpaipada BBL
yang bukan karena trauma Kelahiran atauasfiksia, tetapi disebabkan infeksiselama
masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptic (IlmuKesehatanAnak, 1985)
Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama
kehidupan. Indikator terpenting bahwa di perlukan resusitasi ialah kegagalan nafas
setelah bayi lahirS
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di indonesia oleh karena itu kita
sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini adanya komplikasi pada
bayi baru lahir neonatus babyi dan balita sehingga kita dapat membuat
perencanaan dan penatalaksanaan dari komplikasi tersebutsehingga dapat
memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah terjadinya kematian.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah penatalaksanaan
yang sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada akhirnya akan
dapatmenurunkan angka kematian Bayi baru lahir.
Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan
dapat mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di
lapangan.
Bagi Institusi
Pendidikan Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam
membimbingmahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan bagi pasien,
sehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah
diperolehnya.
Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan
baik berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya
DAFTAR PUSTAKA
Soejatmiko. 2018. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.Sari
Pediatri. Soetjaningsih. 2017. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Yulifah. 2019. Konsep Kebidanan. Malang: SalembaMedika Soetjiningsih,
2016. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2018. Aulia Fadhli, 2018
Departemen kesehatan RI 2016