Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

“Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana”

Dosen Pengampu:
Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM.

Oleh
Kelompok 3
Anggota:

Muhammad Alfarezi 1811211028


Avira Adrisma 2121212007
Rahmi Octaferina 2121212003

PROGRAM STUDI MAGISTER EPIDEMIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmatNya kepada kelompok sehingga kelompok dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan judul “Peran Pemerintah pada Penanggulangan
Bencana” Selanjutnya shalawat beserta salam kelompok sampaikan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah hingga zaman berilmu yang dapat kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata
kuliah Manajemen Bencana. Kesempatan kali ini kelompok mengucapkan terima
kasih kepada Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM. dan rekan yang telah
bekerja keras untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mohon saran dan kritikan
pembaca terhadap makalah ini untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Padang, September 2021

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Definisi Bencana...........................................................................................3
2.2 Pedoman Penanggulangan Bencana...............................................................4
2.3 Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan..........5
2.4 Contoh Penerapan Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana........15
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
1.1 Kesimpulan..................................................................................................17
1.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana


alam maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti
keragaman sosial budaya dan politik.
Bencana adalah peristiwa yang mengganggu tatanan masyarakat, yang
menyebabkan kerugian ekonomi, sosial maupun nyawa dan juga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, yang berdampak dalam kehidupan masyarakat (Tas et al.,
2020).
Bencana terdiri dari bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit (BNPB, 2014).
Bencana telah mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi korban dan
orang-orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami oleh
masyarakat, akan tetapi juga dirasakan oleh pemerintah. Untuk mengatasi dan
mengurangi kerugian tersebut, diadakanlah kegiatan penanggulangan bencana.
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
Penanggulangan bencana adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Bencana ini tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat namun juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, kab/ Kota maupun
sampai tingkat Kecamatan.

1
2

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan berbagai
masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu bencana ?
2. Bagaimana Pedoman Penanggulangan Bencana itu?
3. Bagaimana Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana Bidang
Kesehatan?
4. Bagaimana Contoh Penerapan Peran Pemerintah pada Penanggulangan
Bencana?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Apa itu Bencana.
2. Untuk mengetahui Pedoman Penanggulangan Bencana.
3. Untuk mengetahui Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan.
4. Untuk mengetahui Contoh Penerapan Peran Pemerintah pada
Penanggulangan Bencana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana


BAB 1 : Bencana adalah peristiwa yang
mengganggu tatanan masyarakat, yang
menyebabkan kerugian ekonomi, sosial maupun
nyawa dan juga dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari, yang berdampak dalam kehidupan masyarakat
(Tas et al., 2020).
 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kondisi ini
berdampak terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
pembangunan Nasional yang tidak dapat berjalan normal. Sementara
untuk pemulihan kondisi masyarakat korban bencana memerlukan
dukungan baik pemerintah serta masyarakat di luar wilayah bencana.
Untuk itu diperlukan upaya dalam mengurangi risiko kerugian bila
bencana terjadi.
 Secara singkat bencana dapat diartikan sebagai Peristiwa yang
mengancam dan menyebabkan kerugian bagi manusia, yang disebabkan
oleh interaksi antara faktor alam dan manusia.”Jika kita mencermati,
maka kita mendapati tiga komponen dalam pengertian pengertian di atas,
yaitu ‘bencana’, ‘kejadian mengancam’ (bisa alam maupun non-alam),
dan ‘faktor manusia’. Implikasinya adalah:
1. Bencana dan kejadian ancaman (selanjutnya disebut ancaman)
merupakan dua hal yang berbeda.
2. Ancaman dapat menjadi bencana apabila manusia dalam kondisi
rentan dan tidak memiliki kemampuan menghadapi ancaman atau
kerentanan terhadap bencana.
2.2 Pedoman Penanggulangan Bencana
 Dalam UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana didefinisikan
sebagai sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
 Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan, diatur berbagai
tugas dan wewenang Pemerintah Pusat Maupun Pemerintah Daerah dalam
upaya Penanggulangan Bencana.
Secara garis besar, upaya penanggulangan bencana meliputi :
 Kesiapsiagaan => keadaan siap setiap saat bagi setiap orang, petugas
serta institusi pelayanan (termasuk pelayanan kesehatan) untuk
melakukan tindakan dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum,
sedang, maupun sesudah bencana.
 Penanggulangan => serangkaian upaya untuk menanggulangi
bencana, baik yang ditimbulkan oleh alam maupun ulah manusia,
termasuk dampak kerusuhan yang meliputi kegiatan pencegahan,
penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
 Tujuan dari upaya di atas ialah mengurangi jumlah kesakitan, risiko
kecacatan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah atau
mengurangi risiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya; dan
mencegah atau mengurangi risiko dan mengatasi dampak kesehatan
lingkungan akibat bencana. Penanganan atau penanggulangan bencana
meliputi 3 fase yaitu fase sebelum terjadinya bencana, fase saat terjadinya
bencana, dan fase sesudah kejadian bencana, hal ini dapat digambarkan
dengan Siklus Bencana dibawah ini :

