KLPK 7
KLPK 7
Disusun Oleh :
KELOMPOK (7)
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayat-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Seperti yang kita ketahui bahwa “Basic cardiac life support” itu sangat
penting bagi kita semua. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran jika ada kesalahan dalam makalah kami dan kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Pembina mata kuliah Basic
Cardiac Life Support. Atas perhatian dan waktunya kami sampaikan
banyak terima kasih.
Kelompok VII
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..1
BAB I…………………………………………………………………………………….3
PENDAHULUAN……………………………………………………………………..3
1.1 Latar belakang……….………………………………………….………3
1.2 Tujuan Makalah…………………………………………….…..……….4
1.3 Manfaat Makalah…………………………………………….….………5
BAB II………………………………………………………………………………….6
TINJUAN TEORI……………………………………………………………………6
2
BABIII…………………………………………………………………………………22
PENUTUP…………………………………………………………………………….22
A. Kesimpulan………………………………………………………………22
B. Saran……………………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA…………………..…………………………………………..22
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………24
2.1 Pulseless electrial activity (PEA)……………………………………………..8
2.2 Pulseless electrial activity (PEA)……………………………………………..9
2.3 Asystole…………………………………………………………………………9
2.5 Contoh Epinephirine……………………………………………………….…20
2.6 Contoh Amiodarone dan Lidocaine…………………………………………21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
semua kelainan listrik jantung dan membiarkan sel pacemaker
intrinsic jantung untuk mengatur dan mengambil alih konduksi
primer yang normal. Ritme konduksi normal ini akan
mengembalikan jumlah cardiac output yang mencukupi kebutuhan
untuk metabolism tubuh.
Usaha defibrilasi yang berhasil sangat tergantung pada jeda waktu
antara onset fibrilasi ventrikel dan prosedur defibrilasi dan
resusitasi. Gelombang fibrilasi ventrikel biasanya dimulai dengan
amplitude dan frekuensi yang relative tinggi dan kemudian menurun
sampai menjadi asistole dalam 15 menit. Hal ini kemungkinan
berhubungan dengan cadangan energy yang dimiliki sel otot
jantung. Fibrilasi ventrikel dengan onset segera dengan amplitude
yang tinggi, lebih sensitif tehadap usaha defibrilasi dibandingkan
fibrilasi ventrikel yang telah berlangsung lam. Tingkat keberhasilan
tindakan defibrilasi menurun 5-10% untuk setiap menit penundaan
waktu dihitung dari onset fibrilasi ventrikel. Oleh karena hal
tersebut, pengetahuan tentang prosedur defibrilasi sangatlah
penting untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
dalam hal resusitasi penderita.
5
9. Spesifikasi alat AED
10. Bagian-bagian alat AED
11. Perawatan alat AED
12. Penggunaan obat-obatan pada AED defibrilasi.
6
BAB II
TINJUAN TEORI
7
PEA terjadi ketika gangguan kardiovaskuler, pernapasan, atau
metabolisme utama mengakibatkan ketidakmampuan otot jantung
untuk menghasilkan kekuatan yang cukup sebagai respons
terhadap depolarisasi listrik. PEA selalu disebabkan oleh gangguan
kardiovaskuler yang mendalam (misalnya, hipoksia atau asidosis
yang berkepanjangan parah atau hipovolemia ekstrem atau emboli
paru yang membatasi aliran).
8
Segera lakukan RJP sebanyak 5 siklus. RJP (30 kompresi
dada: 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum terpasang
advanced airway (ETT). Jika pada pasien telah terpasang
advanced airway, berikan ventilasi 8-10 kali/menit sambil
dilakukan kompresi dada 100 kali/menit.
Pertimbangan pemberian obat-obatan selama RJP. Berikan
epinefrin 1 mg IV setiap 3-5 menit atau vasopessin 40 U IV
(untuk menggantikan dosis pertama dan kedua epinefrin).
Setelah siklus RJP, cek kembali irama jantung. Tatalaksana
selanjutnya sesuai dengan temuan.
9
Asystole adalah garis mendatar yang melintang pada layar monitor
EKG, Asystole adalah suatu keadaan dimana tidak ada aktivitas
listrik. Secara klinis, pasien dalam keadaan tidak sadar, apnea dan
tanpa nadi. Asystole dan VF (Ventricular fibrillation) sulit dibedakan
tanpa pembacaan telemetri. Walaupun begitu, pengobatannya
sangat berbeda. Klinisi selalu memverifikasi ritme ini pada lead
kedua. Pada pemeriksaan EKG, menunjukkan tidak ada HR, ritme,
gelombang P, interval PR, lebar QRS maupun gelombang ST-T
10
dan asistole sering perlu dipertimbangkan pemberian beberapa
obat-obatan epinefrin dan vasopressin.
