Anda di halaman 1dari 14

POLITIK SEKSUALITAS NAZI DALAM NOVEL DER VORLESER

KARYA BERNHARD SCHLINK

Nazi’s Sexuality Politics in Bernhard Schlink’s Novel “Der Vorleser”

Cheryl Desyanti Rosyidah Antoni, Aquarini Priyatna, dan Safrina Noorman

Program Pascasarjana Sastra Kontemporer, Fakultas Ilmu Budaya,


Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor 45363,
Telepon: 081294645656, Pos-el: cheryl.antoni@gmail.com

Naskah masuk: 25 September 2014, disetujui: 20 Oktober 2014,


revisi akhir: 1 November 2014

Abstrak: Tulisan ini mengkaji tentang politik seksualitas Nazi yang terdapat dalam novel Der Vorleser
karya Bernhard Schlink. Teks novel ini menunjukkan adanya keterkaitan antara seksualitas dan politik.
Kajian ini dilandasi oleh teori Foucault yang membahas sejarah seksualitas dan kaitannya dengan negara,
serta teori mengenai politik seksualitas Nazi di Jerman yang dikemukakan Herzog. Hasil analisis
menunjukkan bahwa di dalam novel tersebut terdapat gambaran politik seksualitas Nazi, seperti pelarangan
aktivitas seksual remaja, sakralisasi aktivitas seksual, pengokohan identitas dan peran gender, serta
pelarangan hubungan di luar pernikahan. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa politik seksualitas
ini diterapkan oleh pemerintah Nazi dengan tujuan untuk menjaga kemurnian ras bangsa Jerman serta
menunjukkan superioritas bangsa Jerman terhadap bangsa lain.
Kata kunci: Der Vorleser, seksualitas, Nazi, ras, gender

Abstract: This paper examines Nazi’s politics of sexuality in the Bernhard Schlink’s novel “Der
Vorleser”. The novel shows that there is a relation between sexuality and politics. This study uses
Foucault’s theory on sexuality in relation with the state as well as Herzog’s theory on Nazi’s politic
of sexuality. The result of the research show that in the novel there are descriptions of Nazi’s
politics of sexuality, such as the prohibition on teenage sexuality, the sacralization of sexual
activity, the strengthening of identity and gender roles, and the prohibition of premarital sex.
Furthermore, the results of the analysis reveal that the sexuality politics is applied by the Nazi
government in order to maintain the purity of the German race and show German supremacy over
other nations.
Key words: Der Vorleser, sexuality, Nazi, race, gender

ensiklopedia penulis-penulis Jerman


1. Pendahuluan bergenre kriminalroman, disebutkan bahwa
pada tahun 1989 novelnya yang berjudul Die
Di awal kemunculannya dalam gordische Schleife mendapat penghargaan
kesusasteraan Jerman, nama Bernhard Glauser/Autorenpreis deutsche Kriminalliteratur
Schlink dikenal sebagai penulis kriminalroman, des SYNDIKATES, yaitu penghargaan
yaitu salah satu genre karya sastra dalam khusus untuk karya sastra bergenre
kesusasteraan Jerman yang di dalamnya kriminalroman. Kemudian pada tahun 1993,
terdapat unsur-unsur kejahatan, karyanya yang berjudul Selbst Betrug juga
pembunuhan, dan detektif. Dalam berhasil mendapat penghargaan dari
krimilexikon.de (2010), sebuah situs Deutschen Krimi Preis yang juga merupakan

159
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

penghargaan khusus di bidang karya sastra atau etnis lain yang disebut juga Holocaust.
kriminalroman. Yang menjadi korban Nazi adalah bangsa
Namun demikian, novel Der Vorleser Yahudi, kaum cacat mental dan fisik,
yang terbit pada tahun 1995 bukan bergenre homoseksual, dan narapidana dengan
kriminalroman. Melalui novel ini, Schlink tujuan membersihkan keturunan ras Arya
mengungkap permasalahan seksualitas dan dari keburukan-keburukan. Selain itu, orang
persoalan yang terkait dengan Afrika, saksi Yehova, Freemason, orang
pemerintahan Nazi. Novel ini menceritakan Kristen Timur, pendeta Protestan dan
hubungan percintaan tokoh utama Michael Katolik juga dibunuh (Yuma, 2010: 24).
Berg dengan seorang perempuan yang Ideologi Nazi tersebut kemudian
usianya 21 tahun lebih tua, bernama Hanna merambah kepada persoalan seksualitas.
Schmitz. Hanna merupakan seorang Menurut Nazi, demi terciptanya pemurnian
mantan tentara Nazi yang bertugas sebagai ras, seksualitas masyarakat Jerman pada
penjaga di salah satu kamp konsentrasi saat itu harus diatur dan diawasi.
terbesar di Eropa, yaitu Auschwitz. Kehidupan seksualitas pada masa
Sementara itu Michael adalah seorang pemerintahan Nazi bersifat represif dan
pelajar yang kemudian melanjutkan “pleasureless”. Lebih lanjut diungkapkan
pendidikannya di bidang hukum. bahwa seksualitas pada masa itu diawasi
Seksualitas yang tergambar melalui oleh “polisi” moral. Nazi memfokuskan
hubungan Michael dan Hanna saya hubungan seksual masyarakatnya pada
argumentasikan terkait dengan relasi seksual yang sopan. Oleh sebab itu,
permasalahan politik yang melingkupi Nazi juga mengklaim bahwa kehidupan
masyarakat. Cerita di dalam novel ini berkeluarga dan hubungan dalam lembaga
berlatar Jerman Pascaperang Dunia II atau pernikahan adalah martabat yang tepat.
masa setelah runtuhnya pemerintahan Sebagaimana dikemukakan Herzog
Nazi. Meskipun demikian, pengaruh (2005:1) dalam penelitiannya yang berjudul
kekuasaan Nazi di Jerman masih sangat Sexuality and German Fascism, kehidupan
kental, terutama yang terkait dengan seksual masyarakat Jerman saat itu diatur
wacana seksualitas. oleh pemerintah Nazi sebagai salah satu
Nazi merupakan sebuah partai politik bentuk upaya pemurnian ras, sehingga
di bawah pimpinan Adolf Hitler yang seksualitas masyarakatnya ditekankan pada
memiliki ideologi nasionalis sosialis. Ideologi fungsi reproduksi semata. Penelitian yang
ini beranggapan bahwa bangsa atau ras dilakukan oleh Herzog tersebut dilandasi
Jerman memiliki superioritas. Dalam situs oleh pemikiran Michel Foucault. Foucault
ushmm.org (United States Holocaust Memorial (2008:18-20) mengungkapkan bahwa sudah
Museum) yang diakses pada tanggal 31 sejak zaman Victoria terjadi upaya
Oktober 2014, dikatakan bahwa Hitler pengaturan, represi, dan pembungkaman
menyebut ras murni Jerman sebagai “ras terhadap wacana seksualitas. Seksualitas
tuan penguasa” (master race) atau yang tidak boleh hadir dalam tindak atau wicara.
disebut juga dengan ras Arya. Ras ini Seks diasosiasikan dengan dosa dan aib,
dianggap ras yang tertinggi dan terbaik sehingga seks tidak bisa diungkapkan
sehingga bagi Nazi kemurnian ras Arya dengan gamblang. Hal ini yang
tidak boleh tercampur dengan ras yang lain. menyebabkan seks menjadi tabu dan
Dengan demikian Nazi menganggap bahwa dilarang. Tekanan terhadap kehidupan
ras lain lebih rendah. Doktrin inilah yang seksual masyarakat pada masa
sering ditanamkan Nazi pada masyarakat pemerintahan Nazi juga membuat seks
Jerman. menjadi terepresi dan dianggap sebagai hal
yang tidak pantas untuk dibicarakan.
Demi terwujudnya ideologi tersebut,
Nazi melakukan pemurnian ras melalui Dari pembacaan awal saya terhadap
tindakan pembantaian massal terhadap ras novel Der Vorleser, saya menemukan adanya

160
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

penentangan terhadap politik seksual bahwa pada mulanya terjadi pelarangan


tersebut. Di dalam novel ini, seks dibicarakan dalam pewacanaan seks. Hal itu diyakini
secara gamblang tanpa tedeng aling-aling, Foucault tanpa disadari masih terjadi sampai
sehingga seks menjadi hal yang tidak lagi sekarang. Pengujaran dan kosakata
tabu Dengan teknik penceritaan flashback mengenai seks juga diawasi. Ada penetapan
dan menggunakan sudut pandang orang tertentu kapan, di mana dan dalam situasi
pertama, saya melihat adanya upaya apa seks tidak boleh dibicarakan. Misalnya,
rekonstruksi sejarah terutama yang di antara orang tua dan anak, majikan dan
berkaitan dengan wacana seksualitas Nazi. pembantu, guru dengan murid pasti pernah
Oleh sebab itu, penelitian ini saya fokuskan ada pembatasan mengenai wacana seks.
untuk mengungkap bagaimana politik Foucault (1978: 9) mengemukakan bahwa
seksualitas Nazi dihadirkan di dalam novel sejak dulu seks diasosiasikan sebagai sebuah
Der Vorleser karya Bernhard Schlink. dosa, sehingga dianggap perbuatan yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk “terkutuk”. Hal ini oleh Foucault dipandang
mengungkapkan bentuk-bentuk politik sebagai sebuah kesalahan historis atau
seksualitas Nazi yang diterapkan pada kesalahan pemahaman yang dilakukan
masyarakat Jerman ketika masa pada masa lalu tetapi dipandang sebagai
pemerintahan Nazi dan setelahnya. Dalam sebuah kebenaran pada masa kini dan yang
melakukan penelitian ini, digunakan akan datang. Misalnya, anggapan bahwa
beberapa referensi yang relevan, yaitu teori penyimpangan hubungan seksual sebagai
seksualitas yang diungkapkan oleh Padgug dosa yang diikuti oleh berbagai dampak
(1979), sejarah seksualitas dan biopower yang negatif.
dikemukakan Foucault (1978), dan hasil Namun demikian, sekitar abad ke-18
penelitian Herzog (2005) tentang hubungan mulai muncul pewacanaan seks dalam
antara seksualitas dan fasisme di Jerman. bidang politik dan ekonomi, yaitu yang
terkait dengan masalah kependudukan.
2. Kajian Teori Tingkat kelahiran, usia kawin, kelahiran
yang sah atau tidak sah, dan kelajangan
Menurut Padgug (1979:17—20), menjadi permasalahan negara yang terkait
seksualitas tidak hanya merujuk pada dengan seksualitas. Sejak itulah masyarakat
pembagian jenis kelamin laki-laki dan meyakini dan menegaskan bahwa masa
perempuan untuk tujuan reproduksi saja, depan suatu bangsa tidak hanya tergantung
akan tetapi seksualitas juga menyangkut pada kualitas atau mutu warganya, tetapi
ranah-ranah operasinya, yaitu gender, juga tergantung pada cara pendayagunaan
reproduksi, keluarga, dan sosialisasi. seks anggota masyarakatnya. Tingkah laku
Seksualitas selalu termediasi dengan realitas seksual mulai diatur dan diubah sesuai
manusia, yang kemudian ditransformasi ke rencana ekonomis dan politis (Foucault,
dalam kehidupan bermasyarakat (dimediasi 1978: 25-26).
melalui keluarga). Dengan demikian, Pengaturan terhadap perilaku seksual
seksualitas manusia tidak hanya mengenai tersebut menimbulkan pewacanaan seks
perilaku naluri, seperti yang terjadi pada yang ketat, bahwa seks yang dianggap
hewan, tetapi lebih dipengaruhi baik oleh benar adalah hubungan yang dilakukan
karakteristik sosial, budaya, pendidikan, dan antara laki-laki dan perempuan, berada
norma dari tempat-tempat manusia tumbuh dalam lembaga perkawinan, dan tidak
dan berkembang. Isi seksualitas pada berorientasi pada kenikmatan. Maka hal ini
akhirnya terdiri dari hubungan sosial mengakibatkan perilaku seksual yang
manusia, kegiatan produktif manusia, dan dipandang menyimpang atau aneh seperti
kesadaran manusia. hubungan di luar pernikahan atau
Dalam bukunya yang berjudul History perzinahan, inses, lesbian, gay dan yang
of Sexuality, Foucault (1978: 18) menjelaskan lainnya dianggap sebagai dosa besar.

161
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

Pengadilan dapat menghukum para pelaku Dampaknya dalam kehidupan sosial


seks sesama jenis, perselingkuhan, perempuan diyakini sebagai sosok yang
pernikahan tanpa restu orang tua atau yang hanya dapat memikul tanggung jawab
berhubungan seks dengan binatang (Fou- reproduksi, menjaga kekokohan keluarga
cault, 1978: 38). dan kesehatan anak-anaknya (Suyono,
Lebih lanjut Foucault (1978: 38) 2002:500).
mengemukakan bahwa hubungan seksual Pemahaman tersebut melahirkan
yang “melawan alam” dianggap sebagai norma-norma bahwa perempuan harus
bentuk pelanggaran hukum karena selalu pasif, terkendali, memiliki kontrol
dianggap tidak sesuai dengan tatanan yang pribadi, berada dalam ranah domestik,
berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan sebaliknya laki-laki diidentikkan memiliki
seksual seperti sodomi, homoseksual, kebebasan, kekuatan, aktif, tegas, dan
biseksual dan sebagainya dianggap sebagai berada dalam ranah publik. Dengan adanya
gangguan karena dapat mengacaukan pemahaman tersebut kegiatan seksual
keteraturan kerja alam. Dalam hal ini menjadi bersifat fungsional semata, yaitu
keteraturan alam dapat dipahami sebagai sebagai sarana reproduksi atau prokreasi.
seksualitas yang “sopan”, yaitu yang Perilaku seks prokreasi dianggap sebagai
dipandang sesuai dengan aturan moral dan perilaku seks yang wajar. Aktivitas seks
norma-norma seperti hubungan suami-istri hanya dinilai berdasarkan fungsinya saja
yang disahkan lewat lembaga perkawinan. yaitu untuk mendapatkan keturunan.
Kekuasaan yang berfungsi untuk Aktivitas seks yang lain seperti untuk
mengendalikan dan mengelola hidup rekreasi dan relasi merupakan sesuatu yang
sebagai upaya pengawasan populasi disebut dilarang dan dianggap tidak wajar (Fou-
juga biopower (Foucault, 1978:139-140). cault, 1978:152-153).
Menurut Suyono (2002: 495-496) salah satu Dampak lain dari biopower yaitu
hal yang menjadi sasaran utama kekuasaan pengaturan atau pendisiplinan seksualitas
ini adalah kontrol terhadap kehidupan anak-anak. Pendisiplinan seksualitas anak-
seksual masyarakat demi pengendalian anak ini dilakukan melalui berbagai ide,
populasi dan penciptaan sumber daya dogma, atau pemahaman yang disebarkan
manusia yang bermutu dan sehat. misalnya oleh dunia kedokteran kesehatan
Keberadaan biopower ini juga tubuh dan aktivitas seksual yang benar.
menimbulkan beberapa dampak, seperti Salah satunya melalui pandangan bahwa
lahirnya pemahaman bahwa setiap manusia seks yang terlalu dini dipercaya akan
yang beranatomi tubuh laki-laki harus menyebabkan kemandulan, impotensi,
bersifat maskulin dan yang beranatomi frigiditas, ketakmampuan menikmati seks
perempuan harus feminin. Artinya, anatomi dan kebaalan. Secara keseluruhan, seks yang
tubuh sangat berperan dan menentukan terlalu dini dianggap akan berisiko bagi
orientasi seksual seseorang. Dengan kesehatan dan masa depan masyarakat dan
demikian setiap manusia hanya seluruh umat manusia di masa yang akan
diperbolehkan memiliki satu jenis kelamin datang (Foucault, 1978:147).
dan orientasi seksual yang jelas. Lewat pandangan Foucault mengenai
Pengaturan berdasarkan anatomi tubuh biopower saya beragumentasi bahwa
ini menghasilkan anggapan bahwa pemerintahan Nazi di Jerman memiliki
perempuan lemah dan rentan dengan konsep yang sama dengan pemikiran
penyakit. Hal tersebut dikarenakan biopower yang ditawarkan Foucault untuk
perempuan akan mengalami mentruasi, memenuhi target-target politisnya. Nazi juga
hamil, dan masa nifas yang akan menjadi menerapkan kekuasaan atas tubuh dan
penghalang baginya untuk melakukan hidup guna mengontrol dan melakukan
aktivitas yang bisa kapan saja tanpa pengawasan terhadap populasi
halangan dilakukan oleh laki-laki. masyarakatnya. Pemerintah Nazi secara

162
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

umum dipahami memiliki politik yang antara masyarakat ras Arya/Jerman dengan
represif, termasuk dalam aspek seksualitas. Yahudi agar tidak ada keturunan berdarah
Terkait dengan ideologi utamanya yang Yahudi di Jerman.
berfokus pada permasalahan ras dan Untuk mengarahkan seksualitas pada
menghapus pengaruh Yahudi dalam semua konsep keluarga dan pernikahan, Nazi
aspek masyarakat Jerman, politik atau menetapkan beberapa peraturan. Pertama,
kebijakan yang dikeluarkan Nazi semakin pemerintah Nazi menetapkan pajak khusus
kompleks, sehingga masuk sampai ke ranah bagi warganya yang belum menikah baik
seksualitas, misalnya dengan menerapkan laki-laki atau perempuan. Kedua,
pelarangan hubungan seks antara ras Arya pemerintah memberlakukan pinjaman
dengan ras Yahudi agar tidak ada ras pernikahan (Marriage Loans) dengan pajak
campuran Yahudi yang lahir di Jerman. dan potongan bunga khusus bagi setiap
Menurut Herzog (2005: 3), bagi Nazi anak yang lahir dalam pernikahan tersebut.
pengaturan seksualitas ini penting karena Ketiga, pemerintah Nazi memberikan
dapat memperteguh kekuasaannya. penghargaan bagi warganya yang memiliki
Sebagaimana diungkap Foucault banyak keturunan (Millet, 2000:165).
(1978:147), persoalan hubungan darah Nazi juga menganut nilai-nilai
menjadi unsur penting dalam mekanisme seksualitas yang konservatif sebagai upaya
kekuasaan. Bagi masyarakat yang memiliki untuk memastikan kemurnian ras Arya/
sistem aliansi dan sistem perbedaan kasta Jerman dengan menekankan pada
yang dominan, nilai garis keturunan atau heteroseksualitas dan kesucian. Pantangan
kemurnian darah menjadi penting. melakukan hubungan seks sebelum
Misalnya, pada masa kerajaan di Inggris pernikahan adalah perintah tertinggi dari
ketika kekuasaan berada di tangan pemerintah (Herzog, 2005:15). Dalam
bangsawan. Bangsawan adalah kasta sebuah relasi seksual, menurut Nazi,
tertinggi dalam lapisan masyarakat sehingga pasangan sebaiknya mengarah kepada
harus dijaga keturunannya. pemenuhan tujuan bangsa daripada
Konsep pemurnian keturunan ini juga mengejar kesenangan pribadi semata.
tampak dalam kebijakan yang dikeluarkan Herzog menyebut seksualitas Nazi ini
oleh pemerintahan Nazi dalam mengontrol bersifat “pleasureless” dan ditandai oleh
tingkat kelahiran ras Arya/Jerman. norma-norma perilaku seksual yang kaku
Tingginya angka kelahiran ras Arya/Jerman sebab Nazi menampilkan diri mereka
menjadi penting sebab dapat memperkokoh sebagai pelindung moralitas seksual (2003:
keberadaan ras dan menentukan 12). Hal ini berdampak pengaturan
kelangsungan hidup ras tersebut. Timm seksualitas tidak hanya dialami oleh orang
(2002: 225) mengemukakan bahwa untuk dewasa semata tetapi juga sangat ketat
mendorong naiknya angka kelahiran, Nazi diterapkan pada remaja dan anak-anak.
juga mengontrol perilaku seksual Menurut Weite (1998: 434), sejak tahun 1930
masyarakatnya. Nazi menekankan diperkenalkan tentang reformasi hukum
seksualitas masyarakatnya pada fungsi dan komitmen yang mengatur seksualitas
reproduksi. Hal ini menyebabkan konsep bagi remaja di Jerman. Remaja dan anak-
keluarga dan pernikahan dijunjung tinggi anak dianggap sebagai generasi penentu
dan dianggap sebagai sesuatu yang keberhasilan bangsa. Oleh sebab itu,
bermartabat. Orang yang menikah dan pendidikan moral sangat kuat ditanamkan
berkeluarga dipandang memiliki status pada remaja di Jerman, terutama yang
sosial yang baik dan bermoral. Apalagi berkenaan dengan persoalan seksualitas.
melalui kebijakan yang dikeluarkan bahwa Pengaturan seksualitas yang ditetapkan
setiap ras Arya/Jerman tidak boleh menikah Nazi ini secara langsung juga berpengaruh
dengan orang Yahudi. Hal ini bertujuan pada peran dan ideologi gender di Jerman.
untuk menghindari adanya relasi seksual Menurut Mosse sebagaimana diungkapkan

163
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

Loroff (2011:49), selama berkuasa di Jerman, rumah atau lingkup pribadi, yang dipahami
Nazi mengeluarkan konsep-konsep sebagai ruang domestik, karena ruang publik
mengenai gender dalam masyarakat Jerman. secara ketat diyakini sebagai dunia laki-laki.
Nazi menerapkan idenya dengan Dengan memasuki ruang publik,
membentuk konsep lelaki baru (new man) perempuan dianggap tidak dapat
yang juga berfungsi sebagai simbol bangsa. menyelesaikan tugasnya dalam melahirkan
Dalam mempromosikan konsep ini, Nazi dan merawat anak-anak ras Arya murni. Di
mendefinisi ulang pengertian maskulinitas. dalam rumah, kegiatan perempuan diatur
Berdasarkan ideologi Nazi, laki-laki dapat untuk anak-anak, dapur, dan gereja (Kinder,
mencapai sosok maskulin yang diidealkan Küche, Kirche). Selanjutnya menurut
jika melibatkan diri dalam aktivitas heroik Guenther sebagaimana diungkapkan Loroff
seperti berjuang di dalam peperangan. Nazi (2011:50), dengan fokus utamanya pada
meyakini bahwa kejantanan seseorang keluarga dan rumah, Nazi percaya bahwa
dapat terlihat dari seberapa besar perempuan dapat secara bersamaan
keinginannya untuk berkorban bagi bangsa. memenuhi insting alamiah keibuannya dan
Oleh sebab itu, bagi Nazi tentara dijadikan melayani negaranya dengan kemampuan
sosok yang ideal terkait dengan konsep new terbaik yang dimilikinya.
man tersebut.
Selanjutnya, menurut Pine, 3. Hasil dan Pembahasan
sebagaimana dikutip Loroff (2011:50), untuk
memenuhi tugas rasial, yang berkaitan Der Vorleser menceritakan hubungan
dengan upaya pemurnian ras, laki-laki juga percintaan antara seorang remaja laki-laki
didorong untuk menikahi perempuan berusia 15 tahun yang bernama Michael
Jerman yang dapat memberikan keturunan Berg dengan Hanna Schmitz, seorang
agar dapat mewujudkan keluarga yang perempuan yang berusia 21 tahun. Michael
kaya akan anak (kinderreich). Dalam merupakan seorang pelajar yang
keluarga, laki-laki diharapkan untuk meneruskan pendidikannya di bidang
bertindak superior dan jadi penentu arah hukum, sementara Hanna adalah mantan
kehidupan keluarga. Selain itu, penanaman pelaku Holocaust yang bekerja di
nilai-nilai ideologi Nazi menjadi hal yang perusahaan transportasi Jerman sebagai
utama untuk diberikan kepada anak-anak. petugas trem usai Perang Dunia II.
Keduanya terlibat dalam sebuah relasi
Pandangan Nazi tentang peran seksual yang dianggap keluar dari norma-
perempuan juga terfokus pada ide-ide yang norma yang berlaku dalam masyarakat.
tradisional. Berdasarkan doktrin Nazi,
menjadi seorang istri dan ibu adalah esensi Cerita di dalam novel Der Vorleser
dan tujuan hidup tertinggi perempuan berlatar Jerman usai Perang Dunia II. Pada
Jerman. Pada dasarnya, perempuan diberi saat itu, kondisi sosial dan politik Jerman
tanggung jawab untuk melahirkan dan masih sangat dipengaruhi oleh ideologi-
membesarkan anak-anak tanpa tercampur ideologi Nazi. Narasi di dalam novel ini
dengan ras lain. Hasilnya, pada masa disajikan melalui sudut padang orang
pemerintahan Reich Ketiga (sebutan lain pertama dan dituturkan secara kilas balik
untuk pemerintahan Nazi) ini femininitas atau flashback. Dengan demikian, tokoh di
diidentikkan dengan motherhood dan dalam cerita selalu mengingat-ingat
kesuburan. Selain itu, perempuan dengan kejadian sebelumnya. Dengan teknik
tingkat kecerdasan tinggi tidak lagi dianggap penceritaan ini, tokoh Michael Berg sebagai
sebagai perempuan yang menggairahkan pencerita bercerita tentang sejarah Holo-
sebab bagi Nazi, kesuburan merupakan caust dan Nazi, sehingga politik Nazi juga
kunci utama, bukan kemampuan intelektual. tergambar dalam novel ini, terutama yang
terkait dengan politik seksualitas.
Juga terdapat pemikiran bahwa
perempuan seharusnya tinggal di dalam Kehidupan seksualitas pada masa

164
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

pemerintahan Nazi yang bersifat represif pendidikan moral kepada remaja dan
menjadikan seks sebagai wacana yang tidak menekankannya pada urusan seks. Oleh
dapat dibicarakan dan cenderung dibatasi sebab itu, apa yang dilakukan Michael
terutama untuk remaja dan anak-anak. dalam membayangkan atau mengkhayalkan
Pendidikan tentang moral sangat kuat seks dianggap sesuatu yang salah.
ditekankan pada remaja yang diyakini Dengan pendidikan moral yang
dapat menjadi penentu dalam keberhasilan ditanamkan, Michael menganggap bahwa
bangsa. Pengendalian perilaku seks dan mengkhayalkan tubuh perempuan adalah
penanaman moral kepada remaja menjadi sebuah dosa. Hal ini terkait dengan
hal yang penting pada saat itu. Oleh sebab pengasosiasian seks sebagai sebuah dosa dan
itu Michael, yang pada saat itu berusia 15 perbuatan yang terkutuk, sehingga dapat
tahun, merasa bersalah ketika tidak sengaja memberi berbagai dampak negatif. Michael
melihat Hanna sedang berganti baju. juga mengasosiasikan seks dengan dosa
Gambaran tubuh Hanna itu tidak bisa lepas karena dianggap bertentangan dengan
dari pikirannya. pendidikan moral yang didapatkannya dari
Ich wachte jeden Morgen mit schlechtem lingkungan keluarga maupun masyarakat
Gewissen auf, manchmal mit feuchter oder sekitarnya.
fleckiger Schlafanzughose. Die Bilder und Ich weiß nicht, woher ich die Courage nahm,
Szenen, die ich träumte, waren nicht recht. Ich zu Frau Schmitz zu gehen. Kehrte sich die
wußte, die Mutter, der Pfarrer, der mich als moralische Erziehung gewissermaßen gegen
Konfirmanden unterwiesen hatte und den ich sich selbst? Wenn der begehrliche Blick so
verehrte, und die große Schwester, der ich die schlimm war wie die Befriedigung der
Geheimnisse meiner Kindheit anvertraut Begierde, das aktive Phantasieren so schlimm
hatte, würden mich zwar nicht schelten. Aber wie der phantasierte Akt – warum dann nicht
sie würden mich in einer liebevollen, besorgten die Befriedigung und den Akt? Ich erfuhr Tag
Weise ermahnen, die schlimmer als Schelte um Tag, daß ich die sundigen Gedanken nicht
war. Besonders unrecht war, daß ich die Bilder lassen konnte. Dann wollte ich auch die
und Szenen, wenn ich sie nicht passiv träumte, sündige Tat. (Schlink, 1995: 20-21)
aktiv phantasierte. (Schlink, 1995: 20)
Aku tidak tahu, dari mana aku
Aku bangun tidur setiap hari dengan mendapatkan keberanian untuk
perasaan yang buruk, kadang-kadang menemui kembali Frau Schmitz. Apakah
dengan celana piama yang lembap atau pendidikan moral itu berbalik melawan
bernoda. Gambar-gambar dan adegan- pendidikan moral itu sendiri? Jika
adegan yang kuimpikan itu tidak benar. pemandangan penuh nafsu itu begitu
Aku tahu ibu, pastor yang mengajariku buruk seperti memuaskan hasrat, lalu
menjadi pemuda yang sidi dan aku mengkahayal secara aktif juga sama
kagumi, dan kakak perempuanku, yang buruknya seperti tindakan dari khayalan
kepadanya kupercayakan rahasia masa itu, lalu mengapa tidak memuaskan
kecilku, memang tidak akan memarahiku. hasrat dan melakukannya? Aku melalui
Tetapi mereka akan menegurku dengan hari demi hari tanpa bisa melepaskan
bijak dan penuh kasih sayang, itu lebih pikiran-pikiranku yang berdosa. Lalu aku
buruk daripada dimarahi. Yang paling juga ingin melakukan dosa itu.
tidak benar adalah bahwa aku
mengkhayalkan secara aktif gambar- Dalam lingkungan keluarga Michael,
gambar dan adegan-adegan yang secara secara tidak langsung, norma-norma
pasif aku impikan. tentang relasi perempuan dan laki-laki yang
diusung Nazi juga bekerja. Keluarga
Kutipan tersebut menunjukkan Michael digambarkan sebagai keluarga
bagaimana pemerintah melalui lembaga yang ideal dan sesuai dengan konsep
keagamaan atau gereja menanamkan keluarga yang diusung oleh pemerintah

165
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

Nazi. Nazi menanamkan dokrtin bahwa pernyataanku mengagetkan keluargaku.


dalam keluarga yang ideal, laki-laki bekerja
mencari nafkah sementara perempuan
Dalam riwayat hidupnya, Goethe
haruslah menjadi ibu dan istri yang mampu
pernah menjalin hubungan cinta dengan
melaksanakan tanggung jawabnya dalam
Charlotte von Stein. Charlotte von Stein
mengurus keluarga. Ayah Michael adalah
berusia 7 tahun lebih tua dari Goethe dan
seorang profesor di bidang filsafat dan
telah menikah. Dalam kerangka politik
mengajar di perguruan tinggi, sedangkan
seksualitas Nazi, hubungan seperti itu
ibunya adalah seorang ibu rumah tangga
berada di luar bingkai norma-norma dan
yang sangat berkomitmen dalam mengurus
moralitas yang berlaku di masyarakat. Hal
anak-anak dan rumah tangganya.
ini tertanam dalam keluarga Michael
Vor den Herd hatte meine Mutter einen Stuhl sehingga mereka terkejut saat Michael
gerückt, auf dem ich stand, während sie mich membela hubungan Goethe dan Stein.
wusch und ankleidete. […] Er schwieg und
Hubungan antara laki-laki dan
schaute nachdenklich, wie jedesmal, wenn
perempuan pada saat itu juga “diawasi” oleh
meine Mutter ihn der Kinder oder des
masyarakat sekitar. Artinya, masyarakat
Haushalts wegen ansprach. Wie jedesmal
ikut mengontrol pasangan-pasangan yang
fragte ich mich, ob er tatsächlich über die Frage
ada dalam lingkungannya. Masyarakat di
meiner Mutter nachdachte oder über seine
sini menjadi representasi politik seksual
Arbeit. (Schlink, 1995: 29-30)
Nazi. Hal ini dikarenakan politik atau
Di depan kompor, ibuku menarik kursi ideologi yang ditanam Nazi berpengaruh
di mana aku berdiri di atasnya sementara dalam masyarakat, sehingga tercipta
ibu memandikanku dan memakaikan aturan-aturan atau norma-norma yang tidak
bajuku. […] Dia (ayah Michael) diam dan tertulis.
termenung setiap kali ibu membicarakan
[…] wo ich mit ihr in den Ferien mit dem
anak-anak dan urusan rumah tangga.
Fahrrad wegfahren wollte. Wir konnten als
Kadang aku bertanya-tanya apakah ia
Mutter und Sohn ein gemeinsames Zimmer
memikirkan urusan ibu (urusan rumah
nehmen und die ganze Nacht
tangga) atau hanya tentang
zusammenbleiben. (Schlink, 1995: 40)
pekerjaannya.
di mana aku ingin bersamanya pergi
Mereka memiliki empat orang anak dan berlibur dengan menggunakan sepeda.
Michael merupakan anak ketiga. Konsep Kami bisa menyewa satu kamar bersama
keluarga dengan banyak keturunan ini juga sebagai ibu dan anak dan tinggal
yang telah ditanamkan Nazi kepada semalam bersama.
masyarakat. Melalui konsep keluarga ini
juga pendidikan moral dan norma-norma Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
tentang seksualitas ditanamkan kepada akan menjadi suatu hal yang tidak berterima
anak-anak. di masyarakat jika Michael yang merupakan
seorang remaja laki-laki menginap satu
Meine Schwester, die Germanistik studierte,
kamar dengan perempuan yang lebih tua
berichtete beim Essen von dem Streit, ob Herr
tetapi bukan keluarganya, sehingga mereka
von Goethe und Frau von Stein eine
harus berpura-pura menjadi ibu dan anak.
Liebesbeziehung hatten, und ich verteidigte
Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
es zur Verblüffung der Familie mit Nachdruck.
masyarakat terdapat pelajaran tentang
(Schlink, 1995: 40)
moral dan seksualitas seperti yang
Adik perempuanku, yang belajar sastra diterapkan Nazi.
Jerman, pernah melontarkan perdebatan
Politik seksualitas Nazi juga tergambar
ketika sedang makan, apakah Herr
melalui narasi yang disampaikan oleh
Goethe dan Frau Stein memiliki hubungan
Michael sebagai fokalisator. Ketika
percintaan, dan aku membelanya hingga

166
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

menceritakan tentang bagaimana hubungan Sementara aku tidak memiliki ingatan


Michael dan Hanna berjalan, seringkali tentang kebohongan yang ku katakan
Michael tidak dapat mengingatnya secara pada orang tuaku tentang perjalananku
detil. Ketika suatu kejadian tidak dapat dengan Hanna, aku hanya mengingat
diingat dengan baik, saya mengasumsikan harga yang aku bayar setelahnya.
ada sesuatu yang terjadi ketika itu dan Aku juga tidak ingat, penjelasan apa
terkait pada permasalahan trauma. yang kuberikan tentang banyaknya
Bal (1997:147) mengungkapkan waktu yang kuhabiskan bersama Hanna.
peristiwa-peristiwa traumatis mengganggu
Michael juga menyembunyikan
kemampuan untuk memahami dan
hubungan yang ia miliki dengan Hanna
merasakan peristiwa tersebut pada waktu
kepada semua orang bahkan sahabat atau
terjadinya. Akibatnya, orang yang trauma
teman dekatnya sekalipun. Ia merasa
tidak dapat mengingatnya. Sebagai
hubungannya dengan Hanna adalah sebuah
gantinya, peristiwa-peristiwa itu muncul
rahasia dan hak yang tidak bisa diakui. Hal
kembali dalam potongan-potongan, dalam
ini menunjukkan bahwa seks ditabukan.
mimpi buruk, dan tidak dapat “dilalui”.
Dengan demikian, para pelakunya pun
Pada waktu mengingat-ingat, subjek tidak
membungkam diri dengan tidak
dapat membentuk rangkaian cerita.
membicarakannya. Pembungkaman
Walaupun ingatan mulai terbentuk dan
wacana seks ini yang sebenarnya diinginkan
potongan-potongan cerita telah menyatu,
oleh pemerintah Nazi sebagai upaya
subjek tetap tidak memiliki kata-kata atau
pemberlakuan satu wacana seksual yang
disebut juga “lack words”.
diperbolehkan untuk dilakukan oleh
Pada kasus Michael, ia tidak dapat masyarakat Jerman. Relasi seksual antara
mengingat bagaimana ia meyakinkan orang Michael dan Hanna saya asumsikan tidak
tuanya agar bisa pergi dengan Hanna, selain berada pada seksualitas yang diperbolehkan
itu ia juga tidak dapat mengingat bagaimana menurut Nazi karena berada di luar
ia meminta adiknya untuk menginap di lembaga pernikahan dan terjadi antara
rumah temannya ketika ia ingin membawa seorang remaja dengan perempuan yang
Hanna ke rumahnya. Kejadian-kejadian lebih tua. Oleh sebab itu, Michael
seperti itu tidak dapat ia ingat karena menyembunyikan hubungannya karena ia
berkaitan dengan tekanan atau represi dari sadar itu bertentangan dengan apa yang
pendidikan moral yang ia terima, dengan dianggap sopan di masyarakat atau
kata lain, pengaruh politik Nazi sangat kuat. lingkungannya.
Ich weiß nicht mehr, was ich meinen Eltern Nicht daß ich Geheimnisse preisgegeben oder
gesagt habe. Daß ich die Fahrt mit meinem Hanna bloßgestellt hätte. Ich habe nichts
Freund Matthias mache? Mit einer Gruppe? offenbart, was ich hätte verschweigen müssen.
(Schlink, 1995: 51) Ich habe verschwiegen, was ich hätte
Während ich keine Erinnerungen an die Lügen offenbaren müssen. Ich habe mich nicht zu ihr
habe, die ich meinen Eltern zur Fahrt mit bekannt (Schlink, 1995: 72).
Hanna päsentierte, erinnere ich mich an den Ich sagte mir, so spät von ihr zu erzählen,
Preis, den ich zahlen mußte. (hlm. 58) musse den falschen Eindruck erwecken, ich
Ich erinnere mich auch nicht, daß ich wegen hätte Hanna so lange verschwiegen, weil
der vielen Stunden, die ich damals bei Hanna unsere Beziehung nicht recht sei und ich ein
verbrachte, zur Rechenschaft gezogen worden schlechtes Gewissen hätte (Schlink, 1995: 73).
wäre. (Schlink, 1995: 58)
Aku tidak membocorkan rahasia atau
Aku tidak tahu lagi, apa yang aku membuka aib Hanna. Aku tidak
katakan pada orang tuaku. Bahwa aku mengungkapkan apapun yang harus
melakukan perjalanan dengan temanku kusembunyikan. Mulutku terkunci untuk
Matthias? Ataukah dengan kelompok? hal-hal yang seharusnya kuungkapkan. Aku

167
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

tidak mau mengakui Hanna dan (Schlink, 1995: 33-34)


menyangkal hubungan kami berdua. Lange hatte ich mich ganz ihrer Führung,
Aku katakan pada diriku, terlalu ihrem Besitzergreifen überlassen. Dann hatte
terlambat menceritakan tentang Hanna. auch ich von ihr Besitz zu nehmen gelernt.
Ceritaku bisa mendatangkan kesan yang (Schlink, 1995: 57)
salah, membuatnya seolah aku Juga ketika kami bercinta, dia mengambil
merahasiakan hubunganku dengan Hanna, alih kuasa atas diriku. […] Tetapi ia
karena hubungan kami tidak benar dan aku melakukannya untuk kesenangannya,
merasa tidak baik. sampai aku belajar juga untuk menguasai
Anggapan bahwa hubungan Michael dirinya.
dan Hanna adalah hubungan yang tidak Sudah lama aku membiarkan dirinya
diperbolehkan didapatkan Michael dari or- menguasaiku. Kemudian aku juga belajar
ang tua dan lingkungan sekitarnya. Orang untuk mengambil kuasa atas dirinya.
tuanya mencontohkan bentuk hubungan
cinta maupun relasi seksual yang dianggap Dari kutipan di atas terlihat bahwa
ideal, yaitu berada dalam pernikahan yang pewacanaan seksual oleh nazi yang
sah dan terjadi antara sepasang laki-laki dan menghendaki laki-laki sebagai pihak supe-
perempuan dewasa. Selain itu, teman- rior tercermin dari sikap Michael yang ingin
temannya juga menjalin hubungan dengan menguasai Hanna.
lawan jenis yang seusianya sedangkan Foucault mengemukakan bahwa
Michael menjalin hubungan dengan Hanna pewacanaan seks mulai terlihat di abad ke-
yang lebih tua. Hal itu yang menyebabkan 18. Saat itu mulai ada rangsangan untuk
Michael merasa ada yang salah dalam membicarakan seks secara terbuka. Foucault
hubungannya dengan Hanna dan meyakini bahwa seks harus dibicarakan
menganggap hubungan mereka tidak benar. untuk bisa dikelola dalam berbagai sistem
Perasaan bersalah ini menunjukkan bahwa kegunaan dan untuk diatur demi kebaikan
norma-norma dan moralitas yang diusung semua orang. Dengan demikian, seks tidak
Nazi bekerja secara efektif dalam perlu dibungkam dan ditabukan. Akan
menentukan kehidupan seksual seseorang. tetapi, pewacanaan tentang seks ini tetap
Orang tua dan teman-temannya merupakan dibatasi dan ditetapkan pada wilayah mana
representasi dari masyarakat Jerman pada orang bisa berbicara tentang seks. Namun
saat itu yang masih berada dalam pengaruh demikian, dalam novel Der Vorleser, seks
pemerintahan Nazi. tetap tidak dapat dibicarakan sekalipun
Kebijakan mengenai seksualitas yang dalam wilayah yang memungkinkan untuk
diterapkan pemerintah Nazi pada dibicarakan. Ketika Michael berada dalam
masyarakatnya juga membawa dampak persidangan yang mengadili mantan pelaku
pada ideologi dan peran gender di Jerman, Holocaust, saat Hanna hadir sebagai
terutama dalam relasi seksual. Relasi seksual terdakwa, ada seorang perempuan yang
yang terjadi diarahkan sebagai upaya dipanggil menjadi saksi karena ia
pemenuhan target-target Nazi dalam merupakan mantan korban Holocaust.
pemurnian ras seperti melalui pembentukan Wanita itu menjelaskan bagaimana perilaku
keluarga yang ideal, pembagian peran Hanna selama bertugas di kamp
antara laki-laki dan perempuan juga bersifat konsentrasi. Perempuan itu menyangka
konvensional dan patriarkal. Hal ini Hanna telah melakukan tindak pelecehan
tergambar melalui relasi seksual antara seksual kepada anak-anak perempuan di
Michael dan Hanna. dalam kamp.
Auch wenn wir uns liebten, nahm sie Und die Mädchen durften nicht sagen, was
selbstverständlich von mir Besitz. […] Aber sie abends mit ihnen machte, und wir dachten,
sie tat es zu ihrem spielerischen Vergnugen, daß sie mit ihnen... auch weil sie alle in den
bis ich lernte, auch von ihr Besitz zu ergreifen. Transport kamen, als hätte sie mit ihnen ihren

168
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

Spaß und sie dann sattgehabt. Aber so war es tanda dari bentuk tekanan terhadap
gar nicht, und eines Tages hat doch eines wacana seksual. Secara tersirat kata
geredet, und wir haben gewußt, daß die “bersenang-senang”dan “puas” terkait
Mädchen ihr vorgelesen haben, Abend um dekat dengan kegiatan seksual. Oleh sebab
Abend um Abend. Das war besser, als wenn itu, hal-hal yang berkenaan dengan
sie... auch besser, als wenn sie sich an dem kegiatan seksualitas yang menyimpang tidak
Bau zu Tode gearbeitet hatten (Schlink, bisa diungkapkan walaupun dalam konteks
1995: 112). hukum dan di depan orang-orang yang
Dan gadis-gadis itu tidak boleh berpendidikan.
mengatakan apa yang dilakukannya
(Hanna) kepada mereka setiap malam, 4. Simpulan
dan kami berpikir bahwa dia bersama
mereka …… juga karena mereka Selama ini pembicaraan tentang novel
dipulangkan dengan transportasi. Der Vorleser karya Bernhard Schlink lebih
Seolah-olah dia telah bersenang-senang banyak terfokus pada permasalahan sejarah
dengan mereka lalu merasa puas. Tapi Holocaust dan Nazi. Akan tetapi lebih dari
ternyata tidak demikian, dan suatu hari itu saya melihat adanya persoalan seksualitas
ada yang mengatakan, dan kami yang terkait dengan kehidupan politik yang
mengetahui bahwa gadis-gadis itu melingkupi masyarakat pada saat itu. Di
diminta membacakan buku untuknya dalam novel ini terdapat penggambaran
setiap malam. Hal itu lebih baik daripada mengenai politik seksualitas Nazi yang
jika mereka …… dan lebih baik daripada bersifat represif. Politik seksualitas nazi
bekerja sampai menemui ajal mereka di dihadirkan melalui relasi seksual antara
tempat pembangunan gedung. tokoh Michael dan Hanna. Hanna
merupakan mantan pelaku Holocaust dan
Kalimat dalam kutipan di atas yang tentara nazi. Hanna merepresentasi
disertai dengan titik-titik menunjukkan kehadiran pemerintahan Nazi di dalam
bahwa ada hal yang tidak bisa diungkapkan cerita.
secara gamblang atau terbuka. Titik-titik Hanna dan Michael memiliki relasi
dalam kutipan ini merupakan retakan yang seksual yang bertentangan dengan politik
menghadirkan the powerful absence, sehingga seksual Nazi. Nazi yang fokus pada konsep
wacana seksual meyimpang yang mungkin seksualitas yang “sopan” dan menganut
telah terjadi antara Hana dan anak-anak nilai-nilai konservatif telah menanamkan
perempuan itu tidak bisa diungkapkan, ideologinya kepada lingkungan masyarakat
bahkan di pengadilan yang memiliki di sekitar Michael dan Hanna. Secara tidak
kekuasaan untuk memberi izin sekalipun. langsung hubungan mereka sebagai
Dari ketidakmampuan berbahasa ini sepasang kekasih “diawasi” oleh
menunjukkan bahwa terdapat sebuah masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar
kekuasaan yang tidak terlihat namun seperti lingkungan keluarga dan teman-
mencengkram secara kuat mengenai apa teman Michael menjadi cerminan dari politik
yang disebut dengan seksualitas yang seksual Nazi yang mengekang dan
diperbolehkan. Para saksi hanya mengontrol perilaku seksual warganya.
memberikan kesaksiannya berupa hal-hal Menjalin hubungan dengan Hanna
yang dianggap boleh serta wajar. membuat Michael seringkali merasa
Misalnya dalam kalimat “al itu lebih baik bersalah, merasa telah melakukan dosa dan
daripada jika mereka …… dan lebih baik daripada menentang pendidikan moral yang selama
bekerja sampai menemui ajal mereka di tempat ini ia dapatkan dari keluarga dan pastornya.
pembangunan gedung”, ketidakmampuan Perasaan-perasaan tersebut hadir karena
saksi untuk mengatakan hal yang diganti adanya aturan-aturan dari pemerintah nazi
dengan titik-titik tersebut adalah salah satu mengenai pola perilaku seks, tertutama

169
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

remaja. Oleh sebab itu ia seringkali setelah Perang Dunia II, yaitu anggapan
berbohong dan menyembunyikan bahwa seks yang diperbolehkan adalah
hubungannya dengan Hanna. hubungan seks yang dilakukan di dalam
Dari analisis yang telah dilakukan saya lembaga pernikahan, terjadi antara laki-laki
menemukan bahwa politik seksualitas yang dan perempuan dewasa, serta berorientasi
diusung Nazi telah dihadirkan di dalam pada fungsi.
novel ini baik secara eksplisit maupun Berdasarkan hasil penelitian dapat
implisit. Kebijakan-kebijakan pemerintah terlihat bahwa dalam menerapkan ideologi
Nazi yang terkait dengan kegiatan seksual dan upaya menjaga kemurnian ras, Nazi
secara tidak langsung telah menekan dan tidak hanya memberikan doktrin tentang
mengekang masyarakat Jerman pada masa superioritas ras Arya atau bangsa Jerman
rezim tersebut masih berkuasa. Bahkan melalui propaganda-propaganda politik
dampaknya masih terasa hingga masa atau juga melalui pembantaian massal
terhadap etnis atau ras lain, tetapi juga
melalui pengaturan seksualitas terhadap
masyarakatnya.

Daftar Pustaka
Bal, Mieke. 1997. Narratology. Introduction to The Theory of Narrative. 2nd Edition. Toronto:
University of Toronto Press.
Barner, Wilfried. 2006. Geschichte der deutschen Literatur von 1945 bis zur Gegenwart. München:
C.H. Beck Verlag.
Bernauer, James. 1998. Sexuality in the Nazi War Against Jewish and Gay People: A Foucauldian
Perspective. Massachussets: Boston College.
Foucault, Michel. 2008. Ingin Tahu Sejarah Seksualitas. Terjemahan Rahayu S. Hidayat. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia-FIB Universitas Indonesia-Forum Jakarta-Paris.
Foucault, Michel. 1978. The History of Sexuality: An Introduction. New York: Pantheon Books.
Fludernik, Monika. 2009. An Introduction to Narratology. Terjemahan Patricia Häusler-Greenfield dan
Monika Fludernik. New York: Routledge.
Genette, Gerard. 1983. Narrative Discourse : An Essay in Method. New York : Cornell University
Press.
Heineman, Elizabeth, D. 2002. “Sexuality and Nazism:The Doubly Unspeakable”. Jurnal History of
Sexuality, Volume 11. Austin : University of Texas Press.
Herzog, Dagmar. 2005. Sex after Fascism: Memory and Morality in Twentieth-Century Germany.
New Jersey: Princenton University Publishing.
Herzog, Dagmar. 2005. Sexuality and German Fascism. Canada: Berghahn Books.
Herzog, Dagmar. 2011. Sexuality in Europe A Twentieth-Century History. New York: Cambridge Uni-
versity Press.
Jahn, Reinhard. 2010. “Schlink, Bernhard”.http://www.krimilexikon.de/schlink.htm. Diakses tanggal 17
Mei 2014.
Loroff, Nicole. 2011. “Gender and Sexuality in Nazi Germany”. Constellations: Jurnal Sejarah dan
Klassik. Volume 3. Canada: University of Alberta.
Millet, Kate. 2000. Sexual Politics. New York: University of Illinois Press.
Mosse, George L. 1996. The Image of Man: The Creation of Modern Masculinity. New York: Oxford
University Press.
170
CHERYL D. R. A., AQUARINI P., DAN SAFRINA N.: POLITIK SEKSUALITAS NAZI DLM NOVEL DER VORLESER...

Padgug, Robert A. 1979. “Sexual Matters: On Conceptualizing Sexuality in History”. Journal of Radical
History Review. Volume 20. New York: Cambridge University Press.
Schlant, Ernestine. 1999. The Language of Silence: West German Literature and The Holocaust.
New York: Routledge.
Schlink, Bernhard. 1995. Der Vorleser. Zürich: Diogenes Verlag.
Suyono, Seno Joko. 2002. Tubuh yang Rasis: Telaah kritis Michael Foucault Atas Dasar-Dasar
Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa. Yogyakarta: Lanskap Zaman dan Pustaka Pelajar.
Tanpa Nama. Tanpa tahun. “Rasialisme Nazi”.http://www.ushmm.org/outreach/id/
article.php?ModuleId=10007679.
Timm, Annette F. 2002. “Sex with a Purpose: Prostitution, Venereal Disease, and Militarized Masculinity
in the Third Reich”. Journal of the History of Sexuality. Volume 11. Chicago: University of
Chicago.
Weite, Robert G. 1998. “Teenage Sexuality in Nazi Germany”. Journal of the History of Sexuality.
Volume 8. Chicago: University of Chicago.
Yuma, Benedictus, S.S. 2010. Penggambaran Holocaust di Masa Nazi Pada Enam Puisi Paul Celan.
Skripsi tidak diterbitkan. Unpad: Jatinangor.

171
METASASTRA, Vol. 7 No. 2, Desember 2014: 159—172

172

Anda mungkin juga menyukai