Kesiapsiagaan Tanggap darurat

Mitigasi Pra Bencana Saat Bencana

Pencegahan

Rekonstruksi Pasca Bencana Pemulihan


2.3 Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana di daerah atau lokasi bencana
dan pengungsian akan memerlukan koordinasi dengan berbagai sektor.
Penanggulangan Bencana meliputi 3 fase yaitu fase sebelum terjadinya
bencana, fase saat terjadinya bencana, dan fase sesudah kejadian bencana dan
secara garis besar dapat diuraikan peran Pemerintah sebagai berikut :

I. Pra Bencana
Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Tingkat Pusat
 Membuat, menyebarluaskan dan memutakhirkan
pedoman penanggulangan bencana.
 Membuat standard-standard penanggulangan bencana.
 Membuat peta geomedik
 Mengadakan pelatihan setiap unit dan petugas yang
terlibat dalam penanggulangan bencana, termasuk di
dalamnya gladi posko dan gladi lapang.
 Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan
swasta termasuk LSM.
 Membuat standard dan mekanisme penerimaan bantuan
dari dalam dan luar negeri.
 Inventarisasi jenis dan lokasi kemungkinan terjadinya
bencana di wilayahnya dengan mengupayakan informasi
"early warning" atau peringatan dini.
 Membentuk tim reaksi cepat penanggulangan bencana.
 Mengembangkan mitigasi dan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana (sarana dan prasarana).
 Mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
 Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi.
 Koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi
sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dari Pusat
sampai Daerah.
b. Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan :
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
 Membuat rencana kontinjensi ("Contingency Plan").
 Menyusun dan menyebarluaskan Pedoman/Protap Penanggulangan
Bencana.
 Inventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swasta termasuk
LSM.
 Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat.
 Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan
gladi lapang dengan melibatkan semua unit terkait.
 Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
 Melengkapi sarana/fasilitas yang diperlukan termasuk
mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di daerah tersebut.
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penanggulangan kesiapsiagaan bencana.
 Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi
sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dengan Pusat dan
Kabupaten/Kota.

c. Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan kegiatan:
 Membuat rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
 Membuat rencana kontinjensi ("Contingency Plan")
 Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko
dan gladi lapang dengan melibatkan semua unit terkait.
 Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat.
 Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana.
 Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjadi:
a) Jumlah dan lokasi Puskesmas
b) Jumlah ambulans
c) Jumlah tenaga kesehatan
d) Jumlah RS termasuk fasilitas kesehatan lainnya.
e) Obat dan perbekalan kesehatan
f) Unit transfusi darah
 Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor
meliputi sinkronisasi kegiatan penanggulangan bencana dengan
Provinsi dan Kecamatan.
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penanggulangan kesiapsiagaan bencana.

d. Tingkat Kecamatan
Kepala Puskesmas melakukan kegiatan
 Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
 Membuat jalur evakuasi.
 Mengadakan pelatihan
 Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjadi
 Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini
(Early Warning System) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
 Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam
Satgas.
 Mengadakan koordinasi lintas sektor.

2. Saat Bencana
a. Tingkat Pusat
1. Sekretaris Jenderal sebagai penanggung jawab
penanggulangan bencana,di samping itu bertanggung jawab
dalam merencanakan, mobilisasi sumber daya, dan penyediaan
informasi.
2. Dirjen Bina Pelayanan Medik membantu/ mendukung
pelaksanaan pelayanan darurat medik di lapangan dan
pelayanan medik rujukan rumah sakit.
3. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(PP-PL) membantu/ mendukung dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi kesehatan lingkungan dan pemberantasan
penyakit, logistik dan peralatan kesehatan lapangan dalam
rangka pencegahan KLB penyakit menular di tempat
penampungan pengungsi dan lokasi sekitarnya.
4. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan membantu/
mendukung pelaksanaan bantuan obat, bahan habis pakai dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan.
5. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat membantu/ mendukung
pelayanan kesehatan dasar dan gizi.
6. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan (PPSDM) membantu dalam perencanaan dan
pengembangan tenaga kesehatan.
7. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) membantu unit utama terkait, dalam
penanggulangan bencana agar lebih efektif dan efisien.
8. Inspektur Jenderal melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan yang terkait dalam penanggulangan bencana.
9. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes sebagai
pelaksana koordinasi mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Mengaktifkan Pusdalops penanggulangan bencana.
b) Mengadakan koordinasi lintas sektor untuk angkutan
personil, peralatan, bahan bantuan dan lain-lain.
c) Mengkoordinasikan bantuan swasta dan sektor lain.
d) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk
mempersiapkan bantuan bila diperlukan.
e) Berkoordinasi dengan Tim Identifikasi Nasional untuk
identifikasi korban meninggal massal.
10. Departemen Kesehatan dapat memanfaatkan potensi dan fasilitas
kesehatan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (misalnya Pertamina, PTP, BUMN, Swasta dll)
b. Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan :
 Melapor kepada Gubernur dan menginformasikan kepada
PPK Depkes tentang terjadinya bencana atau adanya
pengungsi.
 Mengaktifkan Pusdalops Penanggulangan Bencana tingkat
Propinsi.
 Berkoordinasi dengan Depkes dalam hal ini PPK, bila ada
kebutuhan bantuan obat dan perbekalan kesehatan.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
menggunakan buku pedoman pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan.
 Berkoordinasi dengan Rumah Sakit Provinsi untuk
mempersiapkan menerima rujukan dari lokasi bencana atau
tempat penampungan pengungsi. Bila diperlukan,
menugaskan Rumah Sakit Provinsi untuk mengirimkan
tenaga ahli ke lokasi bencana atau tempat penampungan
pengungsi.
 Berkoordinasi dengan Rumah Sakit rujukan (RS
Pendidikan) di luar Provinsi untuk meminta bantuan dan
menerima rujukan pasien.
 Berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk melakukan "Rapid Health
Assessment" atau evaluasi pelaksanaan upaya kesehatan.
 Memobilisasi tenaga kesehatan untuk tugas perbantuan ke
daerah bencana.
 Berkoordinasi dengan sektor terkait untuk penanggulangan
bencana.
 Menuju lokasi terjadinya bencana atau tempat penampungan
pengungsi.
 Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah, maka
sebagai koordinator penanggulangan bencana nasional adalah
Sekjen Depkes.
Direktur Rumah Sakit Provinsi melakukan kegiatan
1) Mengadakan koordinasi dengan Rumah Sakit
Kabupaten/Kota untuk mengoptimalkan sistem rujukan.
2) Menyiapkan instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap
untuk menerima penderita rujukan dan melakukan pengaturan
jalur evakuasi.
3) Mengajukan kebutuhan obat dan peralatan lain yang diperlukan.
4) Mengirimkan tenaga dan peralatan ke lokasi bencana bila
diperlukan.

c. Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan kegiatan :
 Berkoordinasi dengan anggota Satlak PB dalam penanggulangan
bencana.
 Mengaktifkan Pusdalops Penanggulangan Bencana tingkat
Kabupaten/Kota.
 Berkoordinasi dengan RS Kabupaten/Kota termasuk RS Swasta
Rumkit TNI dan POLRI untuk mempersiapkan penerimaan
penderita yang dirujuk dari lokasi bencana dan tempat penampungan
pengungsi.
 Menyiapkan dan mengirim tenaga kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan ke lokasi bencana.
 Menghubungi Puskesmas di sekitar lokasi bencana untuk
mengirimkan dokter, perawat dan peralatan yang diperlukan termasuk
ambulans ke lokasi bencana.
 Melakukan Penilaian Kesehatan Cepat Terpadu (Integrated
Rapid HealthAssessment).
 Melakukan penanggulangan gizi darurat.
 Memberikan imunisasi campak di tempat pengungsian bagi anak-
anak di bawah usia 15 tahun.
 Melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyakit potensial
wabah, pengendalian vektor serta pengawasan kualitas air dan
lingkungan.
 Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah
Kabupaten/Kota, maka sebagai penanggung jawab adalah Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
Direktur Rumah Sakit Kabupaten/Kota melakukan kegiatan :
1. Menghubungi lokasi bencana untuk mempersiapkan instalasi
gawat darurat dan ruang perawatan untuk menerima rujukan
penderita dari lokasi bencana dan tempat penampungan
pengungsi.
2. Menyiapkan instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap
untuk menerima rujukan penderita dari lokasi bencana atau
tempat penampungan pengungsi dan melakukan pengaturan jalur
evakuasi.
3. Menghubungi RS Provinsi tentang kemungkinan adanya
penderita yang akan dirujuk.
4. Menyiapkan dan mengirimkan tenaga dan peralatan kesehatan ke
lokasi bencana bila diperlukan.

