NIM : F201901013 KELAS : C1 FARMASI DEFINISI STEROKIMIA
Stereokimia merupakan salah satu faktor penting dalam aktifitas
biologis obat, Untuk berinteraksi dengan reseptor, molekul obat harus mencapai sisi reseptor dan sesuai dengan faktor sterik yang permukaan reseptor. ditentukan oleh stereokimia molekul obat dan permukaan sisi reseptor, memegang peran penting dalam menetukan efisiensi interaksi obat-reseptor. oleh karena itu agar berinteraksi dengan resptor dan menimbulkan respon biologis, molekul obat harus mempunyai struktur dengan derajat kespesifikan tinggi. Lanjutan
Pada interaksi obat-reseptor ada dua nilai yang sangat
penting yang distribusi muatan elektronik dalam obat dan reseptor, serta bentuk konformasi obat dan reseptor. oleh karena itu aktivitas obat tergantung pada tiga faktor struktur yang penting, yaitu:
a. streokimia molekul obat
b. jarak antara atom atau gugus c. distribusi elektronik dan konfigurasi molekul MODIFIKASI ISOTERISME Istilah isosterisme digunakan secara luas untuk Untuk memperoleh obat dengan aktivitas yang menggambarkan seleksi dari bagian struktur lebih tinggi, dengan efek samping atau yang karena kerekteristik sterik, elektronik dan toksisitas yang lebih rendah dan bekerja lebih sifat kelarutannya, memungkinkan untuk saling selektif, perlu dilakukan modifikasi struktur dipergantikan pada modifikasi struktur molekul molekul obat. obat.
Contoh pas angan isosterik yang mempunyai
sifat sterik dan Arti isosteris secara umum adalah kelompok konfigurasi elektronik sama adalah: atom-atom dalam molekul, yang mempunyai a. ion karboksilat (-cOO-)dan ion sulfonamido (- sifat kimia atau fisika mirip, karena mempunyai S02NR) persamaan ukuran, keelektronegatifan atau b. gugus keton (-CO-) dan gugus sulfon (-S02-) stereokimia. c. gugus klorida (-CI)dan gugus trifluorometil (- CF3) Lanjutan Secara umum prinsip isosterisme ini digunakan untuk mengubah struktur senyawa sehingga didapatkan senyawa dengan aktivitas biologis yang dikehendaki. mengembangkan analog dengan efek biologis yang lebih selektif. mengubah struktur senyawa sehingga bersifat antagonis terhadap normal metabolit (antimetabolit). Friedman (1951) memperkenalkan istilah bioisosterisme, yang kemudian berkembang menjadi salah satu konsep dasar sebagai hipotesis. Idealnya, bioisosterisme melibatkan pergantikan gugus fungsi dalam struktur molekul yang spesifik aktif dengan gugus lain dan pergantian tersebut akan menghasilkan senyawa baru dengan aktivitas biologis yang lebih baik.
Burger (1970) mengklasifikasikan bioisosterisme sebagai berikut:
1. Bioisosterisme klasik 2. Bioisosterisme non klasik
Hansch mengklasifikasikan bioisosterisme berdasarkan persamaan kualitatif (aktivitas
biologis) dan kuantitatif melalui parameter sifat kimia fisika seperti 7, O, dan Es sebagai berikut: 1. isometrik bioisosterisme (bioisosterisme sebenarnya). 2. nonisometrik bioisost erik (bioisosterik parsial). Lanjutan Pada modifikasi isosterisme tidak ada hukum yang secara umum dapat memperkirakan apakah akan terjadi peningkatan atau penurunan aktifitas biologis.Meskipun demikian isosterisme masih layak dipertimbangkan sebagai dasar rancangan obat dan modifikasi molekul dalam rangka menemukan obat baru. contoh modifikasi isosterisme :
1. Pergantian gugus sulfida(-S-) pada sistem cincin fenotiazin dan
cincin tioxanten, dengan gugus etilen (-CH2CH2-), menghasilkan sistem cincin dihidrodibenzazepin dan dibenzosiklo-heptadien berkhasiat berlawanan. 2. Turunan dialkiletilamin R-X-CH2-CH2-N-(R2)2 X=0, NH, CH2, S : senyawa antihistamin X= CO0, cONH, COS : senyawa pemblok adrenergik ISOMER DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT
Sebagian besar obat yang termasuk golongan farmakologis sama, pada
umumnya mempunyai gambaran struktur tertentu. Gambaran struktur ini disebabkan oleh orientasi gugus-gugus fungsional dalam ruang dan pola yang sama. Dari gambaran sterik dikenal beberapa macam struktur isometri, antara lain adalah isomer geometri, isomer konformasi, diastereoisomer, dan isomer optik. Bentuk-bentuk isomer tersebut dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat. Lanjutan 1. Isomer Geometrik dan Aktivitas Biologis
Isomer geometri atau isomer cis-trans adalah isomer yang
disebabkan adanya atom-atom atau gugus-gugus yang terikat secara langsung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu sistem alisiklik tersebut membatasi gerakan atom dalam mencapai kedudukan yang stabil sehingga terbentuk isomer cis-trans. Lanjutan 2. Isomer Konformasi dan Aktivitas Biologis
Isomer konformasi adalah isomer yang terjadi karena ada perbedaan
pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus- gugus dalam struktur molekul obat. Isomer konformasi lebih stabil pada struktur senyawa non aromatik.
3. Diastereoisomer dan Aktifitas Biologis
Diastereoisomer adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai
dua atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus-gugus substitusi terletak pada ruang yang relatif berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai sifat fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula.mPerbedaan sifat-sifat di atas berpengaruh terhadap distribusi, metabolisme, dan interaksi isomer dengan reseptor. Lanjutan
4. Isomer Optik dan Aktivitas Biologis
Isomer optik (Enantiomorph, Optical antipode) adalah isomer yang
disebabkan oleh senyawa yang mempunyai atom C asimetrik. Isomer optik mempunyai sifat kimia fisika sama dan hanya berbeda pada kemampuan dalam memutar bidang cahaya terpolaritas atau berbeda rotasi optiknya. Masing-masing isomer hanya dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kiri atau ke kanan saja dengan sudut pemutaran sama. Isomer optik kadang-kadang mempunyai aktivitas biologis yang berbeda karena ada perbedaan dalam interaksi isomer-isomer dengan reseptor biologis. JARAK ANTARA ATOM DAN AKTIVITAS BIOLOGIS TERIMA KASIH