Anda di halaman 1dari 8

ASBABUL WURUD

Dosen pengampu :

H, Rozian Karnedi, M.Ag

DisusunOleh :

MUHAMMAD ABDILLAH FIDZIKRI

NIM.2011450006

PROGRAM STUDI ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmatdan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada matakuliah pengantar asbabul wurud
dengan judul asbabul wurud

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pembimbing
agar bias dipresentasikan dan bermanfaat sebagai pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan
maupun kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan pada tugas selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
menambah wawasan keilmuan tentang asbabul wurud

Terimakasih.

Wassalamu’alikum. Wr. Wb.

Bengkulu,6 desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PEMBAHASAN
a. Hadis tentang siapa tidak menyayangi maka tidak di sayang
b. Hadis tentang kamu lebih mengetahui urusan dunia
B. PENUTUP
a. kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PEMBAHASAN

A. Hadis tentang barang siapa tidak menyayangi maka tidak disayang

Rasulullah alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya barang siapa tidak menyayangi


maka dia tidak akan disayang." (HR Muslim) Latar belakang hadits ini sebagaimana
diceritakan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Aqra bin Habis pernah
melihat Nabi Shallalhu alaihi wa sallam sedang mencium Sayyidina Hasan RA.

Dia (Aqra bin Habis) berkata sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak namun aku
tidak pernah mencium satupun dari mereka. Kemudian Rasulullah alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya barang siapa tidak menyayangi maka dia tidak akan disayang." Berkasih
sayang merupakan fitrah manusia, Allah Ta’ala memiliki sifat Arrahmaan dan Arrahiim yang
Rahmat Nya meliputi semua makhluk, kemudian Allah Taala meberikannya sifat itu kepada
makhluk Nya untuk berkasih sayang pula, dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada
kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas
kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah
mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat."
(Muttafaq ‘alaih; HR Bukhari wal Muslim dari Abu Hurairah RA)

Karena itulah maka Allah SWT melarang tindakan yang dapat memutuskan kasih sayang
itu, ketika seorang muslim dilarang untuk tidak bertegur sapa hingga tiga hari lamanya,
dilarang untuk memutuskan silaturahmi bahkan dilarang untuk saling menzalimi dan
mengambil yang bukan haknya. Semua tindakan itu akan menyebabkan hilangnya kasih
sayang diantara makhluk.

Setiap kita diminta untuk menyebarkan kasih sayang diantara sesama manusia
diantaranya adalah dengan saling mengucapkan salam dimana terkandung didalamnya saling
mendoakan kebaikan satu dengan lainnya. Islam juga mengajarkan untuk mengungkapkan
perasaan kasih sayang itu agar tampak, seperti bermuka manis terhadap saudaranya,
mengucapkan kalimat yang berarti kasih sayang kepada sesama. Salah satu yang
menyebabkan kasih sayang juga adalah sikap saling berbagi dan mendahulukan kepentingan
saudaranya dibandingkan kepentingan dirinya sendiri. Yang muda menghormati yang tua dan
yang tua menyayangi yang muda.

Dengan menyebarnya kasih sayang diantara makhluk, maka kehidupan dimuka bumi ini
akan terasa damai, sebagaimana digambarkan ketika dizaman khalifah Abu Bakar Assidiq
RA, Sahabat Umar bin Khattab RA yang kala itu menjabat sebagi Qadi atau hakim meminta
mundur dari jabatannya karena dia merasa jabatannya sudah tidak diperlukan lagi. Ketika dia
ditanya oleh Khalifah Abu Bakar RA tentang alasannya meminta mundur dari jabatannya
sebagai qadhi beliau menjawab : “Wahai khalifah, pemimpin setelah Rasulullah SAW!
Bukan begitu maksud saya. Melainkan karena semua orang Mukmin sudah tidak lagi
membutuhkan bantuan saya. Semua orang tahu haknya masing-masing. Tidak ada yang
meminta lebih atau mengambil hak orang lain. Semua orang menjalankan kewajibannya,
tidak ada yang salah. Semua orang mukmin di sini mencintai saudaranya seperti halnya dia
mencintai dirinya sendiri.

Jika ada satu orang yang tidak kelihatan, mereka merasa kehilangan dan mencarinya.
Jika ada yang sakit, mereka menjenguknya. Jika ada yang miskin, mereka membantunya. Jika
ada yang kesulitan, mereka menolongnya. Jika ada yang tertimpa musibah dan kemalangan,
mereka ikut berduka cita, berbela sungkawa, dan mendatanginya. Agama mereka jadikan
sebagai nasihat. Akhlak dan budi pekerti mereka adalah menyuruh kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Jadi, bagaimana mungkin mereka mempunyai masalah?” Jadi siapa yang
menyayangi orang lain tentunya diapun akan disayang, demikian sebaliknya siapa ang tidak
menyayangi tentu dia tidak akan disayang.

B. Hadis tentang kamu lebih mengetahui urusan duniamu

‫قَا َل أَ ْنتُ ْم أَ ْعلَ ُم بِأ َ ْم ِر ُد ْنيَا ُك ْم‬

Kemudian beliau ‫ ﷺ‬bersabda, “Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR


Muslim No. 2363)

Sebagian orang menjadikan landasan Hadits ini sebagai meningalkan hukum syari’at
dalam lapangan ekonomi, kebudayaan, politik dan lainnya. Mereka menduga bahwa
kesemuanya itu adalah termasuk urusan dunia. Dan kita lebih mengetahui tentang urusan
dunia kita. Sementara dengan adanya hadits tersebut berarti Rasulullah telah menyerahkan
urusan dunia ini kepada kita.
Apakah pengertian seperti ini yang dimaksudkan oleh Hadits tersebut..???
Sama sekali bukan..!!! di antara tujuan Allah mengutus Rasul-Nya adalah meletakkan
kaedah-kaedah keadilan dan peraturan-peraturan hak dan kewajiban untuk umat manusia
dalam kehidupan dunianya sehingga ukurannya tidak goyah dan menutup peluang bagi orang
yang ingin berbuat kedhaliman. Sebagaimana terdapat dalamfirman Allah surat al-Hadid ayat
yang ke 25:

ِ ‫َاب َو ْال ِميزَ انَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوأَنزَ ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
“sesungguhnya kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata
dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca keadian supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan”.
Oleh karena itu banyak nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menatur urusan
muamalah sepertijual beli,koperasi, gadai, sewa-menyewa, pinjaman dan lainnya. Dan ayat
terpanjang dalam al-Qur’anadalah mengatur tentang ketentuan utang-piutangdalam Islam.
Adapun tentang Hadits “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian “ harus di tafsirkan
berdasarkan sebab diucapkannya hadits itu oleh Rasulullah. Kisahnya adalah menyangkut
dengan penyerbukan kurma yang dilakukan oleh kaum Anshar di Madinah. Adapun petunjuk
nabi tersebut adalah pendapat Beliau yang bersifat dugaan yang berhubungan dengan
penyerbukan kurma, sementara beliau adalah bukan orang yang ahli dalam pertanian. Karena
rata-rata penduduk Mekah kehidupannya dengan berdagang, bukan dengan pertanian karena
di Mekah tanahnya tandus yang berbeda dengan di Madinah yang mayoritas masyarakatnya
bertani karena tanahnya subur.

Kaum Anshar mengira bahwa ucapan Rasul yang melarang penyerbukan kurman
adalah wahyu sehingga mereka tidak agimelakukan penyerbukan sehingga hasil panennya
menurun. Oleh karena itu Rasul bersabda melalui hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dari Musa bin Thalhah bin Ubaidullah menceritakan dari Bapaknya (yang) ia berkata: Aku
bersama Rasulullah melewati kebun kurma, beliau melihat orang-orang mengawinkan kurma.
Lalu beliau bersabda: “Apa yang mereka lakukan?” Para sahabat menjawab, “Mereka
mengambil yang jantan untuk digabungkan dengan yang betina.” Beliau bersabda: “Aku
melihat bahwa perbuatan mereka tidak ada gunanya.” Perkataan beliau itu sampai ke telinga
mereka (pekebun kurma) hingga mereka meninggalkannya (tidak mengawinkan kurma)
sehingga hasil panen mereka pun gagal. Kejadian tersebut akhirnya juga sampai kepada Nabi.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Oleh karena itu banyak nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menatur urusan
muamalah sepertijual beli,koperasi, gadai, sewa-menyewa, pinjaman dan lainnya. Dan ayat
terpanjang dalam al-Qur’anadalah mengatur tentang ketentuan utang-piutangdalam Islam.
Adapun tentang Hadits “Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian “ harus di tafsirkan
berdasarkan sebab diucapkannya hadits itu oleh Rasulullah. Kisahnya adalah menyangkut
dengan penyerbukan kurma yang dilakukan oleh kaum Anshar di Madinah. Adapun petunjuk
nabi tersebut adalah pendapat Beliau yang bersifat dugaan yang berhubungan dengan
penyerbukan kurma, sementara beliau adalah bukan orang yang ahli dalam pertanian. Karena
rata-rata penduduk Mekah kehidupannya dengan berdagang, bukan dengan pertanian karena
di Mekah tanahnya tandus yang berbeda dengan di Madinah yang mayoritas masyarakatnya
bertani karena tanahnya subur.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.safrizaljuly.com/2021/06/hadis-penyerbukan-kurma-kalian-lebih-tahu-urusan-
dunia.html

https://umma.id/post/tidak-menyayangi-maka-tidak-disayang-331117?lang=id

Anda mungkin juga menyukai