Materi 12. Keunggulan Bersaing Dan Pasar Global Manpem-Dikonversi
Materi 12. Keunggulan Bersaing Dan Pasar Global Manpem-Dikonversi
A. ANALISIS PERSAINGAN
Porter mengemukakan bahwa dalam suatu industri terdapat
Lima ( 5 ) kekuatan yang saling mempengaruhi, yaitu :
1. Revalitas diantara pesaing (Intraindustry Rivalry) adalah titik
awal dalam memahami suatu pesaing dan berhubungan erat
dengan nature dan tingkat persaingan di antara organisasi
dalam industri yang sama.
2. KekutanTawar menawar pembeli (Bargaining Power of
Buyers) datang dari pembeli produk atau servis industri, dan
hal ini penting dilakukan untuk mempertimbangkan kekuatan
yang signifikan dari pembeli tersebut. Buyer mempunyai
kekuatan untuk menekan pada industri untuk menurunkan
harga, menuntut kualitas yang tinggi atau pelayanan
tambahan, memainkan para kompetitor untuk saling
berkompetisi.
3. Kekuatan tawar menawar pemasok (Bargaining Power of
Suppliers ) sebagai penyedia produk dan servis yang
mengkontribusikan bentuk persaingan organisasi dalam
industri. Di samping itu, pembeli harus bekerja untuk dapat
menjaga hubungan dengan vendor yang berkualitas.
4. Ancaman pendatang baru (Treat of New Entrant) menyatakan
bahwa kehadiran organisasi baru/lain akan menjadi
MANAJEMEN PEMASARAN SEESTER 3 DAHLIYANI, S.E.,M.M. 1
permulaan persaingan baru dalam industri. Pendatang baru
ini bisa benar-benar organisasi baru atau organisasi yang
sudah ada tetapi mengubah strategi bisnisnya, atau organisasi
yang sudah ada yang semula tidak bersaing dalam produk
atau area yang sama, tiba tiba melakukannya. Untuk
mengantisipasi dari pendatang tersebut, maka organisasi
harus dapat meningkatkan entry barrier. Dengan adanya entry
barrier yang tinggi maka akan dapat mengurangi keinginan
organisasi di luar untuk memasuki industri tersebut.
5. Ancaman produk pengganti (Substitute Products or Services)
dapat mengancam dengan memberikan harga yang bersaing
pada produk atau layanan subtitusi tersebut.
II. Tantangan
a. Laju peningkatan ekspor dan impor
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki
integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal
di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara
sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China
dan India.
MANAJEMEN PEMASARAN SEESTER 3 DAHLIYANI, S.E.,M.M. 3
b. Laju inflasi
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang
masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara lain
di kawasan ASEAN.
c. Dampak negatif arus modal yang lebih bebas
Proses liberalisasi arus modal dapat menimbulkan
ketidakstabilan melalui dampak langsungnya pada
kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun
dampak tidak langsungnya pada peningkatan permintaaan
domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi.
d. Kesamaan produk
Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan
salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang
hanya berkisar 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN.
e. Daya saing sektor prioritas integrasi
Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian,
minyak sawit, perikanan, produk karet dan elektronik,
sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batu
bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas
masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.
f. Daya saing SDM
Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus
ditingkatkan baik secara formal maupun informal.
g. Tingkat perkembangan ekonomi
Tingkat perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota
ASEAN hingga saat ini masih beragam.
h. Kepentingan nasional
Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi,
kepentingan nasional merupakan yang utama yang harus
diamankan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan
MANAJEMEN PEMASARAN SEESTER 3 DAHLIYANI, S.E.,M.M. 4
kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional,
merupakan prioritas kedua.
i. Kedaulatan negara
Integrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan
suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan
dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri.
III. Ancaman
Sumber daya manusia Indonesia sedang terancam dari
berbagai sisi, antara lain integrasi mobilitas tenaga kerja
kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin
berkembang dan perdagangan bebas yang menyebabkan
membanjirnya produk luar di Indonesia.
Rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia disebabkan
karena sistem diklat yang masih berorientasi pada pendekatan
“supply driven”. Program diklat yang dikembangkan oleh
lembaga diklat pemerintah dan swasta belum mengacu kepada
kebutuhan pasar kerja. Akibatnya terjadi kesenjangan yang
semakin lebar antara kualitas tenaga kerja yang dihasilkan
oleh lembaga diklat dengan kualitas yang dibutuhkan oleh
dunia usaha/industri.
Selain masalah itu, dengan adanya pasar tunggal ASEAN
ini juga mengancam eksistensi usaha sekaligus SDM lokal.
Selama ini Indonesia lebih banyak berperan sebagai pasar
empuk bagi produk-produk luar. Berbagai produk negara lain
membanjiri Indonesia mulai dari makanan, fashion, otomotif
dan elektronik. Produk-produk itu sangat kompetitif baik dari
segi kualitas maupun harga sehingga produk dalam negeri
menjadi kurang berkembang akibat kalah bersaing.
5) Lingkungan Bisnis
Norma dan perilaku bisnis juga berlainan dari satu
negara ke negara lain. Eksekutif bisnis perlu mengetahui
hal ini sebelum melakukan negosiasi di negara lain. Ada
beberapa contoh perilaku bisnis yang berbeda dengan
bisnis di beberapa negara:
➢ Pengusaha arab biasa melakukan pembicaraan
bisnis dengan rekan usahanya dalam jarak yang
sangat rapat, hidung mereka hampir beradu.
Kadang-kadang mereka menggamit dan
menggemgam tangan anda sebagai tanda
persahabatan. Jika rekan usahanya menolak
genggaman ini, pengusaha arab akan merasa
tersinggung.