a. Definisi Defibrilasi
11
memberikan shock. Jika defibrillator diset “charge”, capacitor
charger akan menaikkan tegangan pada capasitor penyimpanan
energy sampai simpanan ini mencapai jumlah energy yang
diinginkan untuk melakukan defibrilasi. Discharge circuit kemu dian
menghantarkan energy pada electrode baik dengan gelombang
monophasic atau biphasic. Karena kedua electrode ditempatkan
terpisah pada dinding dada, dengan organ jantung diantaranya,
maka arus listrik akan mengalir melewati jantung juga.
b. Fungsi AED
Alat pacu jantung defibrilator memiliki dua bagian, yaitu lead dan
generator. Lead adalah bagian yang akan ditempelkan ke dada
pasien. Bagian tersebut terdiri dari kabel pacu serta sensor yang
akan merekam irama jantung dan memberikan aliran listrik ke
jantung.
Sementara generator adalah sebuah komputer kecil yang
menerima data dari sensor dan menunjukkan apakah detak jantung
normal atau tidak.
Jadi, fungsi umum dari alat ini adalah memonitor irama jantung,
menentukan ritme jantung yang tidak normal, dan mengembalikan
detak jantung seseorang kembali ke ritme normal dengan
mengirimkan sinyal listrik.
12
a. AED BeneHeart D3
Adalah defibrilator yang ringkas, durable, ringan dan terintegrasi
dengan monitoring, defibrilasi manual, AED, dan pacer. Ini
merupakan biphasic defibrilator-monitor profesional yang cocok
untuk penggunaan di rumah sakit dan klinik di seluruh dunia.
Fitur Utama:
Desain ringkas 4-dalam-satu yang terintegrasi: monitoring,
Defibrilasi Manual, AED, dan pacer
Layar besar dan terang dengan 3 bentuk gelombang memastikan
kemudahan menampilkan ECG dan SPO2
Defibrilasi, kardioversi tersinkron, dan AED dengan teknologi dua
tahap (biphasic)
Dosis energi dapat dinaikkan hingga 360 J untuk memaksimalkan
keberhasilan defibrilasi
Kapasitas daya baterai yang kuat untuk mendukung pemantauan
yang kontinu dan dalam waktu yang lama dan kejutan selama
pengangkutan tanpa catu daya eksterna
Desain yang ringkas dan ringan yang dirancang khusus untuk
aplikasi di rumah sakit dan klinik
13
Elektroda: Zoll CPR-D-padz,
Kabel 3 lead membolehkan pemantauan dasar memakai elektroda
EKG.
Fashion pembedahan yang fleksibel membiarkan penyelamat
handal berlaku override manual buat mengakses keahlian yang
lebih maju, tercantum menunjukkan denyut jantung, serta buat
memutuskan apakah serta kapan buat membagikan penyembuhan.
Suatu resolusi besar auto- mendapatkan tampilan LCD membuat
jejak ECG dalam zona tertentu, senantiasa menunjukkan gain,
sehingga penyelamat bisa dengan gampang memandang ritme
penderita.
Baterai serta Electrode Kompatibilitas Mengirit Waktu Kritis Dan
Bayaran AED Pro menawarkan fleksibilitas buat penuhi kebutuhan
Kamu
c. AED Philips FR 3.
Defbilator yang dirancang dan didesain khusus sehingga mudah
dikemas dan dibawa kemanapun. Gelombang biphasic didukung
dengan layar LCD resolusi tinggi untuk defibrillasi yang maksimal.
Spesifikasi Defibrillator FR 3 Philips :
Model – 861.388 (display teks) 861389 (EKG dan tampilan teks)
Disertakan dengan AED, baterai primer (1), SMART Pads III (1 set),
instruksi dicetak (Panduan Pemasangan) dan CD-ROM (Referensi
Administrasi)
Bentuk Gelombang- SMART parameter gelombang terpotong
eksponensial biphasic menyesuaikan sebagai fungsi dari impedansi
pasien. Dewasa puncak nominal saat 32A (150J menjadi beban
ohm 50); pediatrik nominal puncak arus 19A (50J menjadi beban
ohm 50) menggunakan opsional Bayi / Anak Key
Pengiriman kejutan – Via bantalan defibrilator ditempatkan di
anterior-anterior (Lead II) posisi untuk orang dewasa; Posisi
14
anterior-posterior untuk bayi dan anak-anak di bawah 55 lbs (25 kg)
atau 8 tahun.
Kontrol – tombol On / Off, tombol shock, tombol pilihan. Fitur Auto-
On, bila digunakan dengan opsional FR3 tas jinjing, memungkinkan
FR3 untuk menyala ketika kasus tutupnya dibuka
Indikator – LCD warna resolusi tinggi, pager, suara, nada dan
berkicau, speaker audio, konektor socket, lampu siap, tombol shock
Advanced Mode Dikonfigurasi menggunakan opsional software
Ukuran 2,7 “tinggi x 5,3” wide x 8,7 “dalam (6,9 cm x 13,5 cm x 22,1
cm)
Berat 3 lbs 8 oz (1,6 kg) dengan FR3 baterai standar diinstal
Layar LCD layar warna, 320 x 240 piksel. 2,8 “x 2,1” (7,2 cm x 5,4
cm)
Bandwidth 1 Hz sampai 30 Hz (-3dB), nominal (non-diagnostik)
Dipantau Timbal II Timbal menggunakan anterior-anterior
penempatan bantalan dewasa
Jenis 12 VDC, 4,7 Ah, lithium mangan dioksida sel primer lama
hidup
Kapasitas Biasanya 300 guncangan atau 12 jam waktu operasi
pada 77 ° F (25 ° C) jika dikonfigurasi untuk pemantauan setelah
ada Syok Disarankan (NSA) kehidupan siaga minimal 3 tahun
ketika disimpan di bawah kondisi lingkungan siaga (baterai
terpasang)
15
rechargeable (dapat di isi ulang) dengan umur hidup yang lama (5
tahun)
Pads Defibrillator: Merupakan dua buah Elektroda yang digunakan
untuk mengalirkan Energi listrik dari Unit Defibrillator / AED ke dada
pasien.
Monitor: Hanya terdapat pada defibrillator monitor/manual, dan
umumnya tidak terdapat pada AED.
Kabel ECG : Bagian ini hanya terdapat pada jenis defibrillator
monitor, yaitu modul kabel yang digunakan untuk pemantauan
EKG.
Kabel SpO2 : Sebagaimana modul EKG defib monitor juga
sebagian dilengkapi dengan modul SpO2 untuk pemantauan
saturasi oksigen.
16
untuk mempertahankan kinerja perangkat anda, aksesoris yang
perlu diperhatikan salah satunya adalah Pads dan Baterai.
Lakukan Self Testing (Cek Tampilan)
Sebagian besar User yang memiliki AED dan Defibrillator tidak
akan mengetahui secara pasti adanya permasalahan pada
perangkatnya. Padahal ini sangatlah penting. Bagaimana
seandainya AED tersimpan begitu lama tanpa kita mengtahui
kondisinya, kemudian tiba – tiba harus digunakan secara darurat.
Ternyata perangkat tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya ?
Tentunya hal ini sangat disayangkan. Oleh sebab itu, anda bisa
lakukan maintenance atau perawatan simple dengan melakukan
self test secara berkala. Anda bisa lakukan satu minggu sekali atau
satu bulan sekali. Semua perangkat defibrillator memiliki fitur ini,
dan terdapat indikator apabila memang terdeteksi satu
permasalahan di bagian tertentu pada perangkat tersebut.
Pemeriksaan Kesehatan Perangkat Secara Lengkap
Selain Self Test, perlu juga sebuah perangkat defibrillator dilakukan
pemeriksaan lengkap secara berkala. Umumnya dilakukan satu
tahun sekali. Proses pemeriksaan ini dilakukan secara professional
dan jauh lebih ketat daripada tes mandiri. Terutama dilakukan
pengecekan terhadap kemampuan analisa perangkat dalam
mendeteksi ritme jantung yang berbeda. Hal ini harus dipasikan
dengan benar dan valid. Kegagalan pada proses defibrillasi bisa
disebabkan karena faktor tersebut.
Seiring bertambahnya usia sebuah perangkat defibrillator tentunya
hal – hal demikian ini menjadi penting. Karena tidak menutup
kemungkinan bagian atau komponen yang terdapat di dalam alat ini
juga mengalami penuaan. Hal ini dapat berakibat pada kinerja
defibrillator yang menurun dan otomatis berpengaruh terhadap
keberhasilan defibrilasi
17
Pelatihan AED
Untuk menjaga dari kesalahan penggunaan akan lebih baik apabila
seseorang yang ditugaskan bertanggung jawab penuh terhadap
penggunaan alat. Untuk itulah perlu dilakukan training atau
pelatihan professional yang nantinya akan digunakan untuk
memandu atau memberikan tutoral bagaina cara menggunakan
AED yang benar.
Ini merupakan bagian dari perawatan defibrillator secara tidak
langsung. Defibrillator masih selalu dapat digunakan selama pads
dan baterai belum kadaluarsa. Namun apabila dalam sekali
penggunaan terdapat kesalahan. Maka bisa jadi anda tidak dapat
menggunakan untuk yang kedua kalinya.
Proses Penggantian Sparepart
Semua perangkat elektronik memiliki masa simpan yang efektif.
Seperti halnya defibrillator. Baterai AED bertahan hingga 5 tahun,
setelah itu harus segera dilakukan penggantian agar kembali dapat
digunakan dengan maksimal. Maka, gunakanlah aksesoris atau
sparepart original yang direkomendasikan.
18
dengan satu tekanan (volts) dalam periode waktu tertentu
(milidetik) di seluruh suatu bahan yang mempunyai resistensi atau
tahanan (ohm).
Operator memilih energy shock (joule) dalam menjalankan
defibrillator, namun yang benar-benar mendefibrilasikan jantung
adalah aliran arus electron (ampere). Defibrilasi didapat dengan
membangkitkan suatu amplitudo, aliran arus dan mempertahankan
aliran tersebut dalam suatu interval waktu. Amplitudo arus, durasi
shock dan bagaimana amplitude arus berubah selama interval
tersebut memiliki hubungan yang sangat kompleks dalam
menentukan bagaimana shock yang diberikan, akan melakukan
defibrilasi.
Para peneliti mengatakan bahwa istilah current density merupakan
kunci dari keberhasilan defibrilasi. Curent density adalah rasio dari
besarnya arus yang mengalir di seluruh konduktor ke daerah yang
dileati oleh aliran arus tersebut, dinyatakan sebagai aliran arus per
unit area (ampere/cm2). Current density tergantung pada dosis
shock yang dipilih, lebih ditentukan oleh posisi electrode dan
anatomi thorak.
Berdasarkan hokum ohm diatas dimana arus = voltage ÷ tahanan,
maka operator dapat mempengaruhi arus listrik dari defibrillator
dengan memberikan efek langsung pada tahanan transthorak.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah energy yang dipilih,
ukuran electrode, kualitas kontak antara kulit dan electrode, jumlah
dan interval waktu dari shock yang sebelumnya, material electrode
yang menempel pada kulit, fase ventilasi, jarak antar kedua
electrode (ukuran dada), dan tekanan kontak antara electrode dan
dada. Penelitian yang dilakukan telah berhasil menentukan tahanan
transthorak manusia normalnya antara 15-150 ohm, dan rata-rata
tahanan orang dewasa sekitar 70-80 ohm. Jika tahanan transthorak
tinggi maka shock dengan energy yang rendah mungkin akan gagal
19
untuk melewatkan arus yang cukup diseluuh jantung untuk
menimbulkan defibrilasi.
20
g. Penggunaan obat pada AED
a. Epinephrine
Dosis epinephrine adalah 1 mg IV/IO setiap 3-5 menit, epinefrin
dapat diberikan 2-2,5 mgg endotrakeal bila akses IV/IO tidak
didapat.
Epinephrine hydrochloride memiliki efek stimulasi terhadap reseptor
β-adrenergic kontroversial karena dapat meningkatkan kerja
miokardium dan mengurangi perfusi subendokardial
b. Amiodarone
Dosis awal 300 mg IV/IO, kemudian diikuti oleh satu dosis lanjutan
150 mg IV/IO. Amiodarone memiliki pengaruh terhadap channel
sodium, kalium, dan kalsium dan dapat blok reseptor α dan β
21
Gambar 2.6 Contoh Amiodarone
c. Lidocaine
Dosis awal adalah 1 – 1.5 mg/kg IV, jika ritme bertahan dapat diberi
dosis tambahan 0.5 – 0.75 mg/kg IV dengan interval 5-10 menit,
hingga dosis maksimal 3 mg/kg. Lidocaine dapat diberikan bila
amiodarone tidak tersedia; obat ini belum dibuktikan efektif untuk
meningkatkan survival jangka pendek atau jangka panjang pasien
henti jantung
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
Tingkat keberhasilan tindakan defibrilasi menurun 5-10% untuk
setiap menit penundaan waktu dihitung dari onset fibrilasi ventrikel.
Oleh karena hal tersebut, pengetahuan tentang prosedur defibrilasi
sangatlah penting untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan dalam hal resusitasi penderita.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Yuniadi Y. Hermanto DY. Rachaje AU. Buku ajar kardivaskuler jilid I dan II oleh
departemen kardiologi dan Kedokteran vaskuler FKUI. Jakarta Sagung Seto.
2017.
Jordan MR, Morisanponce D.Asystole. stat Pealrs. 2017. Oct 9. {medicane full
text}. Translate,2109 desember.
23
Fuzaylov G, woods B, documentation of recustation of an infark with pulseless
electrical activity arrest because of cardiac tompenade Eur J emerrg Med. 2009
Apr.16. medicaneTranslate,2109 desember.
24