Anda di halaman 1dari 12

" HUBUNGAN STRUKTUR STREOKIMIA

DAN AKTIVITASNYA ,,

NAMA : MUHAMMAD AFDAL NUR


NIM : F201901013
KELAS : C1 FARMASI
DEFINISI STEROKIMIA

Stereokimia merupakan salah satu faktor penting dalam aktifitas


biologis obat, Untuk berinteraksi dengan reseptor, molekul obat
harus mencapai sisi reseptor dan sesuai dengan faktor sterik yang
permukaan reseptor. ditentukan oleh stereokimia molekul obat dan
permukaan sisi reseptor, memegang peran penting dalam
menetukan efisiensi interaksi obat-reseptor. oleh karena itu agar
berinteraksi dengan resptor dan menimbulkan respon biologis,
molekul obat harus mempunyai struktur dengan derajat
kespesifikan tinggi.
Lanjutan

Pada interaksi obat-reseptor ada dua nilai yang sangat


penting yang distribusi muatan elektronik dalam obat dan
reseptor, serta bentuk konformasi obat dan reseptor. oleh
karena itu aktivitas obat tergantung pada tiga faktor
struktur yang penting, yaitu:

a. streokimia molekul obat


b. jarak antara atom atau gugus
c. distribusi elektronik dan konfigurasi molekul
MODIFIKASI ISOTERISME
Istilah isosterisme digunakan secara luas untuk
Untuk memperoleh obat dengan aktivitas yang menggambarkan seleksi dari bagian struktur
lebih tinggi, dengan efek samping atau yang karena kerekteristik sterik, elektronik dan
toksisitas yang lebih rendah dan bekerja lebih sifat kelarutannya, memungkinkan untuk saling
selektif, perlu dilakukan modifikasi struktur dipergantikan pada modifikasi struktur molekul
molekul obat. obat.

Contoh pas angan isosterik yang mempunyai


sifat sterik dan
Arti isosteris secara umum adalah kelompok konfigurasi elektronik sama adalah:
atom-atom dalam molekul, yang mempunyai a. ion karboksilat (-cOO-)dan ion sulfonamido (-
sifat kimia atau fisika mirip, karena mempunyai S02NR)
persamaan ukuran, keelektronegatifan atau b. gugus keton (-CO-) dan gugus sulfon (-S02-)
stereokimia. c. gugus klorida (-CI)dan gugus trifluorometil (-
CF3)
Lanjutan
Secara umum prinsip isosterisme ini digunakan untuk mengubah struktur senyawa sehingga
didapatkan senyawa dengan aktivitas biologis yang dikehendaki. mengembangkan analog
dengan efek biologis yang lebih selektif. mengubah struktur senyawa sehingga bersifat
antagonis terhadap normal metabolit (antimetabolit). Friedman (1951) memperkenalkan
istilah bioisosterisme, yang kemudian berkembang menjadi salah satu konsep dasar sebagai
hipotesis. Idealnya, bioisosterisme melibatkan pergantikan gugus fungsi dalam struktur
molekul yang spesifik aktif dengan gugus lain dan pergantian tersebut akan menghasilkan
senyawa baru dengan aktivitas biologis yang lebih baik.

Burger (1970) mengklasifikasikan bioisosterisme sebagai berikut:


1. Bioisosterisme klasik
2. Bioisosterisme non klasik

Hansch mengklasifikasikan bioisosterisme berdasarkan persamaan kualitatif (aktivitas


biologis) dan kuantitatif melalui parameter sifat kimia fisika seperti 7, O, dan Es sebagai
berikut:
1. isometrik bioisosterisme (bioisosterisme sebenarnya).
2. nonisometrik bioisost erik (bioisosterik parsial).
Lanjutan
Pada modifikasi isosterisme tidak ada hukum yang secara umum dapat
memperkirakan apakah akan terjadi peningkatan atau penurunan
aktifitas biologis.Meskipun demikian isosterisme masih layak
dipertimbangkan sebagai dasar rancangan obat dan modifikasi molekul
dalam rangka menemukan obat baru. contoh modifikasi isosterisme :

1. Pergantian gugus sulfida(-S-) pada sistem cincin fenotiazin dan


cincin tioxanten, dengan gugus etilen (-CH2CH2-), menghasilkan
sistem cincin dihidrodibenzazepin dan dibenzosiklo-heptadien
berkhasiat berlawanan.
2. Turunan dialkiletilamin
R-X-CH2-CH2-N-(R2)2
X=0, NH, CH2, S : senyawa antihistamin
X= CO0, cONH, COS : senyawa pemblok adrenergik
ISOMER DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT

Sebagian besar obat yang termasuk golongan farmakologis sama, pada


umumnya mempunyai gambaran struktur tertentu. Gambaran struktur
ini disebabkan oleh orientasi gugus-gugus fungsional dalam ruang dan
pola yang sama. Dari gambaran sterik dikenal beberapa macam struktur
isometri, antara lain adalah isomer geometri, isomer konformasi,
diastereoisomer, dan isomer optik. Bentuk-bentuk isomer tersebut
dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat.
Lanjutan
1. Isomer Geometrik dan Aktivitas Biologis

Isomer geometri atau isomer cis-trans adalah isomer yang


disebabkan adanya atom-atom atau gugus-gugus yang terikat secara
langsung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu sistem alisiklik
tersebut membatasi gerakan atom dalam mencapai kedudukan yang
stabil sehingga terbentuk isomer cis-trans.
Lanjutan
2. Isomer Konformasi dan Aktivitas Biologis

Isomer konformasi adalah isomer yang terjadi karena ada perbedaan


pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus- gugus dalam struktur molekul
obat. Isomer konformasi lebih stabil pada struktur senyawa non aromatik.

3. Diastereoisomer dan Aktifitas Biologis

Diastereoisomer adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai


dua atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan
memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus-gugus substitusi
terletak pada ruang yang relatif berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai
sifat fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula.mPerbedaan
sifat-sifat di atas berpengaruh terhadap distribusi, metabolisme, dan interaksi
isomer dengan reseptor.
Lanjutan

4. Isomer Optik dan Aktivitas Biologis

Isomer optik (Enantiomorph, Optical antipode) adalah isomer yang


disebabkan oleh senyawa yang mempunyai atom C asimetrik. Isomer
optik mempunyai sifat kimia fisika sama dan hanya berbeda pada
kemampuan dalam memutar bidang cahaya terpolaritas atau berbeda
rotasi optiknya. Masing-masing isomer hanya dapat memutar bidang
cahaya terpolarisasi ke kiri atau ke kanan saja dengan sudut pemutaran
sama. Isomer optik kadang-kadang mempunyai aktivitas biologis yang
berbeda karena ada perbedaan dalam interaksi isomer-isomer dengan
reseptor biologis.
JARAK ANTARA ATOM DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai