Full
Full
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS
FASE ADMINISTRASI DAN DRUG THERAPY PROBLEMS PADA
PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-SEPTEMBER 2008
(Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
Perjalanan seribu mil pun perlu satu langkah awal untuk memulai, dan dalam
rentang waktu perjalanan itu tidak ada yang tahu apa yang menanti di akhir…
Dalam perjalanan itu pula ada kerikil tajam, semak belukar, angin sepoi, panas,
dan dingin yang bercampur menjadi satu… Biarlah segalanya menempa
perjalanan itu hingga membuat kita kuat dan tahan uji karena Tuhan telah
menyiapkan segala sesuatu untuk kita di akhir perjalanan itu..
Dia yang menempa kita dan menyokong kita dan Dia akan membuat segala
sesuatu indah pada waktunya….
(Francisca Tri W)
Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan berkat-Nya yang tiada berkesudahan
Almamaterku
v
Prakata
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program studi Farmasi, Jurusan
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen
vi
4. Dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
5. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan baik
secara moral maupun materiil yang tidak dapat terbalaskan oleh apapun juga.
7. Kepala dan staf Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
penelitian.
8. Ibu Anna selaku apoteker bangsal kelas III yang telah memberikan banyak
9. Bapak Yudi dan Ibu Tabita serta semua perawat yang bertugas di bangsal
kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas segala bantuan yang
11. Donald, Bambang, Vivi, Andin, Sekar, Nolen, dan Welly atas dukungan,
12. Stella atas dukungan, bantuan, persahabatan, dan semangat yang diberikan
13. Febrian, Lussy, Ester, Totok, Agung, Sarah, Fanny, dan semua teman-teman
kelas C 2005 maupun FKK 2005 atas dukungan dan kebersamaan kita selama
ini.
vii
14. Ella atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan. Terima kasih atas
terjemahannya.
15. Tara, Maya, Lia, Mbak Nana, Mbak Nur, Mbak Tinul, Ivonne, Koming atas
bantuan, semangat, dan doa yang diberikan dan tak lupa atas kesediaannya
16. Dewi, Budi, Laela, Esti, Marni, Indra atas dukungan, semangat, dan
17. Bima, Kaka, Ninik, Vero, Ichan, Esti atas dukungan dan doa yang diberikan
kepada penulis.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada penulisan skripsi ini karena
segala keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pelayanan
kesehatan.
Yogyakarta, 2008
Penulis
viii
INTISARI
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
PRAKATA …………………………………………………………………... vi
INTISARI ……………………………………………………………………. x
ABSTRACT …………………………………………………………………. xi
BAB I. PENGANTAR
1. Permasalahan ……………………………………………..... 3
xii
B. Drug Therapy Problem ………………………………………... 8
2. Definisi …………………………………………………….. 12
3. Etiologi …………………………………………………….. 13
E. Stroke …………………………………………………………... 13
2. Patofisiologi ……………………………………………….. 14
a. Outcome ……………………………………………...... 15
1. Aspirin ……………………………………………………... 17
3. Cilostazol ………………………………………………….. 18
4. Clopidogrel ………………………………………………… 18
5. Nimodipine ………………………………………………… 19
6. Nicergoline ………………………………………………… 19
7. Piracetam ………………………………………………….. 19
xiii
8. Pentoxifylline ……………………………………………… 20
9. Bellaphen® …………………………………………………. 20
xiv
3. Berdasarkan tingkat pendidikan …………………………… 35
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 62
B. Saran …………………………………………………………… 63
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 67
xv
DAFTAR TABEL
Aspirin ……………………………………………………. 17
Cilostazol…………………………………………………. 18
Clopidogrel ……………………….……………………… 18
Nimodipine ……………………………………………..… 19
Nicergoline ………………………...……………………... 19
Piracetam ………………………………………………… 19
Pentoxifylline …………………………………………… 20
xvi
Tabel XIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai
Bellaphen® ………………………………………………. 20
Nadroparine ……………………………………………… 21
xvii
Berdasarkan Diagnosis ……………………………...…. 39
Penggunaan ………………………………………………. 46
xviii
Tabel XXV. Kelompok Kasus Potensial ME Administration Error pada
2008 ……………………………………………………… 49
xix
2008 ……………………………………………………… 49
2008 ……………………………………………………… 51
Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus
xx
Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus
2008 ……………………………………………………… 54
Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang
Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat
xxi
DAFTAR GAMBAR
Payung …………………………………………………… 32
xxii
Gambar 9. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Yogyakarta …………………………………………………. 67
Yogyakarta …………………………………………………. 68
Yogyakarta …………………………………………………. 71
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Patient safety merupakan isu kritis dan harus ditangani dengan tepat
berbagai pihak yang terkait dengan perawatan pasien, utamanya adalah health
care team (dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, fisioterapis, dan lainnya) termasuk
keluarga pasien. Oleh karena itu, observasi mengenai kejadian Medication Error
(ME) dan Drug Therapy Problem (DTP) menjadi penting dilakukan untuk
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan
dan tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998), dalam hal ini akan
lebih ditekankan pada ME fase administrasi, dimana fase administrasi adalah fase
Adverse Drug Reaction (ADR) adalah salah satu DTP respon obat yang
tidak diharapkan yang terjadi pada pemberian dosis lazim profilaksis, diagnosis,
dan penyembuhan. Mengingat isu paradigma baru patient safety, sangat penting
1
2
persentase sebesar 8%. Oleh sebab itu penggunaan obat serebrovaskuler menjadi
salah satu yang terbesar. Dari penelitian yang dilakukan oleh American Heart
ischemic stroke akut diketahui bahwa kejadian medication error yang terbesar
berupa dosis keliru. Melihat kedua hal tersebut permasalahan mengenai ME dan
DTP yang terjadi pada penggunaan obat serebrovaskuler menjadi menarik untuk
diteliti.
tipe B dengan akreditasi ISO 9000 versi 2001 dan merupakan salah satu rumah
sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini mempunyai
gambaran mengenai kejadian ME fase administrasi dan DTP yang terjadi pada
yang tentunya hal ini akan sangat mendukung pelaksanaan isu patient safety di RS
Bethesda.
1. Permasalahan
diagnosis) ?
(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat) ?
serebrovaskuler ?
2. Keaslian penelitian
Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien
penelitian yang terkait dengan masalah ME dan DTP pernah dilakukan dengan
Pramudiarja (2000).
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
dan secara umum rumah sakit di Indonesia yang pada akhirnya akan
A. Tujuan
1. Tujuan umum
fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien
2. Tujuan khusus
(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat).
serebrovaskuler.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Medication Error
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih dalam pengawasan dan
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
berupa:
1. komunikasi yang buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun
lainnya).
6
7
Tabel II. Tipe dan Kategori Medication Error Menurut The National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP, 1998)
8
kesalahan/ketidakcocokan terjadi pada ssat obat telah diterima dan digunakan oleh
yang terjadi pada pasien yang dikarenakan atau diduga karena penggunaan obat
dan kejadian tersebut terjadi pada saat pencapaian efek terapi suatu obat.
Identifikasi DTP merupakan perhatian dari penilaian keputusan akhir yang dibuat
dalam tahap proses patient care. Diketahui terdapat 7 jenis DTP yang dapat
disebabkan oleh suatu obat dan harus dicari solusinya dan menjadi tanggung
Drug Therapy Problem merupakan suatu masalah klinis yang tidak dapat
diselesaikan atau dicegah jika penyebab dari permasalahan yang muncul tidak
tidak hanya jenis dari DTP yang terjadi tetapi juga penyebab dari DTP tersebut
(Cipolle, 2004).
penyebab dari DTP karena identifikasi terhadap DTP yang terjadi merupakan hal
9
10
B. Interaksi Obat
muncul dari pemberian kombinasi obat yang berbeda, dimana efek klinis yang
muncul dari dua atau lebih kombinasi obat tersebut dapat diantisipasi dengan
Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan
tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat
interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang
Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai risiko dan manfaat
alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat
mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat
tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa
butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya
pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek
11
yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara
C. Penyakit Serebrovaskuler
1. Anatomi otak
Otak terdiri atas 3 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak
kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Otak besar merupakan
bagian terbesar dan mengontrol sejumlah besar fungsi tubuh, seperti bicara,
emosi, stimulus indera, dan gerakan. Otak besar dibagi menjadi 2 bagian
(hemisphere), kanan dan kiri. Bagian kanan mengatur fungsi tubuh sebelah
kiri dan begitu pula sebaliknya pada bagian kiri otak besar. Otak kecil
12
Nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah dialirkan ke otak melalui
2 pembuluh darah utama, yaitu pembuluh darah karotid dan pembuluh darah
2. Definisi
(Walker, 1995).
onset yang mendadak dari disfungsi neurologis. Disfungsi yang terjadi dapat
bersifat sementara (dapat diperbaiki) atau secara cepat dapat memburuk. Onset
(Harrison, 2005).
13
3. Etiologi
pada pembuluh darah di sistem syaraf pusat. Kelainan ini dapat disebabkan
karena :
syaraf pusat.
D. Stroke
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang mana setelah
bentuk lokal trombus atau fenomena embolik, hasilnya peredaran darah pada
14
Stroke
Hemorrhage stroke
Ischemic stroke
2. Patofisiologi
dari sel otot arteri lunak, menghasilkan bentuk plak. Akhirnya, tekanan yang
darah di arteria atau ventrikel jantung membuat bentuk gumpalan lokal yang
Hasil akhir dari bentuk trombus dan emboli adalah oklusi arteri, menurunkan
2005).
Aliran darah serebral normal rata-rata 50 mL/100 g per menit dan ini
dipertahankan di atas range yang lebar dari tekanan darah (artinya tekanan
15
mengubah tekanan darah, tetapi proses ini dapat dirusak oleh atherosklerosis
dan luka akut, seperti stroke. Ketika aliran darah serebral lokal menurun
antara 20 mL/100 g per menit, iskemia terjadi. Dan ketika terjadi reduksi 12
mL/100 g per menit tetap, kerusakan otak irreversible terjadi, dan ini disebut
3. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
b. Tujuan terapi
disfungsi neurologik.
c. Sasaran terapi
d. Terapi farmakologis
dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam. Pemberian tPA
16
fisik tetapi tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam setelah pemberian
2005).
E. Trauma Kepala
Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak dari
trauma. Jika kulit kepala digores maka akan terjadi perdarahan yang hebat, hal ini
Banyaknya pembuluh darah di otak menyebabkan trauma pada kepala menjadi hal
Jika trauma pada kepala tergolong dalam kategori ringan dan tidak
menyebabkan gejala lain selain nyeri disekitar daerah trauma, maka pemberian
cukup diberikan paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri dan dapat pula dibantu
dengan kompres air dingin. Jika trauma yang terjadi tergolong berat, misalnya
17
1. Aspirin
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat sisntesis prostaglandin dengan cara mencegah
aggregasi platelet tromboksan A2, bekerja pada hipotalamus pada
bagian yang mengatur panas untuk mengurangi demam (Lacy.et.al.,
2006)
Golongan terapi Antiplatelet, antipiretik, analgesik, antiinflamasi (Lacy.et.al., 2006)
Dosis Pencegahan stroke/TIA : 30-325 mg/hari
Stroke akut : 160-325 mg/hari (Lacy.et.al., 2006)
Antiplatelet : 75-325 mg/hari (Dollery, 1999)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap salisilat dan NSAID, pasien dengan asma,
rhinitis, dan pasien yang mengalami perdarahan (termasuk karena
kekurangan faktor VII dan IX) (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati dalam penggunaan pada pasien dengan kekacauan platelet,
perdarahan, disfungsi ginjal, gastritis, atau peptic ulcer (Lacy.et.al.,
2006).
Efek samping Perdarahan, hipotensi, takikardi, insomnia, hiperkalemia,
kemerahan, cerebral edema, mual, mntah, rasa tidak nyaman pada
lambung, anemia, trombositopenia, dll (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Aspirin meningkatkan konsentrasi serum dari methotrexate,
Pemberian bersama NSAID meningkatkan peradangan lambung,
pemberian bersama dengan antikoagulan (warfarin), agen
trombolitik, heparin, low molecular heparin , dan antikoagulan lain
dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung.
Pemberian aspirin dapat menurunkan efek dari β-bloker, diuretik
kuat, thiaxide, dan probenecid, pemberian dengan NSAID dapat
menurunkan konsentrasi serum dari NSAID (Lacy.et.al., 2006)
Pemberian aspirin dengan NSAID mempunyai tingkat signifikasi 5
(Tatro, 2001)
2. Tranexamine acid
Peninjauan Keterangan
Golongan terapi Hemostatic agent dan antihemophilic agent (Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 25 mg/kg, 3-4 kali sehari
Injeksi : 10 mg/kg, 3-4 kali sehari (Lacy.et.al., 2006).
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal yang berat, dan penyakit tromboembolik
(Mehta, 2004)
Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal, hematuria yang berat (Mehta, 2004).
Efek samping Mual, muntah, diare, tromboembolik (Mehta, 2004).
Interaksi obat Penicillin (jangan diberikan ke dalam transfusi darah atau injeksi
penicillin) (Anonim, 2007)
18
3. Cilostazol
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat fosfodiesterase III sehingga akan meningkatkan cyclic
AMP yang akan menyebabkan penghambatan aggregasi platelet dan
vasodilatasi (Lacy.et.al., 2006)
Golongan terapi Penghambat enzim fosfodiesterase, penghambat aggregasi platelet
(Lacy.et.al., 2006)
Dosis 100 mg, 2 kali sehari, diminum 1½ jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap cilostazol dan pasien yang menderita
gagal jantung
Peringatan Digunakan secara hati-hati pada pasien yang menerima obat yang
menghambat aggregasi platelet, gangguan fungsi hati, dan pasien
yang menerima penghambat enzim CYP3A4 (ketokonazole atau
erythromycin), dan yang menerima penghambat CYP2C19
(omeprazole)
Efek samping Sakit kepala, diare, peripheral edema, palpitasi, takikardi, dispepsia,
mual, nyeri pada abdominal, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Efek antiplatelet dengan antiplatelet lain belum diketahui,
konsentrasi serum cilostazol ditingkatkan dengan adanya
erythromycin, diltiazem, dan omeprazole (Lacy.et.al., 2006)
4. Clopidogrel
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat reseptor ADP yang mencegah pengikatan fibrinogen
sehingga mengurangi kemungkinan aggregasi platelet (Lacy.et.al.,
2006)
Golongan terapi Antiplatelet (Lacy.et.al., 2006)
Dosis Serangan myocardial infraction, stroke, maupun arterial disease :
75 mg sekali sehari (Lacy.et.al., 2006)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap clopidogrel, mempunyai penyakit
perdarahan yang aktif seperti intracranial hemorrhage, penyakit
yang berhubungan dengan koagulasi (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati digunakan pada pasien yang menerima terapi antiplatelet
lain atau antikoagulan, hipertensi, gagal ginjal, pasien dengan
perdarahan, gangguan fungsi hati, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Nyeri pada abdominal, muntah, dispepsia, gastritis, kontipasi,
hipertensi, kemerahan, arthralgia, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006).
Interaksi obat Penggunaan bersama dengan antikoagulan atau antiplatelet lain
dapat meningkatkan risiko perdarahan, penggunaan clopidogrel dan
naproxen meningkatkan risiko perdarahan pada lambung
(Lacy.et.al., 2006).
19
5. Nimodipine
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Mempunyai aktifitas yang lebih tinggi pada arterial serebral
daripada arteri lain (Lacy.et.al., 2006).
Golongan terapi Calcium channel bloker (Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 60 mg tiap 4 jam sekali selama 21 hari (Lacy.et.al., 2006).
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap nimodipine (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien gangguan fungsi ginjal/hati,
Chronic Heart Failure, disfungsi ventrikular kiri yang berat, dll
(Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Penurunan tekanan darah, sakit kepala, diare, kemerahan, rasa tidak
nyaman pada abdominal (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Rifampin meningkatkan metabolism CCB, efek antihipertensi
ditingkatkan dengan pemberian bersama dengan nimodipine
(Lacy.et.al., 2006).
6. Nicergoline
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Meningkatkan aliran darah di arteri, menghambat aggregasi platelet
(Dollery, 1999)
Dosis 30-60 mg dalam 2-3 dosis terbagi (Anonim, 2007)
Efek samping Gangguan gastrointestinal ringan, sensasi panas pada wajah,
mengantuk, insomnia (Anonim, 2007)
Interaksi obat Meningkatkan kerja antihipertensi (Anonim, 2007)
7. Piracetam
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Meningkatkan vaskularisasi di otak
Golongan terapi Nootropik (Anonim, 2007)
Dosis 4,8 gram-20 gram (maksimal)/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
Dosis initial sebesar 7,2 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
(Mehta, 2004)
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (Mehta, 2004).
Peringatan Hati-hati pada penggunan pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
geriatri (Mehta, 2004).
Efek samping Peningkatan berat badan, penurunan kesadaran, insomnia,
hipertensi, depresi, dan kemerahan (Mehta, 2004).
Interaksi obat Ekstrak tiroid (T3 dan T4) (Anonim, 2005)
20
8. Pentoxifylline
Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Belum jelas, diduga dengan mengurangi viskositas darah dan
meningkatkan aliran darah dengan mengubah rheologi dari sel darah
merah (Lacy.et.al., 2006).
Golongan terapi Hemorheologic agent, dan blood viscocity reducer agent
(Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 400 mg 3 kali sehari, dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari
jika efek samping pada gastrointestinal dan sistem syaraf pusat
terjadi.
Infus IV : 200-300 mg 2 kali sehari dalam cairan infus 250-500 mL
(Anonim, 2007)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap pentoxifylline, xanthine, dan pasien yang
mengalami cerebral/retinal hemorrhage (Lacy.et.al., 2006).
Peringatan Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(Lacy.et.al., 2006).
Efek samping Mual, muntah, sakit kepala, pusing, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006).
Interaksi obat Kadar meningkat dengan adanya cimetidine atau antagonis H2 lain,
penggunaan dengan antihipertensi dapat lebih menurunkan tekanan
darah (Lacy.et.al., 2006).
9. Bellaphen®
Peninjauan Keterangan
Komposisi Belladona total alkaloid 0,1 mg; ergotamine tartrate 0,3 mg;
phenobarbital 20 mg (Anonim, 2007)
Golongan terapi Antimigrain (Anonim, 2007)
Dosis 1-2 tablet 3 kali sehari (Anonim, 2007)
Kontraindikasi Hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, Ischemic Heart Dissease,
porfiria, penyakit pembuluh darh perifer, pembesaran prostat,
glukoma, hipertensi berat (Anonim, 2007).
Peringatan Miastenia gravis, diare, demam, takikardi, infark miokard akut,
gangguan menjalankan mesin (Anonim, 2007).
Efek samping Mulut kering, disfagia, gangguan gastrointestinal, nyeri otot,
depresi pernafasan, sedasi, dan lainnya (Anonim, 2007).
Interaksi obat Meningkatkan efek muskarinik dari amantadine, butirophenon,
fenotiazide dan antidepresan trisiklik,. Aktifitasnya menurun dengan
adanya carbamazepin, kumarin, antikoagulan, siklosporin, quinidin,
theophylline, dan metronidazole (Anonim, 2007).
21
10. Nadroparine
Peninjauan Keterangan
Golongan terapi Anti koagulan (low molecular weight heparin)
Dosis Pencegahan gangguan tromboembolik 0,3 mL 1 kali sehari
(Anonim, 2007)
Kontraindikasi Trombositopenia, CVA hemoragik, infeksi endokarditis akut
(Anonim, 2007)
Peringatan Insufisiensi hati atau ginjal, hipertensi arterial yang tidak terkontrol,
riwayat ulkus peptikum (Anonim, 2007)
Efek samping Hemoragik, trombositopenia berat, nekrosis pada temapt suntikan,
hipoaldosteron, peningkatan transaminase (Anonim, 2007)
Interaksi obat NSAID, aspirin, antiplatelet, dekstran, antikoagulan oral (Anonim,
2007)
11. Parnaparine
G. Keterangan Empiris
Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
mengenai masalah utama kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien di
RS Bethesda Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya
(in nature), tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2007).
Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh baik dari
kejadian yang sebenarnya, yang kemudian akan ditelaah apa yang menjadi
masalah utamanya. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan
B. Variabel Penelitian
DTP.
22
23
C. Definisi Operasional
2. Drug Therapy Problems yang dimaksud dalam penelitian ini hanya sebatas
DTP yang terjadi pada fase administrasi meliputi butuh tambahan obat, dosis
terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, interaksi obat, adverse drug reaction, dan
compliance/kepatuhan pasien.
ME dan DTP.
5. Kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang menerima resep dan
6. Lembar catatan medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang
memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,
hasil laboratorium, lama perawatan, dan lembar resume pasien dewasa yang
September 2008.
24
8. Karakteristik peresepan obat meliputi macam obat, jenis obat, rute pemberian
obat, aturan pemakaian obat yang meliputi kekuatan obat dan frekuensi
pemakaian obat.
9. Bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda meliputi bangsal kelas III ruang B, C,
D, E, F, H, dan J.
10. Home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah
keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, yang dilakukan pada
D. Subyek Penelitian
adalah pasien yang dirawat di bangsal dewasa yang dilayani oleh farmasis klinis
RS Bethesda. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien yang tidak bersedia bekerja
kasus. Dari 20 kasus yang didapatkan, 4 kasus menerima informed consent untuk
dilakukan home visit. Untuk data penunjang berupa wawancara didapatkan dari 3
orang dokter, 1 orang apoteker, 14 orang perawat, dan 4 kasus home visit.
25
E. Bahan Penelitian
serebrovaskuler dan juga wawancara dari petugas kesehatan (dokter, perawat, dan
F. Instrumen Penelitian
3. Form pemantauan dan penggunaan obat pasien di rumah (untuk pasien home
visit)
pasien/keluarga pasien.
G. Lokasi Penelitian
dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
inap dan di tempat tinggal pasien untuk penelitian secara home visit.
26
Tata cara penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap
1. Tahap orientasi
Bethesda, dan mencari teknis pengambilan data yang sesuai agar tidak
untuk pasien yang bersedia dilakukan home visit. Untuk pasien home
27
a. Pengolahan data
keterangan, yaitu dosis serta cara pemakaian, jenis serta tanggal pemberian
obat, tanda vital, dan data laboratorium. Data tersebut digunakan untuk
b. Evaluasi data
28
kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan
15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74
cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan
kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan
dengan 100%.
29
kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang
kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
obat, 2 jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat
kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.
30
kelompok dihitung dengan cara menghitung setiap temuan yang didapat pada
tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang menerima obat
meliputi butuh tambahan obat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
interaksi obat, adverse drug reaction, dan compliance. Setiap temuan yang di
cara menghitung setiap temuan yang didapat pada tiap kelompok dibagi
12. Persentase kepatuhan pasien dihitung dengan cara menghitung kasus yang
100%.
13. Evaluasi masalah utama kejadian ME dan DTP didasarkan pada hasil
pasien/keluarga pasien.
J. Kesulitan Penelitian
31
dokter dan perawat pada lembar cacatan medik dan juga terdapat beberapa
singkatan atau istilah medis yang tidak dimengerti oleh peneliti. Kesulitan ini
dapat diatasi dengan bertanya pada perawat yang ada di bangsal. Selain itu
terdapat kesulitan lain terkait dengan pasien, seperti pasien yang tidak
pencatatan seperti tidak adanya diagnosis utama pada pasien, tidak adanya catatan
Pada proses evaluasi data juga terdapat beberapa kendala, yaitu seperti
tidak lengkapnya catatan penggunaan obat oleh pasien, tidak adanya data berat
badan pasien, tidak lengkapnya hal-hal terkait obat seperti dosis, frekuensi
pemberian, dan lainnya. Selain itu evaluasi terhadap instruksi dokter mengenai
penggunaan obat oleh pasien juga mengalami kesulitan karena terkadang dokter
BAB IV
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
32
33
kasus tersebut, 20 kasus menerima obat serebrovaskuler. Kasus yang ada dapat
digunakan lebih dari satu peneliti karena kajian yang digunakan berdasarkan
penggunaan obat. Dalam menentukan kasus yang ada selain dilihat berdasarkan
penggunaan obatnya juga dilihat berdasarkan diagnosis yang ada. Pada 20 kasus
perempuan dalam hal jumlah obat, jenis obat, maupun aturan pakai obat.
34
kasus (35,0%).
2. Berdasarkan umur
dua kali lipat pada tiap dekade usia seseorang setelah mencapai umur 55
18-80 tahun. Kasus ini dibagi menjadi tujuh kelompok umur dengan rentang
35
umur 45-54 tahun sebesar 30,0%, kemudian kelompok umur 55-64 tahun
sebesar 20,0%, kelompok umur 65-74 tahun dan 75-84 tahun masing-masing
sebesar 15,0%, kelompok umur 15-24 tahun sebesar 10,0% dan yang paling
sedikit penggunaannya pada kelompok umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun
36
Agustus-September 2008.
37
pengelompokkan ini didapatkan kasus yang tanpa keterangan dimana hal ini
4. Berdasarkan pekerjaan
38
banyak dari 20 kasus yang ada adalah PNS sebesar 25,0%, kemudian swasta
5. Berdasarkan diagnosis
diagnosis ini digunakan untuk membantu melihat pada penyakit apa saja
39
Jumlah Persentase
No Diagnosis
kasus (n=20) (%)
Dengan satu diagnosis
1. Trauma capitis 2 10,0
2. CVA non hemoragi 7 35,0
3. Shock kardiogenik 1 5,0
4. Fraktur V cervical 3,4,5 1 5,0
Dengan dua diagnosis
5. Schwaoma , CVA non hemoragi 1 5,0
6. Trauma capitis, multiple V 1 5,0
7. Trauma capitis, udem cerebri 1 5,0
8. Trauma capitis, contusion cerebri 1 5,0
9. Fraktur cruris (D), Fraktur costae 4-6 (D) 1 5,0
Dengan tiga diagnosis
CVA non hemoragi, Diabetes Mellitus,
10. 1 5,0
Hipertensi
CVA non hemoragi, Hipertensi,
11. 1 5,0
Disarthria
Trauma capitis, Opthalmic neuropati,
12. 1 5,0
asma bronkial
Epidural hemiperfusi, Fraktur tempo
13 1 5,0
frontal kiri, Fraktur coste 3-5 (D)
40
25,0%, dan yang terakhir dengan 3 diagnosis sebesar 20,0%. Jika dilihat tiap
diagnosis maka paling banyak diagnosa yang muncul adalah CVA non
berdasarkan macam obat, jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai, dimana
pengelompokkan terhadap semua macam obat yang diterima kasus pada saat
pasien. Hal ini berfungsi untuk memberikan gambaran secara lebih detail
41
42
paling banyak diterima oleh kasus, yaitu kelompok 7 macam obat, 8 macam
Jumlah Persentase
No Jenis obat
kasus (n=20) (%)
Menerima satu jenis obat
1. Piracetam 4 20,0
Menerima dua jenis obat
2. Piracetam , tranexamine acid 2 10,0
3. Piracetam , nimodipine 1 5,0
4. Aspirin , pentoxifylline 1 5,0
Menerima tiga jenis obat
5. Aspirin , nicergoline , piracetam 1 5,0
6. Piracetam , Bellaphen® , tranexamine acid 1 5,0
7. Aspirin , piracetam , pentoxifylline 3 15,0
Menerima empat jenis obat
Nimodipine , Bellaphen® , piracetam ,
8. 1 5,0
tranexamine acid
Aspirin , nadroparine , parnaparine ,
9. 1 5,0
pentoxifylline
Menerima lima jenis obat
Aspirin , cilostazol , piracetam ,
10. 1 5,0
pentoxifylline , nicergoline
Aspirin , clopidogrel , nicergoline ,
11. 2 10,0
piracetam , pentoxifylline
Aspirin , nimodipine , nadroparine ,
12. 1 5,0
pentoxifylline , tranexamine acid
Menerima enam jenis obat
Aspirin , clopidogrel , cilostazol ,
13. 1 5,0
piracetam , nadroparine , pentoxifylline
43
jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat. Jenis obat
obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 2 jenis obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 3 jenis
obat sebanyak 5 kasus (25,0%), 4 jenis obat sebanyak 2 kasus (10,0%), 5 jenis
paling banyak adalah kasus 1 jenis obat dengan komposisi piracetam sebanyak
4 kasus (20,0%) yang kemudian diikuti oleh kasus 3 jenis obat dengan
44
kasus 2 jenis obat dengan komposisi aspirin dan tranexamine acid sebanyak 2
kasus (10,0%) dan kasus 5 jenis obat dengan komposisi aspirin, clopidogrel,
masing-masing kasus yang ada baik berdasarkan jenis dan komposisi secara
dua kelompok besar, yaitu rute pemberian non parenteral dan rute pemberian
45
sering digunakan, hal ini dilihat dari jumlah penggunan rute non parenteral
dokter.
100 mg yang digunakan dengan frekuensi 1 kali sehari paling banyak, yaitu
kasus (35,0%).
46
Nama dan
No. Frekuensi Jumlah kasus Persentase (%)
Kekuatan obat
Aspirin
1. 100 mg 1x1 10 50,0
2. 160 mg 1x1 1 5,0
Cilostazol
3. 50 mg 2x1 2 10,0
Piracetam
4. 800 mg 2x1 5 25,0
5. 800 mg 3x1 7 35,0
6. 1200 mg 2x1 2 10,0
7. 1 g 1x1 1 5,0
8. 3 g 1x1 1 5,0
9. 3 g 2x1 5 25,0
10. 3 g 3x1 1 5,0
11. 12 g 1x1 8 40,0
Clopidogrel
12. 75 mg 1x1 3 15,0
Nicergoline
13. 10 mg 3x1 4 20,0
Tranexamine acid
14. 500 mg 2x1 2 10,0
15. 500 mg 3x1 3 15,0
Bellaphen® 2x1 2 10,0
Pentoxyfilline
16. 100 mg 2x1 9 45,0
17. 400 mg 1x1 1 5,0
18. 400 mg 2x1 2 10,0
Nimodipine
19. 10 mg 1x1 1 5,0
20. 30 mg 3x1 3 15,0
Nadroparine
21. 0,4 cc 2x1 2 10,0
Parnaparine
22. 0,4 cc 2x1 1 5,0
47
penggunaan obat oleh pasien. Pengkajian terhadap ME ini terbatas pada fase
kategori kejadian ME, yaitu potensial terjadi ME dan telah terjadi ME. Untuk
kategori potensial, hanya terdapat satu jenis kejadian, yaitu administration error,
administration error sebanyak 33 kasus, hal ini dikarenakan setiap satu temuan
dianggap sebagai 1 kasus. Tiga puluh tiga kasus potensial error tersebut terjadi
pada 9 macam obat dengan 3 peringkat terbesar yaitu piracetam 11 kasus, aspirin
48
Penghitungan kasus pada kategori telah terjadi ME juga dilakukan sama seperti
pada potensial ME. Pada saat penelusuran terdapat beberapa kasus yang
mengalami ME lebih dari satu. Untuk kasus terjadi ME yang terbesar, yaitu dosis
keliru terjadi pada 9 macam obat dengan 4 peringkat terbesar yaitu piracetam 12
49
Tabel XXVI. Kelompok Kasus Terjadi ME Dosis Keliru pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
50
Tabel XXXI. Pengelompokkan Tipe Error dan Kategori Kejadian Medication Error
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan The National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
diketahui bahwa pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler tipe dan
kategori error yang muncul hanya ada tiga, yaitu no error kategori A sebanyak 33
kasus (165,0%). Ciri dari kategori A adalah terdapat kejadian/suatu keadaan yang
kasus (150,0) dengan tipe kesalahan bahwa obat telah mencapai pasien dan sudah
(5,0%). Ciri dari kategori E adalah bahwa kesalahan/error telah terjadi pada
51
Kasus 1
Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe
error/kategori
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan
Kasus 4
Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe
error/kategori
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Aturan pakai yang No error/A
error tertulis di etiket
kurang (sebelum
makan)
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan Error-no
lebih rendah dari yang harm/C
seharusnya diberikan
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan Error-no
lebih rendah dari yang harm/C
seharusnya diberikan
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat Error-harm/E
menyebabkan
hipertensi, tetapi
diberikan pada kasus
yang mempunyai
riwayat hipertensi
52
dengan menggunakan penelusuran beberapa pustaka dan hanya sebatas pada obat-
obat yang mempengaruhi proses vaskularisasi di otak dan yang terjadi pada fase
administrasi seperti, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, butuh tambahan
obat, adverse drug reaction (ADR), interaksi obat, dan compliance pasien.
yang ada 18 kasus mengalami DTP dan 2 kasus tidak mengalami DTP. Pada 18
kasus yang mengalami DTP, bisa terjadi lebih dari 1 DTP tiap kasus. DTP dosis
pada piracetam dan 3 kasus terjadi pada nimodipine), adverse drug reaction
kasus.
Terkait dengan pencapaian efek terapi, pemberian obat dibawah dosis terapi
tidak akan mencapai kadar efek minimum dari obat tersebut sehingga
53
pemberian obat tidak efektif karena tidak akan menimbulkan efek yang
diharapkan.
Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
54
Kejadian DTP berupa dosis terlalu rendah terjadi pada 6 macam obat
Pemberian obat dengan dosis terlalu tinggi akan merugikan pasien, hal
Kejadian DTP dosis terlalu tinggi ini terjadi pada 2 macam obat
dengan kejadian yang paling besar sebanyak 3 kasus terjadi pada nadroparine.
Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
ditimbulkan oleh obat selain efek utama dan biasanya bersifat merugikan,
sehingga hal yang harus diperhatikan, karena dapat berakibat fatal bagi
55
4. Interaksi obat
Interaksi obat yang terjadi pada kasus bersifat potensial, yang artinya
efek dari interaksi tersebut tidak terlihat pada saat itu tetapi terdapat
Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
56
melibatkan aspirin. Hal ini harus mendapat perhatian yang cukup mendalam
karena dapat berakibat timbulnya adverse drug reaction, jika hal ini terjadi
5. Compliance
keberhasilan terapi pasien, tetapi hal tersebut kadang kala tidak dapat
maupun tidak disengaja, seperti pasien lupa meminum obat, pasien tidak tahu
aturan yang benar dalam meminum obat tersebut, bahkan sampai pada alasan
dapat dicegah dengan pemberian informasi yang lengkap dan jelas kepada
pasien.
57
Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008
Kasus 20*
Subjektif
Bp. RDH (no RM 01922087) usia 52 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari dengan keluhan
mendadak sulit bicara, pusing, kesadaran menurun, dan anggota gerak sebelah kanan lemas.
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Yekaneuron® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1), Tarontal® 400mg
(2x1)
b. Parenteral
Primperan® (1amp,b/p), Omeprazole (1x1), Piracetam (1x12gram), Ulsikur® (2x1amp),
Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
Neurotam® (piracetam), dan Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
Dari hasil laboratorium diketahui adanya peningkatan kadar fibrinogen, hal ini dapat menyebabkan
pembekuan darah yang berlebihan dan akan menghambat aliran darah di otak, selain itu juga akan
meningkatkan viskositas dari darah.
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat baik dari segi indikasi dan dosis
b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. DTP
yang terjadi bersifat actual yaitu dosis terlalu rendah.
c. Pemberian pentoxifylline tablet maupun injeksi sudah tepat
Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
*DTP yang sama terjadi pada kasus 2,5,13,14,dan 19
58
Pada evaluasi DTP ini ditemukan 13 pola kasus yang mengalami DTP dan
2 pola kasus yang tidak mengalami DTP. Dari 13 pola kasus yang mengalami
DTP tersebut pola yang paling banyak terjadi adalah pola DTP tunggal terhadap
September 2008, kejadian DTP terbesar adalah dosis terlalu rendah (130,0%) dan
berpotensi dan dosis keliru (140,0%) untuk yang telah terjadi ME. Pada evaluasi
masalah utama ini akan lebih dibahas mengenai ME yang telah terjadi karena
dokter, perawat, dan apoteker. Data yang didapat digunakan sebagai data
medication error.
2. Pihak dokter dan perawat cukup terbuka dan merasa terbantu jika apoteker
memonitor penggunaan obat dan apoteker yang bekerja di bangsal pun telah
59
obat, tetapi hanya pada bangsal tertentu, bangsal yang lain hanya dimonitor
samping, dan lainya cukup mendapat perhatian dari pihak apoteker maupun
dokter.
5. Untuk sistem dispensing obat kepada pasien melalui beberap tahap, yaitu
6. Informasi mengenai obat kepada pasien tidak hanya diberikan oleh apoteker
tapi secara prakteknya perawat juga melakukan hal tersebut. Informasi yang
diberikan dari pihak farmasi kepada perawat sebagian besar kurang lengkap
bahkan ada yang tidak menerima panjelasan mengenai obat-obat yang diambil
di satelit farmasi.
8. Perawat yang bertugas di bangsal sangat jarang bahkan ada yang tidak pernah
tetapi untuk obat yang tertinggal di bangsal mereka lebih sering untuk
60
9. Dalam proses terapi pasien terkait dengan obat, perawat sering membujuk dan
analisis DTP, ME, dan data wawancara penunjang dapat dikatakan bahwa
pihak farmasis kepada tenaga kesehatan lain dan kurangnya monitor penggunaan
obat oleh apoteker, kedua hal ini dipertegas pada nomer 2 dan 6 rangkuman data
wawancara di atas dan juga pengamatan selama penelitian di Bethesda. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya visit rutin apoteker di bangsal kelas III RS
Bethesda (misalnya setiap hari dilakukan visit minimal 1 jam untuk tiap bangsal,
F. Rangkuman Pembahasan
ada terdapat 20 kasus. Kelompok jenis kelamin kasus terbanyak adalah laki-laki,
kelompok umur kasus terbanyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun,
pekerjaan kasus terbanyak adalah PNS, dan kelompok diagnosa kasus terbanyak
Profil obat kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III
61
jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai (meliputi kekuatan dan frekuensi
obat). Kelompok obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok obat
dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat. Kelompok jenis obat
kelompok rute pemberian obat yang diterima kasus terbanyak adalah rute non
parenteral (piracetam), dan kelompok aturan pakai obat yang diinstruksikan pada
kejadian DTP dan ME. Untuk berdasarkan DTP didapatkan 38 temuan dan yang
paling sering terjadi adalah dosis terlalu rendah sebanyak 24 kasus. Berdasarkan
ME didapatkan 65 temuan baik yang dan yang paling sering terjadi adalah dosis
keliru sebesar 27 kasus, untuk yang terjadi ME, sedangkan untuk yang potensial
permasalahan utama dari kejadian ME dan DTP adalah kurangnya visit rutin
BAB V
A. Kesimpulan
kelas III RS Bethesda. Selain kesimpulan utama tersebut dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu :
dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat (20,0%), kelompok
jenis obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok dengan satu jenis
3. Identifikasi DTP yang terjadi meliputi dosis terlalu rendah sebanyak 25 kasus,
dosis terlalu tinggi sebanyak 4 kasus, interaksi obat sebanyak 4 kasus, adverse
62
63
A. Saran
1. Perlu adanya visit rutin bangsal secara merata di semua bangsal kelas III yang
diturunkan.
2. Perlu pencatatan mengenai pemberian obat kepada pasien secara lebih jelas
3. Perlu dilengkapi data mengenai berat badan karena terdapat obat yang analisis
tersebut.
kejadian ME dan DTP yang terjadi dengan profil pasien, seperti umur, jenis
DAFTAR PUSTAKA
Acker, David B and James K Alexander, 2003, The Merck Manual of Medical
Information, 2nd ed, 513-515, Pockets Book, New York.
Anonim, 2004, British National Formulary 48, BMJ Publishing Group, Great
Britain.
Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7, PT. Info Master,
Jakarta.
Anonim, 2008b, Flexyx: Brand Name and Generic Drug Online; Parnaparine,
http://www.flexyx.com/F/Fluxum.html, diakses tanggal 30 November
2008.
Cipolle, Robert J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : Clinician’s Guide, 172-
190, Mc Graw Hill Company, New York.
Dolley, Colin., 1999, Theraupetic Drugs, 2nd ed, A218, N70, Churchill
Livingstone, New York.
Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008, Masalah dan Pencegahan Medication Error,
Bagian Farmakologi dan Toksikologi/Clinical Epidemiology &
Biostatistics Unit, Fak. Kedokteran UGM/RS. Dr. Sardjito Yogyakarta,
Avail.at.http://www.dkkbpp.com/index.php?option=com_content&task=vi
ew&id=132&Itemid=47.
Freedman, Jane E., Becker, Richard C., Adams, Jesse E., Borzak, steven., Jesse,
Robert L., Newby, Kristin L., et. Al., 2002, Medication Error in Acute
Cardiac Care, American Heart Association Circulation, 106, 2623.
Harrison, 2005, Internal Medicine, 16th ed, 12369-12373, McGraw Hill, New
York.
64
65
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio.
Tatro, D.S., 2001, Drug Interaction Facts, 917, Facts and Comparison, Wolters
Kluwer, St. Louis.
Walker, Roger and Clive Edwards, 1995, Clinical Pharmacy and Therapeutics,
Churchill Livingstone : USA.
Lampiran 1
Rangkuman wawancara dengan dokter yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Bagaimana pendapat dokter jika apoteker Sangat setuju. Setuju Setuju dan harus
terlibat dalam memonitor penggunaan memonitoring obat
obat?
66
Lampiran 2
Rangkuman wawancara dengan apoteker yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Pertanyaan Apoteker
Seberapa pentingkah issue medication error bagi Anda Penting, terapi dengan obat memerlukan ketelitian. Issue ME sebagai
sebagai apoteker? Berikan alasan anda?
perhatian yang penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
pada saat terapi
Bagaimana pendapat Anda selaku seorang apoteker jika Diperlukan
apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Apakah Anda melakukan pemantauan terhadap penggunaan Ya
obat pasien? Jika iya, sejauh mana pemantauan yang Anda
lakukan ?
Apakah Anda memperhatikan adanya : Ya
- interaksi obat
- dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat
harus habis atau tidak habis)
- kontraindikasi
- efek samping
dari obat yang diresepkan oleh dokter selama obat
digunakan oleh pasien (di bangsal)?
Apakah anda memberikan informasi ttg penggunaan obat Ya, bila memungkinkan kepada pasien dan keluarganya, atau kepada
pada pasien di rawat inap? Jika iya, kepada siapa dan apa
yang menunggu pasien setiap hari di RS. Nama obat dan indikasi, cara
saja informasi yang diberikan ?
pakai/aturan minum, frekuensi, penyimpanan, efek samping yang
mungkin timbul atau hal-hal lain yang diperlukan
Bagaimana sistem/cara penyaluran (dispensing) obat hingga Resep diterima farmasi, interpretasi resep, validasi, negosiasi
obat sampai kepada pasien? harga/kemampuan pasien, etiket, koreksi, penyerahan, konseling.
67
Lampiran 3
Pertanyaan Jawaban
Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Digoxin dan captropil Semua obat dipakai sejak Hanya sewaktu mulai
Sejak kapan Anda menggunakan
sebelum masuk Bethesda, di Bethesda, sebelumnya rawat inap di Betesdha
obat ini (awal penggunaan)?
kira-kira 2 tahun. tidak
Disaat kapan Anda
Tidak ada obat-obat
mengkonsumsi obat ini? (untuk Pronalges® diminum saat
- yang bila perlu
obat yang penggunaannya hanya pusing saja
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi
Semua diminum
obat tersebut? (ditelan, Ditelan semua Semua diminum
dioleskan, dan lainnya)
Sesuai aturan. Aspar-K Diminum sesuai aturan Langsung dari perawat
Bagaimana aturan pakai obat
pagi 1 tablet. Semua
tersebut?
diminum setelah makan.
Tidak memungkinkan
Siapa yang sering menjelaskan
dilakukan wawancara
tentang tatacara atau aturan pakai Perawat
Perawat Perawat
dari obat Anda, apakah dokter,
apoteker atau perawat?
Apakah Anda mendapat Meminta info tentang Perawat, Hanya diberi Perawat, tapi
informasi yang lengkap dan jelas penggunaan obat tahu obatnya diminum penjelasan lebih kepada
dari tenaga kesehatan tentang sebelum/setelah makan. setelah makan, tidak tidak boleh banyak
tatacara pemakaian obat tsb? Jika Ke perawat. dijelaskan lebih detail gerak dan dipijat,
Anda bingung, siapa yang Anda lagi bukan ke obat
akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Apakah Anda mengkonsumsi
obat secara teratur sesuai dengan Sudah. Ya Ya
yang diresepkan?
68
Pertanyaan Jawaban
Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Apakah jika Anda Tidak ada keluhan. Mengantuk, tetapi nyeri Tidak ada
mengkonsumsi obat yang di kepala berkurang
diberikan, terdapat efek yang setelah minum obat
dirasa merugikan? Jika ada,
seperti apa?
- Efek mengantuk, tidur ;
efek nyeri muncul klo
Bagaimana pengatasan Anda jika telat minum obat, dengan -
efek tersebut muncul? mengkompres bagian
kepala belakang saat
nyeri timbul
Apakah Anda pernah Tidak. Itu dulu waktu Tidak ada (minyak gosok Tidak
Tidak memungkinkan
mengkonsumsi obat lain selain sebelum dirawat di untuk gosok bagian otot
dilakukan wawancara
yang diresepkan selama waktu Bethesda (obat dari yang nyeri)
pengobatan? Apa nama obatnya? bidan)
Apakah selama pengobatan
pihak rumah sakit pernah
mengganti obat yang Anda Tidak apa-apa. Tidak ada Tidak pernah
gunakan sebelum obat Anda
habis?
Apakah Anda pernah melakukan Dicek dulu labelnya Waktu pulang dicek Cek dulu nama
pengecekan ulang terhadap resep (terutama namanya). dahulu nama dan obatnya
yang diberikan ke Anda?(terkait
dengan kesesuaian obat,nama
pasien, umur,, tanggal)
69
Lampiran 4
Pertanyaan 1
Seberapa penting issue medication error bagi Anda sebagai perawat ? Berikan alasan
Anda !
70
71
Pertanyaan 2
Bagaimana pendapat Anda jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat ?
Pertanyaan 3
Informasi apa saja yang Anda dapatkan dari apoteker sewaktu pengambilan obat ?
Pertanyaan 4
Apakah Anda memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien ? Jika ya,
Perawat A Ya, Informasi mengenai indikasi, nama obat, waktu minum obat.
Ya,Informasi yang diberikan berupa dosis, cara minum obat (sebelum
Perawat B atau setelah makan), sebelum tidur/malam hari, cara penggunaan
(mis sublingual, tidak boleh digerus).
Waktu penggunaan (sebelum/setelah makan), obat-obatan yang bila
Perawat C perlu, obat-obat antibiotik yang aturan minumnya per berapa jam
(mis tiap 8 jam, dll).
Ya, informasi yang diberikan sesuai dengan aturan obat (misalnya
Perawat D obat diberikan 1 jam sebelum makan), interaksi obat (tetapi yang
sederhana saja).
Iya. Efek samping, cara minum, harus dihabiskan (untuk antibiotik),
Perawat E
serta harus sesuai aturan pakai.
Iya. Aturan pakai, cara pemberian (sebelum atau sesudah makan) dan
Perawat F
jika obat habis segera kontrol.
Iya. Fungsi obat, aturan minum, cara minum, kalau meminum obat
Perawat G harus memakai air putih, jika obat habis harus kontrol dan harus rutin
mengkonsumsinya dan tidak boleh ada salah (untuk OAT).
Perawat H Ya, waktu kapan obat diminum, cara pemakaian obatnya.
Perawat I Tidak
Dosis pemberian obat, cara pemakaian, cara minum obat
Perawat J
(sebelum/sesudah/saat makan ), reaksi setelah minum obat.
Perawat K Ya. Cara minum obat, efek samping minum obat, guna obat.
Ya. Sebelum/sesudah makan, indikasi obat, ½ jam sebelum makan
Perawat L
untuk obat muntah.
Perawat M Iya. Indikasi obatnya.
Perawat N Ya. Obatnya sebelum/sesudah makan, obat luar/obat dalam.
74
Pertanyaan 5
Apakah Anda mencek ulang obat terlebih dahulu sebelum diberikan pada pasien ?
Perawat A Ya
Selalu dicek dulu. Setiap ganti shift pasti dicek, setelah dicek sudah
Perawat B
benar jumlah dan pasiennya maka langsung diberikan.
Ya, dicek melalui DPO, dicek obatnya juga, semua obat. Pagi, cek
Perawat C
untuk pagi dan siang. Sore, cek sambil membagikan.
Perawat D Ya, lihat dari FIO/DPO, disesuaikan/dicocokkan.
Perawat E Iya.
Perawat F Iya.
Perawat G Iya.
Perawat H Iya.
Perawat I Iya.
Perawat J Iya.
Perawat K Iya.
Perawat L Iya.
Perawat M Iya. Nama pasien, nama obat.
Perawat N Ya. Nama obat, aturan pakai, dosis.
Pertanyaan 6
Apabila terdapat pasien yang tidak mematuhi aturan pakai obat, apa yang Anda
lakukan ?
Pertanyaan 7
Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Anda menunggu/melihat
Pertanyaan 8
Apakah Anda sering menemukan obat pasien yang tertinggal di bangsal ? Jika ya, apa
Pertanyaan 9
Apakah Anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuang atau
Kasus 1
Subjektif
Bp. MJR (no RM 01910203) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari
dengan keluhan kecelakaan motor dan kepala belakang lecet, tidak muntah
Diagnosis sementara : Trauma capitis
Diagnosis utama : Contusio cerebri
Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 13,1 13,5-17,5 Monosit (%) 6,3 2-11
Hematokrit (%) 38,9 41-53 Segmen (%) 53,3 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,45 4,5-5,9 RDW (%) 12,3 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 264 140-440 MCV (fL) 87,3 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 12,1 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,3 31-37
Eosinofil (%) 0,4 0-5 MCHC (g/dL) 33,6 29-36
Basofil (%) 1,3 0-2 MPV (fL) 8,21 4-11
Limfosit (%) 38,7 13-40 PDW (fL) 19,8 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36,4°C - 37,3°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/70 – 140/90
Terjadi penurunan kesadaran dari somnolent menjadi apatis
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Fenitoin 100mg (2x1), amoxicillin 500mg (3x1), asam mefenamat (3x1),
Brainact® 1000mg (1x1), Nexium (2x1)
b. Parenteral
Piracetam 3gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Dycinon® (1x1), Pantozol®
(1x1), Manitol 20% (4x125cc), ceftriaxone 1gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
piracetam.
Penilaian
Berdasarkan anamnese yang ada maka kemungkinan besar pasien mengalami luka
pada bagian kepala yang dapat berupa memar di kepala. Maka dari terapi yang telah
diberikan :
a. Pemberiaan piracetam sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan
78
79
Kasus 2
Subjektif
Bp. MRJ (no RM 01920236) usia 80 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan
keluhan tiba-tiba lemas, sesak nafas, dan nyeri dada
Diagnosis sementara : Shock kardiogenik
Diagnosis utama : -
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Ascardia® 160mg (1x1), Cedocard® 5mg (3x1), Serolin® 10 mg (3x1), Cefadroxil®
(2x1), Hexilon® 8mg (3x1), Pamol® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1)
b. Parenteral
Metil prednisolon 25mg (1x1), Nicholin® (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Ranitidin
2x1amp, Levonox®0,4cc (2x1), ketorolac (1amp)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam®
(piracetam), Ascardia®(aspirin), Serolin®(nicergoline)
Penilaian
Berdasarkan anamneses dan diagnosis sementara, maka
a. Pemberian aspirin sudah tepat, karena dapat digunakan sebagai profilaksis MI
maupun CVA
b. Penggunaan piracetam injeksi juga sudah tepat, tetapi untuk pemberian secara oral,
dosis yang diberikan kurang. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu
rendah
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat.
Rekomendasi
Piracetam secara oral dinaikkan dosisnya menjadi 4,8 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
Nicergoline tidak diberikan bersama dengan piracetam
*DTP yang sama terjadi pada kasus 5, 13, 14, 19, dan 20
80
Kasus 3
Subjektif
Bp. END (no RM 01920452) usia 45 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 11 hari
dengan keluhan jatuh dari motor, bengkak di mata, pusing, agak sesak nafas
Diagnosis utama : Trauma capitis dan ophthalmic neuropati
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Nimotop® 30mg (3x1), Bellaphen® (2x1), Methicobal® 250mg (2x1), Cravit®
125mg (1x1), Medixon® (2x1), Lapibal® (2x1), Surbex T® (1x1)
b. Parenteral
Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Kalnex® 500mg (3x1),
Nicholin® (2x1), phenitoin 100mg (2x1), Neurotam® 3gram (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Nimotop® (nimodipine), Neurotam® (piracetam), Bellaphen®
Penilaian
Berdasarkan anamneses dan diagnosis yang ada, maka :
a. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk meningkatkan vaskularisasi di otak
karena terdapat kemungkinan adanya memar di kepala akibat benturan
kecelakaan.
b. Penggunaan nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg, 3x/hari
seharusnya 60 mg tiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis
terlalu rendah.
c. Penggunaan Bellaphen® kurang tepat karena dosis yang diberikan seharusnya
1-2 tablet 3x/hari tetapi justru diberikan 1 tablet 2x/hari, meskipun
penggunaannya simptomatik tetapi selama 1 hari belum dapat mengurangi
gejala yang timbul jadi seharusnya tetap diberikan 1 tablet, 3x/hari. DTP yang
terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
Rekomendasi
Menaikkan dosis nimodipine menjadi 60 mg dan diberikan tiap 6 jam.
Menaikkan dosis Bellaphen® menjadi 3x1 tablet
81
Kasus 4
Subjektif
Bp. HST (no RM 01920471) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 9 hari dengan keluhan
anggota gerak kanan lemas dan bicara menjadi pelo
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Plavix® 75mg (1x1), Farmasal® 100mg (1x1), Serolin® (3x1), Yekalgin® (3x1), Neurotam®
800mg (3x1)
b. Parenteral
Tarontal® 100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Plavix (Clopidogrel),
Farmasal®(aspirin), Neurotam®(piracetam), Tarontal®(pentoxifylline), Serolin® (nicergoline)
Penilaian
a. Pemberian aspirin sebenarnya kurang tepat karena onset stroke 2,5 jam termasuk dalam
kategori akut sehingga dosis yang diberikan seharusnya 160-325 mg/hari, tetapi aspirin
diberikan bersama dengan clopidogrel yang berpotensi meningkatkan risiko perdarahan
sehingga ada kemungkinan aspirin diberikan dibawah dosis yang seharusnya untuk
mengurangi risiko tersebut. Selain itu pemberian aspirin bersamaan dengan NSAID (Yekalgin)
juga akan meningkatkan resiko pendarahan. DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu
interaksi obat
b. Pemberian clopidogrel sudah tepat karena kombinasi antara aspirin dan clopidogrel akan
meningkatkan efektifitas terapi, tetapi pemberian ini juga akan meningkatkan risiko
perdarahan dan hal ini telah diatasi dengan waktu pemberian yang berbeda dengan aspirin.
Efek samping clopidogrel adalah menyebabkan hipertensi dan pasien mempunyai riwayat
hipetensi maka DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu adverse drug reaction
c. Penggunaan piracetam tablet kurang tepat karena dosis yang diberikan tidak memenuhi. DTP
yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
Rekomendasi
Untuk antiplatelet digunakan aspirin saja tetapi waktu pemberiaanya diatur supaya tidak bersamaan
dengan pemberianYekalgin.