d. Tingkat Kecamatan
Kepala Puskesmas di lokasi bencana melakukan kegiatan:
 Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan triase dan
memberikan pertolongan pertama.
 Melaporkan kepada Kadinkes Kabupaten/Kota tentang
terjadinya bencana.
 Melakukan Initial Rapid Health Assessment (Penilaian Cepat
Masalah Kesehatan awal).
 Menyerahkan tanggung jawab pada Kadinkes Kabupaten/Kota
apabila telah tiba di lokasi.
 Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah
kecamatan, maka sebagai penanggung jawab adalah Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta
ambulans/alat transportasi lainnya ke lokasi bencana dan tempat
penampungan pengungsi
 Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban
serta pelayanan kesehatan pengungsi.

3. Pasca Bencana
a. Tingkat Pusat
1) Koordinasi lintas program untuk :
a. Evaluasi dampak bencana guna menanggulangi kemungkinan
timbulnya KLB penyakit menular.
b. Upaya pemulihan kesehatan korban bencana.
c. Berkoordinasi dengan program terkait dalam upaya
rekonsiliasi, khususnya untuk wilayah yang mengalami konflik
dengan kekerasan
d. Penyelesaian administrasi dan pertanggungjawaban
anggaran yang telah dikeluarkan selama berlangsungnya
penanggulangan bencana.

2) Koordinasi lintas sektor untuk :


a) Pemulihan (rehabilitasi) prasarana/sarana kesehatan yang
mengalami kerusakan.
b) Pemulihan (rehabilitasi) kehidupan masyarakat ke arah
kehidupan normal.
c) Relokasi masyarakat pengungsi.
d) Rekonsiliasi masyarakat yang terlibat bencana konflik
sosial dengan kekerasan.
e) Pembangunan kembali (rekonstruksi) prasarana/sarana kondisi
yang permanen.
f) Pemantauan, evaluasi dan analisis dampak bencana serta
penanggulangan pengungsi.

b. Tingkat Provinsi
1. Mendukung upaya pelayanan kesehatan dasar terutama
pencegahan KLB, pemberantasan penyakit menular,
perbaikan gizi di tempat penampungan pengungsi maupun
lokasi sekitarnya, kegiatan surveilans epidemiologi, promosi
kesehatan, penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
3. Melakukan evaluasi dan analisis dampak bencana
terhadap kesehatan lingkungan/KLB.
4. Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sector
5. Membantu upaya rekonsiliasi,
Khusus untuk konflik dengan tindak kekerasan dapat dilakukan
rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai dengan mediasi
sektor kesehatan, yaitu kesehatan sebagai jembatan menuju
perdamaian dengan kegiatan berupa :
a) Pelatihan bersama dengan melibatkan pihak-pihak yang
bertikai.
b) Sosialisasi netralitas petugas kesehatan untuk menjalankan
profesinya kepada pihak yang bertikai.
c) Kerjasama petugas kesehatan dari pihak-pihak yang bertikai
dalam menyusun program kesehatan bagi korban kerusuhan.
d) Pelayanan kesehatan terpadu antara pihak bertikai
tanpa membedakan perbedaan (Azas Netralitas).

c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Mendukung upaya pelayanan kesehatan dasar terutama
pencegahan KLB, pemberantasan penyakit menular,
perbaikan gizi di tempat penampungan pengungsi maupun
lokasi sekitarnya, kegiatan surveilans epidemiologi, promosi
kesehatan, penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang.
3) Melakukan evaluasi dan analisis dampak bencana
terhadap kesehatan lingkungan/KLB.
4) Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status
gizi setelah rapid assessment dilakukan, merencanakan
kebutuhan pangan untuk suplemen gizi.
5) Menyediakan pelayanan kesehatan, pengawasan kualitas air
bersih dan sanitasi lingkungan bagi penduduk di penampungan
sementara.
6) Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sector
7) Memulihkan kesehatan fisik, mental dan psiko-sosial korban
berupa :
a) Promosi kesehatan dalam bentuk konseling (bantuan psiko-
sosial) dan lain-lain kegiatan diperlukan agar para
pengungsi dapat mengatasi psiko-trauma yang dialami.
b) Pencegahan masalah psiko-sosial untuk menghindari
psikosomatis.
c) Pencegahan berlanjutnya psiko-patologis pasca pengungsian.

d. Tingkat Kecamatan
Puskesmas Kecamatan tempat terjadinya bencana :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di
penampungan dengan mendirikan Pos Kesehatan Lapangan
2. Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan
pengawasan sanitasi lingkungan.
3. Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang
mungkin timbul.
4. Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila
terjadi KLB penyakit menular dan gizi buruk.
5. Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan dalam memberikan KIE kepada masyarakat luas,
bimbingan pada kelompok yang berpotensi mengalami
gangguan stress pasca trauma, memberikan konseling pada
individu yang berpotensi mengalami gangguan stress pasca
trauma.
6. Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan
konseling awal dan membutuhkan konseling lanjut,psikoterapi
atau penanggulangan lebih spesifik.

2.4 Contoh Penerapan Peran Pemerintah pada Penanggulangan Bencana


Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Covid19, di mana
diambil Langkah-langkah strategi dari publikasi WHO, Report of the WHO-
China joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), seperti :
1. Segera mengaktifkan protocol tanggap darurat tertinggi tingkat
nasional untuk memastikan semua elemen pemerintahan dan
masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala Covid-19 cukup
dengan pengukuran non-farmatik.

2. Memprioritaskan pelacakan kasus-kasus positif Covid-19


dengantes secepat mungkin, dilanjutkan denganmelakukan
isolasi dan karantina pada kontak-kontak dekat terhadap kasus.
3. Memberikan pendidikan publik secara penuh tentang Covid-19,
bahayanya dan peran publik untuk turut membantu
mencegahnya.
4. Segera meluaskan pengawasan terhadap rantai penyebaran
Covid-19 dengan memberikan tes kepada semua pasien yang
memiliki gejala-gejala semacam pneumonia.
5. Melakukan perencenaan dan simulasi smulti-sektor untuk
mencegah rantai penyebaran, seperti pembatalan kegiatan yang
melibatkan banyak orang serta penutupan sekolah- sekolah dan
tempat kerja.
Secara Garis Besar Peran pemerintah dalam Penanggulangan Bencana tergambar
dalam skema berikut ini :

Pemerintah Daerah Berpedoman

pada Perpu No.21 Tahun 2020

Langkah- h Strategi
perencanaan dalam Pencegahan

Penye vid-19

Impleme merintah
Daerah dalam Pencegahan

Penye vid-19

Keterlibata Masyarakat
terhadap Pencegahan

Penyebaran Covid-19

Dampak Kesejahteraan dan


Keamanan Masyarakat
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa yang mengganggu tatanan masyarakat, yang
menyebabkan kerugian ekonomi, sosial maupun nyawa dan juga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, yang berdampak dalam kehidupan masyarakat .
Dalam UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana didefinisikan
sebagai sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
Penanganan atau penanggulangan bencana meliputi 3 fase yaitu fase sebelum
terjadinya bencana, fase saat terjadinya bencana, dan fase sesudah kejadian
bencana. Dalam melaksanakan penanggulangan bencana memerlukan koordinasi
dengan berbagai sektor. Penanggulangan bencana ini tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat, Provinsi, Kab/Kota, melainkan juga sampai ke tingkat kecamatan.
Tujuan dari upaya di atas ialah mengurangi jumlah kesakitan, risiko
kecacatan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah atau mengurangi risiko
munculnya penyakit menular dan penyebarannya; dan mencegah atau mengurangi
risiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat bencana.

1.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami harapkan untuk perkuliahan
selanjutnya dapat turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan pengalaman
terkait penanggulangan Bencana. Semoga pembuatan makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta : Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Husein, A. dan Aidil Onasis. 2017. Manajemen Bencana, Bahan Ajar Kesehatan
Lingkungan. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145 Tahun
2007 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Pedoman Penyelidikan


Dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular Dan
Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun
2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai