Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL III

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh :

Cahaya Gumelar Permana Kusumah

NIM. 043450043

UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA


Tugas.3
TUGAS 3 TUTON HKUM4312/HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Kasus 1:

Kasus tenggelamnya Kapal Feri KMP Gurita milik Dirjen Perhubungan Darat pada Januari
1996. Pada saat kejadian Kapal Feri KMP Gurita mengangkut 378 penumpang yang sebagian
besar adalah warga kota Sabang yang mudik untuk menyambut tradisi menjelang puasa. 
Kapal tersebut memiliki kapasitas 210 orang, namun ternyata jumlah penumpang pada saat
itu 378 orang, itupun diperparah dengan muatan barang yang mencapai 50 ton. Ironisnya
operator pelabuhan yang mengetahui hal ini tetap memberikan ijin berlayar dengan asumsi
pengguna jasa dapat sampai ke tempat tujuan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan tidak
terlambat. Ternyata kapal tersebut tenggelam, lokasi kejadiannya sekitar 5-6 mil laut dari
perairan Teluk Balohan kota Sabang

Pertanyaan 1: Analisis keputusan operator pelabuhan benar atau salah dalam memberikan
ijin berlayar dalam hukum perlindungan konsumen!

Kasus 2:

Berdasarkan iklan yang terdapat di media online detik dan Kompas, suatu pabrikan otomotif


mengeluarkan merek kendaraan terbarunya ke khalayak umum melalui iklan media online
untuk menarik minat para konsumen dengan memblow up keunggulan mobil tersebut terkait
konsumsi bbm untuk jarak tempuh 21,8 km cukup dengan 1 liter bensin saja. Informasi
serupa terdapat di brosur kendaraan tersebut. Melihat keunggulan kendaraan tersebut yang
sangat irit bbm Maya berkeyakinan membeli satu unit untuk dipakai sehari-hari.  Setelah 1
(satu) minggu dipakai oleh Maya ternyata konsumsi bbm kendaraan yang ia beli tersebut
sangat tidak sesuai dengan iklannya, setelah dicoba sendiri oleh maya 1 liter hanya bisa
menempuh10 km saja, perbandingannya sangat jauh dari harapan Maya pada waktu membeli
kendaraan tersebut,

Pertanyaan 2: Dalam contoh kasus di atas bagaimana bentuk penyelesaian sengketa


konsumen di luar pengadilan! Uraikan jawaban Anda

Kasus 3:

Kasus  pada  Putusan  Pengadilan Negeri  Surabaya  register  Nomor 82/Pdt.Sus-


BPSK/2011/PN.Sby tangal   15   Agustus   2011   sengketa antara     PT. Federal International
Finance  selaku  Pemohon  Keberatan Melawan    Abdul    Hakim    selaku  Termohon 
Keberatan,  dimana sengketa  ini  muncul  dilatarbelakangi oleh adanya hubungan hukum
perjanjian    (Perjanjian    Pembiayaan Konsumen) dan ingkar janji/wanprestasi    dari   
salah    satu pihak konsumen Abdul Hakim yang tidak melakukan sebagaimana     yang    
diperjanjikan, dalam perkara ini BPSK mengabulkan seluruh permohonan termohon, dan
kasus dimenangkan oleh pihak termohon keberatan. Pada saat itu pihak konsumen
mengajukan gugatan ke BPSK kabupaten Malang, sedangkan fakta – fakta yang ada para
pihak  telah  sepakat  dalam  perjanjian pembiayaan konsumen nomor
9018917486/PK/05/14   yang   isinya penyelesaian   sengketa   para   pihak dilakukan   di  
Pengadilan   Negeri. 

Pertanyaan 3: Sudah tepatkah putusan BPSK dalam kasus di atas dalam melaksanakan
tugasnya untuk menyelesaikan sengketa konsumen, silahkan Anda analisis dengan prespektif
hukum perlindungan konsumen !

Selamat Mengerjakan Tugas

Jawaban :
1. Menurut saya Operator Pelabuhan salah memberikan keputusan, karena dengan
keputusan yang dilakukan operator tersbut telah menyalahi aturan yang ada. Dmana
penumpang melebih daripada kapasitas yang menyebabkan kapal tersebut tenggelam.
2. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui proses penyelesaian di luar pengadilan
Terkait dengan aspek hukum yang berlaku dalam transaksi jual beli secara online
terutama dalam upaya untuk melindungi konsumen, adanya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan ketentuan-ketentuan yang
mengakomodasi tentang perdagangan elektronik yang merupakan salah satu ornament
utama dalam bisnis. Transaksi jual beli secara online seperti layaknya suatu transaksi
konvensional dimana menimbulkan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan
konsumen. Di dalam pemenuhan hak dan kewajiban ini tidak selamanya mulus.
Sehingga dimungkinkan terjadinya sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. 5 Jika
pelaku usaha dan konsumen sama-sama berada di wilayah negara Republik Indonesia
maka penyelesaian sengketa dapat di lakukan menurut cara penyelesaian sengketa yang
ada di UU ITE yang terdapat pada pasal 38 ayat 1 yang menyatakan bahwa: “Setiap
Orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem
Elektronik dan/atau menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian.”
Dengan demikian konsumen dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada pihak
penyelenggara atau pelaku usaha bisnis secara online yang mengakibatkan adanya
kerugian pada konsumen. Namun, pemerintah juga menyediakan suatu badan untuk
membantu para konsumen dalam menyelesaikan sengketanya dengan pelaku usaha yang
dapat dilakukan dengan penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Dapat dilihat pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tidak
memberikan definisi tentang sengketa konsumen. Namun yang pasti namanya sengketa
bisa saja terjadi antara konsumen dengan pelaku usaha. Suatu sengketa dapat
mengakibatkan kerugian bagi konsumen maupun pelaku usaha. Dengan demikian suatu
permasalahan atau sengketa yang menyangkut para pihak harus dapat diselesaikan. Suatu
sengketa konsumen berdasarkan UUPK dapat diselesaikan dengan 2 cara yaitu:
1. Pengadilan Setiap konsumen yang dirugikan atau terlibat pada suatu sengketa dapat
menyelesaikan sengketanya melalui lembaga peradilan umum. Penyelesaian sengketa
terhadap konsumen melalui pengadilan ini merujuk pada ketentuan tentang peradilan
umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan pasal 45 UUPK
2. Diluar Pengadilan (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) Suatu sengketa
konsumen disamping dapat diselesaikan melalui pengadilan, dapat pula diselesaikan
di luar pengadilan melalui BPSK yang melaksanakan penanganan dan penyelesaian
sengketa konsumen. Dalam hal ini peran BPSK dalam tugas dan penyelenggaraannya
pada perlindungan bagi konsumen merupakan ujung tombak di lapangan untuk
memberikan suatu perlindungan kepada konsumenyang telah dirugikan. Bagi
konsumen yang merasa hak-haknya telah dirugikan dapat mengajukan permohonan
penyelesaian sengketa konsumen ke sekretariat BPSK. Ketentuan yang mengenai tata
cara permohonan penyelesaian sengketa konsumen diatur dalam pasal 15 SK
Menperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10 Desember 2001tentang
pelaksanaanTugas dan Wewenang BPSK. Prinsip tata cara penyelesaian sengketa
konsumen (PSK) antara lain :
1. Melalui konsiliasi Ketentuan pada pasal 1 angka 9 SK Menperindag Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 mendefinisikan mengenai konsiliasi adalah proses
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan BPSK untuk
mempertemukan para pihak yang bersengketa dan penyelesaiannya diserahkan
kepada para pihak. Konsiliasi merupakan salah satu pilihan dalam menyelesaikan
sengketa konsumen yang berada di luar pengadilan yang sebagai perantaranya adalah
BPSK.
2. Mediasi Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 butir 10 SK Menperindag Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 mendefinisikan mediasi merupakan suatu proses penyelsaian
sengketa konsumen yang berada diluar pengadilan denga perantaranya BPSK yang
dimana hanya sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak
yang bersengketa. Penyelesaian sengketa ini yang dimana inisiatifnya datang dari
satu pihak atau para pihak dengan didampingi oleh majelis BPSK sebagai mediator
atau perantara yang bersifat aktif. Bedanya dengan cara konsiliasi, yang dimana
Majelis BPSK sebagai perantara bersifat pasif.
3. Arbitrase Penyelesaian sengketa konsumen dimana para pihak memberikan
sepenuhnya kepada Majelis BPSK untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa
yang terjadi. Ketiga cara 7penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana disebutkan
diatas yang didasarkan oleh pilihan dan persetujuan para pihak yang bersengketa dan
bukan proses penyelesaian sengketa secara berjenjang. Jadi para pihak berhak
memilih melalui proses bagaimana dalam menyelesaikan sengketa atau
pemasalahannya. (Pasal 4 dan Pasal 2 SK Menperindag No. 350/MPP/Keo/12/2001).
Hasil dari musyawarah mengenai penyelesaian sengketa baik secara konsiliasi
maupun mediasi dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dituangkan dalam bentuk
keputusan BPSK, selambatlambatnya 21 hari kerja sejak permohonan diterima di
sekretariat BPSK.
3. Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) diatur dalam UUPK No. 8
Tahun 1999 Bab XI Pasal 49 sampai Pasal 58. Pada Pasal 49 ayat (1) dinyatakan bahwa
pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II
untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan ini merupakan
peradilan kecil (Small Claim Court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan
keputusan secara cepat,sederhana dan dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan.
Disebut cepat karena harus memberikan keputusan dalam waktu maksimal 21 hari kerja (
Pasal 55), dan tanpa ada penawaran banding yang dapat memperlama proses pelaksanaan
keputusan (Pasal 56 dan Pasal 58). Sederhana karena proses penyelesaiannya dapat
dilakukan sendiri oleh pihak yang bersengketa, dan murah karena biaya yang dikeluarkan
untuk menjalani proses persidangan sangat ringan. Keanggotaan BPSK terdiri atas unsur
pemerintah, unsur konsumen,dan unsur pelaku usaha,yang masing-masing unsur diwakili
oleh 3-5 orang, yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Pasal 49 ayat(3) dan ayat
(5)UUPK ). Tugas dan wewenang BPSK berdasarkan ketentuan Pasal 52 UUPK antara
lain, Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara
mediasi, arbitrase dan atau konsiliasi. Untuk menindaklanjuti ketentuan undang-undang
tersebut,Menteri Perindustrian dan perdagangan RI telah mengeluarkan SK No.
350/MPP/Kep/12/2001 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian
sengketa konsumen oleh BPSK diselesaikan melalui cara konsiliasi atau mediasi atau
arbitrase, yang dilakukan atas dasar pilihan dan persetujuan para pihak yang
bersangkutan, dan bukan merupakan proses penyelesaian sengketa secara berjenjang
(Pasal 4 UUPK). Prosedurnya cukup sederhana, konsumen yang bersengketa dengan
pelaku usaha bisa langsung datang ke BPSK Provinsi dimana mereka berada dengan
membawa permohonan penyelesaian sengketa, mengisi form pengaduan dan juga berkas-
berkas/dokumen yang mendukung pengaduannya. Pihak-pihak yang berpekara di BPSK
tidak dikenai biaya perkara alias gratis. Sementara biaya operasional BPSK ditanggung
APBD. Selain bebas biaya, prosedur pengaduan konsumen pun cukup mudah, yaitu
hanya membawa barang bukti atau bukti pembelian/pembayaran, dan kartu identitas
(KTP). Formulir pengaduan disediakan di sekretariat BPSK. Pihak BPSK lalu akan
melakukan pemanggilan pada pihak-pihak yang bersengketa guna dipertemukan dalam
prasidang. Dari prasidang itu bisa ditentukan langkah selanjutnya apakah konsumen dan
pelaku usaha masih bisa didamaikan atau harus menempuh langkah-langkah
penyelesaian yang telah ditetapkan antara lain dengan konsiliasi, mediasi, atau arbitrase.
Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dalam bentuk kesepakatan yang dibuat
dalam perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa, yang
dikuatkan dalam bentuk keputusan BPSK (SK No. 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Pasal 6). Putusan yang dikeluarkan BPSK dapat
berupa perdamaian, gugatan ditolak, atau gugatan dikabulkan. Meski memiliki
kewenangan dalam memutuskan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha, tetapi
tidak banyak konsumen yang mau mempercayakan penyelesaian sengketanya kepada
BPSK. Hal ini disebabkan substansi pengaturan, prosedur dan mekanisme penyelesaian
sengketa banyak mengandung kelemahan dan saling bertentangan sehingga BPSK tidak
dapat berperan banyak dalam penyelesaian sengketa konsumen.
Sumber Referensi :
Buku Materi Pokok Hukum Perlindungan Konsumen Universitas Terbuka
Perlindungan Hukum Dan Penyelesaian Sengketa Konsumen Belanja Online Di Luar Pengadilan Oleh
Ni Komang Ayuk Tri Buti Apsari* Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kelalaian Pihak Dishub Yang Menyebabkan Kapal Tenggelam
Dan Menimbulkan Korban Jiwa Oleh Dian S Bayu Pamungkas Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai