Anda di halaman 1dari 151

EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS

FASE ADMINISTRASI DAN DRUG THERAPY PROBLEMS PADA


PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-SEPTEMBER 2008
(Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :

Francisca Tri Wituningtyas


NIM : 058114133

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS
FASE ADMINISTRASI DAN DRUG THERAPY PROBLEMS PADA
PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-SEPTEMBER 2008
(Kajian Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :

Francisca Tri Wituningtyas


NIM : 058114133

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

ii
Perjalanan seribu mil pun perlu satu langkah awal untuk memulai, dan dalam
rentang waktu perjalanan itu tidak ada yang tahu apa yang menanti di akhir…

Dalam perjalanan itu pula ada kerikil tajam, semak belukar, angin sepoi, panas,
dan dingin yang bercampur menjadi satu… Biarlah segalanya menempa
perjalanan itu hingga membuat kita kuat dan tahan uji karena Tuhan telah
menyiapkan segala sesuatu untuk kita di akhir perjalanan itu..

Dia yang menempa kita dan menyokong kita dan Dia akan membuat segala
sesuatu indah pada waktunya….
(Francisca Tri W)

Kupersembahkan skripsi ini untuk

Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan berkat-Nya yang tiada berkesudahan

Bunda Maria yang senantiasa menemani dan melindungi

Kedua orang tuaku atas segala dukungan dan doanya

Almamaterku

v
Prakata

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yamg berjudul “Evaluasi

Masalah utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan Drug

Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode

Agustus-september 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat

Serebrovaskuler)” ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program studi Farmasi, Jurusan

Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang

mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi

penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam

proses penyususnan skripsi.

3. Dra. L. Endang Budiarti, M. Pharm., Apt. atas kesediannya sebagai

pembimbing lapangan selama penulis melakukan pengambilan data di Rumah

Sakit Bethesda Yogyakarta.

vi
4. Dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas doa, kasih sayang, dan dukungan baik

secara moral maupun materiil yang tidak dapat terbalaskan oleh apapun juga.

7. Kepala dan staf Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

atas bantuan yang diberikan selama penulis melakukan pengambilan data

penelitian.

8. Ibu Anna selaku apoteker bangsal kelas III yang telah memberikan banyak

bantuan dan masukkan kepada tim peneliti.

9. Bapak Yudi dan Ibu Tabita serta semua perawat yang bertugas di bangsal

kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas segala bantuan yang

diberikan kepada penulis selama melakukan pengambilan data penelitian.

10. Mbak Tunjung, atas bantuan jawaban yang diberikan.

11. Donald, Bambang, Vivi, Andin, Sekar, Nolen, dan Welly atas dukungan,

bantuan, kebersamaan, dan kebingungan kita dalam penelitian ini.

12. Stella atas dukungan, bantuan, persahabatan, dan semangat yang diberikan

dalam perkuliahan, penelitian, keseharian, bahkan dalam perjalanan panjang

yang sering kita tempuh bersama.

13. Febrian, Lussy, Ester, Totok, Agung, Sarah, Fanny, dan semua teman-teman

kelas C 2005 maupun FKK 2005 atas dukungan dan kebersamaan kita selama

ini.

vii
14. Ella atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan. Terima kasih atas

terjemahannya.

15. Tara, Maya, Lia, Mbak Nana, Mbak Nur, Mbak Tinul, Ivonne, Koming atas

bantuan, semangat, dan doa yang diberikan dan tak lupa atas kesediaannya

untuk direpotkan ketika penulis merasa sangat jenuh dalam pengerjaan

laporan skripsi ini.

16. Dewi, Budi, Laela, Esti, Marni, Indra atas dukungan, semangat, dan

pengertian yang diberikan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini di

lokasi KKN. Andre terima kasih pinjaman laptopnya.

17. Bima, Kaka, Ninik, Vero, Ichan, Esti atas dukungan dan doa yang diberikan

kepada penulis.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada penulisan skripsi ini karena

segala keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pelayanan

kesehatan.

Yogyakarta, 2008

Penulis

viii
INTISARI

Medication Error (ME) adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan


yang seharusnya dapat dicegah. Drug Therapy Problem (DTP) merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi yang dikarenakan penggunaan obat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah utama dari
kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien bangsal kelas III Rumah
Sakit Bethesda yang menerima obat serebrovaskuler, mengetahui profil pasien
(meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis), dan
mengetahui profil obat yang digunakan pada pasien (meliputi macam obat, jenis
obat, rute pemberian, dan aturan pakai (kekuatan dan frekuensi pemberian obat)).
Jumlah kasus yang menerima obat serebrovaskuler sebanyak 20 kasus.
Kasus terbanyak berjenis kelamin laki-laki (65,0%), kelompok umur terbanyak
45-54 tahun (30,0%), tingkat pendidikan terbanyak SD dan SLTA (25,0%),
pekerjaan terbanyak PNS (25,0%), dan diagnosis terbanyak CVA non hemoragi
(35,0%). Macam obat terbanyak 7, 8, dan 11 macam obat (20,0%), jenis obat
terbanyak, 1 jenis obat, piracetam (20,0%), rute pemberian terbanyak piracetam
parenteral (80,0%) dan aspirin 100 mg secara non parenteral (50,0%).
Evaluasi kasus DTP terbanyak adalah dosis terlalu rendah, 25 kasus.
Evaluasi kasus terjadi ME terbanyak adalah dosis keliru, 28 kasus. Masalah utama
dari kejadian ME dan DTP ini adalah kurangnya visit rutin apoteker di bangsal.

Kata kunci : medication error, drug therapy problem, obat serebrovaskuler

x
 
ABSTRACT

Medication error (ME) is any preventable event in healing processes. Drug


Therapy Problem (DTP) is an undesirable event which happens because of drug
use.
The aim of this research are to know the main problem of ME
administration phase and DTP event of the patients of the third-class-wards in
Bethesda hospital who receive cerebrovascular drugs, to find out the patient’s
profile (including sex, age, education level, occupation, and diagnose), and to
discover the drugs profile (including quantity, kind, administration route, and
usage instruction (dosage and frequency)).
There are 20 cases receiving cerebrovascular drugs. The majority of the
cases involve male respondents (65,0 %), age group whish is between 45-54 years
(30,0%), education level which is elementary or junior high school (25,0%),
occupation which is civil servant (25,0%), and CVA non hemorrhage diagnose
(35,0%). The majority of drug kinds covers 7, 8, and 11 kinds of drug (20,0%),
that of types of drug is 1 type, piracetam (20,0%), that of administration route is
piracetam parenteral (80,0%), and that of usage instruction is aspirin 100 mg 1
time a day.
The evaluation of most DTP cases is the extremely low dosage, shown in
25 cases. The evaluation of most ME cases is the wrong dosage, shown in 28
cases. The main problem og the ME and DTP event is the inadequate routine
visits done by the pharmacists in the wards.

Key words : medication error, drug therapy problem, cerebrovascular drugs

xi
 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………...... iii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...……... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...……….... v

PRAKATA …………………………………………………………………... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………... ix

INTISARI ……………………………………………………………………. x

ABSTRACT …………………………………………………………………. xi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... xii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xvi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xxiv

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang ……………………………………………........ 1

1. Permasalahan ……………………………………………..... 3

2. Keaslian penelitian ………………………………………… 3

3. Manfaat penelitian …………………………………………. 4

B. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5

1. Tujuan umum …………………………………………….... 5

2. Tujuan tambahan …………………………………………... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Medication Error ………………………………………………. 6

xii
 
B. Drug Therapy Problem ………………………………………... 8

C. Interaksi Obat ………………………………………………….. 10

D. Penyakit Serebrovaskuler ……………………………………… 11

1. Anatomi otak ………………………………………………. 11

2. Definisi …………………………………………………….. 12

3. Etiologi …………………………………………………….. 13

E. Stroke …………………………………………………………... 13

1. Definisi dan klasifikasi …………………………………….. 13

2. Patofisiologi ……………………………………………….. 14

3. Penatalaksanaan terapi …………………………………….. 15

a. Outcome ……………………………………………...... 15

b. Tujuan terapi …………………………………………… 15

c. Sasaran terapi ………………………………………….. 15

d. Terapi farmakologis …………………………………… 15

F. Trauma Kepala ………………………………………………… 16

G. Obat-obat yang Digunakan …………………………………….. 17

1. Aspirin ……………………………………………………... 17

2. Tranexamine acid ………………………………………….. 17

3. Cilostazol ………………………………………………….. 18

4. Clopidogrel ………………………………………………… 18

5. Nimodipine ………………………………………………… 19

6. Nicergoline ………………………………………………… 19

7. Piracetam ………………………………………………….. 19

xiii
 
8. Pentoxifylline ……………………………………………… 20

9. Bellaphen® …………………………………………………. 20

10. Nadroparine ……………………………………………….. 21

11. Parnaparine ……………………………………………….. 21

H. Keterangan Empiris …………………………………………… 21

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….. 22

B. Variabel Penelitian …………………………………………….. 22

C. Definisi Operasional …………………………………………… 23

D. Subyek Penelitian ……………………………………………… 24

E. Bahan Penelitian ……………………………………………….. 25

F. Instrumen Penelitian …………………………………………… 25

G. Lokasi Penelitian ………………………………………………. 25

H. Tata Cara Penelitian …………………………………………… 26

1. Tahap orientasi ……………………………………………. 26

2. Tahap pengambilan data …………………………………... 26

3. Tahap penyelesaian data …………………………………... 27

I. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………….. 28

J. Kesulitan Penelitian ……………………………………………. 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler ……...…… 33

1. Berdasarkan jenis kelamin …………………………………. 33

2. Berdasarkan umur ………………………………………….. 34

xiv
 
3. Berdasarkan tingkat pendidikan …………………………… 35

4. Berdasarkan pekerjaan …………………………………….. 37

5. Berdasarkan diagnosis …………………………………...… 38

B. Profil Obat Serebrovaskuler …………………………………… 40

1. Berdasarkan macam obat ………...………………………… 40

2. Berdasarkan jenis obat ……………………………………... 42

3. Berdasarkan rute pemberian ……………………………….. 44

4. Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai ……………… 45

C. Evaluasi Medication Error Fase Administrasi ………………… 47

D. Evaluasi Drug Therapy Problem ………………………………. 51

E. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error

dan Drug Therapy Problem ……………………………………. 58

F. Rangkuman Pembahasan ………………………………………. 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 62

B. Saran …………………………………………………………… 63

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 64

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 67

BIOGRAFI ………………………………………………………………….. 127

xv
 
DAFTAR TABEL

Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error ……………………… 7

Tabel II. Tipe dan Kategori Medication Error Menurut

The National Coordinating Council for Medication

Error Reporting and Prevention ……………………..….. 7

Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problem …………….. 9

Tabel IV. Tingkat Signifikasi Interaksi Obat ……………………….. 10

Tabel V. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Aspirin ……………………………………………………. 17

Tabel VI. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Tranexamine Acid ………………………………………... 17

Tabel VII. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Cilostazol…………………………………………………. 18

Tabel VIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Clopidogrel ……………………….……………………… 18

Tabel IX. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Nimodipine ……………………………………………..… 19

Tabel X. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Nicergoline ………………………...……………………... 19

Tabel XI. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Piracetam ………………………………………………… 19

Tabel XII. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Pentoxifylline …………………………………………… 20

xvi
 
Tabel XIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Bellaphen® ………………………………………………. 20

Tabel XIV. Tinjauan Secara Umum Mengenai

Nadroparine ……………………………………………… 21

Tabel XV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………………. 33

Tabel XVI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Umur ……………………………………….. 34

Tabel XVII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ………………. 36

Tabel XVIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Pekerjaan …………………………………… 37

Tabel XIX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

xvii
 
Berdasarkan Diagnosis ……………………………...…. 39

Tabel XX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Macam Obat yang Diterima ………………... 41

Tabel XXI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Jenis Obat …………………………………... 42

Tabel XXII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Rute Pemberian ……………………………. 44

Tabel XXIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Kekuatan Obat dan Frekuensi

Penggunaan ………………………………………………. 46

Tabel XXIV. Pengelompokkan Kejadian Medication Error pada Kasus

yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas

III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-

September 2008 ………………………………………… 47

xviii
 
Tabel XXV. Kelompok Kasus Potensial ME Administration Error pada

Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal

Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-

September 2008 ………………………………………….. 48

Tabel XXVI. Kelompok Kasus Terjadi ME Dosis Keliru pada Kasus

yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas

III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September

2008 ……………………………………………………… 49

Tabel XXVII. Kelompok Kasus Terjadi ME Administration Error pada

Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal

Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-

September 2008 ………………………………………….. 49

Tabel XXVIII. Kelompok Kasus Terjadi ME Instruksi Dijalankan Keliru

pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di

Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode

Agustus-September 2008 ……………………………….... 49

Tabel XXIX. Kelompok Kasus Terjadi ME Salah Menulis Instruksi

pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di

Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode

Agustus-September 2008 ………………………………… 49

Tabel XXX. Kelompok Kasus Terjadi ME Kontraindikasi pada Kasus

yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas

III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September

xix
 
2008 ……………………………………………………… 49

Tabel XXXI. Pengelompokkan Tipe Error dan Kategori Kejadian

Medication Error pada Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Yogyakarta

Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan The

National Coordinating Council for Medication Error

Reporting and Prevention ………………………………... 50

Tabel XXXII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda

Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ………… 50

Tabel XXXIII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September

2008 ……………………………………………………… 51

Tabel XXXIV. Pengelompokkan Drug Therapy Problems yang Terjadi

pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di

Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode

Agustus-September 2008 ………………………………… 52

Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus

yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas

III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-

September 2008 ………………………………………… 53

xx
 
Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus

yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas

III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September

2008 ……………………………………………………… 54

Tabel XXXVII. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction Tambahan

pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di

Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode

Agustus-September 2008 ………………………………… 55

Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang

Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ... 55

Tabel XXXIX. Kelompok Kasus DTP Uncompliance pada Kasus yang

Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ... 56

Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 ... 57

xxi
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Otak Manusia …………………………………... 11

Gambar 2. Pembuluh Darah Utama pada Otak ……………………… 12

Gambar 3. Bagan Klasifikasi Stroke Berdasarkan Mekanisme …….. 14

Gambar 4. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap

Penggunaan Obat Serebrovaskuler pada Penelitian

Payung …………………………………………………… 32

Gambar 5. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Umur ……………………………………….. 35

Gambar 6. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ……………… 36

Gambar 7. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Pekerjaan …………………………………… 38

Gambar 8. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Diagnosis ………………………………… 39

xxii
 
Gambar 9. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat

Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Berdasarkan Jenis Obat ………………………………….. 43

xxiii
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rangkuman wawancara dengan dokter yang mengangani

pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta …………………………………………………. 67

Lampiran 2. Rangkuman wawancara dengan apoteker yang mengangani

pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta …………………………………………………. 68

Lampiran 3. Rangkuman wawancara dengan pasien yang bersedia

dilakukannya home visit ……………………………………. 69

Lampiran 4. Rangkuman wawancara dengan perawat yang mengangani

pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta …………………………………………………. 71

Lampiran 5. Analisis Kasus Dug Therapy Problem ……………………... 79

Lampiran 6. Daftar Kasus Medication Error ……………………………. 94

Lampiran 7. Daftar Obat yang Digunakan pada Kasus Penggunaan Obat

Serebrovaskuler di Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus-

September 2008 Berdasarkan Golongan, Nama Generik, dan

Nama Dagang ………………………………………………. 102

Lampiran 8. Data Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler ……...… 103

Lampiran 9. Informed Consent ………………………………………...… 124

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ………………………………………… 126

xxiv
 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient safety merupakan isu kritis dan harus ditangani dengan tepat

karena menyangkut keselamatan pasien. Patient safety menjadi tanggung jawab

berbagai pihak yang terkait dengan perawatan pasien, utamanya adalah health

care team (dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, fisioterapis, dan lainnya) termasuk

keluarga pasien. Oleh karena itu, observasi mengenai kejadian Medication Error

(ME) dan Drug Therapy Problem (DTP) menjadi penting dilakukan untuk

mendukung isu patient safety tersebut.

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang

seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan

dan tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998), dalam hal ini akan

lebih ditekankan pada ME fase administrasi, dimana fase administrasi adalah fase

dimana obat telah sampai dan digunakan oleh pasien.

Adverse Drug Reaction (ADR) adalah salah satu DTP respon obat yang

tidak diharapkan yang terjadi pada pemberian dosis lazim profilaksis, diagnosis,

dan penyembuhan. Mengingat isu paradigma baru patient safety, sangat penting

melakukan observasi kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien

sehingga dapat disusun suatu strategi pelaksanaan patient safety tersebut.

Penyakit serebrovaskuler paling dominan terjadi pada tengah dan akhir

usia seseorang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, penyakit serebrovaskuler 

1
 
2
 

menempati urutan keempat penyebab kematian di Indonesia dengan

persentase sebesar 8%. Oleh sebab itu penggunaan obat serebrovaskuler menjadi

salah satu yang terbesar. Dari penelitian yang dilakukan oleh American Heart

Association (AHA) mengenai medication error pada terapi trombolitik pada

ischemic stroke akut diketahui bahwa kejadian medication error yang terbesar

berupa dosis keliru. Melihat kedua hal tersebut permasalahan mengenai ME dan

DTP yang terjadi pada penggunaan obat serebrovaskuler menjadi menarik untuk

diteliti.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bethesda selama bulan

Agustus-September 2008. Rumah Sakit Bethesda termasuk rumah sakit swasta

tipe B dengan akreditasi ISO 9000 versi 2001 dan merupakan salah satu rumah

sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini mempunyai

7 apoteker yang telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasis klinis.

Dalam proses penerapan kebijakan patient safety di rumah sakit, apoteker di RS

Bethesda sudah memiliki program yang mengarah pada patient safety.

Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan cara mengikuti dan

mengamati terapi pasien. Dari penelitian ini diharapkan didapatkan suatu

gambaran mengenai kejadian ME fase administrasi dan DTP yang terjadi pada

penggunaan obat serebrovaskuler di RS Bethesda. Dari gambaran yang ada dapat

ditemukan permasalahan utama mengenai kejadian tersebut, sehingga dapat

disusun suatu rekomendasi aplikatif untuk mengurangi kejadian ME fase

administarasi dan DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler di RS Bethesda


3
 

yang tentunya hal ini akan sangat mendukung pelaksanaan isu patient safety di RS

Bethesda.

1. Permasalahan

Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah

“apakah yang menjadi masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan

DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien di RS Bethesda ?”

Dari permasalahan utama tersebut terdapat beberapa permasalahan

tambahan yang ingin diamati sebagai pendukung permasalahan utama, yaitu :

a. bagaimana gambaran profil pasien Rumah Sakit Bethesda periode

Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler

(meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan

diagnosis) ?

b. bagaimana gambaran profil obat/terapi yang diterima pasien RS Bethesda

periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler

(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat) ?

c. apa saja permasalahan ME dan DTP yang muncul pada pasien RS

Bethesda periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat

serebrovaskuler ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai Evaluasi Masalah

Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian

Terhadap Penggunaan Obat Serebrovaskuler) belum pernah dilakukan. Tetapi


4
 

penelitian yang terkait dengan masalah ME dan DTP pernah dilakukan dengan

judul diantaranya sebagai berikut :

a. Studi Potensial Medication Error pada Peresepan di Bangsal Anak di

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Februari-April 2003 (Ditinjau

dari aspek Transcribing: Kesulitan Menbaca Tulisan pada Resep dan

Kesulitan Membaca Penulisan Angka Desimal) oleh Nurdin (1999).

b. Potensi Medication Error dalam Resep Anak di 10 Apotek di kota

Yogyakarta periode Januari-Maret 2003 dan Persepsi Pembaca Resep yang

Menanganinya (Tinjauan Aspek Kelengkapan dan Kejelasan Resep) oleh

Pramudiarja (2000).

c. Persepsi Pembaca Resep Mengenai Resep yang Berpotensi Menyebabkan

Medication Error di Apotek di Kota Yogyakarta Periode Januari-Februari

2005 oleh Simbolon (1999).

d. Evaluasi Drug Related Problems Pada Pengobatan Pasien Stroke di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

oleh Meita (2002).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk

mendeskripsikan ME dan DTP yang terjadi pada pasien RS Bethesda.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan

keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care dan


5
 

menerapkan isu patient safety di rumah sakit, secara khusus RS Bethesda

dan secara umum rumah sakit di Indonesia yang pada akhirnya akan

meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.

A. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui rmasalah utama yang menyebabkan terjadinya ME

fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien

di RS Bethesda Yogyakarta sehingga pada akhirnya dapat disusun suatu

rekomendasi dan strategi aplikatif dalam mengurangi kejadian ME dan DTP

penggunaan obat pada pasien di RS Bethesda.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. gambaran profil pasien RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-

September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler (meliputi jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis).

b. gambaran profil obat/terapi yang diterima pasien RS Bethesda Yogyakarta

periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat serebrovaskuler

(meliputi macam obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai obat).

c. permasalahan ME dan DTP yang muncul pada pasien RS Bethesda

Yogyakarta periode Agustus-September 2008 yang menggunakan obat

serebrovaskuler.
BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Medication Error

Medication Error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang

seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih dalam pengawasan dan

tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998).

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error

adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam

penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.

Kejadian medication error dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase prescribing,

fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasi. Dari fase-fase

medication error tersebut, dapat dikemukakan bahwa faktor penyebabnya dapat

berupa:

1. komunikasi yang buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun

secara lisan (antara pasien, dokter dan apoteker).

2. sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem

penyimpanan obat, dan lain sebagainya).

3. sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan, dan

lainnya).

4. edukasi kepada pasien kurang.

5. peran pasien dan keluarga yang kurang (Cohen, 1999).

6
 

 

Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)

No Fase Medication Error Bentuk yang mungkin terjadi


1. Prescribing Kontraindikasi, duplikasi, tidak terbaca, instruksi
tidak jelas, instruksi keliru, instruksi tidak lengkap,
dosis keliru
2. Transcribing Copy error, resep dibaca keliru, ada instruksi yang
terlewatkan, miss-stamped, instruksi tidak dikerjakan,
salah menerjemahkan instruksi verbal
3. Dispensing Kontraindikasi, extra dose, gagal mencek instruksi,
sediaan obat buruk, instruksi penggunaan obat tidak
jelas, salah menghitung dosis, salah memberi label,
salah menulis instruksi, dosis keliru, pemberian obat
di luar instruksi, instruksi dijalankan keliru
4. Administrasi Administration error, kontraindikasi, obat tertinggal
di samping tempat tidur, extra dose, gagal mencek
instruksi, tidak mencek identitas pasien, dosis keliru,
salah menulis instruksi, patient off unit, pemberian
obat di luar instruksi, instruksi dijalankan keliru

Tabel II. Tipe dan Kategori Medication Error Menurut The National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP, 1998)

Tipe error Kategori Keterangan


NO ERROR A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan
terjadinya error
ERROR- B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
NO HARM C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak
menimbulkan risiko
Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut
diminum/digunakan
Obat mencapai pasien tetapi belum sempat
diminum/digunakan
D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring
terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm)
pada pasien
ERROR-HARM E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi
serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat
sementara
F Error terjadi dan pasien memerlukan perawatan atau
perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat yang
bersifat sementara
G Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (misalnya
anafilaksis, henti jantung)
ERROR-DEATH I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien

 
 

 

Medication error fase administrasi tejadi ketika suatu

kesalahan/ketidakcocokan terjadi pada ssat obat telah diterima dan digunakan oleh

pasien dari tenaga kesehatan (Williams, DJP, 2007).

A. Drug Therapy Problem

Drug Therapy Problem merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan

yang terjadi pada pasien yang dikarenakan atau diduga karena penggunaan obat

dan kejadian tersebut terjadi pada saat pencapaian efek terapi suatu obat.

Identifikasi DTP merupakan perhatian dari penilaian keputusan akhir yang dibuat

dalam tahap proses patient care. Diketahui terdapat 7 jenis DTP yang dapat

disebabkan oleh suatu obat dan harus dicari solusinya dan menjadi tanggung

jawab dari pharmaceutical care (Cipolle, 2004).

Drug Therapy Problem merupakan suatu masalah klinis yang tidak dapat

diselesaikan atau dicegah jika penyebab dari permasalahan yang muncul tidak

diketahui secara jelas. Sangat penting untuk mengetahui dan mengkategorikan

tidak hanya jenis dari DTP yang terjadi tetapi juga penyebab dari DTP tersebut

(Cipolle, 2004).

Seorang praktisi yang menerapkan pharmaceutical care harus mengetahui

penyebab dari DTP karena identifikasi terhadap DTP yang terjadi merupakan hal

yang sangat mendasar pada praktek pharmaceutical care. Dengan

mengidentifikasi penyebab dari DTP yang terjadi memungkinkan pasien dan

praktisi untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga

pasien mendapatkan hasil terapi yang diinginkan (Cipolle, 2004).

 
 

 

Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problem (Cipolle, 2004)

No. Jenis DTP Kemingkinan penyebab DTP


1. Obat tanpa indikasi Ada indikasi obat yang sudah tidak tepat saat itu
(unnecessary drug Terapi dengan dosis toksik
therapy) Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat
menggunakan terapi tunggal
Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi (tanpa obat)
Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat
digantikan dengan yang lebih aman
Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol,
dan merokok
2. Butuh tambahan obat Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan
(need for additional obat baru
drug therapy) Kondisi kronis yang membutuhkan terapi lanjutan secara terus-
menerus
Terapi untuk mencegah timbulnya risiko atau kondisi medis yang
baru atau terapi profilaksis
Kondisi yang membutuhkan terapi kombinasi
3. Pemilihan obat yang Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif
salah (wrong drug) Pasien alergi atau kontraindikasi terhadap obat tersebut
Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman
Kondisi yang sukar disembuhkan dengan obat tersebut
Pasien mengalami infeksi diberi obat yang sudah resisten
Terapi untuk mencegah timbulnya risiko atau kondisi medis yang
baru
Kombinasi obat yang salah
4. Dosis terlalu rendah Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon
(dosage too low) pada pasien
Konsentrasi obat dalam darah tidak berada pada rentang terapi
yang diharapkan
Waktu pemberian obat yang tidak tepat, misalnya antibiotik
profilaksis untuk operasi
Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang
sesuai untuk pasien
5. Efek samping dan Obat diberikan terlalu cepat
interaksi obat Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat
(adverse drug Pasien teridentifikasi memiliki risiko terhadap obat tersebut
reaction) Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau
makanan
Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta
pergeseran tempat ikatan
Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat
6. Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu tinggi
(dosage too high) Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang
diharapkan
Dosis obat dinaikkan terlalu cepat
Akumulasi obat karena terapi jangka panjang
Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang
sesuai untuk pasien
7. Kepatuhan pasien Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error
(compliance) Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan
sengaja maupun karena tidak mengerti
Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya

 
 
10 
 

B. Interaksi Obat

Interaksi obat didefinisikan sebagai respon klinis atau farmakologis yang

muncul dari pemberian kombinasi obat yang berbeda, dimana efek klinis yang

muncul dari dua atau lebih kombinasi obat tersebut dapat diantisipasi dengan

pemberian obat secara tunggal/terpisah (Tatro, 2001).

Tabel IV. Tingkat Signifikasi Interaksi Obat (Tatro, 2001)

Tingkat signifikasi Keparahan Pelaporan


1 Berat (major) Terbukti
2 Sedang (moderate) Terbukti
3 Ringan (minor) Terbukti
4 Berat/sedang (major/moderate) Mungkin terjadi
Ringan (minor) Mungkin terjadi
5
Tidak ada (any) Tidak terjadi

Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan

tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat

yang berinteraksi dan dibutuhkan penanganan segera untuk menghindari efek

interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang

berinteraksi selama beberapa hari atau minggu (Tatro, 2001).

Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai risiko dan manfaat

alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat

mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat

(major), sedang (moderate), dan ringan (minor). Tingkat keparahan berat

kemungkinan berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang permanen. Efek dari

tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa

butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya

pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek

 
 
11 
 

yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara

signifikan, biasanya juga tidak membutuhkan terapi tambahan (Tatro, 2001).

C. Penyakit Serebrovaskuler

1. Anatomi otak

Gambar 1. Anatomi Otak Manusia (Anonim, 2008a)

Otak terdiri atas 3 bagian utama, yaitu otak besar (cerebrum), otak

kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Otak besar merupakan

bagian terbesar dan mengontrol sejumlah besar fungsi tubuh, seperti bicara,

emosi, stimulus indera, dan gerakan. Otak besar dibagi menjadi 2 bagian

(hemisphere), kanan dan kiri. Bagian kanan mengatur fungsi tubuh sebelah

kiri dan begitu pula sebaliknya pada bagian kiri otak besar. Otak kecil

berfungsi untuk mengatur fungsi gerakan reflek, keseimbangan, dan

koordinasi tubuh, sedangkan batang otak berfungsi untuk mengatur

pernafasan, pencernaan, denyut jantung, dan lainnya (Anonim, 2008a).

 
 
12 
 

Nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah dialirkan ke otak melalui

2 pembuluh darah utama, yaitu pembuluh darah karotid dan pembuluh darah

vertebral (Anonim, 2008a)

Gambar 2. Pembuluh Darah Utama pada Otak (Anonim, 2008a)

2. Definisi

Penyakit serebrovaskuler merupakan suatu istilah yang luas yang

mencakup banyak kelainan pada pembuluh darah di sistem syaraf pusat

(Walker, 1995).

Kebanyakan penyakit serebrovaskuler ditunjukkan dengan adanya

onset yang mendadak dari disfungsi neurologis. Disfungsi yang terjadi dapat

bersifat sementara (dapat diperbaiki) atau secara cepat dapat memburuk. Onset

yang mendadak yang dikarenakan disfungsi neurologis dan tidak disertai

dengan kejang disebut sebagai stroke atau cerebrovascular accident (CVA)

(Harrison, 2005).

 
 
13 
 

3. Etiologi

Penyakit serebrovaskuler disebabkan karena kelainan aliran darah

pada pembuluh darah di sistem syaraf pusat. Kelainan ini dapat disebabkan

karena :

a. adanya infraksi pada salah satu bagian di sistem syaraf pusat.

b. adanya perdarahan pada bagian parenkim atau subaraknoid di sistem

syaraf pusat.

c. disfungsi neurologis (Walker, 1995).

D. Stroke

1. Definisi dan klasifikasi

Stroke adalah suatu sindroma klinis yang onsetnya mendadak

dengan disfungsi neurologik fokal (global), yang berlangsung selama 24

jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang mana setelah

dilakukan pemeriksaan penunjang yang adekuat, penyebabnya adalah

semata-mata kelainan vaskuler non traumatik (DiPiro, 2005).

Stroke terbagi atas ischemic stroke (88%) dan hemorrhagic stroke

(12%). Hemorrhagic stroke meliputi subarachnoid hemorrhage, intracerebral

hemorrhage, dan subdural hemorrhage. Ischemic stroke disebabkan oleh

bentuk lokal trombus atau fenomena embolik, hasilnya peredaran darah pada

arteri serebral menjadi tidak lancar (DiPiro, 2005).

 
 
14 
 

Stroke
Hemorrhage stroke

Ischemic stroke

Atherosclerotic Penetrating Cardiogenic embolism Cryptogenic Penyebab lain


cerebrovascular artery • Artrial fibrilasi stroke • Prothrombic
diseease disease • Valve disease states
• Ventricular • Dissections
thrombi • Arteritis
Hipoperfusi Arteriogenic • Migrain
emboli
• Penyalahgunaa
n obat

Gambar 3. Bagan Klasifikasi Stroke Berdasarkan Mekanisme (DiPiro, 2005)

2. Patofisiologi

Pada carotoid atherosklerosis, akumulasi progesif dari lemak dan sel

inflamasi di inti dari arteri yang berefek, dikombinasikan dengan hipertropi

dari sel otot arteri lunak, menghasilkan bentuk plak. Akhirnya, tekanan yang

lemah dapat menghasilkan plak hancur, paparan kolagen, agregasi platelet,

dan bentuk gumpalan. Gumpalan dapat terjadi lagi di pembuluh,

menyebabkan oklusi lokal, atau membuat distal sebagai emboli, akhirnya

berakhir di pembuluh serebral. Pada kasus dari emboli kardiogenik, statis

darah di arteria atau ventrikel jantung membuat bentuk gumpalan lokal yang

dapat dikeluarkan dan mengalir langsung melalui aorta ke sirkulasi serebral.

Hasil akhir dari bentuk trombus dan emboli adalah oklusi arteri, menurunkan

aliran darah serebral dan menyebabkan ischemia distal ke oklusi (DiPiro,

2005).

Aliran darah serebral normal rata-rata 50 mL/100 g per menit dan ini

dipertahankan di atas range yang lebar dari tekanan darah (artinya tekanan

 
 
15 
 

arteri 50-150 mmHg) oleh proses yang disebut serebral autoregulasi.

Pembuluh darah serebral melebar dan merespon dengan konstriksi untuk

mengubah tekanan darah, tetapi proses ini dapat dirusak oleh atherosklerosis

dan luka akut, seperti stroke. Ketika aliran darah serebral lokal menurun

antara 20 mL/100 g per menit, iskemia terjadi. Dan ketika terjadi reduksi 12

mL/100 g per menit tetap, kerusakan otak irreversible terjadi, dan ini disebut

infraksi. (DiPiro, 2005).

3. Penatalaksanaan terapi

a. Outcome

Mencegah keparahan penyakit stroke pada pasien

b. Tujuan terapi

1) Mengurangi kerusakan neurologik yang berkelanjutan dan

menurunkan mortalitas dan ketidakmampuan secara jangka panjang.

2) Mencegah komplikasi sekunder dalam kemampuan bergerak dan

disfungsi neurologik.

3) Mencegah kekambuhan stroke

c. Sasaran terapi

Sumbatan pada pembuluh darah, gangguan pada pembuluh darah

yang dapat berupa trombus, emboli, clot, dan edema.

d. Terapi farmakologis

Secara umum, obat farmakologis yang direkomendasikan dengan

rekomendasi A adalah intravenous tissue plasminogen activator (tPA)

dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam. Pemberian tPA

 
 
16 
 

intravena telah terbukti mengurangi ketidakmampuan fisik yang

berhubungan dengan stroke iskemik. Terapi aspirin diawal juga telah

terlihat dapat mengurangi kematian jangka panjang dan ketidakmampuan

fisik tetapi tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam setelah pemberian

tPA karena dapat meningkatkan risiko pendarahan pada pasien (DiPiro,

2005).

E. Trauma Kepala

Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak dari

trauma. Jika kulit kepala digores maka akan terjadi perdarahan yang hebat, hal ini

dikarenakan banyaknya pembuluh darah yang terdapat pada kulit kepala.

Banyaknya pembuluh darah di otak menyebabkan trauma pada kepala menjadi hal

yang sangat serius (Acker, 2003).

Jika trauma pada kepala tergolong dalam kategori ringan dan tidak

menyebabkan gejala lain selain nyeri disekitar daerah trauma, maka pemberian

cukup diberikan paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri dan dapat pula dibantu

dengan kompres air dingin. Jika trauma yang terjadi tergolong berat, misalnya

seperti kecelakaan, dan keadaan pasien bertambah buruk, maka biasanya

diberikan manitol secara intavena untuk mengurangi pembengkakan dan

mengurangi tekanan pada tengkorak (Acker, 2003).

 
 
17 
 

F. Obat-obat yang Digunakan

1. Aspirin

Tabel V. Tinjauan Secara Umum Mengenai Aspirin

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat sisntesis prostaglandin dengan cara mencegah
aggregasi platelet tromboksan A2, bekerja pada hipotalamus pada
bagian yang mengatur panas untuk mengurangi demam (Lacy.et.al.,
2006)
Golongan terapi Antiplatelet, antipiretik, analgesik, antiinflamasi (Lacy.et.al., 2006)
Dosis Pencegahan stroke/TIA : 30-325 mg/hari
Stroke akut : 160-325 mg/hari (Lacy.et.al., 2006)
Antiplatelet : 75-325 mg/hari (Dollery, 1999)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap salisilat dan NSAID, pasien dengan asma,
rhinitis, dan pasien yang mengalami perdarahan (termasuk karena
kekurangan faktor VII dan IX) (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati dalam penggunaan pada pasien dengan kekacauan platelet,
perdarahan, disfungsi ginjal, gastritis, atau peptic ulcer (Lacy.et.al.,
2006).
Efek samping Perdarahan, hipotensi, takikardi, insomnia, hiperkalemia,
kemerahan, cerebral edema, mual, mntah, rasa tidak nyaman pada
lambung, anemia, trombositopenia, dll (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Aspirin meningkatkan konsentrasi serum dari methotrexate,
Pemberian bersama NSAID meningkatkan peradangan lambung,
pemberian bersama dengan antikoagulan (warfarin), agen
trombolitik, heparin, low molecular heparin , dan antikoagulan lain
dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung.
Pemberian aspirin dapat menurunkan efek dari β-bloker, diuretik
kuat, thiaxide, dan probenecid, pemberian dengan NSAID dapat
menurunkan konsentrasi serum dari NSAID (Lacy.et.al., 2006)
Pemberian aspirin dengan NSAID mempunyai tingkat signifikasi 5
(Tatro, 2001)

2. Tranexamine acid

Tabel VI. Tinjauan Secara Umum Mengenai Tranexamine acid

Peninjauan Keterangan
Golongan terapi Hemostatic agent dan antihemophilic agent (Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 25 mg/kg, 3-4 kali sehari
Injeksi : 10 mg/kg, 3-4 kali sehari (Lacy.et.al., 2006).
Kontraindikasi Gangguan fungsi ginjal yang berat, dan penyakit tromboembolik
(Mehta, 2004)
Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal, hematuria yang berat (Mehta, 2004).
Efek samping Mual, muntah, diare, tromboembolik (Mehta, 2004).
Interaksi obat Penicillin (jangan diberikan ke dalam transfusi darah atau injeksi
penicillin) (Anonim, 2007)

 
 
18 
 

3. Cilostazol

Tabel VII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Cilostazol

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat fosfodiesterase III sehingga akan meningkatkan cyclic
AMP yang akan menyebabkan penghambatan aggregasi platelet dan
vasodilatasi (Lacy.et.al., 2006)
Golongan terapi Penghambat enzim fosfodiesterase, penghambat aggregasi platelet
(Lacy.et.al., 2006)
Dosis 100 mg, 2 kali sehari, diminum 1½ jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap cilostazol dan pasien yang menderita
gagal jantung
Peringatan Digunakan secara hati-hati pada pasien yang menerima obat yang
menghambat aggregasi platelet, gangguan fungsi hati, dan pasien
yang menerima penghambat enzim CYP3A4 (ketokonazole atau
erythromycin), dan yang menerima penghambat CYP2C19
(omeprazole)
Efek samping Sakit kepala, diare, peripheral edema, palpitasi, takikardi, dispepsia,
mual, nyeri pada abdominal, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Efek antiplatelet dengan antiplatelet lain belum diketahui,
konsentrasi serum cilostazol ditingkatkan dengan adanya
erythromycin, diltiazem, dan omeprazole (Lacy.et.al., 2006)

4. Clopidogrel

Tabel VIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Clopidogrel

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Menghambat reseptor ADP yang mencegah pengikatan fibrinogen
sehingga mengurangi kemungkinan aggregasi platelet (Lacy.et.al.,
2006)
Golongan terapi Antiplatelet (Lacy.et.al., 2006)
Dosis Serangan myocardial infraction, stroke, maupun arterial disease :
75 mg sekali sehari (Lacy.et.al., 2006)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap clopidogrel, mempunyai penyakit
perdarahan yang aktif seperti intracranial hemorrhage, penyakit
yang berhubungan dengan koagulasi (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati digunakan pada pasien yang menerima terapi antiplatelet
lain atau antikoagulan, hipertensi, gagal ginjal, pasien dengan
perdarahan, gangguan fungsi hati, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Nyeri pada abdominal, muntah, dispepsia, gastritis, kontipasi,
hipertensi, kemerahan, arthralgia, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006).
Interaksi obat Penggunaan bersama dengan antikoagulan atau antiplatelet lain
dapat meningkatkan risiko perdarahan, penggunaan clopidogrel dan
naproxen meningkatkan risiko perdarahan pada lambung
(Lacy.et.al., 2006).

 
 
19 
 

5. Nimodipine

Tabel IX. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nimodipine

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Mempunyai aktifitas yang lebih tinggi pada arterial serebral
daripada arteri lain (Lacy.et.al., 2006).
Golongan terapi Calcium channel bloker (Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 60 mg tiap 4 jam sekali selama 21 hari (Lacy.et.al., 2006).
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap nimodipine (Lacy.et.al., 2006)
Peringatan Hati-hati penggunaannya pada pasien gangguan fungsi ginjal/hati,
Chronic Heart Failure, disfungsi ventrikular kiri yang berat, dll
(Lacy.et.al., 2006)
Efek samping Penurunan tekanan darah, sakit kepala, diare, kemerahan, rasa tidak
nyaman pada abdominal (Lacy.et.al., 2006)
Interaksi obat Rifampin meningkatkan metabolism CCB, efek antihipertensi
ditingkatkan dengan pemberian bersama dengan nimodipine
(Lacy.et.al., 2006).

6. Nicergoline

Tabel X. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nicergoline

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Meningkatkan aliran darah di arteri, menghambat aggregasi platelet
(Dollery, 1999)
Dosis 30-60 mg dalam 2-3 dosis terbagi (Anonim, 2007)
Efek samping Gangguan gastrointestinal ringan, sensasi panas pada wajah,
mengantuk, insomnia (Anonim, 2007)
Interaksi obat Meningkatkan kerja antihipertensi (Anonim, 2007)

7. Piracetam

Tabel XI. Tinjauan Secara Umum Mengenai Piracetam

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Meningkatkan vaskularisasi di otak
Golongan terapi Nootropik (Anonim, 2007)
Dosis 4,8 gram-20 gram (maksimal)/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
Dosis initial sebesar 7,2 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
(Mehta, 2004)
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (Mehta, 2004).
Peringatan Hati-hati pada penggunan pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
geriatri (Mehta, 2004).
Efek samping Peningkatan berat badan, penurunan kesadaran, insomnia,
hipertensi, depresi, dan kemerahan (Mehta, 2004).
Interaksi obat Ekstrak tiroid (T3 dan T4) (Anonim, 2005)

 
 
20 
 

8. Pentoxifylline

Tabel XII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Pentoxifylline

Peninjauan Keterangan
Mekanisme aksi Belum jelas, diduga dengan mengurangi viskositas darah dan
meningkatkan aliran darah dengan mengubah rheologi dari sel darah
merah (Lacy.et.al., 2006).
Golongan terapi Hemorheologic agent, dan blood viscocity reducer agent
(Lacy.et.al., 2006).
Dosis Oral : 400 mg 3 kali sehari, dapat dikurangi menjadi 2 kali sehari
jika efek samping pada gastrointestinal dan sistem syaraf pusat
terjadi.
Infus IV : 200-300 mg 2 kali sehari dalam cairan infus 250-500 mL
(Anonim, 2007)
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap pentoxifylline, xanthine, dan pasien yang
mengalami cerebral/retinal hemorrhage (Lacy.et.al., 2006).
Peringatan Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(Lacy.et.al., 2006).
Efek samping Mual, muntah, sakit kepala, pusing, dan lainnya (Lacy.et.al., 2006).
Interaksi obat Kadar meningkat dengan adanya cimetidine atau antagonis H2 lain,
penggunaan dengan antihipertensi dapat lebih menurunkan tekanan
darah (Lacy.et.al., 2006).

9. Bellaphen®

Tabel XIII. Tinjauan Secara Umum Mengenai Bellaphen®

Peninjauan Keterangan
Komposisi Belladona total alkaloid 0,1 mg; ergotamine tartrate 0,3 mg;
phenobarbital 20 mg (Anonim, 2007)
Golongan terapi Antimigrain (Anonim, 2007)
Dosis 1-2 tablet 3 kali sehari (Anonim, 2007)
Kontraindikasi Hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, Ischemic Heart Dissease,
porfiria, penyakit pembuluh darh perifer, pembesaran prostat,
glukoma, hipertensi berat (Anonim, 2007).
Peringatan Miastenia gravis, diare, demam, takikardi, infark miokard akut,
gangguan menjalankan mesin (Anonim, 2007).
Efek samping Mulut kering, disfagia, gangguan gastrointestinal, nyeri otot,
depresi pernafasan, sedasi, dan lainnya (Anonim, 2007).
Interaksi obat Meningkatkan efek muskarinik dari amantadine, butirophenon,
fenotiazide dan antidepresan trisiklik,. Aktifitasnya menurun dengan
adanya carbamazepin, kumarin, antikoagulan, siklosporin, quinidin,
theophylline, dan metronidazole (Anonim, 2007).

 
 
21 
 

10. Nadroparine

Tabel XIV. Tinjauan Secara Umum Mengenai Nadroparine

Peninjauan Keterangan
Golongan terapi Anti koagulan (low molecular weight heparin)
Dosis Pencegahan gangguan tromboembolik 0,3 mL 1 kali sehari
(Anonim, 2007)
Kontraindikasi Trombositopenia, CVA hemoragik, infeksi endokarditis akut
(Anonim, 2007)
Peringatan Insufisiensi hati atau ginjal, hipertensi arterial yang tidak terkontrol,
riwayat ulkus peptikum (Anonim, 2007)
Efek samping Hemoragik, trombositopenia berat, nekrosis pada temapt suntikan,
hipoaldosteron, peningkatan transaminase (Anonim, 2007)
Interaksi obat NSAID, aspirin, antiplatelet, dekstran, antikoagulan oral (Anonim,
2007)

11. Parnaparine

Merupakan salah satu jenis low molecular weight heparin yang

digunakan untuk mencegah gangguan tromboembolik. Dosis yang digunakan

0,3 mL 1 kali sehari. Penggunaannya bersama dengan aspirin akan

meningkatkan risiko perdarahan (Anonim, 2008b)

G. Keterangan Empiris

Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors

Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap

Penggunaan Obat Serebrovaskuler) diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai masalah utama kejadian ME fase administrasi dan DTP pada pasien di

RS Bethesda Yogyakarta sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi kejadian

ME fase administrasi dan DTP penggunaan obat serebrovaskuler pada pasien di

RS Bethesda Yogyakarta.

 
 
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors

dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat

Serebrovaskuler) termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.

Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya

dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya

(in nature), tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2007).

Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh baik dari

lembar catatan medik maupun wawancara bersifat untuk menggambarkan

kejadian yang sebenarnya, yang kemudian akan ditelaah apa yang menjadi

masalah utamanya. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama

mendapatkan perawatan dan juga dengan melihat lembar catatan mediknya.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent

yaitu masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya ME fase administrasi dan

DTP.

22
 
23
 

C. Definisi Operasional

1. Medication error yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kejadian

medication error pada fase administrasi.

2. Drug Therapy Problems yang dimaksud dalam penelitian ini hanya sebatas

DTP yang terjadi pada fase administrasi meliputi butuh tambahan obat, dosis

terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, interaksi obat, adverse drug reaction, dan

compliance/kepatuhan pasien.

3. Masalah utama merupakan pokok permasalahan yang mendasari terjadinya

ME dan DTP.

4. Periode Agustus-September 2008 pada penelitian ini dimulai dari tanggal 4

Agustus – 27 September 2008.

5. Kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang menerima resep dan

menggunakan obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda

Yogyakarta periode Agustus-September 2008.

6. Lembar catatan medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang

memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,

diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat,

hasil laboratorium, lama perawatan, dan lembar resume pasien dewasa yang

menerima obat serebrovaskuler di RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-

September 2008.

7. Karakteristik pasien meliputi distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan diagnosis.

 
 
24
 

8. Karakteristik peresepan obat meliputi macam obat, jenis obat, rute pemberian

obat, aturan pemakaian obat yang meliputi kekuatan obat dan frekuensi

pemakaian obat.

9. Bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda meliputi bangsal kelas III ruang B, C,

D, E, F, H, dan J.

10. Home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah

keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, yang dilakukan pada

pasien yang menyetujui informed consent.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian meliputi pasien rawat inap di bangsal kelas III RS

Bethesda periode Agustus-Sepember 2008. Pada kajian terhadap obat

serebrovaskuler, subyek penelitian hanya pada kasus dengan diagnosis dan

menerima terapi untuk gangguan pada serebrovaskuler. Kriteria inklusi subyek

adalah pasien yang dirawat di bangsal dewasa yang dilayani oleh farmasis klinis

RS Bethesda. Kriteria eksklusi subyek adalah pasien yang tidak bersedia bekerja

sama dan meninggal dunia.

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah subyek penelitian sebanyak 20

kasus. Dari 20 kasus yang didapatkan, 4 kasus menerima informed consent untuk

dilakukan home visit. Untuk data penunjang berupa wawancara didapatkan dari 3

orang dokter, 1 orang apoteker, 14 orang perawat, dan 4 kasus home visit.

 
 
25
 

E. Bahan Penelitian

Bahan penelitian meliputi catatan medik pasien dewasa rawat inap di

bangsal kelas III RS Bethesda (termasuk peresepannya) yang menerima obat

serebrovaskuler dan juga wawancara dari petugas kesehatan (dokter, perawat, dan

apoteker) dan keluarga pasien/pasien jika hal tersebut memungkinkan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat-alat untuk monitoring tanda vital dan data laboratorium sederhana,

seperti tensimeter (Tensoval®), termometer, alat pengukur kadar kolesterol

(Easy Touch GC®)

2. Form pemantauan dan penggunaan obat pasien di bangsal

3. Form pemantauan dan penggunaan obat pasien di rumah (untuk pasien home

visit)

4. Panduan wawancara terstruktur untuk dokter, apoteker, perawat, dan

pasien/keluarga pasien.

G. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors

dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat

Serebrovaskuler) dilakukan di bangsal kelas III RS Bethesda untuk kasus rawat

inap dan di tempat tinggal pasien untuk penelitian secara home visit.

 
 
26
 

H. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap

pengambilan data, dan tahap penyelesaian data.

1. Tahap orientasi

Pada tahap orientasi ini dilakukan beberapa hal, yaitu presentasi

mengenai penelitian yang akan dilakukan di hadapan perwakilan dokter dan

apoteker Bethesda (komisi medik Rumah Sakit Bethesda), mencari informasi

mengenai penggunaan obat serebrovaskuler di bangsal kelas III Rumah Sakit

Bethesda, dan mencari teknis pengambilan data yang sesuai agar tidak

mengganggu aktivitas di bangsal yang bersangkutan.

2. Tahap pengambilan data

Tahap pengambilan data meliputi 2 hal, yaitu pengambilan data primer

dan pengambilan data sekunder.

a. Pengambilan data primer

Pengambilan data primer meliputi :

1) pengamatan penggunaan obat oleh pasien di bangsal dan di rumah

untuk pasien yang bersedia dilakukan home visit. Untuk pasien home

visit dipilih pasien yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta

kecuali kabupaten Gunung Kidul.

2) wawancara terhadap dokter, apoteker, perawat, dan pasien/keluarga

pasien. Data wawancara ini digunakan sebagai data penunjang.

 
 
27
 

b. Pengambilan data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan mencatat lembar

catatan medik pasien, yang meliputi identitas, tanda vital, riwayat

pengobatan, riwayat penyakit, riwayat keluarga, lama tinggal di rumah

sakit, anamnesis, diagnosis, pemberian obat, dan data laboratorium.

3. Tahap penyelesaian data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa

keterangan, yaitu dosis serta cara pemakaian, jenis serta tanggal pemberian

obat, tanda vital, dan data laboratorium. Data tersebut digunakan untuk

mengidentifikasi ME dan DTP yang mungkin terjadi.

b. Evaluasi data

Evaluasi kasus hanya dilakukan pada lingkup penggunaan obat

serebrovaskuler dan dilakukan dengan menggunakan beberapa pustaka,

yaitu Drug Information Handbook (Lacy.et.al.,2006), British National

Formulary edisi 48 (Mehta.et.al.,2004), MIMS Indonesia (Anonim, 2007).

Untuk evaluasi interaksi obat digunakan pustaka Drug Interaction Fact

(Tatro, 2001), Drug Information Handbook (Lacy.et.al.,2006), British

National Formulary edisi 48 (Mehta.et.al.,2004), MIMS Indonesia

(Anonim, 2007). Untuk evaluasi medication error digunakan tabel bentuk-

bentuk medication error menurut Dwiprahasto dan Kristin.

 
 
28
 

I. Tata Cara Analisis Hasil

Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar :

1. Persentase jenis kelamin kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis

kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah

kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan

kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

2. Persentase umur kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan rentang umur

15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74

tahun, dan 75-84 tahun. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara

menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan

kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

3. Persentase tingkat pendidikan kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan

tanpa keterangan, tingkat pendidikan belum/tidak tamat SD, SD, SLTP,

SLTA, dan akademi/universitas. Masing-masing kelompok dihitung dengan

cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan

kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

4. Persentase pekerjaan kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan tanpa

keterangan, pelajar/mahasiswa, buruh, petani, swasta, PNS, dan pensiunan.

Masing-masing kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap

kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan

dengan 100%.

5. Persentase diagnosis kasus dikelompokkan menjadi kasus dengan 1 diagnosis,

2 diagnosis, dan 3 diagnosis, dari tiap diagnosis diberi keterangan diagnosis

 
 
29
 

yang muncul. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara menghitung

kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang

didapat dan dikalikan dengan 100%.

6. Persentase macam obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi 14

kelompok mulai dari 4 macam obat sampai 17 macam obat. Masing-masing

kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi

dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

7. Persentase jenis obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi 1 jenis

obat, 2 jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat

dengan masing-masing diberi nama jenis obat yang diberikan. Masing-masing

kelompok dihitung dengan cara menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi

dengan jumlah keseluruhan kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

8. Persentase rute pemberian obat yang diterima kasus dikelompokkan menjadi

rute pemberian non parenteral dan parenteral dengan masing-masing diberi

nama obat yang diberikan. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara

menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan

kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

9. Persentase aturan pakai dikelompokkan menjadi nama obat dan kekuatan

dengan frekuensi pemberian. Masing-masing kelompok dihitung dengan cara

menghitung kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan

kasus yang didapat dan dikalikan dengan 100%.

10. Persentase medication error dikelompokkan menjadi potensial terjadi ME dan

telah terjadi ME dengan masing-masing diberi keterangan mengenai jenis ME.

 
 
30
 

Setiap temuan yang di dapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing

kelompok dihitung dengan cara menghitung setiap temuan yang didapat pada

tiap kelompok dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang menerima obat

serebrovaskuler dan dikalikan dengan 100%.

11. Persentase drug therapy problem dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang

meliputi butuh tambahan obat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,

interaksi obat, adverse drug reaction, dan compliance. Setiap temuan yang di

dapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok dihitung dengan

cara menghitung setiap temuan yang didapat pada tiap kelompok dibagi

dengan jumlah keseluruhan kasus yang menerima obat serebrovaskuler dan

dikalikan dengan 100%.

12. Persentase kepatuhan pasien dihitung dengan cara menghitung kasus yang

mengalami uncompliance. Temuan yang didapat dibagi dengan jumlah

keseluruhan kasus yang menerima obat serebrovaskuler dan dikalikan dengan

100%.

13. Evaluasi masalah utama kejadian ME dan DTP didasarkan pada hasil

penggambaran ME dan DTP yang terjadi dengan didukung data penunjang

yang berupa wawancara dengan dokter, apoteker, perawat, dan

pasien/keluarga pasien.

J. Kesulitan Penelitian

Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, peneliti mengalami

beberapa kesulitan, yaitu kurangnya pengalaman peneliti dalam membaca tulisan

 
 
31
 

dokter dan perawat pada lembar cacatan medik dan juga terdapat beberapa

singkatan atau istilah medis yang tidak dimengerti oleh peneliti. Kesulitan ini

dapat diatasi dengan bertanya pada perawat yang ada di bangsal. Selain itu

terdapat kesulitan lain terkait dengan pasien, seperti pasien yang tidak

memungkinkan keadaannya untuk dilakukan visit bangsal dan kesulitan terkait

pencatatan seperti tidak adanya diagnosis utama pada pasien, tidak adanya catatan

obat yang diterima pasien secara lengkap,dan lainnya.

Pada proses evaluasi data juga terdapat beberapa kendala, yaitu seperti

tidak lengkapnya catatan penggunaan obat oleh pasien, tidak adanya data berat

badan pasien, tidak lengkapnya hal-hal terkait obat seperti dosis, frekuensi

pemberian, dan lainnya. Selain itu evaluasi terhadap instruksi dokter mengenai

penggunaan obat oleh pasien juga mengalami kesulitan karena terkadang dokter

tidak menuliskan instruksi tersebut pada lembar catatan medik.

 
 
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Mediacation

Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap

Penggunaan Obat Serebrovaskuler) merupakan bagian dari penelitian payung

yang berjudul “Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase

Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta Periode Agustus 2008”. Selain kajian terhadap penggunaan obat

serebrovaskuler terdapat tujuh subjudul lain yang masing-masing dikerjakan oleh

orang yang berbeda.

Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi


dan Drug Therapy Problems pada Pasien RS. Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008

Dibagi menjadi 8 kajian

Penggunaan obat Penggunaan obat Penggunaan obat Penggunaan obat


gangguan sistem gangguan sistem gangguan alergi dan gangguan sistem
urinari dan neuromuskuler sistem imun pernafasan
reproduksi

Penggunaan obat Penggunaan obat Penggunaan obat Penggunaan obat


kardiovaskuler serebrovaskuler golongan golongan endokrin
antiemetik

Gambar 4. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap Penggunaan Obat


Serebrovaskuler pada Penelitian Payung

32
 
33 
 

Selama periode Agustus-September 2008 didapatkan 97 kasus. Dari 97

kasus tersebut, 20 kasus menerima obat serebrovaskuler. Kasus yang ada dapat

digunakan lebih dari satu peneliti karena kajian yang digunakan berdasarkan

penggunaan obat. Dalam menentukan kasus yang ada selain dilihat berdasarkan

penggunaan obatnya juga dilihat berdasarkan diagnosis yang ada. Pada 20 kasus

yang menerima obat serebrovaskuler 4 kasus menyetujui informend consent dan

bersedia untuk dilakukan home visit.

A. Profil Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler

Profil kasus yang menerima obat serebrovaskuler di RS Bethesda

Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan diagnosis.

1. Berdasarkan jenis kelamin

Masing-masing kasus yang menerima obat serebrovaskuler

dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan.

Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin ini hanya untuk menggambarkan

profil pasien yang menerima obat serebrovaskuler di Rumah Sakit Bethesda

selama periode Agustus-September 2008, karena tidak terdapat perbedaan

pada penggunaan obat serebrovaskuler pada jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan dalam hal jumlah obat, jenis obat, maupun aturan pakai obat.

Tabel XV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah kasus (n=20) Persentase (%)


Laki-laki 13 65,0
Perempuan 7 35,0

 
34 
 

Dari 20 kasus yang didapat, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak

13 kasus (65,0%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7

kasus (35,0%).

2. Berdasarkan umur

Pengelompokkan berdasarkan umur ini hanya digunakan untuk

pengetahui profil umur pasien yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal

kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008.

Berdasarkan DiPiro (2005) risiko terjadinya penyakit stroke meningkat

dua kali lipat pada tiap dekade usia seseorang setelah mencapai umur 55

tahun. Kasus yang menerima obat serebrovaskuler mempunyai rentang umur

18-80 tahun. Kasus ini dibagi menjadi tujuh kelompok umur dengan rentang

10 tahun karena berdasarkan hasil penelusuran, penyakit yang paling banyak

ditemukan adalah CVA non hemoragi/stroke sehingga pembagian umur

mengikuti peningkatan risiko timbulnya stroke.

Tabel XVI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Umur

Pembagian umur (tahun) Jumlah kasus (n=20) Persentase (%)


15 - 24 2 10,0
25 – 34 1 5,0
35 – 44 1 5,0
45 – 54 6 30,0
55 – 64 4 20,0
65 – 74 3 15,0
75 – 84 3 15,0

 
35 
 

Gambar 5. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil pengelompokkan didapatkan hasil bahwa

penggunaan obat serebrovaskuler paling banyak digunakan pada kelompok

umur 45-54 tahun sebesar 30,0%, kemudian kelompok umur 55-64 tahun

sebesar 20,0%, kelompok umur 65-74 tahun dan 75-84 tahun masing-masing

sebesar 15,0%, kelompok umur 15-24 tahun sebesar 10,0% dan yang paling

sedikit penggunaannya pada kelompok umur 25-34 tahun dan 35-44 tahun

masing-masing sebesar 5,0%.

3. Berdasarkan tingkat pendidikan

Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS

Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan

berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu belum/tidak tamat SD, SD,

SLTP, SLTA, dan Akademi/Universitas.

 
36 
 

Pengelompokkan kasus berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ini

hanya untuk menggambarkan profil pasien yang menerima obat

serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode

Agustus-September 2008.

Tabel XVII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah kasus (n=20) Persentase (%)


Tanpa keterangan 7 35,0
Belum/tidak tamat SD 2 10,0
SD 5 25,0
SLTP 0 0,0
SLTA 5 25,0
Akademi/Universitas 1 5,0

Gambar 6. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Dari hasil pengelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir ini

diketahui bahwa sebagian besar kasus mempunyai tingkat pendidikan terakhir

 
37 
 

yang seimbang antara SD dan SLTA sebesar 25,0%, tetapi pada

pengelompokkan ini didapatkan kasus yang tanpa keterangan dimana hal ini

menduduki persentase yang paling besar yaitu 35,0%, sedangkan untuk

tingkat pendidikan belum/tidak tamat SD sebesar 10,0% dan

akademi/universitas sebesar 5,0%.

4. Berdasarkan pekerjaan

Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III Rumah

Sakit Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan

berdasarkan pekerjaan. Terdapat enam jenis pekerjaaan yang muncul, yaitu

pelajar/mahasiswa, petani, buruh, swasta, PNS, dan pensiunan.

Pengelompokkan kasus berdasarkan pekerjaan ini hanya untuk

menggambarkan profil pasien yang menerima obat serebrovaskuler di di

bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008.

Tabel XVIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah kasus (n=20) Persentase (%)


Tanpa keterangan 5 25,0
Pelajar/Mahasiswa 1 5,0
Buruh 1 5,0
Petani 3 15,0
Swasta 4 20,0
PNS 5 25,0
Pensiunan 1 5,0

 
38 
 

Gambar 7. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Pekerjaan

Dari pengelompokkan berdasrkan jenis pekerjaan ini, pekerjaan paling

banyak dari 20 kasus yang ada adalah PNS sebesar 25,0%, kemudian swasta

sebesar 20,0%, petani sebesar 15,0%, dan kemudian pelajar/mahasiswa,

pensiunan, dan buruh masing-masing sebesar 5,0%. Dari pengelompokan ini

juga terdapat kasus yang tidak terdapat keterangan mengenai pekerjaannya,

yaitu sebesar 25,0%.

5. Berdasarkan diagnosis

Kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS

Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dikelompokkan

berdasarkan diagnosis menjadi 3 kelompok besar, yaitu kasus dengan 1

diagnosis, 2 diagnosis, dan 3 diagnosis. Pengelompokkan berdasarkan

diagnosis ini digunakan untuk membantu melihat pada penyakit apa saja

selama periode Agustus-Sptember 2008 obat serebrovaskuler digunakan.

 
39 
 

Tabel XIX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Diagnosis

Jumlah Persentase
No Diagnosis
kasus (n=20) (%)
Dengan satu diagnosis
1. Trauma capitis 2 10,0
2. CVA non hemoragi 7 35,0
3. Shock kardiogenik 1 5,0
4. Fraktur V cervical 3,4,5 1 5,0
Dengan dua diagnosis
5. Schwaoma , CVA non hemoragi 1 5,0
6. Trauma capitis, multiple V 1 5,0
7. Trauma capitis, udem cerebri 1 5,0
8. Trauma capitis, contusion cerebri 1 5,0
9. Fraktur cruris (D), Fraktur costae 4-6 (D) 1 5,0
Dengan tiga diagnosis
CVA non hemoragi, Diabetes Mellitus,
10. 1 5,0
Hipertensi
CVA non hemoragi, Hipertensi,
11. 1 5,0
Disarthria
Trauma capitis, Opthalmic neuropati,
12. 1 5,0
asma bronkial
Epidural hemiperfusi, Fraktur tempo
13 1 5,0
frontal kiri, Fraktur coste 3-5 (D)

Gambar 8. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Diagnosis

 
40 
 

Dari pegelompokkan berdasarkan diagnosis ini didapatkan bahwa

sebagian besar kasus yang menerima obat serebrovaskuler mempunyai 1

diagnosis penyakit, yaitu sebesar 55,0% kemudian dengan 2 diagnosis sebesar

25,0%, dan yang terakhir dengan 3 diagnosis sebesar 20,0%. Jika dilihat tiap

diagnosis maka paling banyak diagnosa yang muncul adalah CVA non

hemoragi sebanyak 7 kasus (35,0%)

B. Profil Obat Serebrovaskuler

Profil obat serebrovaskuler yang digunakan di bangsal kelas III RS

Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 dapat dikelompokkan

berdasarkan macam obat, jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai, dimana

aturan pakai meliputi dosis/kekuatan obat dan frekuensi penggunaan obat.

1. Berdasarkan macam obat

Pengelompokkan berdasarkan macam obat pada kasus ini merupakan

pengelompokkan terhadap semua macam obat yang diterima kasus pada saat

mendapatkan terapi di rumah sakit. Pengelompokkan ini digunakan untuk

melihat banyaknya obat yang diterima kasus selama terapi.

Pada pengelompokkan ini juga disebutkan jenis obat yang diterima

pasien. Hal ini berfungsi untuk memberikan gambaran secara lebih detail

mengenai obat yang diterima pasien.

 
41 
 

Tabel XX. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di


Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008
Berdasarkan Macam Obat yang Diterima

Macam Jumlah Persentase


Keterangan
obat kasus (%)
4 1 5,0 Kasus 11 (aspirin, pentoxifylline, piracetam, hidrochlorthiazide)
Kasus 13 (Allupent®, aspirin, piracetam, pentoxifylline, D-α-
5 1 5,0
tocopherol)
Kasus 4 (clopidogrel, aspirin, nicergoline, piracetam,
6 1 5,0
pentoxifylline, Yekalgin®)
Kasus 7 (metformin HCl, aspirin, piracetam, nadroparine,
pentoxifylline, tranexamine acid, insulin)
Kasus 15 (aspirin, digoxin, furosemide, pentoxifylline,
nadroparine, parnaparine, K-I-aspartate)
7 4 20,0
Kasus 18 (clopidogrel, aspirin, nicergoline, mecobalamine,
piracetam, pentoxifylline, Yekaneuron®)
Kasus 20 (aspirin, piracetam, pentoxifylline, omeprazole,
metoclopramide, cimetidine, Yekaneuron®)
Kasus 5 (Yekalgin®, piracetam, cefditoren pivoxil, ranitidine,
ketorolac thromethamine, citicoline, betahistine diHCl,
Stabactam®)
Kasus 6 (Bellaphen®, piracetam, tranexamine acid, ketorolac
thromethamine, sulbenicillin disodium, ketoprofen, lisinopril,
8 4 20,0 cefotiam)
Kasus 14 (cefixime, piracetam, methylprednisolon, sulbenicillin
disodium, ketorolac thromethamine, Q-ten®, Zaldiar®,
Neurosanbe®)
Kasus 19 (piracetam, ketoprofen, ranitidine, meloxicam, Mulax®,
Clavamox®, Gingkan®, Esilgan®)
Kasus 16 (piracetam, tinoridine HCl, tranexamine acid,
9 1 5,0 methylprednisolon, ranitidine, ketorolac, Yekalgin®, Clavamox®,
Rhinofed®)
Kasus 1 (phenitoin, amoxicillin, mefenamic acid, citicoline,
piracetam, ketorolac thromethamine, pantoprazole, ceftriaxone,
manitol, esomeprazole, Dycinon®)
Kasus 10 (aspirin, citicoline, pentoxifylline, piracetam,
ceftriaxone, nicergoline, levofloxacin, cilostazol, paracetamol,
ramipril, Ubi-Q®)
11 4 20,0
Kasus 12 (mecobalamine, piracetam, citicoline, phenitoin,
paracetamol, cefixime, cefditoren pivoxil, gliserol, metformin
HCl, Noros®, Zaldiar®)
Kasus 17 (aspirin, mecobalamine, vitamin B1, ciprofloxacine,
ondansetron, ketorolac, methylprednisolon, ranitidine, vitamin C,
ceftriaxone, pentoxifylline)
Kasus 2 (Allupent®, aspirin, isosorbide dinitrate, nicergoline,
cefadroxil monohydrate, paracetamol, piracetam,
methylprednisolon, citicoline, ranitidine, ketorolac, 6α-
13 2 10,0 methylprednisolon, Levonox®)
Kasus 8 (aspirin, clopidogrel, piracetam, manitol, ketorolac
thromethamine, citicoline, nadroparine, pentoxifylline, cilistazol,
valsartan, amlodipine besylate, ambroxol HCl, Kenalox®)
Kasus 3 (Bellaphen®, piracetam, Cravit®, manitol,
methylprednisolon, phenitoin, citicoline, tranexamine acid,
14 1 5,0
ketorolac thromethamine, sulbenicillin disodium, tinoridine HCl,
SurbexT®, Neurobion®)
Kasus 9 (Profenid E-100®, Ultracet®, Surbex T®, Promag®,
Excelase®, Noros®, phenitoin, piracetam, ketoprofen,
17 1 5,0
tranexamine acid, chloramphenicol, ceftriaxone, rebamipide,
ranitidine, vitamin K, furosemide, ketorolac)

 
42 
 

Berdasarkan hasil pengelompokkan didapatkan bahwa pada kasus

yang menerima obat serebrovaskuler, terdapat 4 kelompok macam obat yang

paling banyak diterima oleh kasus, yaitu kelompok 7 macam obat, 8 macam

obat, dan 11 macam obat. Masing-masing sebesar 20,0%.

2. Berdasarkan jenis obat

Tabel XXI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Obat

Jumlah Persentase
No Jenis obat
kasus (n=20) (%)
Menerima satu jenis obat
1. Piracetam 4 20,0
Menerima dua jenis obat
2. Piracetam , tranexamine acid 2 10,0
3. Piracetam , nimodipine 1 5,0
4. Aspirin , pentoxifylline 1 5,0
Menerima tiga jenis obat
5. Aspirin , nicergoline , piracetam 1 5,0
6. Piracetam , Bellaphen® , tranexamine acid 1 5,0
7. Aspirin , piracetam , pentoxifylline 3 15,0
Menerima empat jenis obat
Nimodipine , Bellaphen® , piracetam ,
8. 1 5,0
tranexamine acid
Aspirin , nadroparine , parnaparine ,
9. 1 5,0
pentoxifylline
Menerima lima jenis obat
Aspirin , cilostazol , piracetam ,
10. 1 5,0
pentoxifylline , nicergoline
Aspirin , clopidogrel , nicergoline ,
11. 2 10,0
piracetam , pentoxifylline
Aspirin , nimodipine , nadroparine ,
12. 1 5,0
pentoxifylline , tranexamine acid
Menerima enam jenis obat
Aspirin , clopidogrel , cilostazol ,
13. 1 5,0
piracetam , nadroparine , pentoxifylline

 
43 
 

Pengelompokkan berdasarkan jenis obat pada kasus yang menerima

obat serebrovaskuler dapat dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu 1 jenis obat, 2

jenis obat, 3 jenis obat, 4 jenis obat, 5 jenis obat, dan 6 jenis obat. Jenis obat

serebrovaskuler yang diterima di bangasl kelas III RS Bethesda meliputi

piracetam, aspirin, nimodipine, pentoxifylline, tranexamine acid, nicergoline,

nadroparine, parnaparine, clopidogrel, cilostazol, dan Bellaphen®

Gambar 9. Diagram Persentase Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Jenis Obat

Pada pengelompokkan ini didapatkan kasus yang menerima 1 jenis

obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 2 jenis obat sebanyak 4 kasus (20,0%), 3 jenis

obat sebanyak 5 kasus (25,0%), 4 jenis obat sebanyak 2 kasus (10,0%), 5 jenis

obat 4 kasus (20,0%), dan 6 jenis obat sebanyak 1 kasus (5,0%).

Jika dilihat dari komposisi masing-masing obat maka kasus yang

paling banyak adalah kasus 1 jenis obat dengan komposisi piracetam sebanyak

4 kasus (20,0%) yang kemudian diikuti oleh kasus 3 jenis obat dengan

 
44 
 

komposisi aspirin, piracetam, dan pentoxifylline sebanyak 3 kasus (15,0%) dan

kasus 2 jenis obat dengan komposisi aspirin dan tranexamine acid sebanyak 2

kasus (10,0%) dan kasus 5 jenis obat dengan komposisi aspirin, clopidogrel,

nicergoline, piracetam, dan pentoxifylline sebanyak 2 kasus (10,0%). Selain itu

masing-masing kasus yang ada baik berdasarkan jenis dan komposisi secara

seimbang terdapat 1 kasus (5,0%).

3. Berdasarkan rute pemberian

Pengelompokkan berdasarkan rute pemberian dapat dibagi menjadi

dua kelompok besar, yaitu rute pemberian non parenteral dan rute pemberian

parenteral, dimana masing-masing pengelompokkan tersebut dapat dibagi lagi

berdasarkan jenis obat yang diterima.

Tabel XXII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008 Berdasarkan Rute Pemberian

No Rute pemberian Jumlah Persentase (%)


Non parenteral
1. Piracetam 14 70,0
2. Aspirin 11 55,0
3. Cilostazol 2 10,0
4. Clopidogrel 3 15,0
5. Nicergoline 4 20,0
6. Tranexamine acid 2 10,0
7. Bellaphen® 2 10,0
8. Pentoxyfilline 4 20,0
9. Nimodipine 3 15,0
Parenteral
10. Piracetam 16 80,0
11. Tranexamine acid 5 25,0
12. Pentoxifylline 10 50,0
13. Nadroparine 3 15,0
14. Nimodipine 1 5,0
15. Parnaparine 1 5,0

 
45 
 

Berdasarkan pengelompokkan, rute pemberian non parenteral lebih

sering digunakan, hal ini dilihat dari jumlah penggunan rute non parenteral

sebanyak 45 kasus (225,0%) sedangkan rute pemberian parenteral sebanyak 36

kasus (180,0%). Pada pemberian secara non parenteral, piracetam paling

banyak digunakan, yaitu 14 kasus (70,0%) kemudian diikuti oleh aspirin

sebanyak 11 kasus (55,0%), sedangkan pada pemberian secara parenteral,

piracetam merupakan obat yang paling banyak digunakan, yaitu 16 kasus

(80,0%) yang kemudian diikuti oleh pentoxifylline sebanyak 10 kasus (50,0%).

4. Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai

Pengelompokkan aturan pakai meliputi dua hal, yaitu dosis/kekuatan

obat dan frekuensi pemakaian. Pengelompokkan berdasarkan aturan pakai ini

untuk menggambarkan profil penggunaan obat oleh pasien yang diresepkan

dokter.

Berdasarkan kekuatan obat dan aturan pakai maka penggunaan aspirin

100 mg yang digunakan dengan frekuensi 1 kali sehari paling banyak, yaitu

sebanyak 10 kasus (50,0%), kemudian pentoxifylline 100 mg yang digunakan

dengan frekuensi 2 kali sehari sebanyak 9 kasus (45,0%), piracetam 12 g yang

digunakan dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 8 kasus (40,0%), dan

piracetam 800 mg yang digunakan dengan frekuensi 3 kali sehari sebanyak 7

kasus (35,0%).

 
46 
 

Tabel XXIII. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan Kekuatan Obat dan
Frekuensi Penggunaan

Nama dan
No. Frekuensi Jumlah kasus Persentase (%)
Kekuatan obat
Aspirin
1. 100 mg 1x1 10 50,0
2. 160 mg 1x1 1 5,0
Cilostazol
3. 50 mg 2x1 2 10,0
Piracetam
4. 800 mg 2x1 5 25,0
5. 800 mg 3x1 7 35,0
6. 1200 mg 2x1 2 10,0
7. 1 g 1x1 1 5,0
8. 3 g 1x1 1 5,0
9. 3 g 2x1 5 25,0
10. 3 g 3x1 1 5,0
11. 12 g 1x1 8 40,0
Clopidogrel
12. 75 mg 1x1 3 15,0
Nicergoline
13. 10 mg 3x1 4 20,0
Tranexamine acid
14. 500 mg 2x1 2 10,0
15. 500 mg 3x1 3 15,0
Bellaphen® 2x1 2 10,0
Pentoxyfilline
16. 100 mg 2x1 9 45,0
17. 400 mg 1x1 1 5,0
18. 400 mg 2x1 2 10,0
Nimodipine
19. 10 mg 1x1 1 5,0
20. 30 mg 3x1 3 15,0
Nadroparine
21. 0,4 cc 2x1 2 10,0
Parnaparine
22. 0,4 cc 2x1 1 5,0

 
47 
 

C. Evaluasi Medication Error Fase Administrasi

Evaluasi ME pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler dilakukan

dengan pengamatan secara prospektif kepada pasien dengan mengamati

penggunaan obat oleh pasien. Pengkajian terhadap ME ini terbatas pada fase

administrasi dan pada obat serebrovaskuler.

Tabel XXIV. Pengelompokkan Kejadian Medication Error pada Kasus yang


Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

No Kejadian ME Jumlah kasus Persentase (%)


Potensial
1. Administration error 33 180,0
Terjadi ME
2. Administration error 2 10,0
3. Dosis keliru 27 135,0
4. Instruksi dijalankan keliru 2 10,0
5. Salah menulis instruksi 1 5,0
6. Kontraindikasi 1 5,0

Dari hasil penelusuran yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat 2

kategori kejadian ME, yaitu potensial terjadi ME dan telah terjadi ME. Untuk

kategori potensial, hanya terdapat satu jenis kejadian, yaitu administration error,

sedangkan untuk kategori terjadi ME terdapat 5 jenis kejadian meliputi

administration error, dosis keliru, instruksi dijalankan kaliru, salah menulis

instruksi, dan kontraindikasi.

Dari 20 kasus yang ada ditemukan, potensial error yang berupa

administration error sebanyak 33 kasus, hal ini dikarenakan setiap satu temuan

dianggap sebagai 1 kasus. Tiga puluh tiga kasus potensial error tersebut terjadi

pada 9 macam obat dengan 3 peringkat terbesar yaitu piracetam 11 kasus, aspirin

9 kasus, dan pentoxifylline 4 kasus.

 
48 
 

Kategori terjadi ME meliputi administration error sebanyak 2 kasus, dosis

keliru sebanyak 27 kasus, salah menjalankan instruksi sebanyak 2 kasus, salah

menulis instruksi sebanyak 1 kasus, dan kontraindikasi sebanyak 1 kasus.

Penghitungan kasus pada kategori telah terjadi ME juga dilakukan sama seperti

pada potensial ME. Pada saat penelusuran terdapat beberapa kasus yang

mengalami ME lebih dari satu. Untuk kasus terjadi ME yang terbesar, yaitu dosis

keliru terjadi pada 9 macam obat dengan 4 peringkat terbesar yaitu piracetam 12

kasus, nimodipine 3 kasus, tranexamine acid 3 kasus, dan nadroparine 3 kasus.

Tabel XXV. Kelompok Kasus Potensial ME Administration Error pada Kasus


yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


1,2,4,6,7, Piracetam Pada kasus 1,6,7,9,11,13,16 tidak terdapat tanda yang
9,10,11, menyatakan bahwa obat telah diberikan
13,14,16 Pada kasus 2,4,7,10,14 aturan pakai yang tertulis di etiket
kurang (sebelum makan)
2 Nicergoline Aturan pakai yang tertulis di etiket kurang (1 jam
sebelum makan/2 jam setelah makan)
2,4,8,10, Aspirin Pada kasus 2,4,8,10,11,13,15,17,18 tidak terdapat tanda
11,13,15, yang menyatakan bahwa obat telah diberikan
17,18 Pada kasus 15,17 tidak terdapat keterangan bahwa obat
digunakan setelah makan
3 Bellaphen® Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah
diberikan
4, 8, 11,13 Pentoxifylline Pada kasus 4, 8,11 tidak terdapat tanda yang menyatakan
bahwa obat telah diberikan
Pada kasus 11, 13 tidak terdapat tanda yang menyatakan
bahwa obat diberikan bersama dengan makanan
8 Clopidogrel Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah
diberikan
8,10 Cilostazol Pada kasus 8 tidak terdapat tanda yang menyatakan
bahwa obat telah diberikan
Pada kasus 10 aturan pakai yang tertulis di etiket kurang
(1 jam sebelum makan/2 jam setelah makan)
9,16 Tranexamine acid Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah
diberikan
12 Nimodipine Tidak terdapat tanda yang menyatakan bahwa obat telah
diberikan

 
49 
 

Tabel XXVI. Kelompok Kasus Terjadi ME Dosis Keliru pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


2,4,5,6,8,9,10, Piracetam Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
11,13,14,16,
18,19,20
3,7,12 Nimodipine Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
3 Bellaphen® Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
6,9,16 Tranexamine acid Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
7,8,15 Nadroparine Dosis yang diberikan lebih tinggi dari yang seharusnya
15 Parnaparine Dosis yang diberikan lebih tinggi dari yang seharusnya
10 Cilostazol Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya
18 Pentoxifylline Dosis yang diberikan lebih rendah dari yang seharusnya

Tabel XXVII. Kelompok Kasus Terjadi ME Administration Error pada Kasus


yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


19,20 Piracetam Digunakan setelah makan, seharusnya sebelum makan,
karena tidak terdapat keterangan tambahan pada etiket

Tabel XXVIII. Kelompok Kasus Terjadi ME Instruksi Dijalankan Keliru


pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


11,20 Piracetam Dalam etiket tertulis sebelum makan tetapi digunakan
setelah makan

Tabel XXIX. Kelompok Kasus Terjadi ME Salah Menulis Instruksi pada


Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


5 Piracetam Seharusnya ditulis sebelum makan tetapi pada etiket
sesudah makan

Tabel XXX. Kelompok Kasus Terjadi ME Kontraindikasi pada Kasus yang


Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian


4 Clopidogrel Clopidogrel dapat menyebabkan hipertensi tetapi
diberikan pada kasus yang mempunyai riwayat
hipertensi

 
50 
 

Kejadian ME yang ada juga dikelompokkan menurut tipe error dan

kategorinya. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan

error yang terjadi, apakah tidak merugikan atau merugikan.

Tabel XXXI. Pengelompokkan Tipe Error dan Kategori Kejadian Medication Error
pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan The National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention

Tipe Error Kategori Jumlah Kasus Persentase (%)


No Error A 33 165,0
B 0 0,0
Error-no harm C 30 150,0
D 0 0,0
E 1 5,0
F 0 0,0
Error-harm
G 0 0,0
H 0 0,0
Error-death I 0 0,0

Dari pengelompokkan ME yang terjadi berdasarkan tipe error dan kategori

diketahui bahwa pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler tipe dan

kategori error yang muncul hanya ada tiga, yaitu no error kategori A sebanyak 33

kasus (165,0%). Ciri dari kategori A adalah terdapat kejadian/suatu keadaan yang

berpotensi menimbulkan error/kesalahan. Error-no harm kategori C sebanyak 30

kasus (150,0) dengan tipe kesalahan bahwa obat telah mencapai pasien dan sudah

terlanjur diminum atau digunakan, dan error-harm kategori E sebanyak 1 kasus

(5,0%). Ciri dari kategori E adalah bahwa kesalahan/error telah terjadi pada

pasien serta menimbulkan risiko yang bersifat sementara sehingga pasien

membutuhkan terapi/intervensi tambahan.

 
51 
 

Tabel XXXII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus-September 2008

Kasus 1
Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe
error/kategori
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan

Tabel XXXIII. Contoh Kasus ME Pada Kasus yang Menerima Obat


Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008

Kasus 4
Sifat ME Obat Jenis ME Alasan Tipe
error/kategori
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda No error/A
error yang menyatakan
bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Aturan pakai yang No error/A
error tertulis di etiket
kurang (sebelum
makan)
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan Error-no
lebih rendah dari yang harm/C
seharusnya diberikan
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan Error-no
lebih rendah dari yang harm/C
seharusnya diberikan
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat Error-harm/E
menyebabkan
hipertensi, tetapi
diberikan pada kasus
yang mempunyai
riwayat hipertensi

 
52 
 

D. Evaluasi Drug Therapy Problems

Evalauasi DTP pada kasus yang menerima obat serebrovaskuler dilakukan

dengan menggunakan penelusuran beberapa pustaka dan hanya sebatas pada obat-

obat yang mempengaruhi proses vaskularisasi di otak dan yang terjadi pada fase

administrasi seperti, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, butuh tambahan

obat, adverse drug reaction (ADR), interaksi obat, dan compliance pasien.

Tabel XXXIV. Pengelompokkan Drug Therapy Problems yang Terjadi


pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

DTP yang terjadi Jumlah kasus Persentase (%)


Dosis terlalu rendah 24 120,0
Dosis terlalu tinggi 4 20,0
Adverse Drug Reaction (ADR) 3 15,0
Interaksi obat 4 20,0
Uncompliance 2 10,0
Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan bahwa dari 20 kasus

yang ada 18 kasus mengalami DTP dan 2 kasus tidak mengalami DTP. Pada 18

kasus yang mengalami DTP, bisa terjadi lebih dari 1 DTP tiap kasus. DTP dosis

terlalu tinggi ditemukan sebanyak 4 kasus (sebanyak 3 kasus terjadi pada

nadroparine), dosis terlalu rendah sebanyak 24 kasus (sebanyak 14 kasus terjadi

pada piracetam dan 3 kasus terjadi pada nimodipine), adverse drug reaction

sebanyak 3 kasus, interaksi obat sebanyak 3 kasus, dan uncompliance sebanyak 2

kasus.

1. Dosis terlalu rendah

Pemberian obat dengan dosis terlalu rendah akan merugikan pasien.

Terkait dengan pencapaian efek terapi, pemberian obat dibawah dosis terapi

tidak akan mencapai kadar efek minimum dari obat tersebut sehingga

 
53 
 

pemberian obat tidak efektif karena tidak akan menimbulkan efek yang

diharapkan.

Tabel XXXV. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian Rekomendasi


2,4,5,6,8,9,10, Piracetam Pemberian piracetam secara oral Dosis piracetam
11,13,14,16,18 pada kasus 2,4,5,10,13,20 dinaikkan sesuai
19,20 sebesar 800mg 3x/hari, pada dengan yang
kasus 8,11,14,16,18,19 sebesar seharusnya diberikan
800mg 2x/hari, pada kasus 6
sebesar 1200mg 1x/hari, dan
pada kasus 9 sebesar 1200mg,
2x/hari.
Pemberian piracetam injeksi
pada kasus 19 sebesar 1 gram,
1x/hari.
Seharusnya untuk piracetam
diberikan dengan dosis 4,8-20
gram/hari dalam 2-3 dosis
terbagi
3,7,12 Nimodipine Pemberian nimodipine kurang Dosis nimodipine
tepat karena diberikan 30 mg, dinaikkan sesuai
3x/hari seharusnya 60 mg tiap 4 dengan yang
jam seharusnya diberikan
18 Pentoxifylline Pemberian pentoxifylline kurang Dosis pentoxifylline
tepat karena pada kasus 18 dinaikkan sesuai
diberikan 300mg/hari, dengan yang
seharusnya 800-1200 mg/hari. seharusnya diberikan
3 Bellaphen® Pemberian Bellaphen® kurang Dosis Bellaphen®
tepat karena dosis yang dinaikkan sesuai
diberikan seharusnya 1-2 tablet dengan yang
3x/hari tetapi justru diberikan 1 seharusnya diberikan
tablet 2x/hari.
10 Cilostazol Pemberian cilostazol kurang Dosis cilostazol
tepat karena seharusnya dinaikkan sesuai
diberikan 200mg/hari tetapi dengan yang
justru diberikan 100mg/hari. seharusnya diberikan
6,9,16 Tranexamine Pemberian tranexamine acid Dosis tranexamine
acid tablet pada kasus 9, 16 kurang acid dinaikkan sesuai
tepat karena diberikan 500 mg 2- dengan yang
3x/hari seharusnya 750-1250 mg seharusnya diberikan
3-4x/hari
Pemberian tranexamine acid
injeksi pada kasus 9 kurang tepat
karena diberikan 500 mg/hari,
seharusnya 500mg 3-4x/hari

 
54 
 

Kejadian DTP berupa dosis terlalu rendah terjadi pada 6 macam obat

dengan kejadian paling besar terjadi pada piracetam sebanyak 14 kasus,

kemudian diikuti oleh nimodipine sebanyak 3 kasus.

2. Dosis terlalu tinggi

Pemberian obat dengan dosis terlalu tinggi akan merugikan pasien, hal

ini terkait dengan peningkatan potensial ketoksikkan dari obat yang

bersangkutan karena pemberian dosis melampaui dari rentang jendela terapi.

Kejadian DTP dosis terlalu tinggi ini terjadi pada 2 macam obat

dengan kejadian yang paling besar sebanyak 3 kasus terjadi pada nadroparine.

Tabel XXXVI. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus
yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian Rekomendasi


7, 8, 15 Nadroparine Pemberian nadroparine Dosis nadroparine
injeksi kurang tepat karena diturunkan sesuai dengan
seharusnya diberikan 1x0,3ml dosis yang seharusnya
(dalam sehari) tetapi diberikan diberikan
2x0,4ml (dalam sehari)
15 Parnaparine Pemberian parnaparine Dosis parnaparine
injeksi kurang tepat karena diturunkan sesuai dengan
seharusnya diberikan 1x0,3ml dosis yang seharusnya
(dalam sehari) tetapi diberikan diberikan
2x0,4ml (dalam sehari)

3. Adverse Drug Reaction

Reaksi samping obat/efek samping obat merupakan efek yang

ditimbulkan oleh obat selain efek utama dan biasanya bersifat merugikan,

sehingga hal yang harus diperhatikan, karena dapat berakibat fatal bagi

pasien/memperburuk keadaan pasien.

 
55 
 

Tabel XXXVII. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction Tambahan


pada Kasus yang Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian Rekomendasi


4,8 Clopidogrel Clopidogrel mempunyai efek Sebaiknya clopidogrel
samping berupa hipertensi dan tidak digunakan. Untuk
pasien mempunyai riwayat antiplatelet dapat
hipertensi. Hal ini justru akan digunakan aspirin saja.
memperparah keadaan pasien,
terbukti dari tekanan darah
pasien yang selalu tinggi.
8,10 Cilostazol Berdasrkan Drug Information Pemberian cilostazol,
Handbook, pemberian cilostazol aspirin, maupun
dan aspirin maupun antiplatelet antiplatelet lain diatur
lain secara bersamaan berpotensi waktunya supaya tidak
menimbulkan efek samping yang bersamaan
belum diketahui jenis dan
mekanismenya

4. Interaksi obat

Interaksi obat yang terjadi pada kasus bersifat potensial, yang artinya

efek dari interaksi tersebut tidak terlihat pada saat itu tetapi terdapat

kemungkinan bahwa efek dari interaksi tersebut akan muncul kemudian.

Tabel XXXVIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus yang
Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian Rekomendasi


8,18 Aspirin dan Berdasarkan Drug Information Pemberian aspirin
clopidogrel Handbook, pemberian aspirin sebaiknya tidak
bersamaan waktu dengan bersamaan dengan
clopidogrel akan meningkatkan clopidogrel
risiko terjadinya pendarahan.
10 Aspirin dan Berdasarkan Drug Information Pemberian aspirin
cilostazol Handbook, pemberian aspirin sebaiknya tidak
bersama dengan cilostazol akan bersamaan dengan
berinteraksi (mekanisme belum cilostazol
diketahui)
4 Aspirin dan Berdasarkan Drug Interaction Facts, Aspirin dan NSAID
NSAID pemberian aspirin bersamaan (Yekalgin®) diberikan
(Yekalgin®) dengan NSAID mempunyai tingkat pada wakru yang
signifikasi interaksi 5. Efek dari berbeda/ tidak
interkasi yang terjadi adalah bersamaan.
menurunkan efek dari NSAID dan
meningkatkan iritasi pada lambung

 
56 
 

Interaksi yang terjadi pada kasus yang ditemukan semuanya

melibatkan aspirin. Hal ini harus mendapat perhatian yang cukup mendalam

karena dapat berakibat timbulnya adverse drug reaction, jika hal ini terjadi

tentunya akan merugikan pasien.

5. Compliance

Kepatuhan pasien merupakan salah satu pendukung dalam

keberhasilan terapi pasien, tetapi hal tersebut kadang kala tidak dapat

dilakukan sepenuhnya karena berbagai macam hal, baik yang disengaja

maupun tidak disengaja, seperti pasien lupa meminum obat, pasien tidak tahu

aturan yang benar dalam meminum obat tersebut, bahkan sampai pada alasan

ekonomi, seperti obat yang tidak mampu terbeli oleh pasien.

Pada kejadian uncompliance ini, dari 2 kasus yang ditemukan, semua

terjadi pada piracetam. Kejadian uncompliance pada pasien ini seharusnya

dapat dicegah dengan pemberian informasi yang lengkap dan jelas kepada

pasien.

Tabel XXXIX. Kelompok Kasus DTP Uncompliance pada Kasus yang


Menerima Obat Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus-September 2008

Kasus Obat Penilaian Rekomendasi


5 Piracetam Tulisan pada etiket sesudah Penulisan pada etiket lebih
makan padahal seharusnya diperhatikan lagi dan
sebelum makan, sehingga obat dilakukan pemeriksaan
dikonsumsi pasien setelah kembali sebelum
makan. diberikan ke pasien, selain
itu diberikan informasi
secara lisan kepada pasien.
20 Piracetam Tulisan pada etiket sebelum Diberikan informasi
makan tetapi dikonsumsi setelah kepada pasien tentang
makan waktu minum yang benar

 
57 
 

Tabel XXXX. Contoh Kasus DTP Pada Kasus yang Menerima Obat
Serebrovaskuler di Bangsal Kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus-September 2008
Kasus 20*
Subjektif
Bp. RDH (no RM 01922087) usia 52 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari dengan keluhan
mendadak sulit bicara, pusing, kesadaran menurun, dan anggota gerak sebelah kanan lemas.
Diagnosis utama : CVA non hemoragi
Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 17,50 13,5-17,5 MCV (fL) 90,30 92-121
Hematokrit (%) 50,2 41-53 MCH (Pg) 31,50 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 5,56 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 34,90 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 291,0 140-440 MPV (fL) 10,00 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 7,75 4,10-10,9 PDW (fL) 10,70 10-18
Eosinofil (%) 0,4 0-5 Ms protombin (detik) 14,9 12-18
Basofil (%) 0,6 0-2 PT control (detik) 17,8 12-18
Limfosit (%) 13,2 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 26,70 22,6-35
Monosit (%) 3,7 2-11 APTT control (detik) 29,10 25-35
Segmen (%) 82,1 47-80 INR 1,10 0,8-1,2
RDW (%) 13,60 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 430 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 120/80-140/80 (pernah 150/90-160/100)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Yekaneuron® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1), Tarontal® 400mg
(2x1)
b. Parenteral
Primperan® (1amp,b/p), Omeprazole (1x1), Piracetam (1x12gram), Ulsikur® (2x1amp),
Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
Neurotam® (piracetam), dan Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
Dari hasil laboratorium diketahui adanya peningkatan kadar fibrinogen, hal ini dapat menyebabkan
pembekuan darah yang berlebihan dan akan menghambat aliran darah di otak, selain itu juga akan
meningkatkan viskositas dari darah.
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat baik dari segi indikasi dan dosis
b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis. DTP
yang terjadi bersifat actual yaitu dosis terlalu rendah.
c. Pemberian pentoxifylline tablet maupun injeksi sudah tepat
Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
*DTP yang sama terjadi pada kasus 2,5,13,14,dan 19

 
58 
 

Pada evaluasi DTP ini ditemukan 13 pola kasus yang mengalami DTP dan

2 pola kasus yang tidak mengalami DTP. Dari 13 pola kasus yang mengalami

DTP tersebut pola yang paling banyak terjadi adalah pola DTP tunggal terhadap

piracetam dengan permasalahan dosis terlalu rendah.

E. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error dan Drug Theraphy


Problem

Dari hasil pengamatan dan penilaian kasus yang menerima obat

serebrovaskuler di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-

September 2008, kejadian DTP terbesar adalah dosis terlalu rendah (130,0%) dan

kejadian ME terbesar adalah administration error (180,0%) untuk yang

berpotensi dan dosis keliru (140,0%) untuk yang telah terjadi ME. Pada evaluasi

masalah utama ini akan lebih dibahas mengenai ME yang telah terjadi karena

untuk ME yang berpotensi, pada dasarnya tidak terjadi.

Pada penelitian ini juga dilakukan pengambilan data wawancara terhadap

dokter, perawat, dan apoteker. Data yang didapat digunakan sebagai data

penunjang. Dari data tersebut didapatkan beberapa hal, yaitu :

1. Dokter, apoteker maupun perawat cukup menaruh perhatian tehadap issue

medication error.

2. Pihak dokter dan perawat cukup terbuka dan merasa terbantu jika apoteker

memonitor penggunaan obat dan apoteker yang bekerja di bangsal pun telah

menggunakan kapasitasnya sebagai apoteker untuk memonitor penggunaan

 
59 
 

obat, tetapi hanya pada bangsal tertentu, bangsal yang lain hanya dimonitor

sesuai kebutuhan saja.

3. Masalah-masalah terkait obat, seperti dosis, interaksi, kontraindikasi, efek

samping, dan lainya cukup mendapat perhatian dari pihak apoteker maupun

dokter.

4. Informasi tentang penggunaan obat, baik apoteker maupun pearwat juga

melakukannya, hanya saja kelengkapan informasi yang disampaikan lebih

dalam pada apoteker.

5. Untuk sistem dispensing obat kepada pasien melalui beberap tahap, yaitu

penerimaan resep, interpretasi resep, negosiasi harga/kemampuan pasien,

etiket, koreksi, penyerahan, konseling.

6. Informasi mengenai obat kepada pasien tidak hanya diberikan oleh apoteker

tapi secara prakteknya perawat juga melakukan hal tersebut. Informasi yang

diberikan dari pihak farmasi kepada perawat sebagian besar kurang lengkap

bahkan ada yang tidak menerima panjelasan mengenai obat-obat yang diambil

di satelit farmasi.

7. Perawat yang bertugas di bangsal melakukan pengecekan ulang terhadap obat

yang akan diberikan kepada pasien

8. Perawat yang bertugas di bangsal sangat jarang bahkan ada yang tidak pernah

menjumpai obat yang dengan sengaja dibuang / disembunyikan oleh pasien,

tetapi untuk obat yang tertinggal di bangsal mereka lebih sering untuk

menemuinya dan biasanya mereka menyusulkan obat tersebut kepada pasien.

 
60 
 

9. Dalam proses terapi pasien terkait dengan obat, perawat sering membujuk dan

menunggui pasien dalam mengkonsumsi obat, tetapi kadang pula tidak

ditunggui jika terdapat keluarga yang menjaga.

Untuk evaluasi masalah utama kejadian ME dan DTP, berdasarkan hasil

analisis DTP, ME, dan data wawancara penunjang dapat dikatakan bahwa

permasalahan ME dan DTP dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan

pihak farmasis kepada tenaga kesehatan lain dan kurangnya monitor penggunaan

obat oleh apoteker, kedua hal ini dipertegas pada nomer 2 dan 6 rangkuman data

wawancara di atas dan juga pengamatan selama penelitian di Bethesda. Hal ini

dapat terjadi karena kurangnya visit rutin apoteker di bangsal kelas III RS

Bethesda (misalnya setiap hari dilakukan visit minimal 1 jam untuk tiap bangsal,

dan hal ini dilakukan secara terus-menerus).

F. Rangkuman Pembahasan

Profil kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III RS

Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008, berdasarkan data yang

ada terdapat 20 kasus. Kelompok jenis kelamin kasus terbanyak adalah laki-laki,

kelompok umur kasus terbanyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun,

kelompok tingkat pendidikan kasus terbanyak adalah SD dan SLTA, kelompok

pekerjaan kasus terbanyak adalah PNS, dan kelompok diagnosa kasus terbanyak

adalah CVA non hemoragi.

Profil obat kasus yang menerima obat serebrovaskuler di bangsal kelas III

RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus-September 2008 meliputi macam obat,

 
61 
 

jenis obat, rute pemberian, dan aturan pakai (meliputi kekuatan dan frekuensi

obat). Kelompok obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok obat

dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat. Kelompok jenis obat

yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok 1 jenis obat (piracetam),

kelompok rute pemberian obat yang diterima kasus terbanyak adalah rute non

parenteral (piracetam), dan kelompok aturan pakai obat yang diinstruksikan pada

kasus terbanyak adalah aspirin 100 mg kali sehari, 1 tablet.

Evaluasi terhadap penggunaan obat serebrovaskuler didasarkan pada

kejadian DTP dan ME. Untuk berdasarkan DTP didapatkan 38 temuan dan yang

paling sering terjadi adalah dosis terlalu rendah sebanyak 24 kasus. Berdasarkan

ME didapatkan 65 temuan baik yang dan yang paling sering terjadi adalah dosis

keliru sebesar 27 kasus, untuk yang terjadi ME, sedangkan untuk yang potensial

terjadi ME hanya ditemukan 1 macam, yaitu administration error sebesar 33

kasus. Dari data tersebut dan wawancara penunjang diketahui bahwa

permasalahan utama dari kejadian ME dan DTP adalah kurangnya visit rutin

apoteker di bangsal kelas III RS Bethesda.

 
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, masalah utama kejadian ME dan DTP pada

penggunaan obat serebrovaskuler adalah kurangnya visit rutin apoteker di bangsal

kelas III RS Bethesda. Selain kesimpulan utama tersebut dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Kelompok jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (65,0%), kelompok umur

kasus terbanyak adalah kelompok umur 45-54 tahun (30,0%), kelompok

tingkat pendidikan kasus terbanyak adalah SD (25,0%) dan SLTA (25,0%),

kelompok pekerjaan kasus terbanyak adalah PNS (25,0%), dan kelompok

diagnosa kasus terbanyak adalah CVA non hemoragi (35,0%).

2. Kelompok macam obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok

dengan 7 macam obat, 8 macam obat, dan 11 macam obat (20,0%), kelompok

jenis obat yang diterima kasus terbanyak adalah kelompok dengan satu jenis

obat, piracetam (20,0%), kelompok rute pemberian yang diterima kasus

terbanyak adalah kelompok parenteral, piracetam (80,0%) dan aspirin 100 mg

secara non parenteral (50,0%)

3. Identifikasi DTP yang terjadi meliputi dosis terlalu rendah sebanyak 25 kasus,

dosis terlalu tinggi sebanyak 4 kasus, interaksi obat sebanyak 4 kasus, adverse

drug reaction sebanyak 3 kasus, dan uncompliance sebanyak 2 kasus.

62
 
63 
 

4. Identifikasi ME yang terjadi meliputi potensial terjadi ME dan telah terjadi

ME. Untuk kasus potensial terjadi ME meliputi administration error sebanyak

33 kasus. Untuk kasus telah terjadi ME meliputi administration error

sebanyak 2 kasus, dosis keliru sebanyak 28 kasus, instruksi dijalankan keliru

sebanyak 2 kasus, salah menulis instruksi sebanyak 1 kasus, dan

kontraindikasi sebanyak 1 kasus.

A. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Perlu adanya visit rutin bangsal secara merata di semua bangsal kelas III yang

melibatkan semua apoteker sehingga angka kejadian ME dan DTP dapat

diturunkan.

2. Perlu pencatatan mengenai pemberian obat kepada pasien secara lebih jelas

untuk menghindari dan meminimalkan potensial error yang terjadi.

3. Perlu dilengkapi data mengenai berat badan karena terdapat obat yang analisis

kerasionalan dosisnya didasarkan pada berat badan.

4. Perlu dilakukan penelitian serupa setelah dilakukan visit rutin bangsal

sehingga dapat digunakan untuk membandingkan efektivitas dari visit rutin

tersebut.

5. Perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

kejadian ME dan DTP yang terjadi dengan profil pasien, seperti umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

Acker, David B and James K Alexander, 2003, The Merck Manual of Medical
Information, 2nd ed, 513-515, Pockets Book, New York.

Anonim, 2004, British National Formulary 48, BMJ Publishing Group, Great
Britain.

Anonim, 2006, WHO Mortality Country Fact Sheet 2006,


http://www.who.int/whosis/mort/profiles/mort_searo_idn_indonesia.pdf,
diakses tanggal 14 Desember 2008.

Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7, PT. Info Master,
Jakarta.

Anonim, 2008a, The Stroke Center of The University Hospital,


http://www.theuniversityhospital.com/stroke/anatomy.htm, diakses tanggal
14 Desember 2008.

Anonim, 2008b, Flexyx: Brand Name and Generic Drug Online; Parnaparine,
http://www.flexyx.com/F/Fluxum.html, diakses tanggal 30 November
2008.

Cipolle, Robert J., 2004, Pharmaceutical Care Practice : Clinician’s Guide, 172-
190, Mc Graw Hill Company, New York.

Cohen, M.R., 1999, Medication Error, American Pharmaceutical Association,


Washington, DC.

Dolley, Colin., 1999, Theraupetic Drugs, 2nd ed, A218, N70, Churchill
Livingstone, New York.

Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008, Masalah dan Pencegahan Medication Error,
Bagian Farmakologi dan Toksikologi/Clinical Epidemiology &
Biostatistics Unit, Fak. Kedokteran UGM/RS. Dr. Sardjito Yogyakarta,
Avail.at.http://www.dkkbpp.com/index.php?option=com_content&task=vi
ew&id=132&Itemid=47.

Freedman, Jane E., Becker, Richard C., Adams, Jesse E., Borzak, steven., Jesse,
Robert L., Newby, Kristin L., et. Al., 2002, Medication Error in Acute
Cardiac Care, American Heart Association Circulation, 106, 2623.

Harrison, 2005, Internal Medicine, 16th ed, 12369-12373, McGraw Hill, New
York.

64
 
65 
 

Joseph T. DiPiro, 2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, edisi 6,


415-419, McGrowHill, Medical Publishing Division, New York.

KepMenKes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio.

NCCCMERP, 1998, Taxonomy of Medication Errors,


http://www.NCCMERP/pdf/taxo2001-07-31.

Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan, CV Rajawali, Jakarta.

Tatro, D.S., 2001, Drug Interaction Facts, 917, Facts and Comparison, Wolters
Kluwer, St. Louis.

Walker, Roger and Clive Edwards, 1995, Clinical Pharmacy and Therapeutics,
Churchill Livingstone : USA.

William DJP., 2007, Departement of Clinical Pharmacology Aberden Royal


Infirmary Foresterhill Aberden, Medication Error,
http://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/journal_37_4/Williams.pdf,
diakses tanggal 21 September 2008.

 
 
 

Lampiran 1

Rangkuman wawancara dengan dokter yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta

Pertanyaan Dokter A Dokter B Dokter C


Seberapa pentingkah issue medication Sangat penting Penting sekali. Sangat penting
error bagi Anda sebagai dokter? Berikan Medication error banyak Medication error merupakan karena harus 7 tepat
alasan anda! terjadi di rumah sakit, dan bagian dari terapi, dimana (indikasi, pasien, dosis
merupakan bagian dari risiko terapi berhubungan langsung obat, waspada efek
pelayanan. dengan pasien. samping, cara, dan harga)

Bagaimana pendapat dokter jika apoteker Sangat setuju. Setuju Setuju dan harus
terlibat dalam memonitor penggunaan memonitoring obat
obat?

Apakah Anda memperhatikan adanya Dipertimbangkan tetapi untuk Ya Wajib


interaksi obat, dosis (besar, lama dan hal-hal yang umum saja.
frekuensi pemberian, obat harus habis Untuk interaksi obat tidak
atau tidak habis) dan kontraindikasi banyak yang tahu.
selama obat digunakan oleh pasien (di
bangsal) pada saat melakukan monitoring
terhadap pasien?

66
 
 

Lampiran 2

Rangkuman wawancara dengan apoteker yang menangani pasien di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta

Pertanyaan Apoteker
Seberapa pentingkah issue medication error bagi Anda Penting, terapi dengan obat memerlukan ketelitian. Issue ME sebagai
sebagai apoteker? Berikan alasan anda?
perhatian yang penting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
pada saat terapi
Bagaimana pendapat Anda selaku seorang apoteker jika Diperlukan
apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Apakah Anda melakukan pemantauan terhadap penggunaan Ya
obat pasien? Jika iya, sejauh mana pemantauan yang Anda
lakukan ?
Apakah Anda memperhatikan adanya : Ya
- interaksi obat
- dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat
harus habis atau tidak habis)
- kontraindikasi
- efek samping
dari obat yang diresepkan oleh dokter selama obat
digunakan oleh pasien (di bangsal)?
Apakah anda memberikan informasi ttg penggunaan obat Ya, bila memungkinkan kepada pasien dan keluarganya, atau kepada
pada pasien di rawat inap? Jika iya, kepada siapa dan apa
yang menunggu pasien setiap hari di RS. Nama obat dan indikasi, cara
saja informasi yang diberikan ?
pakai/aturan minum, frekuensi, penyimpanan, efek samping yang
mungkin timbul atau hal-hal lain yang diperlukan
Bagaimana sistem/cara penyaluran (dispensing) obat hingga Resep diterima farmasi, interpretasi resep, validasi, negosiasi
obat sampai kepada pasien? harga/kemampuan pasien, etiket, koreksi, penyerahan, konseling.

67
 
 

Lampiran 3

Rangkuman wawancara dengan pasien yang bersedia dilakukannya home visit

Pertanyaan Jawaban
Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Digoxin dan captropil Semua obat dipakai sejak Hanya sewaktu mulai
Sejak kapan Anda menggunakan
sebelum masuk Bethesda, di Bethesda, sebelumnya rawat inap di Betesdha
obat ini (awal penggunaan)?
kira-kira 2 tahun. tidak
Disaat kapan Anda
Tidak ada obat-obat
mengkonsumsi obat ini? (untuk Pronalges® diminum saat
- yang bila perlu
obat yang penggunaannya hanya pusing saja
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi
Semua diminum
obat tersebut? (ditelan, Ditelan semua Semua diminum
dioleskan, dan lainnya)
Sesuai aturan. Aspar-K Diminum sesuai aturan Langsung dari perawat
Bagaimana aturan pakai obat
pagi 1 tablet. Semua
tersebut?
diminum setelah makan.
Tidak memungkinkan
Siapa yang sering menjelaskan
dilakukan wawancara
tentang tatacara atau aturan pakai Perawat
Perawat Perawat
dari obat Anda, apakah dokter,
apoteker atau perawat?
Apakah Anda mendapat Meminta info tentang Perawat, Hanya diberi Perawat, tapi
informasi yang lengkap dan jelas penggunaan obat tahu obatnya diminum penjelasan lebih kepada
dari tenaga kesehatan tentang sebelum/setelah makan. setelah makan, tidak tidak boleh banyak
tatacara pemakaian obat tsb? Jika Ke perawat. dijelaskan lebih detail gerak dan dipijat,
Anda bingung, siapa yang Anda lagi bukan ke obat
akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Apakah Anda mengkonsumsi
obat secara teratur sesuai dengan Sudah. Ya Ya
yang diresepkan?

68
 
 

Pertanyaan Jawaban
Pasien A Pasien B Pasien C Pasien D
Apakah jika Anda Tidak ada keluhan. Mengantuk, tetapi nyeri Tidak ada
mengkonsumsi obat yang di kepala berkurang
diberikan, terdapat efek yang setelah minum obat
dirasa merugikan? Jika ada,
seperti apa?
- Efek mengantuk, tidur ;
efek nyeri muncul klo
Bagaimana pengatasan Anda jika telat minum obat, dengan -
efek tersebut muncul? mengkompres bagian
kepala belakang saat
nyeri timbul
Apakah Anda pernah Tidak. Itu dulu waktu Tidak ada (minyak gosok Tidak
Tidak memungkinkan
mengkonsumsi obat lain selain sebelum dirawat di untuk gosok bagian otot
dilakukan wawancara
yang diresepkan selama waktu Bethesda (obat dari yang nyeri)
pengobatan? Apa nama obatnya? bidan)
Apakah selama pengobatan
pihak rumah sakit pernah
mengganti obat yang Anda Tidak apa-apa. Tidak ada Tidak pernah
gunakan sebelum obat Anda
habis?
Apakah Anda pernah melakukan Dicek dulu labelnya Waktu pulang dicek Cek dulu nama
pengecekan ulang terhadap resep (terutama namanya). dahulu nama dan obatnya
yang diberikan ke Anda?(terkait
dengan kesesuaian obat,nama
pasien, umur,, tanggal)

69
 
 

Lampiran 4

Rangkuman wawancara dengan perawat yang menangani pasien di bangsal kelas

III RS Bethesda Yogyakarta

Pertanyaan 1

Seberapa penting issue medication error bagi Anda sebagai perawat ? Berikan alasan

Anda !

Perawat A Sangat penting, karena berkaitan dengan nyawa pasien


Penting sekali. Ada kaitan dengan patient safety, memberikan obat :
Perawat B  memberikan racun. Pemberian obat juga harus sesuai dengan prinsip 10
benar.
Penting. Karena pengobatan merupakan salah satu faktor penunjang
Perawat C 
kesembuhan pasien.
Penting sekali, karena dampaknya pada pasien sangat besar dan efek
Perawat D  
yang ditimbulkan berat
Perawat E  Penting sekali, karena menyangkut keamanan pasien.
Perawat F  Penting, karena berhubungan kepada pasien
Penting, supaya dapat lebih hati-hati dan lebih teliti dalam memberikan
Perawat G 
obat kepada klien.
Sangat penting, dapat digunakan untuk meningkatkan ketelitian
Perawat H 
penggunaan obat.
Sangat penting, karena bila terjadi akan berakibat fatal atau bisa
Perawat I 
memperlambat kesembuhan.
Penting, karena issue ME bisa menyebabkan atau merugikan pasien
Perawat J 
bahkan bisa fatal.
Perawat K  Penting karena berpengaruh pada kesehatan pasien.
Sangat penting. Menyangkut nyawa pasien, harus mematuhi 5 benar / 6
Perawat L 
benar
Sangat penting. Karena jika mengetahui bahaya yang ditimbulkan dapat
Perawat M 
lebih bertindak hati-hati.
Perawat N  Penting sekali. Karena akibatnya fatal kalau ada kesalahan

70
 
71
 

Pertanyaan 2

Bagaimana pendapat Anda jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat ?

Bagus, karena dapat mengurangi beban perawat. Untuk obat-obatan


Perawat A apoteker lebih tahu mengenai efek samping obat, waktu penggunaan,
jam pemberian, indikasi, interaksi obat, dll.
Sangat setuju.Karena ada fungsi kontrol dalam tindakan keperawatan
khususnya pemberian obat, sehingga dapat saling mengingatkan.
Perawat B  Dalam prakteknya masih banyak kesalahan dalam pemberian obat
oleh perawat sehingga dibutuhkan fungsi kontrol satu-sama lain baik
apoteker maupun perawat.
Setuju.Hal itu bisa untuk mementau pemberian obat dari dokter
kepada pasien, sehingga akan benar-benar tahu obat yang diberikan
Perawat C  kepada pasien. Antara dokter dan apoteker ada komunikasi terkait
obat yang diberikan. Disamping itu apoteker juga bisa menjadi sarana
untuk membicarakan masalah pengobatan kepada dokter.
Pekerjaan perawat menjadi lebih ringan karena obat-obatan mudah
terpantau (meminimalisir kesalahan). Kalau perawat menangani obat
Perawat D  
selain repot juga kurang menguasai (apoteker lebih mengetahui
mengenai konraindikasi, interaksi, dan lainnya).
Perawat E  Bagus karena dapat lebih memonitor obat
Bagus dan sangat mendukung, karena meminimalkan kesalahan-
Perawat F  kesalahan dan pemberian obat bias maksimal sesuai dengan
kapasitasnya.
Setuju. Meringankan aktivitas perawat di ruangan, seperti dalam
Perawat G 
membagi dan mengecek obat.
Perawat H  Sangat bagus
Setuju, dengan adanya keterlibatan apoteker maka penggunaan obat
Perawat I  benar-benar terpantau, di samping itu pekerjaan perawat yang
multifungsi jadi bisa terbantu dalam monitoring obat.
Perawat J  Setuju
Perawat K  Sangat setuju
Perawat L  Bagus, karena apoteker lebih mengerti tentang obat.
Lebih senang. Karena apoteker ikut mengawasi dan membantu
Perawat M 
melihat obat. Apoteker membagi-bagi obat lebih baik.
Lebih baik. Farmasis bisa mengontrol obat-obat, dimana letak
Perawat N 
kesalahannya, monitor efek samping obat.
72
 

Pertanyaan 3

Informasi apa saja yang Anda dapatkan dari apoteker sewaktu pengambilan obat ?

(pada saat rawat inap)

Kadang-kadang mengenai penyimpanan di kulkas, sesudah atau


Perawat A
sebelum makan.
Perawat B  Hanya klarifikasi jumlah obat, cek nama obat.
Perawat C  Cara penyimpanan, aturan pakai.
Aturan pakai tapi tidak pernh mendetail, karena ada tertulis di
Perawat D  
kemasan
Jarang dijelaskan, karena dianggap sudah tahu (perawat), namun
Perawat E 
kalau obat-obat tertentu misalnya kemoterapi baru dijelaskan.
Perawat F  Cara pemberian, dosis, efek samping obat.
Kadang tidak ada, karena sudah sering di berikan dan umum
Perawat G  digunakan. Kalau adapun berupa informasi obat misalnya aturan
pemakaian dan efek samping
Pemakaian dengan dosis yang tepat, cara pemakaian obat, waktu
Perawat H 
pemberian obat.
Perawat I  Tidak ada
Perawat J  Tidak ada
Perawat K  Cara pemakaian/pemberian obat.
Jarang bertemu apoteker. Kadang-kadang hanya mengenai
Perawat L 
penggunaan sitostatika.
Perawat M  Tidak ada informasi.
Perawat N  Kadang-kadang. Dalam penyimpanan, pemakaian.
73
 

Pertanyaan 4

Apakah Anda memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien ? Jika ya,

informasi apa yang Anda berikan ?

Perawat A Ya, Informasi mengenai indikasi, nama obat, waktu minum obat.
Ya,Informasi yang diberikan berupa dosis, cara minum obat (sebelum
Perawat B  atau setelah makan), sebelum tidur/malam hari, cara penggunaan
(mis sublingual, tidak boleh digerus).
Waktu penggunaan (sebelum/setelah makan), obat-obatan yang bila
Perawat C  perlu, obat-obat antibiotik yang aturan minumnya per berapa jam
(mis tiap 8 jam, dll).
Ya, informasi yang diberikan sesuai dengan aturan obat (misalnya
Perawat D   obat diberikan 1 jam sebelum makan), interaksi obat (tetapi yang
sederhana saja).
Iya. Efek samping, cara minum, harus dihabiskan (untuk antibiotik),
Perawat E 
serta harus sesuai aturan pakai.
Iya. Aturan pakai, cara pemberian (sebelum atau sesudah makan) dan
Perawat F 
jika obat habis segera kontrol.
Iya. Fungsi obat, aturan minum, cara minum, kalau meminum obat
Perawat G  harus memakai air putih, jika obat habis harus kontrol dan harus rutin
mengkonsumsinya dan tidak boleh ada salah (untuk OAT).
Perawat H  Ya, waktu kapan obat diminum, cara pemakaian obatnya.
Perawat I  Tidak
Dosis pemberian obat, cara pemakaian, cara minum obat
Perawat J 
(sebelum/sesudah/saat makan ), reaksi setelah minum obat.
Perawat K  Ya. Cara minum obat, efek samping minum obat, guna obat.
Ya. Sebelum/sesudah makan, indikasi obat, ½ jam sebelum makan
Perawat L 
untuk obat muntah.
Perawat M  Iya. Indikasi obatnya.
Perawat N  Ya. Obatnya sebelum/sesudah makan, obat luar/obat dalam.
74
 

Pertanyaan 5

Apakah Anda mencek ulang obat terlebih dahulu sebelum diberikan pada pasien ?

Perawat A Ya
Selalu dicek dulu. Setiap ganti shift pasti dicek, setelah dicek sudah
Perawat B 
benar jumlah dan pasiennya maka langsung diberikan.
Ya, dicek melalui DPO, dicek obatnya juga, semua obat. Pagi, cek
Perawat C 
untuk pagi dan siang. Sore, cek sambil membagikan.
Perawat D   Ya, lihat dari FIO/DPO, disesuaikan/dicocokkan.
Perawat E  Iya.
Perawat F  Iya.
Perawat G  Iya.
Perawat H  Iya.
Perawat I  Iya.
Perawat J  Iya.
Perawat K  Iya.
Perawat L  Iya.
Perawat M  Iya. Nama pasien, nama obat.
Perawat N  Ya. Nama obat, aturan pakai, dosis.

Pertanyaan 6

Apabila terdapat pasien yang tidak mematuhi aturan pakai obat, apa yang Anda

lakukan ?

Perawat A Merayu/membujuk pasien supaya mau minum obat.


Beri edukasi tentang pemberian obat. Jika pasien ada kendala, beri tahu
Perawat B 
apotekernya.
Perawat C  Memberi tahu cara pemakaian obat lagi
Memberi tahu bahwa obat tersebut harus diminum, jika tidak diminum akan
Perawat D   menghambat proses penyembuhan, dan akan menjadi tidak efektif
(menegur).
Perawat E  Ditegur, kemudian diberi tahu tentang efek obat dan akan sulit sembuh.
Diberi tahu kembali aturan pakai obat. Kalau pasien merasa tidak dapat
Perawat F  mengkonsumsi sendiri, perawat dapat membantu dan ditungguin sampai
diminum.
Perawat G  Menegur, kemudian diterangkan lagi tentang manfaat dan khasiat obat.
Perawat H  Kita berikan sendiri atau diberi pengarahan.
Perawat I  Tidak ada.
Memberikan informasi akibat-akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan
Perawat J 
menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Memberi tahu kalau kepatuhan minum obat adalah untuk kepentingan
Perawat K 
pasien (kesembuhan).
Perawat L  Dinasehati. Dievaluasi mengapa tidak mematuhi aturan pakainya
Perawat M  Terserah mereka, yang penting sudah memberi tahu.
Perawat N  Dinasehati, dirayu.
75
 

Pertanyaan 7

Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Anda menunggu/melihat

pasien menggunakan semua obatnya ?

Kadang-kadang menunggu. Meminumkan jika pasien tidak bisa


Perawat A
minum, kalau bisa minum sendiri, obat diminum sendiri.
Perawat B  Tidak selalu. Jika obatnya digerus maka ditunggui.
Sering disaat pasien tidak ada keluarga yang menunggu. Jika ada
Perawat C  yang menunggu diserahkan kepada yang menunggu untuk
memastikan obat sudah diminum
Perawat D   Menunggu, kadang-kadang semua diminumkan.
Iya, ditunggu atau bahkan diminumkan, kecuali jika pasien tidak mau
Perawat E 
ditungguin, maka perawat akan meninggalkan ruangan.
Perawat F  Ditunggu hingga terminum.
Iya ditungguin, bahkan kalau bisa diminumkan. Namun terkadang
Perawat G  pasien bilang ke perawat bahwa dia akan meminum obat sebentar
lagi sehingga perawat tidak memantau penggunaan obat tersebut.
Perawat H  Kadang ya, kadang tidak.
Perawat I  Ya.
Perawat J  Ya.
Perawat K  Kadang-kadang ya
Tergantung situasi dan tenaganya. Kalau pasien banyak, ditinggal
Perawat L 
saja, soalnya ramai.
Perawat M  Ya. Langsung diminumkan.
Perawat N  Diminumkan.
76
 

Pertanyaan 8

Apakah Anda sering menemukan obat pasien yang tertinggal di bangsal ? Jika ya, apa

yang Anda lakukan ?

Kadang-kadang (terutama jika obat yang sudah distop). Ditelepon


Perawat A kalau masih digunakan oleh pasien. Dijadikan 1 dengan obat-obat
stok (untuk obat yang telah distop).
Perawat B  Ada pernah tapi jarang.
Pernah, menelpon pasien tetapi juga tergantung dari jumlah obat,
Perawat C 
misalnya tertinggal ½ tablet, tidak usah ditelpon/disusulkan.
Pernah tapi tidak terlalu sering. Menghubungi pasien/keluarga
Perawat D  
sedapat mungkin.
Iya terutama sirup. Dihubungi jika ada telpon dan kalau tidak bisa
Perawat E 
mengambilnya maka perawat akan mengantar ke rumah.
Sering ketinggalan di kotak obat, kalau di ruangan jarang. Kalau ada
Perawat F  nomor telepon, perawat akan menelepon, jika tidak ada perawat antar
ke rumah.
Kadang-kadang. Menghubungi pasien atau keluarga untuk
Perawat G  mengambil obat, kalau pasien tidak bisa datang, perawat yang akan
membawa ke rumah.
Tidak sering, bahkan sangat jarang, tapi pernah ada yang ketinggalan
Perawat H  biasanya kalau alamatnya ada dan mudah dijangkau kita akan antar
ke rumah klien.
Perawat I  Tidak.
Ya, pernah dulu saya telpon humas lalu minta antar ambulance
Perawat J  diantar sampai rumah. Pernah juga menelpon keluarganya untuk
ambil ke ruangan.
Perawat K  Jarang.
Perawat L  Jarang.
Perawat M  Tidak.
Sering. Ditunggu kalau kontrol lagi, kalau rumahnya dekat, diantar
Perawat N 
atau ditelepon.
77
 

Pertanyaan 9

Apakah Anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuang atau

disembunyikan oleh pasien? Jika ya, apa yang Anda lakukan?

Perawat A Tidak pernah.


Perawat B  Tidak pernah.
Perawat C  Tidak pernah.
Ada, ditegur (jika ada keluarganya diberi tahu).Kadang-kadang ada
Perawat D  
yang disembunyikan keluarganya juga.
Perawat E  Tidak, karena diminumkan.
Perawat F  Tidak pernah.
Ada, namun kejadiannya jarang. Jika pasien masih di rawat di
Perawat G  bangsal, maka perawat akan menegur dan menerangkan kembali
fungsi obat.
Perawat H  Tidak pernah
Ya, bila memberikan obat langsung diminumkan supaya pasien tidak
Perawat I 
menyembunyikan atau membuang.
Ya, memberi informasi akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan
Perawat J 
menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Perawat K  Tidak.
Perawat L  Sering. Dinasehati.
Perawat M  Banyak. Sengaja diletakkan dilaci. Tidak melakukan apa-apa.
Perawat N  Jarang, karena diminumkan langsung, hampir tidak pernah ada.
 
Lampiran 5

Analisis Kasus Dug Therapy Problem

Kasus 1
Subjektif
Bp. MJR (no RM 01910203) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari
dengan keluhan kecelakaan motor dan kepala belakang lecet, tidak muntah
Diagnosis sementara : Trauma capitis
Diagnosis utama : Contusio cerebri

Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 13,1 13,5-17,5 Monosit (%) 6,3 2-11
Hematokrit (%) 38,9 41-53 Segmen (%) 53,3 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,45 4,5-5,9 RDW (%) 12,3 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 264 140-440 MCV (fL) 87,3 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 12,1 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,3 31-37
Eosinofil (%) 0,4 0-5 MCHC (g/dL) 33,6 29-36
Basofil (%) 1,3 0-2 MPV (fL) 8,21 4-11
Limfosit (%) 38,7 13-40 PDW (fL) 19,8 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36,4°C - 37,3°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/70 – 140/90
Terjadi penurunan kesadaran dari somnolent menjadi apatis

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Fenitoin 100mg (2x1), amoxicillin 500mg (3x1), asam mefenamat (3x1),
Brainact® 1000mg (1x1), Nexium (2x1)
b. Parenteral
Piracetam 3gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Dycinon® (1x1), Pantozol®
(1x1), Manitol 20% (4x125cc), ceftriaxone 1gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
piracetam.

Penilaian
Berdasarkan anamnese yang ada maka kemungkinan besar pasien mengalami luka
pada bagian kepala yang dapat berupa memar di kepala. Maka dari terapi yang telah
diberikan :
a. Pemberiaan piracetam sudah tepat

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan

78 
 
79 
 

Kasus 2
Subjektif
Bp. MRJ (no RM 01920236) usia 80 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan
keluhan tiba-tiba lemas, sesak nafas, dan nyeri dada
Diagnosis sementara : Shock kardiogenik
Diagnosis utama : -

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai


(1/8) (1/8) normal
Hemoglobin (gram %) 11,2 13,5-17,5 Monosit (%) 7,4 2-11
Hematokrit (%) 33,7 41-53 Segmen (%) 69,8 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,24 4,5-5,9 RDW (%) 14,3 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 188 140-440 MCV (fL) 79,5 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 4,73 4,10-10,9 MCH (Pg) 26,4 31-37
Eosinofil (%) 2,7 0-5 MCHC (g/dL) 33,2 29-36
Basofil (%) 0,4 0-2 MPV (fL) 10,4 4-11
Limfosit (%) 19,7 13-40 PDW (fL) 10,8 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,4°C (7/8 malam 38°C)
Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/60 – 150/80

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Ascardia® 160mg (1x1), Cedocard® 5mg (3x1), Serolin® 10 mg (3x1), Cefadroxil®
(2x1), Hexilon® 8mg (3x1), Pamol® (3x1), Neurotam® 800mg (3x1)
b. Parenteral
Metil prednisolon 25mg (1x1), Nicholin® (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Ranitidin
2x1amp, Levonox®0,4cc (2x1), ketorolac (1amp)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam®
(piracetam), Ascardia®(aspirin), Serolin®(nicergoline)

Penilaian
Berdasarkan anamneses dan diagnosis sementara, maka
a. Pemberian aspirin sudah tepat, karena dapat digunakan sebagai profilaksis MI
maupun CVA
b. Penggunaan piracetam injeksi juga sudah tepat, tetapi untuk pemberian secara oral,
dosis yang diberikan kurang. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu
rendah
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat.

Rekomendasi
Piracetam secara oral dinaikkan dosisnya menjadi 4,8 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis
Nicergoline tidak diberikan bersama dengan piracetam

*DTP yang sama terjadi pada kasus 5, 13, 14, 19, dan 20

 
80 
 

Kasus 3
Subjektif
Bp. END (no RM 01920452) usia 45 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 11 hari
dengan keluhan jatuh dari motor, bengkak di mata, pusing, agak sesak nafas
Diagnosis utama : Trauma capitis dan ophthalmic neuropati

Objektif

Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,5°C (pernah 39,2°C)


Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-24 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 90/60 – 100/70
Skala nyeri 4-6

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Nimotop® 30mg (3x1), Bellaphen® (2x1), Methicobal® 250mg (2x1), Cravit®
125mg (1x1), Medixon® (2x1), Lapibal® (2x1), Surbex T® (1x1)
b. Parenteral
Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (2x1), Kalnex® 500mg (3x1),
Nicholin® (2x1), phenitoin 100mg (2x1), Neurotam® 3gram (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Nimotop® (nimodipine), Neurotam® (piracetam), Bellaphen®

Penilaian
Berdasarkan anamneses dan diagnosis yang ada, maka :
a. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk meningkatkan vaskularisasi di otak
karena terdapat kemungkinan adanya memar di kepala akibat benturan
kecelakaan.
b. Penggunaan nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg, 3x/hari
seharusnya 60 mg tiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis
terlalu rendah.
c. Penggunaan Bellaphen® kurang tepat karena dosis yang diberikan seharusnya
1-2 tablet 3x/hari tetapi justru diberikan 1 tablet 2x/hari, meskipun
penggunaannya simptomatik tetapi selama 1 hari belum dapat mengurangi
gejala yang timbul jadi seharusnya tetap diberikan 1 tablet, 3x/hari. DTP yang
terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah

Rekomendasi
Menaikkan dosis nimodipine menjadi 60 mg dan diberikan tiap 6 jam.
Menaikkan dosis Bellaphen® menjadi 3x1 tablet

 
81 
 
Kasus 4
Subjektif
Bp. HST (no RM 01920471) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 9 hari dengan keluhan
anggota gerak kanan lemas dan bicara menjadi pelo
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 14.9 13,5-17,5 MCV (fL) 87,6 92-121
Hematokrit (%) 44,8 41-53 MCH (Pg) 29,1 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 5,12 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 33,3 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 254,6 140-440 MPV (fL) 9,69 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 12,4 4,10-10,9 PDW (fL) 21,2 10-18
Eosinofil (%) 0 0-5 Masa protombin (detik) 13,8 12-18
Basofil (%) 0,4 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18
Limfosit (%) 11,1 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 29,8 22,6-35
Monosit (%) 3,6 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35
Segmen (%) 84,9 47-80 INR 1 0,8-1,2
RDW (%) 12,2 11,6-14,8
Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,7°C (pernah 38,4°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 120/80 – 160/100

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Plavix® 75mg (1x1), Farmasal® 100mg (1x1), Serolin® (3x1), Yekalgin® (3x1), Neurotam®
800mg (3x1)
b. Parenteral
Tarontal® 100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Plavix (Clopidogrel),
Farmasal®(aspirin), Neurotam®(piracetam), Tarontal®(pentoxifylline), Serolin® (nicergoline)

Penilaian
a. Pemberian aspirin sebenarnya kurang tepat karena onset stroke 2,5 jam termasuk dalam
kategori akut sehingga dosis yang diberikan seharusnya 160-325 mg/hari, tetapi aspirin
diberikan bersama dengan clopidogrel yang berpotensi meningkatkan risiko perdarahan
sehingga ada kemungkinan aspirin diberikan dibawah dosis yang seharusnya untuk
mengurangi risiko tersebut. Selain itu pemberian aspirin bersamaan dengan NSAID (Yekalgin)
juga akan meningkatkan resiko pendarahan. DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu
interaksi obat
b. Pemberian clopidogrel sudah tepat karena kombinasi antara aspirin dan clopidogrel akan
meningkatkan efektifitas terapi, tetapi pemberian ini juga akan meningkatkan risiko
perdarahan dan hal ini telah diatasi dengan waktu pemberian yang berbeda dengan aspirin.
Efek samping clopidogrel adalah menyebabkan hipertensi dan pasien mempunyai riwayat
hipetensi maka DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu adverse drug reaction
c. Penggunaan piracetam tablet kurang tepat karena dosis yang diberikan tidak memenuhi. DTP
yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat

Rekomendasi
Untuk antiplatelet digunakan aspirin saja tetapi waktu pemberiaanya diatur supaya tidak bersamaan
dengan pemberianYekalgin.
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-9,6 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis
 

 
82 
 

Kasus 6
Subjektif
Bp. HPR (no RM 01920698) usia 54 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 4 hari dengan
keluhan cidera kepala ringan, nyeri, dan pusing
Diagnosis utama : Trauma capitis

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai


normal
Hemoglobin (gram %) 15,3 12-18 Monosit (%) 5,2 2-11
Hematokrit (%) 46,6 36-46 Segmen (%) 61,8 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 5,75 4,1-5,3 RDW (%) 12,6 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 365 140-440 MCV (fL) 81,1 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 12,6 4,10-10,9 MCH (Pg) 26,6 31-37
Eosinofil (%) 1,2 0-5 MCHC (g/dL) 32,8 29-36
Basofil (%) 0,7 0-2 MPV (fL) 7,47 4-11
Limfosit (%) 31,1 13-40 PDW (fL) 19,2 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37,5°C (pernah 38°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 92 kali/menit)
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 140/100 – 170/100

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Noperten® 5mg (1x1), Ceradolan® 200mg (2x1), Bellaphen® (2x1), Pronalges® (2x1),
Nootropil® 1200mg (1x1)
b. Parenteral
Kedacillin® 1gram (3x1), Remopain® 3% (3x1), Neurotam® 3gram (1x1), Kalnex®
(2x1),
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Neurotam®
(piracetam), Nootropil® (piracetam), Bellaphen®, dan Kalnex® (tranexamine acid)

Penilaian
Dilihat dari anamneses dan diagnosis maka :
a. Penggunaan Bellaphen® sudah tepat karena diberikan berdasarkan gejala yang timbul
sampai gejala tersebut hilang
b. Penggunaan piracetam sudah tepat untuk sediaan injeksi, tapi untuk yang sediaannya
tablet kurang tepat karena seharusnya diberikan 4,8-20 gram/hari tetapi diberikan
1200 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
c. Penggunaan tranexamine acid kurang tepat karena diberikan 500 mg 2x/hari
seharusnya untuk tranexamine acid injeksi diberikan 500mg 3-4x/hari. DTP yang
terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.

Rekomendasi
Dosis piracetam tablet dinaikkan menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
Dosis tranexamine acid dinaikkan menjadi 500 mg diberikan 3-4x/hari

 
83 
 

Kasus 7
Subjektif
Ny. HSP (no RM 01921015) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari dengan
keluhan tangan dan kaki kiri lemas, muntah, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi, DM

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 14,3 12-18 Segmen (%) 60,7 47-80
Hematokrit (%) 41,2 36-46 RDW (%) 13,3 11,6-14,8
Eritrosit (juta/mmk) 4,94  4,1-5,3 MCV (fL) 83,40 92-121
Trombosit (ribu/mmk) 240  140-440 MCH (Pg) 28,90 31-37
Leukosit (ribu/mmk) 4,33 4,10-10,9 MCHC (g/dL) 34,70 29-36
Eosinofil (%) 1,2 0-5 MPV (fL) 9,90 4-11
Basofil (%) 0 0-2 PDW (fL) 10,90 10-18
Limfosit (%) 32,1 13-40 Kadar fibrinogen (mg/dL) 417 200-400
Monosit (%) 5,5 2-11
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37,1°C
Nadi Berkisar antara 80-84 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 140/70 – 170/100

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Nimotop® 30mg (3x1), Glucophag® (2x1), Pehaural®
(1x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Nimotop® (2,5cc/jam), Actrapid® 8ui, Kalnex® 500mg
(3x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal®
(aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline), Nimotop® (nimodipine),
dan Kalnex® (tranexamine acid)

Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, karena berfungsi sebagai antiplatelet, sehingga
dengan kadar fibrinogen yang tinggi akan mengurangi pengikatan platelet/trombosit
pada fibrinogen.
b. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis
terlalu tinggi. Selain itu terjadi interaksi dengan aspirin, tetapi hal ini ditanggulangi
dengan waktu pemberian yang berbeda.
c. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat.
d. Pemberian tranexamine acid injeksi sudah tepat
e. Pemberian nimodipine kurang tepat karena diberikan 30 mg 3x/hari seharusnya 60
mg setiap 4 jam. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.

Rekomendasi
Pemberian nadroparine diturunkan dosisnya.
Nimodipine dinaikkan dosisnya menjadi 60 mg tiap 4 jam
 

 
84 
 
Kasus 8
Subjektif
Ny. BNI (no RM 01920275) usia 60 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 15 hari dengan keluhan
kepala berputar (ngliyer), dengan penyakit keluarga hipertensi
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 14 12-18 MCV (fL) 86,6 92-121
Hematokrit (%) 45,7 36-46 MCH (Pg) 26,5 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 5,28 4,1-5,3 MCHC (g/dL) 30,6 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 320  140-440 MPV (fL) 9 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 7,87 4,10-10,9 PDW (fL) 9 10-18
Eosinofil (%) 3,3 0-5 Masa protombin (detik) 12 12-18
Basofil (%) 0,5 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18
Limfosit (%) 25,2 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 22,2 22,6-35
Monosit (%) 5,6 2-11 APTT control (detik) 33,3 25-35
Segmen (%) 65,4 47-80 INR 0,9 0,8-1,2
RDW (%) 14,2 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 411 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36,1°C - 37,2°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 130/80 – 190/100

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), clopidogrel 75 mg (1x1), Mucopect® syr (3x1cth), Diovan® 40mg
(1x1), Tensivask® 5mg (1x1), Pletaal® 50 mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Kenalox® (2x1),
Brainact® 125mg (2x1), Manitol 125ml (4x1), Nootropil®12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
clopidogrel, Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Nootropil® (piracetam), Fraxiparine®
(nadroparine), Tarontal® (pentoxifylline)
Penilaian
a. Penggunaan aspirin dan clopidogrel sudah tepat karena efeknya akan menjadi lebih baik jika
diberikan secara kombinasi, potensial ESO juga dapat diminimalisir dengan pemberian dalam
waktu yang berbeda. Tetapi jika dilihat dari efek samaping clopidogrel berupa hipertensi
maka pemberiannya kurang tepat karena dilihat dari hasil pengamatan pada pasien tekanan
darahnya tinggi terus. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu adverse drug reaction.
b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena mempunyai fungsi yang sama dengan aspirin dan
clopidogrel. Selain itu terdapat peringatan penggunaan cilostazol dengan agen antiplatelet lain
(tetapi efeknya belum diketahui). DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu adverse drug
reaction.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi untuk tablet kurang tepat. DTP yang terjadi
bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Pemberian nadroparine kurang tepat, karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari) seharusnya
1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu tinggi.
e. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat.
Rekomendasi
Untuk agen antiplatelet digunakan aspirin dan cilostazol saja tetapi dengan waktu pemberian yang
berbeda
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis.
Penggunaan nadroparine diturunkan dosisnya

 
85 
 

Kasus 9
Subjektif
Ny. SPW (no RM 01920446) usia 56 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 14 hari dengan
keluhan kecelakaan dan kesadaran menurun
Diagnosis utama : Epidural hemiperfusi

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai


normal
Hemoglobin (gram %) 12,9 12-18 Monosit (%) 6,8 2-11
Hematokrit (%) 36,1 36-46 Segmen (%) 88,1 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,17 4,1-5,3 RDW (%) 11,40 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 265  140-440 MCV (fL) 86,6 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 19,0 4,10-10,9 MCH (Pg) 30,9 31-37
Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 35,7 29-36
Basofil (%) 0,2 0-2 MPV (fL) 7,21 4-11
Limfosit (%) 4,9 13-40 PDW (fL) 18,4 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C (pernah 37,8°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/70 – 130/90

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Polycrol® (3x1), phenitoin, Profenid E-100® 200mg (2x1), Surbex T® (1x1), Promag®
(1x1, tgl 13-19 3x1), Nootropil® 1200mg (2x1), Excelase® (3x1), Pronalges® (2x1),
Kalnex® (2x1), Ikaphen® (2x1), chloramphenicol (3x2), Ultracet® (3x1), Mucosta®
(3x1), Noros® (1x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone 1 gram (2x1), Kalnex® 500mg (2x1), piracetam 3gram (2x1), phenitoin
100mg (2x1), Rantin® (2x1), ketorolac 3% (3x1), Vit K (1x1), Lasix® (1x1),
Chloramex® 1 gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Nootropil®
(piracetam), piracetam, Kalnex®(tranexamine acid)

Penilaian
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat tetapi piracetam tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
b. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat karena diberikan 500 mg, 2x/hari
seharusnya 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis
terlalu rendah. Pemberian tranexamine acid injeksi juga kurang tepat karena
diberikan 200 mg/hari, seharusnya 500mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat
aktual, yaitu dosis terlalu rendah.

Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang tebagi dalam 2-3 dosis
Tranexamine acid injeksi dan tablet dinaikkan dosisnya

 
86 
 
Kasus 10
Subjektif
Bp. YHM (no RM 01920482) usia 53 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 13 hari dengan keluhan
anggota gerak kanan lemas, sulit menelan, dan sulit berbicara
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 13,5 13,5-17,5 MCV (fL) 66,5 92-121
Hematokrit (%) 45,8 41-53 MCH (Pg) 19,6 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 6,89 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 29,5 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 395  140-440 MPV (fL) 9,9 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 12,5 4,10-10,9 PDW (fL) 10,6 10-18
Eosinofil (%) 0,3 0-5 Ms protombin (detik) 14,8 12-18
Basofil (%) 0,2 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18
Limfosit (%) 12,6 13-40 Ms tromboplastin (dtk) 23,7 22,6-35
Monosit (%) 4,9 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35
Segmen (%) 82 47-80 INR 1,10 0,8-1,2
RDW (%) 20,80 11,6-14,8
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C (pernah 38°C)
Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/80 – 160/100

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Triatec® 2,5mg (1x1), Ubi-Q® 30mg (1x1), paracetamol 500mg
(3x1,b/p), Pletaal® 50mg (2x1), levofloxacin 500mg (2x1), Serolin® (3x1), Neurotam® 800mg
(3x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone 100mg (2x1), Nicholin® 250mg (2x1), Neurotam® 12gram (1x1), Tarontal®
100mg (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot), Brainact® 250mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal® (aspirin),
Pletaal® (cilostazol), Neurotam® (piracetam), Tarontal® (pentoxtfylline), dan Serolin® (nicergoline)

Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat
b. Penggunaan cilostazol kurang tepat karena diberikan 100 mg/hari seharusnya 200 mg/hari.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah. Selain itu pemberian bersamaan
dengan aspirin berpotensi menimbulkan efek samping (mekanisme belum diketahui),
sehingga DTP yang terjadi bersifat potensial, yaitu interaksi obat.
c. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat sedangkan untuk tablet kurang tepat karena
diberikan 2,4 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari terbagi dalam 2-3 dosis. DTP yang terjdi
bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah.
d. Penggunaan nicergoline sudah tepat
e. Penggunaan pentoxtfylline sudah tepat

Rekomendasi
Dosis cilostazol dinaikkan menjadi 200 mg/hari dan diberikan dalam waktu yang berbeda dengan
aspirin
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari.

 
87 
 

Kasus 11
Subjektif
Ny. SHT (no RM 01919151) usia 65 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari
dengan keluhan pelo, kaki kanan terasa ringan, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 14,3 12-18 Monosit (%) 6,7 2-11
Hematokrit (%) 38,4 36-46 Segmen (%) 85,1 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 5,18 4,1-5,3 RDW (%) 13,80 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 293,0  140-440 MCV (fL) 74,10 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 17,05 4,10-10,9 MCH (Pg) 27,60 31-37
Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 37,20 29-36
Basofil (%) 0,1 0-2 MPV (fL) 8,40 4-11
Limfosit (%) 8,0 13-40 PDW (fL) 7,70 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 140/70 – 160/100 (pernah 160/140)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Tarontal® 400mg (2x1), Neurotam® 800mg (2x1),
HCT (1x1)
b. Parenteral
Tarontal® 100mg (2ampul/flabot, 1 hari 2 flabot), Neurotam® 12gram (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Tarontal®(pentoxifylline), Neurotam® (piracetam)

Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat. Aspirin juga akan menurunkan efek dari HCT
tetapi hal tersebut sudah ditanggulangi dengan waktu pemberian yang berbeda.
b. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi pada penggunaan tablet
kurang tepat dimana dosis yang seharusnya adalah 4,8-20 gram/hari tetapi
diberikan 1,6 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual yaitu dosis terlalu
rendah.
c. Penggunaan pentoxifylline secara injeksi dan tablet sudah tepat

Rekomendasi
Penggunaan piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang
terbagi dalam 2-3 dosis

 
88 
 

Kasus 12
Subjektif
Bp. WMT (no RM 01920569) usia 75 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 24 hari
dengan keluhan kecelakaan, muntah, dan tidak sadar
Diagnosis utama : -

Objektif
Hasil
Pengukuran 14/8 15/8 19/8 19/8 Nilai normal
(03.40) (09.03)
Hemoglobin 8,18 12,1 17,2 18,9 12-18
Hematokrit 27,4 36,0 48,0 54,0 36-46
pCO2 41,7 38,5 37,4 35-45
pO2 42,4 51,9 61,1 83-108
O2 saturasi 99,9 87,3 93,3 95-98
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,5°C (pernah 37,8°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 92 kali/menit)
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara110/60 – 140/80 (pernah 160/80)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Methycobal® 500 mg (3x1), Nimotop® 30mg (3x1), Zaldiar® (3x1), Brainact®
500mg (2x1), Ikaphen® 100mg (2x1), Noros® (1x1), Cefspan® 100mg (2x1),
paracetamol 500mg (2x1,b/p), Cefadroxil® 500mg (2x1), Diabex® 500mg
(1x½)
b. Parenteral
Piracetam 3gram (2x1), gliserol 3x20cc
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
piracetam, Nimotop® (nimodipine)

Penilaian
a. Dilihat dari nilai Hb yang rendah maka pasien mengalami anemia. Anemia
yang terjadi dapat dikarenakan kehilangan darah akibat kecelakaan, sehingga
penggunaan nimodipidine berfungsi sebagai profilaksis/mengurangi hemoragi
pada otak. Penggunaan nimodipine seharusnya 60 mg tiap 4 jam tetapi
diberikan 30 mg, 3x/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu
rendah
b. Penggunaan piracetam sudah tepat

Rekomendasi
Penggunaan nimodipine dinaikkan dosisnya

 
89 
 

Kasus 15
Subjektif
Ny. PNR (no RM 01921008) usia 50 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 10 hari
dengan keluhan tangan dan kaki kiri tiba-tiba lemas, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif
Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai
normal normal
Hemoglobin (gram %) 13,8 12-18 MCV (fL) 97,5 92-121
Hematokrit (%) 41,7 36-46 MCH (Pg) 32,4 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 4,28 4,1-5,3 MCHC (g/dL) 33,20 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 200,0  140-440 MPV (fL) 9,19 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 7,08 4,10-10,9 PDW (fL) 21,50 10-18
Eosinofil (%) 0,7 0-5 Masa protombin (detik) 16,2 12-18
Basofil (%) 0,7 0-2 PT control (detik) 16,2 12-18
Limfosit (%) 15,5 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 25,8 22,6-35
Monosit (%) 5,8 2-11 APTT control (detik) 33,10 25-35
Segmen (%) 77,3 47-80 INR 1,30 0,8-1,2
RDW (%) 14,6 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 371 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36,2°C - 37°C
Nadi Berkisar antara 76-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-22 kali/ menit
Tekanan darah Berkisar antara 130/80 – 160/100 (pernah 180/90)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Digoxin (1x1), Furosemid (1x½), Aspar K® (1x1)
b. Parenteral
Fraxiparine® 0,4cc (2x1), Fluxum® 0,4cc (2x1), Tarontal® (2ampul/flabot, 1
hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Fraxiparine® (nadroparine), Fluxum® (parnaparine), Tarontal®
(pentoxifylline)

Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat, aspirin akan menurunkan efek dari
furosemide tetapi hal ini sudah dapat ditanggulangi dengan waktu pemberian
yang berbeda.
b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat
c. Pemberian nadroparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu tinggi. Nadroparine juga berinteraksi dengan aspirin tetapi hal
ini ditanggulangi dengan pemberian pada waktu yang berbeda.
d. Pemberian parnaparine kurang tepat karena diberikan 2x0,4 ml (dalam sehari)
seharusnya 1x0,3 ml (dalam sehari). DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu tinggi.

Rekomendasi
Penggunaan nadroparine dan parnaparine diturunkan dosisnya

 
90 
 

Kasus 16
Subjektif
Sdr. TNY (no RM 01921036) usia 21 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 8 hari
dengan keluhan kecelakaan lalu lintas, pusing, dan muntah
Diagnosis utama : -

Objektif
Pengukuran Hasil Nilai normal Pengukuran Hasil Nilai
normal
Hemoglobin (gram %) 13,80 13,5-17,5 Monosit (%) 4,5 2-11
Hematokrit (%) 40,2 41-53 Segmen (%) 89,0 47-80
Eritrosit (juta/mmk) 4,66 4,5-5,9 RDW (%) 13,30 11,6-14,8
Trombosit (ribu/mmk) 245.0 140-440 MCV (fL) 86,30 92-121
Leukosit (ribu/mmk) 19,10 4,10-10,9 MCH (Pg) 29,60 31-37
Eosinofil (%) 0,1 0-5 MCHC (g/dL) 34,30 29-36
Basofil (%) 0,3 0-2 MPV (fL) 9,90 4-11
Limfosit (%) 6,1 13-40 PDW (fL) 10,80 10-18
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C - 37°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 120/90 (pernah 90/60, 180/100, dan 190/120)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Polycrol® 400mg (3x2), Neurotam® 800mg (2x1), Nonflamin® 50 mg (3x1),
Rhinofed® (2x1), Kalnex® 500mg (3x1), Clavamox® 500mg (3x1), Yekalgin®
(3x1), methylprednisolon (2x1)
b. Parenteral
Ceftriaxone (2x1gram), piracetam 3gram (2x1), Kalnex® 500mg (3x1),
ketorolac (2x1amp), ranitidine 50mg (2x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Neurotam® (Piracetam), Kalnex (Tranexamine acid)

Penilaian
Dilihat dari anamneses dan nilai lab maka:
a. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, sedangkan untuk piracetam tablet
juga kurang tepat karena diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari.
DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu dosis terlalu rendah
b. Dilihat dari keadaan pasien yang mengalami anemia maka ada kemungkinan
pasien mengalami perdarahan oleh karena itu penggunaan tranexamine acid
ditujukan untuk profilaksis hemoragi. Penggunaan tranexamine acid injeksi
sudah tepat. Penggunaan tranexamine acid tablet kurang tepat, karena
seharusnya diberikan 750-1250 mg, 3-4x/hari. DTP yang terjadi bersifat
aktual, yaitu dosis terlalu rendah.

Rekomendasi
Piracetam tablet dinaikkan dosisnya menjadi 4,8-20 gram/hari yang terbagi dalam 2-3
dosis
Menaikkan dosis tranexamine acid tablet sesuai dengan yang seharusnya diberikan

 
91 
 

Kasus 17
Subjektif
Bp. SGY (no RM 00964050) usia 43 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 12 hari
dengan keluhan setahun lalu kaki kiri lemas, tangan kanan dan kiri juga lemas dengan
riwayat terapi operasi laminektomi tumor ekstrakranial CII
Diagnosis utama : Cervical mass (Schwanoma)

Objektif
Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai
normal normal
Hemoglobin (gram %) 17,0 13,5-17,5 MCV (fL) 83,30 92-121
Hematokrit (%) 49,0 41-53 MCH (Pg) 28,90 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 5,88 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 34,70 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 217,0 140-440 MPV (fL) 11,30 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 11,66 4,10-10,9 PDW (fL) 13,30 10-18
Eosinofil (%) 2,8 0-5 Masa protombin (detik) 12,9 12-18
Basofil (%) 0,3 0-2 PT control (detik) 14,7 12-18
Limfosit (%) 22,0 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 32,60 22,6-35
Monosit (%) 3,7 2-11 APTT control (detik) 27,10 25-35
Segmen (%) 71,2 47-80 INR 0,90 0,8-1,2
RDW (%) 13,80 11,6-14,8 Kadar fibrinogen (mg/dL) 347 200-400
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37,1°C (pernah 38,5°C)
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit (pernah 96 kali/menit)
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara 110/70-140/90 (pernah 160/100)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Methycobal® 250mg (3x1), Vit. B1 (3x1)
b. Parenteral
Ondansetron 8mg (2x1), ketorolac 3% (2x1), methylprednisolon 125mg
(1x1), ranitidin 50 mg(2x1), Vit. C 200 mg, ceftriaxone 1gram (2x1),
Medixon® (2x1), Rantin® 50 mg (2x1), Tarontal® 100mg (2 amp/flabot, 1 hari
2 flabot), Narfoz® 8mg (1x1)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah
Farmasal® (aspirin), Tarontal® (pentoxifylline)

Penilaian
a. Penggunaan aspirin sudah tepat
b. Penggunaan pentoxifylline sudah tepat

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan

 
92 
 

Kasus 18
Subjektif
Bp. ASM (no RM 01921353) usia 68 tahun. Dirawat di rumah sakit selama 6 hari dengan keluhan
mendadak jatuh dan anggota gerak kanan lemas, pusing
Diagnosis utama : CVA non hemoragi

Objektif

Pengukuran Hasil Nilai Pengukuran Hasil Nilai


normal normal
Hemoglobin (gram %) 14,0 13,5-17,5 MCV (fL) 90,80 92-121
Hematokrit (%) 41,8 41-53 MCH (Pg) 30,50 31-37
Eritrosit (juta/mmk) 4,61 4,5-5,9 MCHC (g/dL) 33,60 29-36
Trombosit (ribu/mmk) 329,0 140-440 MPV (fL) 8,20 4-11
Leukosit (ribu/mmk) 7,97 4,10-10,9 PDW (fL) 20,70 10-18
Eosinofil (%) 1,0 0-5 Masa protombin (detik) 12,3 12-18
Basofil (%) 1,1 0-2 PT control (detik) 14,7 12-18
Limfosit (%) 23,5 13-40 Masa tromboplastin (dtk) 25,50 22,6-35
Monosit (%) 3,0 2-11 APTT control (detik) 27,10 25-35
Segmen (%) 71,4 47-80 INR 0,90 0,8-1,2
RDW (%) 12,0 11,6-14,8
Suhu tubuh Berkisar antara 36°C – 37°C
Nadi Berkisar antara 80-88 kali/menit
Respirasi Berkisar antara 18-20 kali/menit
Tekanan darah Berkisar antara120/70 – 150/90 (pernah 160/90-170/90)

Penatalaksanaan terapi
Pasien mendapatkan pengobatan
a. Non parenteral
Farmasal® 100mg (1x1), Plavix® 75mg (1x1), Serolin® 3x1, Methycobal® 250mg (3x1),
Yekaneuron® (2x1), piracetam 800mg (2x1), Tarontal® 100mg (2x1)
b. Parenteral
Piracetam (1x12gram), Tarontal® (2amp/flabot, 1 hari 2 flabot)
Dari terapi yang diberikan, yang berpengaruh pada vaskularisasi di otak adalah Farmasal®(aspirin),
Plavix® (clopidogrel), Serolin® (nicergoline), piracetam, dan Tarontal® (pentoxifylline)

Penilaian
a. Pemberiaan aspirin sudah tepat.
b. Pemberian clopidogrel kurang tepat karena diberikan dalam waktu yang bersamaan dengan
aspirin, dimana hal tersebut berpotensi meningkatkan risiko perdarahan. DTP yang terjadi
bersifat potensial, yaitu interaksi obat
c. Penggunaan nicergoline sudah tepat
d. Penggunaan piracetam injeksi sudah tepat, tetapi piracetam tablet kurang tepat karena
diberikan 1,6 gram/hari seharusnya 4,8-20 gram/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu
dosis terlalu rendah
e. Pemberian pentoxifylline injeksi sudah tepat, tetapi pemberian tablet kurang tepat karena dosis
harian sebesar 1,2 gram/hari tetapi diberikan 300 mg/hari. DTP yang terjadi bersifat aktual,
yaitu dosis terlalu rendah.

Rekomendasi
a. Pemberian clopidogrel dibedakan waktunya dengan aspirin.
b. Pemberian piracetam tablet ditingkatkan dosisnya menjadi 2,4-20 gram/hari dalam 2-3 dosis
terbagi.
c. Pemberian pentoxifylline tablet dinaikkan dosisnya menjadi 1,2 gram/hari.

 
Lampiran 6

Daftar Kasus Medication Error

Kasus 1
Sifat Obat Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
 

Kasus 2
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Nicergoline Administration error Aturan pakai yang tertulis di No error/A
etiket kurang (1 jam sebelum
makan / 2 jam setelah makan)
Piracetam Administration error Aturan pakai yang tertulis di No error/A
etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah harm/C
 

Kasus 3
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Bellaphen® Administration error Tidak terdapat tanda yang No error/A
menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
Bellaphen® Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
 

93
 
94

Kasus 4
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Aspirin Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
diberikan
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah dari yang seharusnya harm/C
diberikan
Clopidogrel Kontraindikasi Clopidogrel dapat Error-harm/E
menyebabkan hipertensi, tetapi
diberikan pada kasus yang
mempunyai riwayat hipertensi
 

Kasus 5
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Salah menulis Salah menulis instruksi pada Error-no
instruksi etiket (seharusnya sebelum harm/C
ditulis sesudah)
 

Kasus 6
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
95

Kasus 7
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Tidak terdapat tanda yang
menyatakan bahwa obat telah
diberikan.
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 8
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Clopidogrel Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Cilostazol Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan terlalu Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
96

Kasus 9
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tranexamine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
acid error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 10
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Cilostazol Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (1 jam sebelum
makan / 2 jam setelah makan)
Piracetam Administration Aturan pakai yang tertulis di No error/A
error etiket kurang (sebelum makan)
Terjadi Cilostazol Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
97

Kasus 11
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat tanda yang
menyatakan obat dibeikan
bersama makanan.
Terjadi Piracetamss Instruksi di Pada instruksi sudah ditulis Error-no
jalankan kelitu sebelum makan tetapi harm/C
digunakan setelah makan
Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 12
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Nimodipine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Nimodipine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
98

Kasus 13
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Pentoxyfilline Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 14
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat keterangan No error/A
error tambahan bahwa obat
digunakan sebelum makan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 15
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat keterangan
bahwa obat digunakan setelah
makan
Terjadi Nadroparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
Parnaparine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
tinggi daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
99

Kasus 16
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Piracetam Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tranexamine Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
acid error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Tranexamine Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
acid rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 17
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Tidak terdapat keterangan
tambahan bahwa Farmasal
dimiinum setelah makan
 

Kasus 18
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Potensi Aspirin Administration Tidak terdapat tanda yang No error/A
error menyatakan bahwa obat telah
diberikan
Terjadi Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
Pentoxyfilline Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

 
100

Kasus 19
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Administration Digunakan setelah makan, No error/A
error seharusnya sebelum makan
karena tidak terdapat
keterangan tambahan pada
etiket
Piracetam Dosis keliru Dosis yang diberikan lebih Error-no
rendah daripada yang harm/C
seharusnya
 

Kasus 20
Sifat Obat yang Jenis Medication Alasan Tipe error /
Medication mengalami Error kategori
Error
Terjadi Piracetam Administration Diberikan setelah makan Error-no
error harm/C
Instruksi dijalankan Dalam etiket tertulis sebelum Error-no
keliru makan tetapi digunakan setelah harm/C
makan
 

 
 

Lampiran 7
Daftar Obat yang Digunakan pada Kasus Penggunaan Obat Serebrovaskuler
di Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus-September 2008 Berdasarkan
Golongan, Nama Generik, dan Nama Dagang

No. Golongan Obat Nama Generik Nama Dagang


1. Antiplatelet Aspirin Farmasal®
Ascardia®
Clopidogrel Plavix®
Cilostazol Pletaal®
2. Antikoagulan Nadroparine Fraxiparine®
Parnaparine Fluxum®
3. Hemostatik Tranexamine acid Kalnex®
4. Hematopoetik Pentoxifylline Tarontal®
5. Neurotonik dan nootropik Piracetam Neurotam®
Nootropil®
6. Vasodilator perifer dan Nicergoline Serolin®
activator cerebral
7. Calcium channel bloker Nimodipine Nimotop®
8. Antimigrain Bellaphen®

101
 
Lampiran 7 Data Kasus yang Menerima Obat Cerebrovaskuler

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
31/7
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: kecelakaan Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,1
01910203 kepala blkg lecet Hematokrit (%) 41-53 38,9
teriak-teriak Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,45
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 264
MJR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,1
Eosinofil (%) 0-5 0,4
JK : L Basofil (%) 0-2 1,3
Diagnosis Limfosit (%) 13-40 38,7
D. sementara : Monosit (%) 2,0-11 6,3
Trauma capitis Segmen (%) 47-80 53,3
RDW (%) 11,6-14,8 12,3
MCV (fL) 92-121 87,3
Umur: 53 thn MCH (Pg) 31-37 29,3
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,6
Contusio cerebri MPV (fL) 4,0-11 8,21
PDW (fL) 10,0-18 19,8
Tgl masuk: Tanda Vital
31/7/2008 Suhu (ºC) 2/8-11/8 berkisar antara 36,4 - 37,3
D. sekunder: Nadi (x/menit) 2/8-11/8 berkisar antara 80-88
- Nafas (x/menit) 2/8-11/8 berkisar antara 18-20
Tgl keluar: Tekanan darah 2/8-11/8 berkisar antara 110/70 – 140/90
11/8/2008
D. keluar: Tanda Vital Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
perbaikan Suhu (ºC) 1/8. 2/8. 3/8. 4/8-5/8 6/8-11/8
Nafas (x/menit) Fenitoin 100mg 2x1 (oral) √ √
Nadi (x/menit) Amoxicillin 500mg 3x1 (oral) √ √
Obat dibawa pulang: Asam mefenamat 3x1 (oral) √
Brainact 1000mg 1x1 (oral) √
Nexium 2x1 (oral) √
Piracetam 3gram 3x1 (injeksi) √ √ √
Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √
Dycinon 1x1 (injeksi) √
Pantozol 1x1 (injeksi) √
Ceftriaxone 1gram 1x1 (injeksi)
Manitol 20% 4x125cc (injeksi) √ √ √ √

102
 
103 
 
Kasus 2

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
1/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: tiba-tiba lemas, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 11,2
01920236 sesak nafas, Hematokrit (%) 41-53 33,7
nyeri dada Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,24
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 188
MRJ Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 4,73
Eosinofil (%) 0-5 2,7
JK : L Basofil (%) 0-2 0,4
Diagnosis Limfosit (%) 13-40 19,7
D. sementara : Monosit (%) 2,0-11 7,4
Shock Segmen (%) 47-80 69,8
kardiogenik RDW (%) 11,6-14,8 14,3
MCV (fL) 92-121 79,5
Umur: 80 thn MCH (Pg) 31-37 26,4
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,2
- MPV (fL) 4,0-11 10,4
PDW (fL) 10,0-18 10,8
Tgl masuk: Tanda Vital
1/8/2008 Suhu (ºC) 4/8-13/8 berkisar antara 36,1 -37,4 (7/8 malam 38°C)
D. sekunder: Nadi (x/menit) 4/8-13/8 berkisar antara 76-88
- Nafas (x/menit) 4/8-13/8 berkisar antara 18-20
Tgl keluar: Tekanan darah 4/8-13/8 berkisar antara 110/60 – 150/80
13/8/2008
D. keluar: Tanda Vital Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
perbaikan Suhu (ºC) 1/8-6/8 7/8-10/8 11/8. 12/8. 13/8.
Allupent 3x½ (oral) √ √ √
Nafas (x/menit) Ascardia 160mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
Nadi (x/menit) Cedocard 5mg 3x1 (oral) √ √ √ √
Obat dibawa pulang: Serolin 10 mg 3x1 (oral) √ √ √ √
Cefadroxil 2x1 (oral) √ √ √
Hexilon 8mg 3x1 (oral) √
Pamol 3x1 (oral) √
Neurotam 800mg 3x1 (oral) √ √ √
Metil prednisolon 25mg 1x1 (injeksi) √ √
Nicholin 2x1 (injeksi) √ √ √ √
Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ (6/8) √
Ranitidin 2x1 (injeksi) √ √ √ √
Levonox 0,4cc 2x1 (injeksi) √ (1/8-2/8)
Ketorolac 1 amp (injeksi) √ (1/8)
104 
 
Kasus 3

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP

Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal


RM: tiba-tiba lemas,
01920452 sesak nafas,
nyeri dada Tanda Vital
Inisial : Suhu (ºC) 9/8-16/8 berkisar antara 36,1 -37,5 (13/8 39,2°C)
END Nadi (x/menit) 9/8-16/8 berkisar antara 76-88
Nafas (x/menit) 9/8-16/8 berkisar antara 18-24
JK : L Tekanan darah 9/8-16/8 berkisar antara 90/60 – 100/70

Umur: 45 thn Diagnosis Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian


D. utama: 7/8. 8/8-9/8 10/8-11/8 12/8-13/8 14/8-16/8
Trauma capitis, Tanda Vital Nimotop 30mg 3x1 (oral) √
Tgl masuk: Ophthalmic Suhu (ºC) Bellaphen 2x1 (oral) √ √ √ (14/8)
6/8/2008 Neuropati Nafas (x/menit) Methicobal 250mg 2x1 (oral) √ √
Nadi (x/menit) Cravit 125mg 1x1 (oral) √ √ (15/8)
   Medixon 16mg 2x1 (oral) √ √ (15/8)
Tgl keluar: D. sekunder: Obat dibawa pulang: Nonflamin 50mg 2x1 (oral) √ √ √ (14/8)
16/8/2008 Trauma capitis, Pamol prn Neurobion 2x1 (oral) √ √ (15-16/8)
Asma bronchial Methicobal 250mg 2x1 Surbex T 1x1 (oral) √ √ √
Neurobion 2x1 Kedacillin 1gram 3x1 (injeksi) √ √ √
D. keluar: Medixon 16mg 1x1 Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √ √
Perbaikan       Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √ √
      Nicholin 2x1 (injeksi) √ √
      Phenitoin 100mg 2x1 (injeksi) √ √
   Manitol 20% 3x100cc (injeksi) √ √ √ (12/8)
      Somerol 500mg 1x1 (injeksi) √ (11/8)
      Neurotam 3gram 2x1 (injeksi) √ √
105 
 
Kasus 4

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
7/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 14.9
01920471 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 44,8
bicara pelo Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,12
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 254,6
HST Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,4
Eosinofil (%) 0-5 0
JK : L Basofil (%) 0-2 0,4
Limfosit (%) 13-40 11,1
Monosit (%) 2,0-11 3,6
Segmen (%) 47-80 84,9
RDW (%) 11,6-14,8 12,2
MCV (fL) 92-121 87,6
Umur: 68 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 29,1
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,3
CVA MPV (fL) 4,0-11 9,69
non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 21,2
Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 13,8
Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2
Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 29,8
   APTT control (detik) 25-35 33,10
D. sekunder: INR 0,8-1,2 1
Tgl masuk: Hipertensi Obat dibawa pulang: Tanda Vital
7/8/2008 Suhu (ºC) 7/8-15/8 berkisar antara 36,1 - 37,7 (7/8 malam 38,4°C)
Nadi (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 80-88
Nafas (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 18-22
Tgl keluar: Tekanan darah 7/8-15/8 berkisar antara 120/80 – 160/100
15/8/2008
D. keluar:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
Perbaikan       7/8. 8/8-10/8 11/8. 12/8. 13/8-15/8
      Plavix 75mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
   Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
      Serolin 10mg 3x1 (oral) √ √ √ √
   Yekalgin 3x1 (oral) √ √ √
   Neurotam 800mg 3x1 (oral) √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √ √ √
      Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √
106 
 
Kasus 5

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
10/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: kecelakaan, lupa Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 13,8
01920608 ringan, luka di Hematokrit (%) 36-46 41,1
daerah mata Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,89
Inisial : Kanan Trombosit (ribu/mmk) 140-440 295
SAP Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 8,45
Eosinofil (%) 0-5 0,8
JK :P Basofil (%) 0-2 0,2
Limfosit (%) 13-40 34,4
Monosit (%) 2,0-11 4,6
Segmen (%) 47-80 60
RDW (%) 11,6-14,8 13,2
MCV (fL) 92-121 84
Umur: 18 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 28,2
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,6
udem cerebri MPV (fL) 4,0-11 9,9
      PDW (fL) 10,0-18 10,50
Tgl masuk: Tanda Vital Tanda Vital
10/8/2008 D. sekundaer: Suhu (ºC) Suhu (ºC) 10/8-13/8 berkisar antara 36 - 37,5
Trauma capitis Nafas (x/menit) Nadi (x/menit) 10/8-13/8 berkisar antara 80-88
Nadi (x/menit) Nafas (x/menit) -
Tgl keluar:       Tekanan darah 10/8-13/8 berkisar antara 110/70-120/80
13/8/2008
D. keluar: Obat dibawa pulang: Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
Perbaikan Yekalgin 3x1 (oral) 10/8-12/8 13/8
Neurotam 800mg 3x1 (oral) Yekalgin 3x1 (oral) √
Meiact 200mg 1x1 (oral) Neurotam 800mg 3x1 (oral) √
Betaserc 8mg 2x1 (oral) Meiact 200mg 1x1 (oral) √
      Betaserc 8mg 2x1 (oral) √
      Stabactam 2x1 (injeksi) √
   Ranitidin 2x1 (injeksi) √
      Cholinar 250mg 2x1 (injeksi) √
      Remopain 3% 2x1 (injeksi) √
107 
 
Kasus 6

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
12/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: cidera kepala Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 15,3
01920698 ringan, nyeri, Hematokrit (%) 41-53 46,6
pusing Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,75
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 365
HPR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,6
Eosinofil (%) 0-5 1,2
JK : L Tanda Vital Basofil (%) 0-2 0,7
Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 31,1
Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 5,2
Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 61,8
      RDW (%) 11,6-14,8 12,6
Obat dibawa pulang: MCV (fL) 92-121 81,1
Umur: 54 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 26,6
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 32,8
Trauma capitis MPV (fL) 4,0-11 7,47
PDW (fL) 10,0-18 19,2
Tgl masuk: Tanda Vital
12/8/2008 D. sekunder: Suhu (ºC) 12/8-15/8 berkisar antara 36- 37,5 (12/8 malam-13/8 pagi 38)
Multiple V Nadi (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 80-88
Nafas (x/menit) 7/8-15/8 berkisar antara 18-22
Tgl keluar: Tekanan darah 7/8-15/8 berkisar antara 140/100 – 170/100
15/8/2008
D. keluar:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
Perbaikan       12/8-14/8 15/8.
      Noperten 5mg 1x1 (oral) √
      Ceradolan 200g 2x1 (oral) √
      Bellaphen 2x1 (oral) √
      Pronalges 2x1 (oral) √
      Nootropil 1200mg 2x1 (oral) √
      Kedacillin 1gram 3x1 (injeksi) √
      Remopain 3% 3x1 (injeksi) √
      Kalnex 500mg 2x1 (injeksi) √
      Neurotam 3gram 1x1 (injeksi) √
108 
 
Kasus 7

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
18/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14,3
01921015 Hematokrit (%) 36-46 41,2
Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,94
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 240
HSP Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 4,33
Eosinofil (%) 0-5 1,2
JK :P Basofil (%) 0-2 0
Limfosit (%) 13-40 32,1
Monosit (%) 2,0-11 5,5
Segmen (%) 47-80 60,7
RDW (%) 11,6-14,8 13,3
MCV (fL) 92-121 83,40
Umur: 60 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 28,90
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,70
CVA non hemo- MPV (fL) 4,0-11 9,90
ragi, DM PDW (fL) 10,0-18 10,90
      Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 417
Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital Tanda Vital
18/8/2008 CVA non hemo- Suhu (ºC) Suhu (ºC) 20/8-25/8 berkisar antara 36 - 37,1
Ragi Nafas (x/menit) Nadi (x/menit) 20/8-25/8 berkisar antara 80-84
Nadi (x/menit) Nafas (x/menit) 20/8-25/8 berkisar antara 20
Tgl keluar:    Tekanan darah 20/8-25/8 berkisar antara 140/70–170/100
25/8/2008
D. keluar: Obat dibawa pulang: Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
Perbaikan 18/8 19/8-20/8 21/8-22/8 23/8-25/8
Glucophag 2x1 (oral) √ √ √
Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √
Nimotop 30mg 3x1 (oral) √ √
   Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √(19/8)
      Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √
      Actrapid 8ui (injeksi) √
   Nimotop 2,5cc/jam (inj) √
109 
 
Kasus 8

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
2/8. 2/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14 MCV (fL) 92-121 86,6
01920275 kanan lemas, Hematokrit (%) 36-46 45,7 MCH (Pg) 31-37 26,5
bicara pelo Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 5,28 MCHC (g/dL) 29-36 30,6
Inisial : Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 320 MPV (fL) 4,0-11 9
BNI Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,87 PDW (fL) 10,0-18 9
Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 3,3 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12
JK :P Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,5 PT control (detik) 12,0-18,0 16,2
D. utama: Limfosit (%) 13-40 25,2 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 22,2
Umur: 60 thn CVA       Monosit (%) 2,0-11 5,6 APTT control (detik) 25-35 33,3
non hemeoragi Segmen (%) 47-80 65,4 INR 0,8-1,2 0,9
RDW (%) 11,6-14,8 14,2 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 411
      Tanda Vital
      Suhu (ºC) 6/8-15/8 berkisar antara 36,1 - 37,2
      Nadi (x/menit) 6/8-15/8 berkisar antara 80-88
   Nafas (x/menit) 6/8-15/8 berkisar antara 18-22
D. sekunder:       Tekanan darah 6/8-15/8 berkisar antara 130/80 – 190/100
Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
1/8/2008 2/8-3/8 4/8-6/8 7/8-9/8 10/8-11/8 12/8-15/8
   Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
   Clopidogrel 75mg 1x1 (oral) √ (3/8) √ √ √ √
Tgl keluar: Mucopect syrp 3x1 cth (oral) √ √ (13/8)
15/8/2008 Diovan 40mg 1x1 (oral) √ √ √ √
D. keluar:       Tensivask 5mg 1x1 (oral) √ √ √
Perbaikan       Pletaal 50mg 2x1 (oral) √ √ √
   Neurotam 800mg 2x1 (oral) √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √
      Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ (3/8) √ √ (7/8)
      Kenalox 2x1 (injeksi) √ (14/8)
   Nicholin 1x1 (injeksi) √
      Brainact 125mg 2x1 (injeksi) √ (9/8) √ √
      Remopain 3% 1x1 (inj-extra) √ (5/8)
      Manitol 125ml 4x1 (injeksi) √
   Nootropil 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √ √ (12/8)
110 
 
Kasus 9

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
6/8 (15.52) 6/8 (21.11) 7/8 (08.59) 7/8 (11.02) 8/8 (09.00)
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: Kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 12,9 12,5 9,0 11,6 15,4
01920446 Operasi Hematokrit (%) 36-46 36,1 38,6 31,0 31,0 42,0
Tanda Vital Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,17

Inisial : Diagnosis Suhu (ºC) Trombosit (ribu/mmk) 140-440 265

SPW D. sementara: Nafas (x/menit) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 19,0

fraktur coste 3-5 Nadi (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,1

JK :P D       Basofil (%) 0-2 0,2


Limfosit (%) 13-40 4,9

D. utama: Obat dibawa pulang: Monosit (%) 2,0-11 6,8

epidural Segmen (%) 47-80 88,1

Hemiperfusi RDW (%) 11,6-14,8 11,40


MCV (fL) 92-121 86,6
Umur: 56thn D. sekunder: MCH (Pg) 31-37 30,9
fraktur tempo MCHC (g/dL) 29-36 35,7
Tgl masuk: frontal kiri MPV (fL) 4,0-11 7,21

6/8/2008       PDW (fL) 10,0-18 18,4

D. keluar:       Tanda Vital


Perbaikan       Suhu (ºC) 14/8-19/8 berkisar antara 36 - 37 (14/8 malam 37,8)
Tgl keluar:       Nadi (x/menit) 14/8-19/88 berkisar antara 80-88
19/8/2008       Nafas (x/menit) 14/8-19/8 berkisar antara 18-22
         Tekanan darah 14/8-19/8 berkisar antara 110/70 – 130/90
111 
 
Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
7/8-8/8 9/8. 10/8. 11/8-12/8 13/8-19/8
Polycrol 3x1 (oral) √ √ √
Phenitoin 1x1 (oral) √ √
Profenid E-100 200mg 2x1 (oral) √ √ √
Surbex T 1x1 (oral) √ √
Promag 1x1 (oral) √ √ (3x1)
Nootropil 1200mg 2x1 (oral) √
Excelase 3x1 (oral) √
Pronalges 2x1 (oral) √
Kalnex 500mg 2x1 (oral) √
Kloramfenikol 3x2 (oral) √
Ultracet 3x1 (oral) √ (19/8)

IMC
Ikaphen 2x1 (oral) √
Mucosta 3x1 (oral) √ (19/8)
Noros 1x1 (oral) √ (19/8)
Ceftriaxone 1gram 2x1 (injeksi) √ √
Kalnex 500mg 2x1 (injeksi) √ √ √
Piracetam 3gram 2x1 (injeksi) √ √ √
Phenitoin 100mg 2x1 (injeksi) √ √
Rantin 2x1 (injeksi) √ √
Ketorolac 3% 3x1 (injeksi) √ √
Vit K 1x1 (injeksi) √
Lasix 1x1 (injeksi) √
Chloramex 1gram 1x1 (injeksi) √ (8/8)
112 
 
Kasus 10

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
7/8. 7/8.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,5 MCV (fL) 92-121 66,5
01920482 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 45,8 MCH (Pg) 31-37 19,6
sulit menelan Tanda Vital Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 6,89 MCHC (g/dL) 29-36 29,5
Inisial : dan bicara Suhu (ºC) Trombosit (ribu/mmk) 140-440 395 MPV (fL) 4,0-11 9,9
YHM Nafas (x/menit) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 12,5 PDW (fL) 10,0-18 10,6
Diagnosis Nadi (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,3 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,8
JK : L D. utama:       Basofil (%) 0-2 0,2 PT control (detik) 12,0-18,0 16,2
CVA Limfosit (%) 13-40 12,6 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 23,7
Umur: 53 thn non hemeoragi Obat dibawa pulang: Monosit (%) 2,0-11 4,9 APTT control (detik) 25-35 33,10
Segmen (%) 47-80 82 INR 0,8-1,2 1,10
RDW (%) 11,6-14,8 20,80
Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital
7/8/2008 - Suhu (ºC) 7/8-19/8 berkisar antara 36 - 37 (8/8 malam 37,8-38)
   Nadi (x/menit) 7/8-19/8 berkisar antara 76-88
   Nafas (x/menit) 7/8-19/8 berkisar antara 18-22
Tgl keluar: D. keluar:    Tekanan darah 7/8-19/8 berkisar antara 110/80 – 160/100
19/8/2008 perbaikan       Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
      7/8. 8/8-10/8 11/8. 12/8-15/8 16/8. 17/8-18/8
   Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √ √
      Triatec 2,5mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
         Ubi-Q 30mg 1x1 (oral) √ √ √ √ √
         Paracetamol 500mg 3x1 , b/p (oral) √
   Pletaal 50mg 2x1 (oral) √ √ √
      Levofloxacin 500mg 2x1 (oral) √ √ √
      Serolin 10mg 3x1 (oral) √
   Neurotam 800mg 3x1 (oral) √
         Ceftriaxone 100mg 2x1 (injeksi) √ √ √(12/8)   
         Nicholin 250mg 2x1 (injeksi) √ √ √ √   
      Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ √
   Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √ √ √ (12/8)
      Brainact 250mg 1x1 (injeksi) √ (+19/8)
113 
 
Kasus 11

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Data Diri Pemeriksaan


Nama Obat Dosis&CP Tanggal Pemeriksaan
25/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: 2 hari yang lalu Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 14,3
01919151 pelo, kaki kanan Hematokrit (%) 36-46 38,4
terasa ringan Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 5,18
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 293,0
SHT Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 17,05
Eosinofil (%) 0-5 0,1
JK :P Basofil (%) 0-2 0,1
Diagnosis Limfosit (%) 13-40 8,0
D. utama: Monosit (%) 2,0-11 6,7
CVA Segmen (%) 47-80 85,1
non hemeoragi RDW (%) 11,6-14,8 13,80
MCV (fL) 92-121 74,10
Umur: 65 thn MCH (Pg) 31-37 27,60
MCHC (g/dL) 29-36 37,20
MPV (fL) 4,0-11 8,40
D. sekunder: Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 7,70
Hipertensi, Suhu (ºC) Tanda Vital
disarthria Nafas (x/menit) Suhu (ºC) 25/8-1/9 berkisar antara 36 – 37
   Nadi (x/menit) Nadi (x/menit) 25/8-1/9 berkisar antara 80-88
         Nafas (x/menit) 25/8-1/9 berkisar antara 18-20
Tekanan darah 25/8-1/9 berkisar antara 140/70 – 160/100
Tgl masuk: Obat dibawa pulang: (26/8 160/140)
9/8/2008 D. keluar: Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
perbaikan 25/8-26/8 27/8-29/8 30/8 31/8-2/9
   Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √
Tgl keluar:    Tarontal 400mg 1x1 (oral) √
1/9/2008    Neurotam 800mg 3x1 (oral) √
         HCT 25mg 1x1 (oral) √ √ √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √
      Neurotam 12gram 1x1 (injeksi) √ (26/8) √
114 
 
Kasus 12

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal

Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan


Nama Obat Dosis&CP 14/8 15/8 19/8 19/8
(03.40) (09.03)
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal            
RM: kecelakaan, tidak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 8,18 12,1 17,2 18,9
01920569 sadar, muntah Hematokrit (%) 36-46 27,4 36,0 48,0 54,0
pCO2 35-45 41,7 38,5 37,4
Inisial : pO2 83-108 42,4 51,9 61,1
WMT Diagnosis O2 saturasi 95-98 99,9 87,3 93,3
D. utama: Tanda Vital
JK :P - Tanda Vital Suhu (ºC)
Suhu (ºC) Nadi (x/menit) 20/8-1/9 berkisar antara 80-90
Umur: 75 thn Nafas (x/menit) Nafas (x/menit) 20/8-1/9 berkisar antara 18-22
D. sekunder: Nadi (x/menit) Tekanan darah 20/8-1/9 berkisar antara 110/70-160/80
-      
Tgl masuk:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
18/8/2008 D. keluar: 20/8-21/8 22/8-24/8 25/8-26/8 27/8-31/8
perbaikan Obat dibawa pulang: Methycobal 500 mg 3x1 (oral) √ √ √
   Nimotop 30mg 3x1 (oral) √ √ √
Tgl keluar:       Zaldiar 3x1 (oral) √ √ √
27/8/2008    Brainact 500mg 2x1 (oral) √ √ (22/8)
      Ikaphen 100mg 2x1 (oral) √ √ √ √ (27-29/8)
      Noros 1x1 (oral) √ √ √ √ (27/8-1/9)
      Cefspan 100mg 2x1 (oral) √
      Paracetamol 500mg 2x1,b/p (oral) √ (21/8) √(23-24/8)
      Cefadroxil 500mg 2x1 (oral) √ √(27/8-1/9)
            Diabex 500mg 1x½ (oral)       √
   Gliserol 4x20cc (inj) √ √ (23/8)      
      Piracetam 3gram 2x1 (injeksi)            
115 
 
Kasus 13

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
17/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 16
01920977 kiri lemas Hematokrit (%) 41-53 46,7
Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,22
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 240,0
SKM Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 8,27
Eosinofil (%) 0-5 2,4
JK : L Basofil (%) 0-2 0,5
Limfosit (%) 13-40 44,7
Monosit (%) 2,0-11 4,7
Segmen (%) 47-80 47,7
RDW (%) 11,6-14,8 15,10
MCV (fL) 92-121 89,50
Umur: 55thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 30,70
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,30
CVA MPV (fL) 4,0-11 9,70
non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 9,30
Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,0
Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2
Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,70
   APTT control (detik) 25-35 33,10
   INR 0,8-1,2 1,00
D. sekunder: Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 441
Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Tanda Vital
17/8/2008 Suhu (ºC) 18/8-21/8 berkisar antara 36 – 37
Nadi (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 60-84
Nafas (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 18-20
Tgl keluar: Tekanan darah 18/8-21/8 berkisar antara 110/60–140/90
21/8/2008
D. keluar:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
perbaikan       17/8 18/8-19/8 20/8-21/8
      Allupent 20mg 2x½ (oral) √ √ (19/8)
      Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √
   Piracetam 800mg 3x1 (oral) √ (21/8)
   Tarontal 400mg 2x1 (oral) √ (21/8)
   Dalfarol 2x1 (oral) √ √
   Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ (18/8)
      Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √ (20/8)
116 
 
Kasus 14

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
13/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: jatuh dari tempat Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,4
01920739 tidur, leher sakit, Hematokrit (%) 41-53 39,2
ibu jari kaki kiri Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,39
Inisial : luka Trombosit (ribu/mmk) 140-440 157,0
TKD Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,36
Eosinofil (%) 0-5 3,8
JK : L Tanda Vital Basofil (%) 0-2 0,8
Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 27,9
Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 4,5
Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 63,0
      RDW (%) 11,6-14,8 13,70
Obat dibawa pulang: MCV (fL) 92-121 89,30
Umur: 80 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 30,50
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,20
Fraktur V cervical MPV (fL) 4,0-11 10,30
3,4,5       PDW (fL) 10,0-18 10,80
Tgl masuk:       Tanda Vital
13/8/2008       Suhu (ºC) 16/8-19/8 berkisar antara 36,2 – 37
D. sekunder: Nadi (x/menit) 16/8-19/8 berkisar antara 72-84
- Nafas (x/menit) 16/8-19/8 berkisar antara 18-20
Tgl keluar: Tekanan darah 16/8-19/8 berkisar antara 120/70 – 130/90
19/8/2008
D. keluar:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
perbaikan    15/8 16/8 17/8-19/8
      Cefspan 100mg 2x1 (oral) √ √ (17/8-18/8)
      Zaldiar 3x1 (oral) √ √
   Nootropil 800mg 2x1 (oral) √ √
      Neurosanbe 2x1 (oral) √ √
      Q-ten 100mg 1x1 (oral) √ √
      Somerol 250mg 2x1 (injeksi) √ √ (1x1)
   Kedacillin 2x1 (injeksi) √ √ √ (17/8)
      Remopain 3% 2x1 (injeksi) √ √
      Nootropil 3gram 2x1 (injeksi) √ √
117 
 
Kasus 15

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
18/8 19/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 12,0-18,0 13,8
01921008 kiri lemas Hematokrit (%) 36-46 41,7
Eritrosit (juta/mmk) 4,1-5,3 4,28
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 200,0
PNR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,08
Eosinofil (%) 0-5 0,7
JK :P Basofil (%) 0-2 0,7
Limfosit (%) 13-40 15,5
Monosit (%) 2,0-11 5,8
Segmen (%) 47-80 77,3
RDW (%) 11,6-14,8 14,6
MCV (fL) 92-121 97,5
Umur: 50 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 32,4
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 33,20
CVA MPV (fL) 4,0-11 9,19
non hemeoragi Tanda Vital PDW (fL) 10,0-18 21,50
Suhu (ºC) Ms protombin (detik) 12,0-18,0 16,2
Nafas (x/menit) PT control (detik) 12,0-18,0 16,2
Nadi (x/menit) Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,8
   APTT control (detik) 25-35 33,10
      INR 0,8-1,2 1,30 1,30
D. sekunder: Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 371
Tgl masuk: - Obat dibawa pulang: Tanda Vital
18/8/2008 Farmasal 100mg 1x1 (oral) Suhu (ºC) 20/8-27/8 berkisar antara 36,2 – 37
Digoxin 0,5mg 1x1 (oral) Nadi (x/menit) 20/8-27/8 berkisar antara 76-88
Furosemid 1x½ (oral) Nafas (x/menit) 20/8-27/8 berkisar antara 18-22
Tgl keluar: Aspar K 1x1 (oral) Tekanan darah 20/8-27/8 berkisar antara 130/80 – 160/100
27/8/2008 (21/8 pagi 180/90)
D. keluar: 5/9 Furosemid diminum 2x½ Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
perbaikan tanpa ada konfirmasi dengan 18/8-19/8 20/8-21/8 22/8-23/8 24/8-27/8
Dokter Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √ √
   Digoxin 0,5mg 1x1 (oral) √ √ √ √
      Furosemid 1x½ (oral) √ √
      Aspar K 1x1 (oral) √ √
   Fraxiparine 0,4cc 2x1 (injeksi) √ √
      Fluxum 0,4cc 2x1 (injeksi)    √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √
118 
 
Kasus 16

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
19/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 13,80
01921036 muntah, pusing Hematokrit (%) 41-53 40,2
Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,66
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 245
TNY Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 19,10
Tanda Vital Eosinofil (%) 0-5 0,1
JK : L Suhu (ºC) Basofil (%) 0-2 0,3
Nafas (x/menit) Limfosit (%) 13-40 6,1
Nadi (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 4,5
      Segmen (%) 47-80 89,0
Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,30
MCV (fL) 92-121 86,30
Umur: 21 thn Diagnosis MCH (Pg) 31-37 29,60
D. utama: MCHC (g/dL) 29-36 34,30
Trauma capitis MPV (fL) 4,0-11 9,90
      PDW (fL) 10,0-18 10,80
      Tanda Vital
   Suhu (ºC) 19/8-26/8 berkisar antara 36 – 37
      Nadi (x/menit) 19/8-26/8 berkisar antara 80-88
      Nafas (x/menit) 19/8-26/8 berkisar antara 20
D. sekunder:    Tekanan darah 19/8-26/8 berkisar antara 120/90
Tgl masuk: -       20/8 pagi 180/100, siang 190/120, 23/8 malam 80/60
19/8/2008       Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
   19/8-20/8 21/8-22/8 23/8-24/8 25/8-26/8
   Polycrol 400mg 3x2 (oral) √ (20/8) √
Tgl keluar: Neurotam 800mg 2x1 (oral) √ (20/8) √ √ √
26/8/2008 Nonflamin 50 mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ √
D. keluar:       Rhinofed 2x1 (oral) √ (20/8) √ √ √
Perbaikan    Kalnex 500mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ (23/8) √
      Clavamox 500mg 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ (23/8) √
      Yekalgin 3x1 (oral) √ (20/8) √ √ √
   Methyl prednisolon 2x1 (oral) √ (26/8)
      Piracetam 3gram 2x1 (injeksi) √
      Kalnex 500mg 3x1 (injeksi) √
   Ketorolac 2x1 (injeksi) √
            Ranitidine 50mg 2x1 (injeksi) √
119 
 
Kasus 17

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
21/8 21/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal
RM: ± 1 tahun kaki Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 17,0 MCV (fL) 92-121 83,30
00964050 kiri lemas, tangan Hematokrit (%) 41-53 49,0 MCH (Pg) 31-37 28,90
kanan dan kiri Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,88 MCHC (g/dL) 29-36 34,70
Inisial : juga lemas Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 217,0 MPV (fL) 4,0-11 11,30
SGY Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 11,66 PDW (fL) 10,0-18 13,30
Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 2,8 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12,9
JK : L Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,3 PT control (detik) 12,0-18,0 14,7
D. utama:    Limfosit (%) 13-40 22,0 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 32,60
Umur: 43 thn Schwaoma    Monosit (%) 2,0-11 3,7 APTT control (detik) 25-35 27,10
Segmen (%) 47-80 71,2 INR 0,8-1,2 0,90
Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,80 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 347
Tgl masuk: D. sekunder: Tanda Vital
21/8/2008 - Suhu (ºC) 21/8-1/9 berkisar antara 36 - 37,1 (28/8 malam 38,5)
   Nadi (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 80-88 (28/8 malam 96 )
   Nafas (x/menit) 18/8-21/8 berkisar antara 18-20
            Tekanan darah 18/8-21/8 berkisar antara 110/70-140/90 (28/8 malam 160/100)
Tgl keluar: D. keluar:    Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
1/9/2008 Perbaikan       21/8-22/8 23/8-24/8 25/8 26/8-27/8 28/8-30/8
      Farmasal 100mg 1x1 (oral) √   
      Methycobal 250 mg 3x1 (oral) √ (22/8) √ (23/8 puasa) √
         Vit. B1 3x1 (oral) √ √ √
         Ciprofloxacin 500mg 3x1 (oral) √ (29-30/8)
         Ondansetron 8mg 2x1 (oral) √ √
            Ketorolac 3% 2x1 (injeksi) √ √
            Methy prednisolon 125mg 1x1 (injeksi) √ √
   Ranitidin 50 mg 2x1 (injeksi) √ √ √ (smp 29/8)
   Vit. C 200 mg 2x2 (injeksi) √ √ (smp 29/8)
         Ceftriaxone 1gram 2x1 (injeksi) √ √ √ (smp 29/8)
      Medixon 2x1 (injeksi) √ √ √
      Rantin 50 mg 2x1 (injeksi) √ √ √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ (21/8)
      Narfoz 8mg 1x1 (injeksi)             √ (29/8)
120 
 

Kasus 18

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
12/8. 12/8
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 14,0 MCV (fL) 92-121 90,80
01921959 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 41,8 MCH (Pg) 31-37 30,50
Pusing Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,61 MCHC (g/dL) 29-36 33,60
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 329,0 MPV (fL) 4,0-11 8,20
ASM Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,97 PDW (fL) 10,0-18 20,70
Eosinofil (%) 0-5 1,0 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 12,3
JK : L Diagnosis Tanda Vital Basofil (%) 0-2 1,1 PT control (detik) 12,0-18,0 14,7
D. utama: Suhu (ºC) Limfosit (%) 13-40 23,5 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 25,50
Umur: 68 thn CVA Nafas (x/menit) Monosit (%) 2,0-11 3,0 APTT control (detik) 25-35 27,10
non hemeoragi Nadi (x/menit) Segmen (%) 47-80 71,4 INR 0,8-1,2 0,90
   RDW (%) 11,6-14,8 12,0
Tanda Vital
Obat dibawa pulang: Suhu (ºC) 25/8-29/8 berkisar antara 36 – 37
Nadi (x/menit) 25/8-29/8 berkisar antara 80-88
D. sekunder: Nafas (x/menit) 25/8-29/8 berkisar antara 18-20
- Tekanan darah 25/8-29/8 berkisar antara 120/70 – 150/90
      (25/8-26/8 sekitar 160/90-170/90)
Tgl masuk:          Nama Obat Pemberian&CP Tanggal Pemberian
24/8/2008          24/8 25/8-28/8 29/8
   Plavix 75mg 1x1 (oral) √ √ √
   Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √
Tgl keluar: D. keluar:       Serolin 10mg 3x1 (oral) √ √
29/8/2008 Perbaikan       Methycobal 250mg 3x1 (oral) √ √
         Yekaneuron 2x1 (oral) √
            Piracetam 800mg 2x1 (oral) √
      Tarontal 100mg 2x1 (oral) √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √
      Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √ √
121 
 
Kasus 19

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
8/9.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal
RM: kecelakaan, Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 15,0
01921959 Pingsan Hematokrit (%) 41-53 42,6
Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 4,20
Inisial : Trombosit (ribu/mmk) 140-440 189,0
ASR Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 18,01
Eosinofil (%) 0-5 0,3
JK : L Basofil (%) 0-2 0,2
Tanda Vital Limfosit (%) 13-40 10,0
Suhu (ºC) Monosit (%) 2,0-11 4,9
Nafas (x/menit) Segmen (%) 47-80 84,6
Nadi (x/menit) RDW (%) 11,6-14,8 13,50
      MCV (fL) 92-121 88,80
Umur: 27 thn Diagnosis Obat dibawa pulang: MCH (Pg) 31-37 31,30
D. utama: Mulax MCHC (g/dL) 29-36 35,20
Trauma capitis 2x1 tiap 12 jam MPV (fL) 4,0-11 9,90
Clavamox 500mg
smp habis (oral) PDW (fL) 10,0-18 11,10
Tgl masuk:    Gingkan 2x1 (oral) Tanda Vital
8/9/2008 D. sekunder: Neurotam 400mg 2x1 (oral) Suhu (ºC) 11/9-12/9 berkisar antara 36,5 – 37
- Esilgan 1mg 1x1 malam (oral) Nadi (x/menit) 11/9-12/9 berkisar antara 80-88
   Pronalges 50mg 2x1 (oral) Nafas (x/menit) 11/9-12/9 berkisar antara 20
Tgl keluar: Meloxicam 15mg 1x1 (oral) Tekanan darah -
12/9/2008
D. keluar:       Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
Perbaikan       10/9. 11/9.
      Mulax 1x1 (oral) √
   Neurotam 800mg 2x1 (oral) √
      Clavamox 500mg 2x1 (oral) √
      Pronalges 2x1 (oral) √
   Kedacillin 1gram 2x1 (injeksi) √ √
   Ketorolac 30mg 2x1 (injeksi) √ √
      Piracetam 1gram 1x1 (injeksi) √ √
      Rantin 50mg 2x1 (injeksi) √ √
122 
 
Kasus 20

Riwayat Terapi Perawatan di Bangsal


Data Diri Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
Nama Obat Dosis&CP
11/9. 11/9.
Nomor Anamnese Hasil Laboratorium Normal Hasil Laboratorium Normal
RM: anggota gerak Hemoglobin (gram %) 13,5-17,5 17,50 MCV (fL) 92-121 90,30
01922087 kanan lemas, Hematokrit (%) 41-53 50,2 MCH (Pg) 31-37 31,50
mendadak sulit Eritrosit (juta/mmk) 4,5-5,9 5,56 MCHC (g/dL) 29-36 34,90
Inisial : Bicara Tanda Vital Trombosit (ribu/mmk) 140-440 291,0 MPV (fL) 4,0-11 10,00
RDH Suhu (ºC) Leukosit (ribu/mmk) 4,10-10,9 7,75 PDW (fL) 10,0-18 10,70
Nafas (x/menit) Eosinofil (%) 0-5 0,4 Ms protombin (detik) 12,0-18,0 14,9
JK : L Diagnosis Nadi (x/menit) Basofil (%) 0-2 0,6 PT control (detik) 12,0-18,0 17,8
D. utama:       Limfosit (%) 13-40 13,2 Ms tromboplastin (dtk) 22,6-35 26,70
CVA    Monosit (%) 2,0-11 3,7 APTT control (detik) 25-35 29,10
non hemeoragi Segmen (%) 47-80 82,1 INR 0,8-1,2 1,10
Obat dibawa pulang: RDW (%) 11,6-14,8 13,60 Kdr fibrinogen (mg/dL) 200-400 430
Farmasal 100mg 1x1 (oral) Tanda Vital
Umur: 52 thn D. sekunder: Yekaneuron 3x1 (oral) Suhu (ºC) 11/9-20/9 berkisar antara 36 - 37,5
- Neurotam 800mg 3x1 (oral) Nadi (x/menit) 11/9-20/9 berkisar antara 80-88
   Tarontal 400mg 2x1 (oral) Nafas (x/menit) 11/9-20/9 berkisar antara 18-20
Tgl masuk:    Tekanan darah 11/9-20/9 berkisar antara 120/80-140/80
11/9/2008 D. keluar:       (12/9 pagi 160/100; 15/9, 150/90)
Perbaikan    Tanggal Pemberian
Nama Obat Pemberian&CP
      11/9-14/9 15/9 16/9-20/9
Tgl keluar:    Farmasal 100mg 1x1 (oral) √ √ √
20/9/2008       Yekaneuron 3x1 (oral) √ √ √
         Neurotam 800mg 3x1 (oral) √
         Tarontal 400mg 2x1 (oral) √
         Primperan 10mg 1 amp, b/p (inj) √
            Omeprazole 40mg 1x1 (injeksi) √
            Piracetam 12gram 1x1 (injeksi) √ √
      Tarontal 100mg 2amp/flabot (inj) √ √
         Ulsikur 200mg 2x1 (injeksi) √
Lampiran 9

Informed consent

123
 
124 
 

 
125
 
Lampiran 10
Surat Ijin Penelitian
BIOGRAFI PENULIS

Francisca Tri Wituningtyas merupakan anak ketiga


dari pasangan Fransiscus Xaverius Soewito dan Caecilia Sri
Hari Pujiastuti, lahir di Surakarta pada tanggal 26 Maret
1987. Mengenyam pendidikan awal di Taman Kanak-kanak
Marsudirini Surakarta pada tahun 1991-1993. Setelah itu
melanjutkan di Sekolah Dasar “Santo Yusuf” Marsudirini
Surakarta pada tahun 1993-1999. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama ditempuh di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4
Surakarta pada tahun 1999-2002. Setelah itu melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta. Selanjutnya menempuh studi
pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta
pada tahun 2005 dan menyelesaikan studi pada tahun 2009.
Selama aktif sebagai mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa
organisasi dan kepanitiaan, diantaranya sebagai Manager Divisi Kesejahteraan
Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Farmasi periode 2007,
Anggota Hubungan Masyarakat (Humas) Eksternal Jaringan Mahasiswa
Kesehatan Indonesia (JMKI) Komisariat Universitas Sanata Dharma periode
2007, Inisiasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (TITRASI) 2006 (Sie
Kesekretariatan), Inisiasi Sanata Dharma (INSADHA) 2007 (Sie Pendamping
Kelompok), Aksi Donor Darah 2006 (Sie Humas), Seminar HIV/AIDS 2007 (Sie
Humas), dan lainnya.

126
 

Anda mungkin juga menyukai