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-9,6 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis
82
Kasus 6
Subjektif
Bp. HPR (no RM 01920698) usia 54 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 4 hari dengan
keluhan cidera kepala ringan, nyeri, dan pusing
Diagnosis utama : Trauma capitis
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Noperten® 5mg (1x1), Ceradolan® 200mg (2x1), Bellaphen® (2x1), Pronalges® (2x1),
Nootropil® 1200mg (1x1)
b. Parenteral
Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (3x1), Neurotam® 3gram (1x1), Kalnex®
(2x1),
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam®
(piracetam), Nootropil® (piracetam), Bellaphen®, dan Kalnex® (tranexamine acid)
Penilaian
Dilihat dari anamneses dan diagnosis maka :
a. Penggunaan Bellaphen® sudah tepat karena diberikan berdasarkan gejala yang timbul
sampai gejala tersebut hilang
b. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk sediaan injeksi, tapi untuk yang sediaannya
tablet kurang tepat karena seharusnya diberikan 4,8-20 gram/hari tetapi diberikan
1200 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
c. Penggunaan tranexamine acid kurang tepat karena diberikan 500 mg 2x/hari
seharusnya untuk tranexamine acid injeksi diberikan 500mg 3-4x/hari. DTP yang
terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
Dosis piracetam tablet dinaikkan menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
Dosis tranexamine acid dinaikkan menjadi 500 mg diberikan 3-4x/hari
83
Kasus 7
Subjektif
Ny. HSP (no RM 01921015) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari dengan
keluhan tangan dan kaki kiri lemas, muntah, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi, DM
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Nimotop® 30mg (3x1), Glucophag® (2x1), Pehaural®
(1x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Nimotop® (2,5cc/jam), Actrapid® 8ui, Kalnex® 500mg
(3x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal®
(aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline), Nimotop® (nimodipine),
dan Kalnex® (tranexamine acid)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, karena berfungsi sebagai antiplatelet, sehingga
dengan kadar fibrinogen yang tinggi akan mengurangi pengikatan platelet/trombosit
pada fibrinogen.
b. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis
terlalu tinggi. Selain itu terjadi interaksi dengan aspirin, tetapi hal ini ditanggulangi
dengan waktu pemberian yang berbeda.
c. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat.
d. Pemberian tranexamine acid injeksi sudah tepat
e. Pemberian nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg 3x/hari seharusnya 60
mg setiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
Pemberian nadroparine diturunkan dosisnya.
Nimodipine dinaikkan dosisnya menjadi 60 mg tiap 4 jam
84
Kasus 8
Subjektif
Ny. BNI (no RM 01920275) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 15 hari dengan keluhan
kepala berputar (ngliyer), dengan penyakit keluarga hipertensi
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), clopidogrel 75 mg (1x1), Mucopect® syr (3x1cth), Diovan® 40mg
(1x1), Tensivask® 5mg (1x1), Pletaal® 50 mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Kenalox® (2x1),
Brainact® 125mg (2x1), Manitol 125ml (4x1), Nootropil®12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
clopidogrel, Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Nootropil® (piracetam), Fraxiparine®
(nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin dan clopidogrel sudah tepat karena efeknya akan menjadi lebih baik jika
diberikan secara kombinasi, potensial ESO juga dapat diminimalisir dengan pemberian dalam
waktu yang berbeda. Tetapi jika dilihat dari efek samaping clopidogrel berupa hipertensi
maka pemberiannya kurang tepat karena dilihat dari hasil pengamatan pada pasien tekanan
darahnya tinggi terus. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu adverse drug reaction.
b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena mempunyai fungsi yang sama dengan aspirin dan
clopidogrel. Selain itu terdapat peringatan penggunaan cilostazol dengan agen antiplatelet lain
(tetapi efeknya belum diketahui). DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu adverse drug
reaction.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi untuk tablet kurang tepat. DTP yang terjadi
bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari) seharusnya
1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi.
e. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat.
Rekomendasi
Untuk agen antiplatelet digunakan aspirin dan cilostazol saja tetapi dengan waktu pemberian yang
berbeda
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis.
Penggunaan nadroparine diturunkan dosisnya
85
Kasus 9
Subjektif
Ny. SPW (no RM 01920446) usia 56 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 14 hari dengan
keluhan kecelakaan dan kesadaran menurun
Diagnosis utama : Epidural hemiperfusi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Polycrol® (3x1), phenitoin, Profenid E-100® 200mg (2x1), Surbex T® (1x1), Promag®
(1x1, tgl 13-19 3x1), Nootropil® 1200mg (2x1), Excelase® (3x1), Pronalges® (2x1),
Kalnex® (2x1), Ikaphen® (2x1), chloramphenicol (3x2), Ultracet® (3x1), Mucosta®
(3x1), Noros® (1x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone 1 gram (2x1), Kalnex® 500mg (2x1), piracetam 3gram (2x1), phenitoin
100mg (2x1), Rantin® (2x1), ketorolac 3% (3x1), Vit K (1x1), Lasix® (1x1),
Chloramex® 1 gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Nootropil®
(piracetam), piracetam, Kalnex®(tranexamine acid)
Penilaian
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi piracetam tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
b. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat karena diberikan 500 mg, 2x/hari
seharusnya 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis
terlalu rendah. Pemberian tranexamine acid injeksi juga kurang tepat karena
diberikan 200 mg/hari, seharusnya 500mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat
aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang tebagi dalam 2-3 dosis
Tranexamine acid injeksi dan tablet dinaikkan dosisnya
86
Kasus 10
Subjektif
Bp. YHM (no RM 01920482) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan keluhan
anggota gerak kanan lemas, sulit menelan, dan sulit berbicara
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Triatec® 2,5mg (1x1), Ubi-Q® 30mg (1x1), paracetamol 500mg
(3x1,b/p), Pletaal® 50mg (2x1), levofloxacin 500mg (2x1), Serolin® (3x1), Neurotam® 800mg
(3x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone 100mg (2x1), Nicholin® 250mg (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Tarontal®
100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Brainact® 250mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Tarontal® (pentoxtfylline), dan Serolin® (nicergoline)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat
b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena diberikan 100 mg/hari seharusnya 200 mg/hari.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah. Selain itu pemberian bersamaan
dengan aspirin berpotensi menimbulkan efek samping (mekanisme belum diketahui),
sehingga DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu interaksi obat.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat sedangkan untuk tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari terbagi dalam 2-3 dosis. DTP yang terjdi
bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan nicergoline sudah tepat
e. Penggunaan pentoxtfylline sudah tepat
Rekomendasi
Dosis cilostazol dinaikkan menjadi 200 mg/hari dan diberikan dalam waktu yang berbeda dengan
aspirin
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari.
87
Kasus 11
Subjektif
Ny. SHT (no RM 01919151) usia 65 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari
dengan keluhan pelo, kaki kanan terasa ringan, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 14,3 12-18 Monosit (%) 6,7 2-11
Hematokrit (%) 38,4 36-46 Segmen (%) 85,1 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 5,18 4,1-5,3 RDW (%) 13,80 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 293,0 140-440 MCV (fL) 74,10 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 17,05 4,10-10,9 MCH (Pg) 27,60 31-37
Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 37,20 29-36
Basofil (%) 0,1 0-2 MPV (fL) 8,40 4-11
Limfosit (%) 8,0 13-40 PDW (fL) 7,70 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 140/70 – 160/100 (pernah 160/140)
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Tarontal® 400mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1),
HCT (1x1)
b. Parenteral
Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Tarontal®(pentoxifylline), Neurotam® (piracetam)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat. Aspirin juga akan menurunkan efek dari HCT
tetapi hal tersebut sudah ditanggulangi dengan waktu pemberian yang berbeda.
b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi pada penggunaan tablet
kurang tepat dimana dosis yang seharusnya adalah 4,8-20 gram/hari tetapi
diberikan 1,6 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis terlalu
rendah.
c. Penggunaan pentoxifylline secara injeksi dan tablet sudah tepat
Rekomendasi
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang
terbagi dalam 2-3 dosis
88
Kasus 12
Subjektif
Bp. WMT (no RM 01920569) usia 75 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari
dengan keluhan kecelakaan, muntah, dan tidak sadar
Diagnosis utama : -
Objektif
Hasil
Pengukuran 14/8 15/8 19/8 19/8 Nilai normal
(03.40) (09.03)
Hemoglobin 8,18 12,1 17,2 18,9 12-18
Hematokrit 27,4 36,0 48,0 54,0 36-46
pCO2 41,7 38,5 37,4 35-45
pO2 42,4 51,9 61,1 83-108
O2 saturasi 99,9 87,3 93,3 95-98
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C (pernah 37,8°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 92 kali/menit)
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara110/60 – 140/80 (pernah 160/80)
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Methycobal® 500 mg (3x1), Nimotop® 30mg (3x1), Zaldiar® (3x1), Brainact®
500mg (2x1), Ikaphen® 100mg (2x1), Noros® (1x1), Cefspan® 100mg (2x1),
paracetamol 500mg (2x1,b/p), Cefadroxil® 500mg (2x1), Diabex® 500mg
(1x½)
b. Parenteral
Piracetam 3gram (2x1), gliserol 3x20cc
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
piracetam, Nimotop® (nimodipine)
Penilaian
a. Dilihat dari nilai Hb yang rendah maka pasien mengalami anemia. Anemia
yang terjadi dapat dikarenakan kehilangan darah akibat kecelakaan, sehingga
penggunaan nimodipidine berfungsi sebagai profilaksis/mengurangi hemoragi
pada otak. Penggunaan nimodipine seharusnya 60 mg tiap 4 jam tetapi
diberikan 30 mg, 3x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu
rendah
b. Penggunaan piracetam sudah tepat
Rekomendasi
Penggunaan nimodipine dinaikkan dosisnya
89
Kasus 15
Subjektif
Ny. PNR (no RM 01921008) usia 50 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari
dengan keluhan tangan dan kaki kiri tiba-tiba lemas, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai
normal normal
Hemoglobin (gram %) 13,8 12-18 MCV (fL) 97,5 92-121
Hematokrit (%) 41,7 36-46 MCH (Pg) 32,4 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 4,28 4,1-5,3 MCHC (g/dL) 33,20 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 200,0 140-440 MPV (fL) 9,19 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 7,08 4,10-10,9 PDW (fL) 21,50 10-18
Eosinofil (%) 0,7 0-5 Masa protombin (detik) 16,2 12-18
Basofil (%) 0,7 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18
Limfosit (%) 15,5 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 25,8 22,6-35
Monosit (%) 5,8 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35
Segmen (%) 77,3 47-80 INR 1,30 0,8-1,2
RDW (%) 14,6 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 371 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36,2°C - 37°C
Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/ menit
Tekanan darah Berkisar antara 130/80 – 160/100 (pernah 180/90)
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Digoxin (1x1), Furosemid (1x½), Aspar K® (1x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Fluxum® 0,4cc (2x1), Tarontal® (2ampul/flabot, 1
hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Fluxum® (parnaparine), Tarontal®
(pentoxifylline)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, aspirin akan menurunkan efek dari
furosemide tetapi hal ini sudah dapat ditanggulangi dengan waktu pemberian
yang berbeda.
b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
c. Pemberian nadroparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu tinggi. Nadroparine juga berinteraksi dengan aspirin tetapi hal
ini ditanggulangi dengan pemberian pada waktu yang berbeda.
d. Pemberian parnaparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu tinggi.
Rekomendasi
Penggunaan nadroparine dan parnaparine diturunkan dosisnya
90
Kasus 16
Subjektif
Sdr. TNY (no RM 01921036) usia 21 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari
dengan keluhan kecelakaan lalu lintas, pusing, dan muntah
Diagnosis utama : -
Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 13,80 13,5-17,5 Monosit (%) 4,5 2-11
Hematokrit (%) 40,2 41-53 Segmen (%) 89,0 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,66 4,5-5,9 RDW (%) 13,30 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 245.0 140-440 MCV (fL) 86,30 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 19,10 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,60 31-37
Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 34,30 29-36
Basofil (%) 0,3 0-2 MPV (fL) 9,90 4-11
Limfosit (%) 6,1 13-40 PDW (fL) 10,80 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 120/90 (pernah 90/60, 180/100, dan 190/120)
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Polycrol® 400mg (3x2), Neurotam® 800mg (2x1), Nonflamin® 50 mg (3x1),
Rhinofed® (2x1), Kalnex® 500mg (3x1), Clavamox® 500mg (3x1), Yekalgin®
(3x1), methylprednisolon (2x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone (2x1gram), piracetam 3gram (2x1), Kalnex® 500mg (3x1),
ketorolac (2x1amp), ranitidine 50mg (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Neurotam® (Piracetam), Kalnex (Tranexamine acid)
Penilaian
Dilihat dari anamneses dan nilai lab maka:
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk piracetam tablet
juga kurang tepat karena diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
b. Dilihat dari keadaan pasien yang mengalami anemia maka ada kemungkinan
pasien mengalami perdarahan oleh karena itu penggunaan tranexamine acid
ditujukan untuk profilaksis hemoragi. Penggunaan tranexamine acid injeksi
sudah tepat. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat, karena
seharusnya diberikan 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat
aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis
Menaikkan dosis tranexamine acid tablet sesuai dengan yang seharusnya diberikan
91
Kasus 17
Subjektif
Bp. SGY (no RM 00964050) usia 43 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari
dengan keluhan setahun lalu kaki kiri lemas, tangan kanan dan kiri juga lemas dengan
riwayat terapi operasi laminektomi tumor ekstrakranial CII
Diagnosis utama : Cervical mass (Schwanoma)
Objektif
Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai
normal normal
Hemoglobin (gram %) 17,0 13,5-17,5 MCV (fL) 83,30 92-121
Hematokrit (%) 49,0 41-53 MCH (Pg) 28,90 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 5,88 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 34,70 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 217,0 140-440 MPV (fL) 11,30 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 11,66 4,10-10,9 PDW (fL) 13,30 10-18
Eosinofil (%) 2,8 0-5 Masa protombin (detik) 12,9 12-18
Basofil (%) 0,3 0-2 PT control (detik) 14,7 12-18
Limfosit (%) 22,0 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 32,60 22,6-35
Monosit (%) 3,7 2-11 APTT control (detik) 27,10 25-35
Segmen (%) 71,2 47-80 INR 0,90 0,8-1,2
RDW (%) 13,80 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 347 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,1°C (pernah 38,5°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 96 kali/menit)
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/70-140/90 (pernah 160/100)
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Methycobal® 250mg (3x1), Vit. B1 (3x1)
b. Parenteral
Ondansetron 8mg (2x1), ketorolac 3% (2x1), methylprednisolon 125mg
(1x1), ranitidin 50 mg(2x1), Vit. C 200 mg, ceftriaxone 1gram (2x1),
Medixon® (2x1), Rantin® 50 mg (2x1), Tarontal® 100mg (2 amp/flabot, 1 hari
2 flabot), Narfoz® 8mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat
b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan
92
Kasus 18
Subjektif
Bp. ASM (no RM 01921353) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 6 hari dengan keluhan
mendadak jatuh dan anggota gerak kanan lemas, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif
Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Plavix® 75mg (1x1), Serolin® 3x1, Methycobal® 250mg (3x1),
Yekaneuron® (2x1), piracetam 800mg (2x1), Tarontal® 100mg (2x1)
b. Parenteral
Piracetam (1x12gram), Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal®(aspirin),
Plavix® (clopidogrel), Serolin® (nicergoline), piracetam, dan Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat.
b. Pemberian clopidogrel kurang tepat karena diberikan dalam waktu yang bersamaan dengan
aspirin, dimana hal tersebut berpotensi meningkatkan risiko perdarahan. DTP yang terjadi
bersifat potensial, yaitu interaksi obat
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat
d. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi piracetam tablet kurang tepat karena
diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu rendah
e. Pemberian pentoxifylline injeksi sudah tepat, tetapi pemberian tablet kurang tepat karena dosis
harian sebesar 1,2 gram/hari tetapi diberikan 300 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual,
yaitu dosis terlalu rendah.
Rekomendasi
a. Pemberian clopidogrel dibedakan waktunya dengan aspirin.
b. Pemberian piracetam tablet ditingkatkan dosisnya menjadi 2,4-20 gram/hari dalam 2-3 dosis
terbagi.
c. Pemberian pentoxifylline tablet dinaikkan dosisnya menjadi 1,2 gram/hari.
Lampiran 6
Kasus 1
Sifat Obat Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Kasus 2
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Nicergoline Administration error Aturan pakai yang tertulis di No error/A
etiket kurang (1 jam sebelum
makan / 2 jam setelah makan)
Piracetam Administration error Aturan pakai yang tertulis di No error/A
etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah harm/C
Kasus 3
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Bellaphen® Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
Bellaphen® Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
93
94
Kasus 4
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
diberikan
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
diberikan
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat Error-harm/E
menyebabkan hipertensi, tetapi
diberikan pada kasus yang
mempunyai riwayat hipertensi
Kasus 5
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Salah menulis Salah menulis instruksi pada Error-no
instruksi etiket (seharusnya sebelum harm/C
ditulis sesudah)
Kasus 6
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
95
Kasus 7
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Tidak terdapat tanda yang
menyatakan bahwa obat telah
diberikan.
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 8
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Clopidogrel Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Cilostazol Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
96
Kasus 9
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tranexamine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
acid error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 10
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Cilostazol Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (1 jam sebelum
makan / 2 jam setelah makan)
Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Cilostazol Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
97
Kasus 11
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat tanda yang
menyatakan obat dibeikan
bersama makanan.
Terjadi Piracetamss Instruksi di Pada instruksi sudah ditulis Error-no
jalankan kelitu sebelum makan tetapi harm/C
digunakan setelah makan
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 12
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Nimodipine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
98
Kasus 13
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 14
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat keterangan No error/A
error tambahan bahwa obat
digunakan sebelum makan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 15
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat keterangan
bahwa obat digunakan setelah
makan
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
Parnaparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
99
Kasus 16
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tranexamine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
acid error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 17
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat keterangan
tambahan bahwa Farmasal
dimiinum setelah makan
Kasus 18
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Pentoxyfilline Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
100
Kasus 19
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Administration Digunakan setelah makan, No error/A
error seharusnya sebelum makan
karena tidak terdapat
keterangan tambahan pada
etiket
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Kasus 20
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Administration Diberikan setelah makan Error-no
error harm/C
Instruksi dijalankan Dalam etiket tertulis sebelum Error-no
keliru makan tetapi digunakan setelah harm/C
makan
Lampiran 7
Daftar Obat yang Digunakan pada Kasus Penggunaan Obat Serebrovaskuler
di Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan
Golongan, Nama Generik, dan Nama Dagang
101
Lampiran 7 Data Kasus yang Menerima Obat Cerebrovaskuler
102
103
Kasus 2
IMC
Ikaphen 2x1 (oral) √
Mucosta 3x1 (oral) √ (19/8)
Noros 1x1 (oral) √ (19/8)
Ceftriaxone 1gram 2x1 (injeksi) √ √
Kalnex 500mg 2x1 (injeksi) √ √ √
Piracetam 3gram 2x1 (injeksi) √ √ √
Phenitoin 100mg 2x1 (injeksi) √ √
Rantin 2x1 (injeksi) √ √
Ketorolac 3% 3x1 (injeksi) √ √
Vit K 1x1 (injeksi) √
Lasix 1x1 (injeksi) √
Chloramex 1gram 1x1 (injeksi) √ (8/8)
112
Kasus 10
Kasus 18
Informed consent
123
124
125
Lampiran 10
Surat Ijin Penelitian
BIOGRAFI PENULIS
126