Anda di halaman 1dari 96

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA TN.

H DENGAN
SISTEM PERSYARAFAN: STROKE NON HAEMORGHAGIK
DI PAVILIUN SHAFA-SHAFA RUMAH SAKIT ISLAM
JAKARTA CEMPAKA PUTIH
TANGGAL 03-05 JUNI 2016

DI SUSUN OLEH
APRIYANI
2013750003

PROGRAM DIII KEPERAWATAN RSIJ


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
i
i
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil‟alamin puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT


yang telah memberikan rahmat serta hidayah-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn.H dengan
Gangguan Sistem Persyarafan: Stroke Non Haemorhagic di Pavilliun Shafa-Shafa
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih” dengan tepat waktu yang telah di tentukan.
Karya tulis ilmiah ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III keperawatan di institusi DIII
Keperawatan Rumah Sakit Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Ns.Idriani,M.Kep.,SP.Mat. selaku ketua program DIII Keperawatan RSIJ FIK UMJ


2. Ns. Nurhayati, Sp. Kep. Kom selaku wali kelas tingkat yang selama tiga tahun selalu
membimbing, mengingatkan, dan mengarahkan serta selalu memberikan semangat
yang tiada henti kepada semua mahasiswa Program D III Keperawatan RSIJ FIK-
UMJ
3. Ns.Wati Jumaiyah,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah
yang telah sabar memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan karya tuis
ilmiah.
4. Ibu Endang Sri Mulyati, S.kep selaku penguji lahan yang telah memberikan masukan
yang berguna dalam penyusunan karya tulis Imiah ini.
5. Dosen-dosen lain yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk
angkatan XXXI dan selalu sabar menghadapi mahasiswa yang sedikit nakal
6. Bapak dan ibu serta ketiga kakakku yang selalu memberikan dukungan serta doa agar
penulis dapat lulus dari program DIII Keperawatan RSIJ-FIK UMJ dan mendapatkan
nilai yang baik.

i
ii

7. Prajurit Keperawatan Medikal Bedah Tiktok yaitu Azzura Priastyanti, Siti Ayzizah,
Tresna Pratiwi, dan Wardatun Nafisah tempat berbagi keluh kesah menjalani
pembuatan karya tulis ilmiah.
8. Sahabat-sahabat Kepompong yang selalu mengisi hari-hari bermain, belajar bersama-
sama,dan lainnya sehingga selalu ada cerita berwarna yang indah diantara kita.
9. Organisasi MAPENA, Saudara-saudari ku MAPENA dan Mpok-mpok serta Abang-
abang MAPENA yang dahulu telah membuat ku lebih dewasa agar tidak selalu
menjadi manja dan menjadi lebih baik sehingga mampu menyelesaikan karya tulis
ilmiah.
10. Kawan-kawan terdekat dirumah terima kasih yang selalu memberi semangat dan
mengajari kehidupan untuk selalu bersyukur menjalani suka duka kehidupan.
11. Teman-teman angkatan 31 yang selalu kompak dan semangat serta turut
berpartisipasi dan selalu memberi masukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan dengan tangan terbuka kritik
dan saran untuk membangun dan menyempurnakan laporan ini ataupun laporan
penulisan yang lain. Semoga laporan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi tenaga kesehatan khususnya.

Jakarta, 17 Juni 2015

Penyusun

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 2


B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3

1. Tujuan Umum .................................................................................................... 3


2. Tujuan Khusus ................................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup ........................................................................................................ 5
D. Metode Penulisan .................................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar ........................................................................................................ 7


1. Pengertian ........................................................................................................ 8
2. Klasifikasi ....................................................................................................... 8
3. Etiologi dan Faktor Resiko ............................................................................ 12
4. Patofisiologi .................................................................................................. 15
5. Gangguan pemenuhan dasar...........................................................................17
6. Manifestasi Klinik .......................................................................................... 18
7. Komplikasi ..................................................................................................... 25
8. Penatalaksanaan dan Terapi .......................................................................... 26
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................. 16
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................ 31
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 36
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................................. 36
4. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................. 48
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 48
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................... 44


B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 56
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................................... 57
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................................... 60
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................... 66

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................... 76


B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 79
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................................... 81
D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................................... 82
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 84
B. Saran ................................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan neurolgis yang
disebabkan oleh adanya gangguan suplay darah ke bagian dari otak. Dua jenis stroke
utama adalah iskemik dan hemoragik. Stroek iskemia disebabkan oleh adanya
penyumbatan akibat gumpalan darah baik itu sumbatan karena trombosis
(penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah) atau embolik
(pecahnya gumpalan darah sehingga dapat penyumbat pembuluh darah di otak) ke
bagian otak (Black, 2014) Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak (Nurarif, 2015). Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian yaitu trombosis (pembekuan darah di dalam pembuluh darah), bekuan
darah atau material lain yang di bawa ke otak bagian tubuh lain), iskemia (penurunan
aliran darah ke area otak), hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian
suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,
berpikir, memori, bicara, atau sensasi (Brunner, 2002).

Stroke dapat menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul
pada penderita stroke meliputi kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah
(hemiparase) yang timbul secara mendadak, gangguan sensibilitas pada stu atau lebih
anggota badan, penurunan kesadaran, afasia, disatria, gangguan penglihatan, diplopia,
ataksia, vertigo, mual, muntah, dan nyeri kepala (menurut tarwoto 2007).
Stroke adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun upaya
pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir,
stroke adalah peringkat ketika penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai
37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira
2 juta orang bertahap hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan: dari angka
ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Brunner, 2002).

Stroke (Cerebrovaskuler Accident/CVA) merupakan penyakit yang menyerang siapapun


dengan kejadian sangat mendadak dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologi utama di indonesia selain penyakit jantung dan kanker.
Diperkirakan prevalensi stroke dipopulasi sekitar 47 per 10.000 yang umumnya
mengalami kecacatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien dengan stroke
mengalami gangguan kognitve (33 %), gangguan eksterimtas (30 %) dan gangguan
bicara 27 % (Tarwoto, 2013).

Menurut laporan riskesdas tahun 2013, Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan


diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per mil. DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil nomor urut
ketiga setelah Bangka Belitung. Penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes
serta yang didiagnosis nakes atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada umur ≥75 tahun. Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun
berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan data statistik Medical Record Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,
jumlah klien stroke non hemoragik pada tanggal 1 januari 2015 sampai dengan 30
Desember2015 berjumlah 335 stroke non hemoragik. Sedangkan pada bulan Januari
2016 sampai dengan April 2016 sebanyak 54 klien stroke non hemoragik.
Pada pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi nervus facial, nervus
glosofaringeal dan nervus hipoglosal maka ketidakmampuan untuk mulai menelan dan
mencerna makanan dengan baik, sehingga ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh
menyebabkan tidak nafsu makan terjadi menurunan berat badan, kekurangan energi dan
pola gaya makan menjadi berubah. Pasien Stroke yang mempunyai riwayat diabetes
melitus mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara
berlebihan sehingga klien menalami penurunan berat badan dikarenakan penggunaan
cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Penderita stroke ini
mengalami gangguan peredaran darah di otak atau pecahnya pembuluh darah ketika
sistem pusat di otak memerintahkan untuk menggerakan anggota gerak, darah yang
menuju ke bagian muskeletal tidak bisa menuju dengan sempurna di karena adanya
hambatan di bagian pembuluh darah pada akhirnya anggota gerak mengalami kelemahan
atau kelumpuhan.

Komplikasi Stroke di klasifikasikan menjadi dua yaitu kompilkasi akut dan komplikasi
pada masa pemulihan atau lanjut. Komplikasi akut meliputi hipoksia serebral dan
menurunkan Aliran darah otak, Edema Serebri, Peningkatkan tekanan Intrakranial
(TIK), Aspirasi. Dan komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut terjadi akibat
immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur, thrombosis vena dalam, atropi,
inkontinensia dan bowel. Kejang terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas
listrik otak. Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri tension, nyeri kepala cluster.
Malnutrisi, karena intake yang adekuat (Tarwoto, 2013)

Dengan tingginya angka kejadian stroke dan banyaknya masalah keperawatan di


timbulkan beserta komplikasinya, maka diperlukan peran perawat sebagai care giver
dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran tersebut di lakukan dengan upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif yang di lakukan adalah
menganjurkan untuk mengantur melakukan olahraga. Upaya preventif merupakan upaya
perawat dalam usaha pencegahan dengan melakukan tindakan seperti memantau
vaskularisasi secara berkala, memonitor TTV dan keadaan umum serta memonitor statu
neurologis. Tindakan seperti berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretik
osmotik, streroid, sedatif, antihipertensi, dan lain-lain serta memantau efek samping
obat, terapi okupasi atau terapi wicara merupakan bagian dari upaya kuratif yang dapat
di lakukan diantaranya dengan melibatkan keluarga dalam membantu klien melakukan
latihan gerak pasif pada akstermitas yang sakit, membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, sebagai
perwujudan peran perawat dalam meningkatkan mutu derajat kesehatan melalui upaya
preventif, promotof, kuratif, dan rehabilitas, penulis sebagai calon perawat ingin
memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem neurologi : stroke non hemoragik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata,memperoleh informasi/gambaran, dan mampu
menerapkan teori dan konsep asuhan keperawatan pada Tn H dengan gangguan
sistem persarafan stroke hemoragik di Paviliun Shafa-Shafa, RSIJ Cempaka Putih

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien stroke non hemoragik
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien stroke non hemoragik
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien stroke non hemoragik
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien stroke non hemoragik
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien non stroke
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta dapat
mencari solusi
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi
C. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang di gunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
mengunakan metode deskriptif. Metode ilmiah yang dilakukan dengan menguraikan
hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian dan studi kasus. Untuk menunjang karya
tulis ilmiah ini penulis memperoleh informasi melalui :
1. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan
stroke serta referensi yang terkait dengan stroke.
2. Studi dokumentasi dengan mempelajari status klien, catatan keperawatan dan catatan
medis.

D. Ruang lingkup
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi asuhan keperawatan pada
Tn H dengan gangguan persarafan, stroke non hemoragik di Paviliun Shafa-Shafa, RSIJ
Cempaka Putih selama 3 hari, dari tanggal 03 Juni 2016 sampai dengan 05 Juni 2016.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB, yaitu :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS


Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi/faktor resiko, gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar pada sistem yang terkait, patofisiologis, manifestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan keperawatan dan pelaksanaan kolaboratif, serta
asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan).
BAB III : TINJAUAN KASUS
Merupakan laporan hasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan :stroke non hemoragik selama 3 x/shift yang terdiri dari
pengkajian keperawatan, diangosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperwatan.

BAB IV :PEMBAHASAN
Merupakan kesengjangan-kesengjangan yang terjadi antara teori dan kasus
dari mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan serta
solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.

BAB V :PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan membahas tentang ringkasan
asuhan keperawatan pada Tn. H dengan gangguan sistem persarafan: stroke
non hemoragik. Sedangkan saran berisi tentang harapan dan masukan dari
penulis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada klien stroke
dengan tujuan untuk meningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan


1. Pengertian
Stroke adalah sindrom klinis yang di tandai dengan adanya defisit neurologis
serebral fokal atau global yang berkembang secara secara cepat dan
berlangsung selama minimal 24 jam atau menyebabkan kematian yang
semata-mata di sebabkan oleh kejadian vaskuler, baik perdarahan spontan
pada otak (stroke pendarahan) maupun suplai darah yang inadekuat pada
bagian otak (stroke iskemik) sebagai akibat aliran darah yang rendah,
trombosis emboli yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah (arteri
dan vena), jantung, dan darah. (Freddy sitorus teguh A.S Ranakusuma,
2015).

Stroke adalah sindroma fokal neurologi yang terjadi mendadak dengan tipe
spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah. Terminologi penyakit
pembuluh darah otak adalah semua abnormalitas otak akibat proses
patologik pada pembuluh darah otak. Proses inidapat berupa penyumbatan
lumen pembuluh darah otak menyebabkan perdarahan, perubahan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun
kualitas darah sendiri.(Jusuf Misbach, 2011)

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik
atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkab kematian. (L.Ginsberg, 2007)
Stroke adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang di sebabkan oleh adanya gangguan suplai darah ke bagian
dari otak.(Joyce M.Black, 2014). Stroke adalah gangguan peredaran darah
otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia
atau hemoragi sirkulasi saraf otak (sudoyo arun 2015)

Berdasarkan kesimpulan dari pengertian di atas stroke adalah perubahan


neurologis terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat
fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) atau
kematian yang semata-mata yang disebabkan pecahnya pembuuh darah atau
suplai darah yang tidak adekuat pada bagian otak ( stroke iskemik) sebagai
akibat aliran darah yang rendah, trombosis emboli yang berkaitan dengan
penyakit pembuluh darah ( arteri dan vena), jantung, dan darah.

2. Klasifikasi
Bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas gambaran klinis,
patologis anatomi, sistem pembuluh darah, dan stadiumnya.digunakan
modifikasi Marshall, yaitu :(Jusuf Misbach, 2011)
a. Berdasarkan patofisiologi dan penyebabnya
1) Stroke iskemik/Non Hemoragik
Stroke iskemik sepintas (Transient Ischemic Attack/TIA)
Iskemik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang, hal ini
di sebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak
Penyebab stroke iskemik adalah karena trombosis, emboli dan
hypoperfusi serebral global (Tarwoto 2007)
a) Trombosis serebri
Penggumpalan (trombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan pada
bagian garis endotelial dari pembuluh darah.Ateroskeloris
menyebabkan zat lemak tertumpuk dan membentuk plak pada
dinding pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan
menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis
menghambat aliran darah yang biasanya lancar pada arteri darah
akan berputar-putar di bagian permukaan yang terdapat plak,
menyebabkan penggumpalan yang akan terjadi inflamasi pada arteri
atau di sebut arteritis atau vaskulitis tetapi ini jarang terjadi. Bagian
yang biasa terjadi penyumbatan adalah bagian yang mengarah
percabangan karotid. Stroke karena trombosis adalah tipe yang
paling sering terjadi pada orang diabetes.(Joyce M.Black 2014)

b) Emboli serebri
Embolus terbentuk di bagian luar otak, kemudian terlepas dan
mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut
melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri. Endokarditis
yang di sebabkan oleh bakteri maupun yang non bakteri dapat
menjadi sumber-sumber emboli, penyebab emboli lain nya adalah
tumor, lemak, bakteri, dan udara. Kejadian emboli pada serebral
meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia. (Joyce M.Black
2014).

c) Hipoperfusi
Hipoperfusi sistemik di sebabkan menurunnya tekanan arteri
misalnya karena cardiac arrest, embolis pulmonal, miokardiak,
infark, aritmia, syok hipovolemik ( Tarwoto,2013).

d) Penyempitan lumen arteri


Terjadi karena infeksi atau proses peradangan, spasme atau karena
kompresi massa dari luar.
Manifestasi klinik pasien dengan stroke iskemik diantaranya :
Cenderung terjadi pada saat istirahat atau tidur (Tarwoto,2013)
(1) Proses terjadinya stroke iskemik lebih lambat dari hemoragik
(2) Tekanan darah tinggi atau dapat normal
(3) Kesadaran menurun atau normal.

2) Stroke Hemoragik
Angka kejadian stroke haemoragik sekitar 15% dari stroke secara
keseluruhan. Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya
pembuluh darah otak baik di subarachnoid, intraserebral maupun
karena aneurisma. Angka kematian pasien dengan stroke hemoragik
sekitar 25-60%. (Black 2009)
a) Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Pendarahan intraserebral yang di sebabkan karena
hipertensi sering di jumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebelum. Penyebab lain nya karena perdarahan akibat tumor
otak, trauma, malformasi arteriovena dan obat-obatan seperti
amphitamin dan cokain. Klien dengan stroke perdarahan intra
serebral kejadiannya akut, dengan nyeri kepala berat dan
penurunan kesadaran. Ditemukan dengan onset mendadak nyeri
kepala berat, penghentian kegiatan, dan muntah tanpa tanda-tanda
neurologis fokal, CT scan memperlihatkan adanya perdarahan
dalam ruang-ruang subaraknoid dan sistema otak, dan cairan spinal
selalu mengandung darah (Tarwoto, 2013)
b) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurisma berry atatu
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang
berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, kaku kuduk, tanda-
tanda rangsangan selaput otak, perdarahan subarakhnoid pada
retina dan penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lainya)
Ditemukan dengan gejala neurologis fokal, pendarahan yang lebih
besar, CT scan dan MRI memperlihatkan hematoma di dalam otak
(Tarwoto, 2013)

c) Aneurisma
Merupakan dilatasi pada pembuluh darah arteri otak yang kemudian
berkembang menjadi kelemahan pada dinding pembuluh darahnya.
Penyebab aneurisma belum diketahui, aneurisma ini dapat pecah
menimbulkan gangguan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menjadi stroke iskemik.
Manifestasi klinik pasien dengan stroke hemoragik di antaranya
(Tarwoto, 2013).
1) Cenderung terjadi pada saat aktivitas
2) Proses terjadinya stroke hemoragik lebih cepat
3) Tekanan darah tinggi
4) Kesadaran biasanya menurun atau tidak sadar.
b. Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu
1. Transient Iskemik Attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan
menghilang dalam beberapa menit sampai jam. Gejala yang muncul
akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari 24 jam.(Tawoto
2007)
2. Progresif (Stroke-in-evolution)
Perkembangan stroke terjadi berlahan-berlahan sampai akut,
munculnya gejala makin memburuk. Proses progresif beberapa jam
sampai beberapa hari.(Tarwoto 2007)
3. Stroke lengkap (Compelted stroke)
Gangguan neurologik yang timbul sudah menetap atau permanen,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan
perbaikan.(Tarwoto 2007).

c. Berdasarkan sistem pembuluh darah


1) Sistem karotis
Seperti kita ketahui,daerah otak yang mendapat darah dari karotis
interna terutama lobus frontalis, parietalis, basal, ganglia, dan lobus
temporalis. Gejala timbul sangat mendadak berupa hemipestesi,
bicara pelo, dan lain-lainnya.
2) Sistem vertebro-basilar
Gangguan vaskularisasi pada pembuluh darah vertebro-basilar,
tergantung kepada cabang-cabang sistem vertebro-basilar yang
terkena anatomik.

3. Etiologi
Etilogi stroke menurutTarwoto 2007 adalah
a. Usia
Makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini berkaitan
dengan elastisan pembuluh darah.
b. Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi.
c. Ras dan keturunan
Stroke lebih sering di temukan pada kulit putih.
d. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah
otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan
otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke
otak akan terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.
e. Penyakit jantung
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor
risiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel/jaringan yang telah
mati.
f. Diabetes melitus
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada
akhirnya akan menyebabkan infark sel – sel otak.
g. Polisitemia
Kadar Hb yang tinggi (Hb lebih dari 16 mg/dl ) menimbulkan darah
menjadi lebih kental dengan demikian darah ke otak lebih lambat.
h. Perokok
Rokok menimbulkan plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis.
i. Alkohol
Pada alkohol dapat mengalami hipertensi,penurunan aliran darah ke otak
dan kardiak aritmia.
j. Hiperkolesterolemi
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density
lipoprotein(LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya
arteriosklerosis. Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar HDL
(High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner.
k. Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan hipertensi
Penyempitan pada karotis dan riwayat serangann iskemik trasien
merupakan faktor resiko yang dapat dimodifikasi pada stroke.Penurunan
faktor-faktor resiko untuk stroke untuk stroke awal bisa mencegah
terjadinya stroke berulang
l. Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan infeksi cacing.
m. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk
kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya
pembuluh darah otak.(Sumber : Brunner and Suddarth 2001)
4. Patofisiologis
(menurut Nurarif. 2015)
5. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Klien dengan Stroke
Pada dasarnya mengalami gangguan stroke dengan kebutuhan
a. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2006), Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh.
Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini
membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.
Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan. Nutrien
terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.
1) Pada pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi nervus facial, nervus
glosofaringeal dan nervus hipoglosal maka ketidakmampuan untuk mulai
menelan dan mencerna makanan dengan baik, sehingga ketidakseimbangan
nutrisi di dalam tubuh menyebabkan tidak nafsu makan terjadi menurunan
berat badan, kekurangan energi dan pola gaya makan menjadi berubah.
2) Pasien dengan Stroke mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. Penderita diabetes melitus
yang sudah mengalami komplikasi stroke berat badannya menjadi turun karena
glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa sel
(Riyadi, 2013).

b. Kebutuhan aktivitas
Mobilitas fisik yaitu keadaan ketika seseorang mengalami atau bahkan beresiko
mengalami keterbatasan fisik dan bukan merupakan immobile (Doenges, M.E,
2000).
Pergerakan adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi
antara sistem muskeletal dan sistem saraf. Namun pada penderita stroke ini
mengalami gangguan peredaran darah di otak atau pecahnya pembuluh darah
ketika sistem pusat di otak memerintahkan untuk menggerakan anggota gerak,
darah yang menuju ke bagian muskeletal tidak bisa menuju dengan sempurna di
karena adanya hambatan di bagian pembuluh darah pada akhirnya anggota gerak
mengalami kelemahan atau kelumpuhan.

c. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman


Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan sebagai
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah konsep sentral
tentang kiat keperawatan.

Pada pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi nervus vagus, facial, nervus
glosofaringeal dan nervus hipoglosal mengakibatkan hambatan dalam komunikasi
sehingga klien merasa tidak nyaman dalam berkomunikasi.

6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Menurut Black, 2014 dan Tarwoto, 2013 adalah
a. Peringatan dini/awal
Beberapa stroke mempunyai tanda-tanda peringatan dini yang di kenal dengan
sebutan iskemik jangka pendek. Manifestasi dari iskemik stroke yang akan terjadi
termasuk hemiparase transien (tidak permanen), kehilangan kemampuan bicara,
dan kehilangan sensori setengah/hemisensori.
Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan manifestasi berkembang
hanya dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Manifestasi yang paling sering
terjadi termasuk sakit kepala yang berasal dari bagian belakang leher, vertigo atau
kehilangan kesadaran karena hipotensi (sinkop), parastesia, paralisis sementara,
epitaksis, dan perdarahan pada retina.

b. Temuan secara umum


Temuan secara umum dari stroke yang tidak berhubungan dengan bagian bagian
pembuluh darah yang khusus termasuk sakit kepala, muntah, kejang, perubahan
status mental, demam, dan perubahan status EKG. Perubahan pada EKG mungkin
termasuk kondisi atrial fibrilasi, yang bisa membantu mengindikasikan atrial
fibrilasi, yang bisa membantu mengindikasikan penyebab stroke.

c. Gangguan khusus setelah stroke


Gangguan yang terjadi pada klien juga bermacam-macam, bergantung pada
apakah bagian otak yang terkena adalah bagian dominan atau non dominan.
1) Hemiparesis dan hemiplegia
a) Hemiparase (kelemahan)
Penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral
anterior atau media sehingga mengakibatkan oleh infark pada bagian otak
yang mengontrol gerakan ( saraf motorik ) dari korteks bagian depan.
b) Hemiplegia (kelumpuhan)
Hemiplegia menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan
lidah, juga lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama. Infark
yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan hemiplegia
bagian kiri tubuh (sinitra) dan sebaliknya karena jaringan saraf berjalan
bersilangan dalam jalur piramid dari otak ke saraf spinal.

2) Penurunan kesadaran
(konfunsi, delirium, letargi, stupor atau koma)Terjadi perdarahan, kerusakan
otot kemudian menekan batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak
akibat hipoksia.

3) Afasia
Penurunan kemampuan berkomunikasi melibatkan beberapa aspek termasuk
berbicara, membaca, menulis, dan pemahaman pembicaraan. Pusat primer
bahasa biasanya terletak di bagian kiri belahan otak dan dipengaruhi oleh
stroke di bagian kiri tengah arteri serebral.
Beberapa tipe afasia yang berbeda bisa terjadi yaitu :
a) Afasia wernick (sensori atau penerimaan) mempengaruhi pemahaman
berbicara sebagai hasil dari infark pada lobus temporal pada otak.
b) Afasia broca (ekspresi atau motorik) mempengaruhi produksi bicara
sebagai hasil dari infark pada lobus frontal pada otak.cabang dari arteri
serebral tengah yang menyuplai kedua area tersebut.
c) Afasia global memengaruhi baik komprehensif berbicara dan produksi
bicara, memiliki tingkatan kesulitan memproduksi bicara yang bervariasi,
dan kata apa yang di ucapkan dengan perlahan, susah payah, dan artikulasi
yang buruk.
d) Afasia sensorik klien tidak mampu menerima stimulasi pendengaran tetapi
klien mampu mengungkapkan pembicaraan, sehingga repon pembicaraan
tidak nyambung atau koheren.
e) Afasia akustik dapat mendengar bunyi bicara, tapi bagian otak yang
memberikan makna dari bicara tersebut rusak.klien akan mengalami
kesulitan memahami apa yang orang lain bicarakan.
f) Afasia visual yaitu klien yang menderita afasia ini bisa melihat kata-kata
yang tertulis tapi tidak dapat membaca kata-kata tersebut. Mereka tidak
dapat memahami makna simbolik dari simbol-simbol tulisan.
g) Afasia motorik atau tidak lancar termasuk seperti jenis afasia yang
kehilangan kemampuan dalam menulis, membuat tanda-tanda, atau
berbicara. Sebagai contoh pada afasia motorik adalah kata-kata mungkin
bisa teringat tetapi klien tidak dapat mengangbungkan bunyi bicara ke
dalam kata-kata atau suku kata.
h) Afasia parsial (sebagian) lebih sering terjadi daripada afasia yang
menyeluruh. Tingkat keparahan afasia bervariasi berdasarkan area yang
terkena dan luasnya kerusakan pada serebral.

4) Disatria
Kondisi artikulasi yang di ucapkan tidak sempurna yang menyebabkan
kesulitan dalam berbicara. Klien dengan disatria paham dengan bahasa yang di
ucapkan seseorang tetapi kesulitan dalam melafalkan kata dan tidak jelas dalam
kemampuan pengucapannya ini di sebabkan oleh disfungsi saraf kranial karena
stroke pada arteri vertebrobasilar atau cabangnya. Hal ini bisa mengakibatkan
kelemahan atau kelumpuhan pada otot bibir, lidah, dan laring atau karena
kehilangan sensasi. Selain gangguan berbicara, klien dengan disatria sering
juga mengalami gangguan dalam menguyah dan menelan karena kontrol otot
yang menurun.

5) Disfagia
Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa fungsi
dari saraf kranial, mulut harus terbuka, lidah tidak tertutup dan lidah harus
bergerak. Mulut juga harus bisa merasakan jumlah dan kualitas gumpalan
makanan yang ditelan dan harus bisa mengirimkan pesan ke pusat menelan.
Stroke yang terjadi di daerah vertebrobasilar mengakibatkan terjadi disfagia.

6) Apraksia
Kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik kompleks. Hal ini bisa
berakibat terjadinya stroke di beberapa bagian otak. Klien dengan apraksia
tidak bisa melakukan beberapa keterampilan seperti berpakaian walaupun
mereka tidak lumpuh. Klien dengan apraksia mungkin bisa merasakan atau
mengonseptualisasikan isi pesan yang dikirim ke otot.

7) Perubahan penglihatan
Proses yang kompleks dan di kontrol oleh beberapa bagian otak. Stroke pada
lobus parietal dan temporal bisa menggangu jaringan penglihatan dari saluran
optik ke korteks oksipital dan menggangu ketajaman penglihatan.infark yang
mempengaruhi fungsi SK III, IV, dan VI bisa menghasilakn kelumpuhan pada
saraf kranial dan mengakibatkan diplopia.

8) Hemianopia homonimus
Kehilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang pandang
dari setiap mata jadi, klien hanya melihat stengah dari penglihatan normal.

9) Sindrom horner
Paralisis pada saraf simpatik ke mata yang menyebabkan tenggelamnya bola
mata, ptosis bagian atas kelopak mata, bagian bawah kelopak mata sedikit
terangkat, pupil mengecil, dan mata berkurang.

10) Agnosia
Gangguan pada kemampuan mengenali benda melalui indra. Tipe ini sering
terjadi adalah agnosia pada indra penglihatan dan pendengaran. Agnosia bisa
terjadi karena sumbatan pada arteri serebral tengah atau posterior yang
menyuplai lobus temporal atau oksipital. Klien dengan agnosia penglihatan
bisa melihat benda tapi tidak dapat mengenali benda tersebut. Disorientasi
terjadi karena ketidakmampuan mengenali tanda-tanda dari lingkungan, wajah
yang familier atau simbol-simbol.

11) Negleksia unilateral


Ketidakmampuan seseorang untuk merespon stimulus pada bagian
kontralateral dari bagian infrak serebral. Klien dengan cedera pada lobus
temporoparietal, lobus parietal inferior, lobus frontal lateral, girus singulatum,
talamus dan striatum sebagai akibat dari sumbatan pada arteri serebral bagian
tengah berisiko mengalami negleksi. Negleksi paling serung terlihat pada klien
dengan kerusakan pada belahan otak bagian kanan.

12) Penurunan sensorik


Perubahan sensoris dapat terjadi karena stroke pada jalur sensoris dari lobus
parietal yang disuplai oleh arteri serebral anteriol atau bagian tengah.
Penurunan ini terjadi pada bagian sisi kontralateral tubuh dan biasanya di sertai
dengan hemiplegia atau hemiparesis. Sensasi pada permukaan seperti nyeri,
sentuhan, tekanan, dan suhu bisa berpengaruh dalam tingkatan yang berbeda-
beda. Parastesia bisa di gambarkan sebagai rasa nyeri terbakar yang persisten,
perasaan keberatan, kebas, kesemutan, atau rasa tertusuk atau sensasi yang
meningkat. Gangguan pada propriosepsi (kemampuan untuk menerima
hubungan antara bagian tubuh dengan keadaan di luar) dan gangguan rasa
bagian postural bisa terjadi dengan kondisi penurunan rasa pada sendi otot.

13) Perubahan perilaku


Korteks serebral berfungsi untuk menerjemahkan stimulus, bagian temporal
dan limbik memodifikasi atau mengontrol respon emosional terhadap stimulus.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengoordinasi korteks motorik dan area
bicara. Otak dapat dikatakan sebagai pengontrol emosi. Perubahan perilaku
adalah hal yang sering terjadi. Orang dengan stroke bagian belahan otak
serebral kiri, atau dominan, biasanya lambat, waspada, dan tidak teratur. Infark
pada lobus yang terjadi dari stroke pada arteri serebral anterior atau media
dapat mengarahkan pada ganggian dalam ingatan, penilaian, pemikiran abstrai,
pemahaman, kemampuan menahan diri, dan emosi.Klien akan memperlihatkan
efek datar, penurunan spontanitas, selalu terdistraksi , dan pelupa.

14) Inkontinesia
Tidak bisa menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke. Saraf
mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ke otak, tapi tidak
mengartikan pesan ini mengeluarkan urine ke kandung kemih. Penyebab lain
dari inkontinesia bisa karena kehilangan ingatan sementara, tidak ada
perhatian, faktor-faktor emosional, ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan
pada mobilitas fisik dan infeksi.

15) Vertigo
Mual, muntah, dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intrakranial, edema serebri

7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut tarwoto 2013 adalah
a. Fase akut
1) Hipoksia serebral
Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena pendarahan maka
terjadi gangguan perfusi jaringan akibat terhambat aliran otak. Tidak
adekuatnya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan otak.
Fungsi dari otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan lokasinya.

2) Edema serebral
Respon fisiologi terhadap adanya trauma jaringan. Edema terjadi jika pada area
yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan aliran
darah pada lokasi tersebut dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan sehingga cairan interestesial akan berpindah ke
ekstraseluler sehingga edema jaringan otak.

3) Aliran darah serebral


bergantung pada tekanan darah curah jantung, dan integritas pembuluh darah
serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan
viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu hindari untuk mencegah perubahan aliran darah
serebral dan potensi area cedera.

4) Embolisme serebral
dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

5) Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)


Bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau edema otak
akan meningkatan tekanan intracranial yang ditandai adanya defisit neurologis
seperti adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala, gangguan kesadaran.
Peningkatan tekanan intrakranial yang tinggi dapat mengakibatkan herniasi
serebral yang dapat mengancam kehidupan.

6) Aspirasi
Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang terhadap
adanya aspirasi karena tidak adanya reflek batuk dan menelan.

b. Pada masa pemulihan atau lanjut


1) Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya
terjadi akibat immobilisasi seperti pneunomonia, dekubitus , kontraktur,
thrombosis vena dalam, atropi, inkontinensia urin dan bowel.
2) Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik otak
3) Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala cluster
4) Malnutrisi, karena intake yang adekuat.

8. Pelaksanaan
a. Penatalaksaan umum
(menurut tarwoto 2007)
1) Pada fase akut
a) Pertahankan jalan napas, pembereian oksigen, penggunaan ventilator
b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial
c) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah
d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksan EKG
e) Evaluasi status cairan dan elektrolit
f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko
injury
g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan
h) Cegah emboliu paru dan tromboplebitis dengan kesadaran, keadaan pupil,
fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
(arif muttaqin 2008)
1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a) Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering pengisapan
lendir, oksigenasi, kalau perlu dilakukan trakeaostomi, membantu
pernapasan
b) Mengontrol pernapasan darah berdasarkan kondisi klien termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter
4) Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus secepatnya
mungkin. Posisi klien harus diubah tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak sendi.

5) Fase rehabilitas
(Menurut tarwoto 2013)
a) Pertahankan nutrisi yang ade kuat
b) Program managemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi ( ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang

6) Pengobatan konservatif
Pengobatan konservatif Stroke menurut arif muttaqin 2008 adalah
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
a) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin, intra-
atrerial
b) Medikal antritrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
antiagregasi trombosis seperti yang terjadi sesudah untuk menghambat
reaksi pelepasan agreasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma
c) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler.

1) Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau volume
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-
peritoneal bila ada hdirosefalus akut.
Pengobatan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
(arif muttaqin 2008)
a) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher .
b) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
c) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

b. Terapi obat-obatan
Terapi obat-obatan menurut Tarwoto 2013 adalah
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke
1) Stroke iskemia
a) Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue plasminogen)
b) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung atau
alfa beta kaptropil, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.
2) Stroke haemoragik
a) Antihipertensi : katropil, antagonis, kalsium
b) Dieretik : manitol 20%, furosemide
c) Antikonvulsan : feniton

Penatalaksanaan menurut Nurarif 2015 adalah


a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini di lakukan di instalasi rawat darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro kardio pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberikan
2L/menit dan cairan kristaloid/koloid : hindari pemberian dektrosa atau salin
dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto
toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR,
APTT, glukosa darah, kimia darah(termasuk elektrolit):jika hipoksia,
dilakukan analisis mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarga agar tetap tenang.

b. Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga di lakukan tindakan terapi fisik,okupasi,wicara dan psikologis
serta telah sosial untuk membantu pemulihan pasien.
1) Terapi umum : letakan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan
dada pada satu bidang: ubah posisi tidur setiap 2 jam: mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan
napas, beri oksigen 1-2L/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
2) Terapi hemoragik
Terapi umum: pasien stroke hemoragik harus di rawat di ICU jika volume
hemotoma >30ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan
keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan
sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan darah sistolik
>180mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)
sampai 20 mg ( pemberian dalam 30 menit) maksimun 300mg: enalapril iv
0,625 mg per 6 jam: katropil 3 kali 6,25-25 mg per oral.

c. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Terapi fase subakut antara
lain :
1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
2) Penatalaksanaan komplikasi
3) Restorasi/ rehabilitas (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi
4) Prevensi sekunder
5) Edukasi keluarga dan discharge planning

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada stroke (Doengoes, 2000)
a. Identitas
biasanya dialami oleh usia tua, namun tidak menutup kemungkinan juga dapat dia
alami oleh usia muda, jenis kelamin, dan juga ras juga dapat mempengaruhi.
b. Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan kesadaran pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Stroke infark mendadak saat istirahat atau bangun pagi,
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit
jantung (terutama aritmia), penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obesitas. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan obat (kokain).
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya
riwayat stroke pada generasi terdahulu.
f. Riwayat psikososial-spiritual
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
klien dan keluarga. Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien kesulitan
untuk berkomunikasi akibat sulit berbicara. Rasa cemas dan takut akan terjadinya
kecacatan serta gangguan citra diri.
g. Kebutuhan
1) Nutrisi : adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai
dengan kesulitan menelan, obesitas. Tanda : kesulitan menelan (gangguan pada
refleks palatum dan faringeal) obesitas (faktor resiko).
2) Eliminasi : menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia
urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus
negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
Aktivitas : menunjukkan adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah, gangguan tonus otot,
paralitik (hemiplegia).
3) Istirahat : klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot.merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis. Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang
otot) Tanda : gangguan tonus otot (flaksiad spastis) : paralitik (hemiplegia) dan
terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,gangguan tingkat kesadaran.
h. Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.Tanda : emosi yang labil dan tidaksiapan
untuk marah, sedih dan gembira.
i. Interaksi sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

2. Pemeriksaan Fisik
(Menurut arif muttaqim 2008)
a. Sistem Respirasi (Breathing) : batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Adanya ronchi akibat peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan
untuk batuk akibat penurunan kesadaran klien. Pada klien yang sadar baik sering
kali tidak didapati kelainan pada pemeriksaan sistem respirasi.
b. Sistem Cardiovaskuler (Blood) : dapat terjadi hipotensi atau hipertensi, denyut
jantung irreguler, adanya murmur.

c. Sistem neurologi
1) Tingkat Kesadaran: bisa sadar baik sampai terjadi koma. Penilaian GCS untuk
menilai tingkat kesadaran klien.
2) Refleks Patologis Refleks babinski positif menunjukan adanya perdarahan di
otak/ perdarahan intraserebri dan untuk membedakan jenis stroke yang ada
apakah bleedingatau infark.
3) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I Olfaktorius/penciuman: biasanya pada klien dengan stroketidak ada
kelainan pada fungsi penciuman.
b) Saraf II Opticus/penglihatan: disfungsi persepsi visual karena
gangguanjarak sensorik primer diantara sudut mata dan korteks visual.
Gangguanhubungan visula-spasial sering terlihat pada klien dengan
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan
karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c) Saraf III Okulomotorius, IV Trokhlear dan VI Abdusen : apabila akibat
stroke mengakibatkan paralisis seisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit.
d) Saraf VII facial/ ekspresi wajah dan persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
e) Saraf XII Hipoglosal lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
Fasikulasi Indera pengecapan normal.
4) Sistem Perkemihan (Bladder) : terjadi inkontinensia urine
5) Sistem Reproduksi: hemiparese dapat menyebabkan gangguan
pemenuhankebutuhan seksual
6) Sistem Endokrin: adanya pembesaran kelejar kelenjar tiroid
7) Sistem Gastrointestinal (Bowel) : adanya keluhan sulit menelan, nafsumakan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mungkin mengalamiiinkontinensia
alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.Adanya gangguan
pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah pada sisi ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot
pterigoideus dan pada saraf IX dan X yaitu kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut.
8) Sistem Muskuloskeletal dan integument : kehilangan kontrol volenter gerakan
motorik. Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau hemiparese ekstremitas.
Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik.

3. Pemeriksaan Diagnostik
(Menurut arif muttaqim 2008)
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stoke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.
b. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

c. CT-scan
Pemindahan ini memperlihatkan sacara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.

d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) mengunakan gelombang magnetikkkk untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasikan adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).

f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

g. Sinar X tengkorak
mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada trombus cerebral.

4. Pemeriksaan Laboratorium
(Arif muttaqin, 2008)
a. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
b. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
c. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

C. Diagnosa Keperawatan
(menurutNurarif., 2015 dan Brunner 2002 )
1. Gangguan perfusi, perubahan jaringan berhubungan dengan hemoragi, edema serebral,
vasospasme.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera (misalnya : biologis, zat kimia,
fisik,Psikologis).
3. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus vagus atau
hilangnya refluk muntah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipolgosus.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak.
6. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penuaan fungsi otot facial/ oral.
7. Resiko integritas kulit berhubungan dengan hemiparase/ hemiplegia, penurunan
mobilitas.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke.
9. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stres psikologis
10. Resiko terjadinya kontraktur berhubungan dengan hemiparase
11. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
12. Resiko hipertermia berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh di otak

D. Perencanaan keperawatan
(menurutNurarif., 2015 dan Brunner 2002 )
1. Diagnosa : Perfusi jaringan, perubahan serebral
Hasil kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran klien, fungsi Kognitif dan
motorik/sensori
Tindakan :
a) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus
selama koma/penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinyan peningakatan
TIK
b) Pantau/ catat status neurologis sesering mungkin
c) Pantau tanda-tanda vital seperti :
1) Adanya hipertensi
2) Frekuensi dan irama jantung
3) Catat irama dan pola dari pernapasan
d) Evaluasi pupil
e) Catat dalam perubahan dalam penglihatan
f) Letakan posisi kepala yang agak tinggikan dan dalam posisi anatomis
g) Pertahankan keadaan tirah baring
h) Cegah terjadinya mengejan saat defekasi dan pernapasan yang memaksa
i) Berikan oksigen sesuai indikasi
j) Berikan obat sesuai indikasi :
 Antikoagulasi seperti : natrium warfarin, heparin, anti trombosit
 Antifibrilotik : asam amino kaproid
 Anti hipertensi
 Vasodilatasi perifer : siklandelat, papaverin, isoksupresin
 Fenitoi, fenobarbital
 Pelunak feses
k) Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass, mikrovaskuler.
l) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa protrombin, kadar
di lantin

2. Diagnosa : Nyeri akut

Tindakan :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan tentang ketidak efektifan
kontrol nyeri masa lampau
g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakolog dan
interpersonal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n. Evaluasi kefektifan kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgestic administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas. Dan derajat myeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgestik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
e. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
f. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
g. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
h. Berikan analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektifan analgesik, tanda dan gejala

3. Diagnosa : Menelan , Kerusakan, Resiko tinggi terhadap


Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan metode makan yang tepat untuk situasi induvidual aspirasi
tercegah
b. Mempertahankan berat badan
c. Kemampuajn untuk mengosongkan rongga mulut
d. Mampu mengontrol mual dan muntah

Tindakan :
a. Berikan makanan perlahan pada lingkungan yang tenang
b. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair, makanan lunak
ketika pasien dapat menelan makanan
c. Anjurkan pasien untuk mengunakan sedotan meminum cairan
d. Pertahankan masukan dan haluaran dengan akurat, catat jumlah kaori yang
masuk
e. Anjurkan partisipasi dalam program latihan/kegiatan
f. Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, reflek muntah, dan kemampuan
menelan
g. Memonitor status paru menjaga/mempertahankan jalan napas
h. Posisi tegak 90 derajat atau sejauh mungkin
i. Jauhlkan manset trakea meningkat
j. Jauhkan pengaturan hisap yang tersedia
k. Menyuapkan makanan dengan jumlah yang kecil
l. Periksa penempatan tabung NGT atau gastrostomy sisa sebelum makan
m. Hindari makan, jika ada residu tinggi
n. Tempat „pewarna‟ dalam tabung pengisi NGT
o. Hindari cairan atau mengunakan zat pengental
p. Penawaran makanan atau cairan yang dapat dibentuk menjadi bolus sebelum
menelan
q. Potong makanan menjadi potongan kecil
r. Permintaan obat dalam bentuk obat mujarab
s. Istirahatkan atau menghancurkan pil sebelum pemberian
t. Jauhkan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 setelah makan
u. Sarankan pidato/berbicara patologis berkonsultasi, sesuai

4. Diagnosa : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria hasil :
1. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Tindakan
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
i. Monitor jumlah nutrisi
j. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang diberikan

Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penuruan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas anak atau orangtua selama makan
d. Monitor lingkungan selama makan
e. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
f. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor mual dan muntah
i. Monitor kadar albumin,total protein Hb dan kadar Ht
j. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
k. Monitor pucat,kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
l. Monitor kalori dan intake nutrisi
m. Catat adanya edema, hiperemik,hipertonik papila lidah dan cavitas oral
n. Catat jika berwarna megenta scariet

5. Diagnosa : mobilitas fisik, kerusakan


Kriteria hasil :
a. mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya
konntraktur, footdrop
b. Mempertahankan/meningkat kekuatan dan fingsi bagian tubuh yang terkena atau
kompensansi
c. Mendemostrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
mempertahankan integritas kulit.

Tindakan :
a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
c. Bantu klien untuk mengunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilitas kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
f. Dampingi dan bantu jika klien memerlukan
g. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
airway management
h. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
i. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
j. identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
k. pasang mayo bila perlu
l. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
m. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
n. Auskultrasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
o. Lakukan suction pada mayo
p. Berikan bronkodilator bila perlu
q. Berikan pelembab udara kassa basah NaCi Lembab
r. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
s. Monitor respirasi status oksigen

6. Diagnosa :Komunikasi, kerusakan verbal

Kriteria hasil :
a. mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
b. Membuat metode komunikasi di mana kebutuhan dapat diekspresikan
Tindakan :
a. Kaji tipe/ derajat disfungsi seperti pasien, tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesuitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
b. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti buka mataunjuk
pintu) ulangi dengan kata yang sederhana
c. Tunjukan objek dan minta untuk menyebutkan nama/benda
d. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti”sh” atau pus
e. Berikan komunikasi alternatif, seperti menulis di papan tulis, gambar.
f. Berikan petunjuk visual(gerakan atau gambar, daftar kebutuhan)
g. Bicaralah dengan nada yang normal dan hindari percakapan yang tepat.
h. Libatkan penngunjung/ orang terdekat mempertahankan usaha nya untuk
berkomunikasi dengan pasien sperti membaca surat, diskusi tentang hal yang
terjadi
i. Gunakan penerjemah, jika diperlukan
j. Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan
k. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
l. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi
Permintaan
m. Dengarkan dengan penuh perhatian
n. Berdiri di depan pasien saat berbicara
o. Gunakan kartu baca,kertas,pensil,bahasa tubuh,gambar, daftar kosakata bahasa
asing, computer, dan lain-lain untuk memfasilitasi komunikasi dua arah yang
optimal
p. Ajarkan biacara dari esophagus, jika diperlukan
q. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan alat bantu
bicara(misalnya: prostesi trakeosofagus dan laring buatan
r. Berikan pujian positive, jika diperlukan
s. Anjurkan pertemuan kelompok
t. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk member stimulus
komunikasi
u. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan informasi
(bahasa isyarat)

7. Diagnosa : Risiko Kerusakan Integritas Kulit


Kriteria Hasil :kulit klien tetap utuh di tandai dengan tidak adanya perkembangan
tekanan ulkus tahap 1 dan tidak adanya manifestasi kemerahan dari berkas gesekan
dan pencukuran.
Tindakan :
a. Kaji kondisi kulit setiap dua jam
b. Ubah posisi klien dengan hemiplegia atau penurunan tingkat kesadaran setiap 2
jam.
c. Pastikan bahwa berat tubuh tidak membahayakan bagian anggota gerak yang
terkena stroke.
d. Dislokasi penuh pada bahu dan panggul dapat terjadi jika ekstermitas yang lemah
tidak di sokong dengan benar.
e. Tempatkan sebuah bantal antara tungkain klien sebagai tumpuan.

8. Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri


Kriteria hasil :
a. mendemostrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
b. Melakukan aktivitas perawatan diri
c. Mengindentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuia
kebutuhan.
Tindakan :
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan mengunakan skala (0-4)
Untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
b. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien yang cukup untuk
mngerjakan tugas
c. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang di lakukan atatu
keberhasilan, berikan rencana terhadap gangguan penglihatan yang ada seperti :
d. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
1) Letakan makanan dan alat lain nya pada sisi pasien yang tidak sakit
2) Sesuaikan tempat tidur sehingga sisi tubuh pasien tidak sakit menghadap ke
ruangan dengan sisi yang sakit menghadap ke dinding
3) Posisikan perabot menjauhi dinding
e. Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian dan
melakukan perawatan rambut
f. Pertimbangan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan dri
g. Pertimbangan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
h. Bantu pasien memilih pakaian yang mudah dipakai dan dilepas
i. Sediakan pakaian pada tempat yang mudah di jankau (disamping tempat tidur)
j. Fasilitas pasien untuk menyisir rambut bila memungkinkan
k. Dukung kemandirian dalam berpakaian berhias, bantu pasien jika di perlukan
l. Pertahankan privasi saat pasien berpakaian
m. Bantu pasien untuk menaikan, mengancingkan dan menrisleting pakaian jika di
perlukan
n. Gunakan alat bantu tambahan (misalnya: sendok, pengait kancing dan penarik
ritsleting untuk menarik pakaian jika di perlukan
o. Beri pujian atas usaha untuk berpakaian sendiri
p. Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencanaan tindakan
pasien dalam perawatan pasien dengan alat bantu.

9. Diagnosa : perubahan persepsi sensori


Kriteria hasil :
a. Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual
b. Mengakui perubahan dalam kemampuan adanya kerterlibatan residua
c. Mendemostrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadapat/defisit hasi.

Tindakan :
a. Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas dan dingin, tajam/tumpul,
posisi bagian tubuh otot, rasa persendian
b. Dekati pasien dengan penglihatan yang normal,biarkan lampu menyala :letakan
benda dalam kejauhan normal
c. Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan
d. Berikan stimulus pada sentuhan, seperti berikan benda untuk menyentuh,meraba.
e. Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari bagian
posisi yang tertentu
f. Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan sesuai kebutuhan
g. Lakukan validasi terhadap persepsi klien

10. Diagnosa : resiko tejadinya kontraktur


Kriteria hasil : Tidak adanya otot yang memendek
Tindakan :
a. Kaji pada kedua bagian sendi pada bagian yang terlibat dan yang tidak terlibat
b. Lakukan latihan ROM 2 kali sehari sesudah 24 jam pertama
c. Ajarkan klien untuk mengunakan tangan yang tidak terpengaruh untuk
menganggkat lengan yang lemah
d. Menggenggam erat bola karet
e. Kolaborasi dengan terapi okupasi penggunaan bidai untuk mencegah kontraktur
fleksi akan lebih efektif.

11. Diagnosa : resiko jatuh


Kriteria hasil :
a. Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrum
b. Gerakan terkoordinasi kemampuan otot untuk bekerja sama secara volunter
untuk melakukan gerakan yang bertujuan perilaku pencegahan jatuh : tindakan
induvidu atau pemberi asuhan untuk meminimalkan faktor resikoyang dapat
memicu jatuh di lingkungan induvidu
c. Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh
d. Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh pengetahuan :keselamatan anak
fisik,
e. Pengetahuan : keamanan pribadiPelanggaran perlindungan tingkat
Tindakan :
a. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
b. Mendorong klien mengunakan tongkat atau alat abntu untuk berjalan
c. Kunci roda dari kursi roda, tempat tidur, atau brankar selama tranfers Klien
d. Menyediakan lampu malam di samping tempat tidur klien
e. Menyediakan pegangan tangan terlihat dan memegang tiang
f. Anjurkan klien untuk mengunakan kacamata
g. Mendidik keluarga tentang faktor terjadi resiko jatuh
h. Pastikan klien untuk mengunakan sepatu yang pasti

12. Diagnosa : Risiko hipertemia


Kriteria hasil :Terjadi penurunan risiko hipertemia pada klien atau suhu klien
keadaan normal
Tindakan :
a. Atasi demam dengan antipiretik
b. Kaji kulit secara rutin pada bagian yang tertekan
c. Hindari klien menjadi menggigil
d. Menjaga kaki tetap hangat
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen fenotiazen

E. Pelaksanaan keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan. Menurut smeltzer ( 2013), pelaksanaan keperawatan pada stroke terdiri dari :
1. Mencegah terjadinya peningkatan perfusi
2. Mengatasi nyeri kepala
3. Meningkatkan kemampuan menelan makanan
4. Memenuhi bantu pemberian nutrisi
5. Meningkatkan mobilitas dan mencegah deformitas
6. Meningkatkan komunikasi
7. Mempertahankan intergritas kulit
8. Meningkatkan perawatan diri
9. Menangani kesulitan persepsi sensori
10. Mempersiapkan untuk ambulasi
11. Mencegah terjadinya resiko jatuh
12. Mencegah terjadinya hipertemi

F. Evaluasi
Evaluasi pencapaian tingkat hasil secara terus-menerus.Setelah stroke, beberapa hasil,
seperti perfusi serebral akan di capai paling awal, yang lain, seperti penurunan perawatan
diri, mungkin membutuhkan rehabilitas jangka panjang, pantau kemajuan yang mengarah
pada hasil, lakukan kerja sama baik dengan dan keluarga.
(Joyce M.black 2014)
Hasil yang di harapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan :
1. Perfusi jaringan adekuat
2. Nyeri teratasi dan hilang
3. Menunjukan kemampuan untuk menelan makanan
4. asupan nutrisi adekuat
5. perbaikan mobilitas sendi
6. Adanya peningkatan komunikasi
7. gangguan intergritas kulit teratasi
8. Pemenuhan defisit care teratasi
9. Gangguan persepsi sensori teratasi
10. Tidak terjadi kontraktur pada anggota gerak
11. Dapat mencegah resiko jatuh
12. Tidak terjadi hipertermi
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan sebuah laporan kasus asuhan keperwatan pada klien
dengan gangguan sistem persyarafan : storke non hemoragik di paviliun Shafa-Shafa Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka putih. Proses pelaksanaan asuhan keperawatan selama tiga hari
Tanggal 3-5 Juni 2016. Dalam melengkapi data ini penulisan mengadakan wawancara dengan
keluarga, tim perawat diruangan, selain itu juga memperoleh data-data catatan medis dan catatan
keperawatan serta di dapatkan hasil observasi langsung.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas klien
Klien bernama Tn H berusia 49 tahun. Status perkawinan Tn H adalah seorang kepala
keluarga beragama islam. Klien berasal dari suku bangsa jawa. Pendidikan terakhir klien
adalah Sarjana Hukum S1. Bahasa yang digunakan Tn H adalah bahasa indonesia. Tn H
bekerja sebagai karyawan PT.TO Jakarta Touris sindo. Tn H tinggal di daerah Komplek
Angkasa Jln.Halilintar no 923 jakarta timur. Sumber biaya perawatan klien di tanggung
oleh fundensial penulis mendapatkan informasi dari keluarga pasien yaitu Istri Tn H
sendiri.
2) Resume
Pada tanggal 31 mei 2016 klien datang ke UGD RSIJ Cempaka Putih diantar taksi dengan
keadaan lemas, tidak bisa bicara, mulut mencong dan bagian tubuh sebelah kanan lemas
kemudian dilakukan ttv : TD : 150/100 mmhg , N : 88x/menit, rr : 20x/menit pemasangan
infus RL langsung pemeriksaan ct-scan, rontgen thorax dan pemeriksaan laboratorium
darah kemudian langsung di rawat di stroke center pada tanggal 31 mei- 1 juni 2016
dilakukan pemasangan selang NGT lalu klien mencabut selang NGT nya. Klien di rawat
stroke center hanya 1 hari saja kemudian di bawa keruangan rawat inap shafa-shafa pada
tanggal 2 juni 2016 dengan keadaan composmentis, tidak bisa biacara dan bagian tubuh
gerak sebelah kanan lemah, GCS : E : 4, M : 6, V: Disatria) TTV : TD : 140/80 mmHg, N
: 84x/menit, R : 20x/menit, S : 36 oC.
3) Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga mengatakan ketika bangun tidur ingin sholat tiba-tiba Tn H mendadak
mengalami, kelemahan bagian tangan dan kaki sebelah kiri di bisa di gerakan, tidak bisa
berbicara dan lemas, keluarga kien mengatakan penyebab stroke karna diabetes
melitus kemudian langsung di bawa kerumah Sakit Islam UGD Cempaka Putih Jakarta
Pusat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Menurut keluarga selama ini Tn H tidak ada alergi seperti obat, binatang, lingkungan.
Tn H tidak pernah mengalami kecelakaan, pada tanggal 3 april 2015 pernah dirawat
selama 3 hari dengan alasan menderita diabetes melitus dan mengkomsumsi obat
metformin.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien anak pertama dari empat bersaudara. Ayah klien sudah meninggal klien sejak
klien beranjak dewasa dan ibu nya masih hidup mengalami sakit diabetes melitus.
Menurut keluarga, ayah klien mempunyai riwayat hipertensi.
Genogram :

DM

Tn H dm hipertensi stroke

Keterangan :
: laki-laki : klien

: Perempuan : Menikah
: Meninggal : Keturunan

: tinggal serumah

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga faktor resiko


Keluarga mengatakan ibu klien mengalami penyakit diabetes melitus menjadi faktor
yang menyebabkan Tn H menjadi Stroke Non Hemoragik.

e. Riwayat psikososial dan spritual


Saat ini klien tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Pola komunikasi antara klien dan
istri sangat baik. Setiap ada permasalahan dalam mengambil keputusan keluarga
mengatakan klien yang selalu mengambil keputusan. Dan kegiatan kemasyarakatan
yang sering dilakukan Tn H adalah ikut acara rapat RT dan kerja bakti di lingkungan
masyarakat. Dampak penyakit klien terhadapat keluarga sangat cemas karna baru kali
ini terkena penyakit stroke, masalah yang mempengaruhi klien saat ini tidak bisa
berkomunikasi dan anggota gerak bagian kanan tidak bisa di gerakan. Mekanisme
koping terhadap stress pasien lebih memilih untuk tidur saja dan menonton televisi.
Persepsi klien terhadapat penyakit ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul bersama
keluarga. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit aktivitas Tn.H menjadi
pemenuhan kebutuhan nutrisi menjadi tidak seimbang, semua aktivitas klien harus di
bantu, sulit berbicara, dan lebih banyak tidur.tidak ada nilai-nilai yang bertentangan
dengan kesehatan karena klien menyadari bahwa stroke yang diderita karena tidak
patuh terhadap diet diabetes melitus. Klien rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu
setiap hari.

f. Kondisi lingkungan rumah


Klien dan keluarga saat ini tinggal di komplek angkasa jln.Halilintar dengann keadaan
menurut keluarga rumah rapi bersih, rumah satu lantai dan tidak licin, lingkungan
sekitar ramah dan sunyi.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
 Sebelum sakit
Sebelum sakit frekuensi makan klien 3x/hari dengan komposisi nasi, sayur, ayam,
lauk lauk dan buah-buahan. Klien tidak mempunyai alergi pada makanan, nafsu
makan klien baik dan klien menghabiskan porsi makanan tidak ada makanan
yang tidak di sukai. Klien mempunyai pantangan makanan yang manis-manis dan
sering mengkomsumsi obat diabetes yaitu metformin.

 Saat sakit
Saat di rawat frekuensi makan klien 3 sendok/hari, nafsu makan klien tidak ada,
klien mempunyai pantangan makan yang manis-manis, klien diet makanan cair
susu menghabiskan hanya 3 sendok saja.

2) Pola eliminasi
 Sebelum sakit
Sebelum sakit klien biasa BAK 5x/hari, warna kuning jernih tidak ada keluhan
pada BAK dan BAB 1x/hari setiap pagi konsistensi lembek warna kuning
kecoklatan.

 Saat sakit
Selama di rawat dirumah sakit klien mengunakan kateter dengan kondisi kateter
bersih warna urine kuning jernih dan klien belum pernah BAB sama sekali.

3) Pola personal hygiene


 Sebelum sakit
Sebelum sakit klien mandi 2x/hari setiap hari dengan mengunakan sabun,
menggosok gigi 2x/hari setiap kali mandi, dan klien mencuci rambut2x/1 minggu
dengan mengunakan shampo.

 Saat sakit
Selama sakit klien mandi hanya di lap mengunakan waslap, klien menggosok gigi
hanya berkumur-kumur saja dan tidak pernah mencuci rambut.
4) Pola istirahat tidur
 Sebelum sakit
Sebelum sakit klien tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam. Klien tidak
mempunyai kebiasaan pada saat akan tidur dan sesudah tidur.
 Saat sakit
Selama di rawat klien tidur siang 2-3 jam dan tidur malam 7-8 jam

5) Pola aktivitas dan latihan


 Sebelum sakit
Sebelum sakit klien beraktivitas berkerja pagi dan setiap hari melakukan olahraga
jalan kaki frekuensi 30 menit tidak ada keluhan saat beraktivitas
 Saat sakit
Selama dirawat klien aktivitas klien terganggu karena adanya kelemahan pada
ekstremitas sebelah kanan.

6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


 Sebelum sakit
Sebelum sakit klien tidak ada kebiasaan merokok dan minuman keras

 Saat sakit
Selama dirawat klien tidak pernah mengkomsumsi minuman keras dan merokok.

7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan stroke non haemoragik yaitu :
a) pemeriksaan fisik umum
keadaan umum sakit ringan, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : 140/90
mmHg. N : 92x/menit, RR : 18x/menit, Sh : 37,5 oc, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening pada leher.
b) Sistem penglihatan
Posisi mata tidak simetris, konjungtiva ananemis. Skera anikterik, pupil isokor,
reflek pupil mengecil ketika di dekatkan dan melebar ketika cahaya dijauhkan,
fungsi penglihatan klien masih dapat melihat dengan jelas, klien membuka mata
dengan spontan dan klien dapat mengerakan bola mata ke atas, ke dalam dan
keluar.
c) Sistem pendengaran
Letak simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat serumen, tidak ada cairan yang
keluar dari telinga. Fungsi pendengaran klien baik. Tidak ada tuli konduktif dan
tuli persepsi.
d) Sistem wicara
Ketidak mampuan berbicara disatria.
e) Sistem pernapasan
Jalan nafas bersih, tidak ada batuk, tidak ada peningkatan produksi sputum, tidak
sesak, tidak tampak otot bantu pernapasan, tidak ada bunyi nafas tambahan, taktil
fremitus seimbang kanan dan kiri, jenis pernapasan spontan, suara nafas vesikuler.
f) Sistem kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer
nadi 92x/menit, irama teratur, denyutan kuat, TD : 140/90 mmHg, tidak terdapat
distensu vena jugularis, temperatur kulit hangat, pengisian kapiler refill <3 detik
dan tidak terdapat edema
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 92x/menit, irama teratur, tidak terdapat kelainan bunyi
jantung dan tidak ada nyeri pada dada.

g) Sistem hematology
Klien tidak pucat dan tidak ada perdarahan di bagian tubuh.

h) Sistem saraf pusat


Tingkat kesadaran composmentis, GCS : 6 , E : 4, M : 1, V : 1 reaksi pupil pada
kedua mata baik, ukuran pupil kanan dan kiri 2 mm, tidak ada peningkatan TIK,
kelemahan pada ekstremitas bagian kanan atas dan bawah.

Pemeriksaan nervus :
 Nervus I tidak ada ada kelainan pada fungsi penciuman.
 Nervus II tidak ada kelainan gangguan visual-spasial.
 Nervus III, IV DAN VI didapatkan pergerakan bola mata normal.
 Nervus V didapatkan gangguan menelan.
 Nervus VII di dapatkan gangguan pengecapan dan wajah tidak
simetris.
 Nervus VII tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Nervus IX dan X didapatkan menelan kurang baik dan klien dapat
membuka mulut.
 Nervus XI tidak terdapat tonus otot
 Nervus XII di dapatkan lidah simetris dan pengecapan tidak normal

i) Sistem pencernaan
Tidak ada caries pada gigi, tidak ada penggunaan gigi palsu, stomatitis tidak ada,
lidah tampak bersih dengan salifah normal, tidak terdapat muntah dan mual, tidak
ada nyeri pada daerah perut, bising usus 18x/menit, teraba hepar, abdomen
lembek.

j) Sistem endoktrin
Klien tidak ada pembesaran tiroid, napas berbau keton dan tidak ada luka
ganggren. Urine dalam back penuh, klien tidak nafu makan dan klien tidak cepat
haus.

k) Sistem uregenital
Balance cairan intake 1800 cc output 2100 ml, BAK warna jernih, tidak ada
distensi kandung kemih, pinggang tidak sakit.

l) Sistem musculoskeletal
Pasien mengalami kesulitan pergerakan karena terjadi kelemahan pada anggota
gerak bagian kanan.
Kekuatan otot :5555 0000
5555 0000
1) Data tambahan
Saat ini pasien tidak dapat berkomunikasi, anggota gerak tubuh bagian kanan kanan atas
dan bawah tidak dapat bisa digerakan, saat ini pasien dalam keadaan compomentis dan
klien terpasang kateter.

2) Data penunjang
a. CT Scan kepala tanggal 31/5/2016
Hasil : infark di capsula interna kiri
b. Rontgent thorax tanggal 3/5/2016
Kesan : cardiomegali
Tak kelainan paru
CTR 60% Aorta normal
c. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 31/6/2016
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin L 12.4 g/dL 13.2-17.3
Jumlah leukosit H 11.24 103/Ml 3.80-10.3
Hematokrit L 35 % 40-52
Jumlah trombosit 198 103/Ml 150-440
Eritrosit L 4.16 103/Ml 4.40-5.90
Ureum darah 42 Mg/dl 10-50
Kreatin darah H 1.5 Mg/dl < 1.4
Natrium (Na) darah 142 mEg/L 135-147
Kalium (ci) darah L 3.1 mEg/L 3.5-5.0
Klorida (ci) darah 98 mEg/L 94-11
Glukosa darah sewaktu H 216 Mg/dL 70-200
Tanggal 01/06/2016 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan


Glukosa jam 05:00 221 mg/Dl
Glukosa jam 11:00 255 mg/Dl
Glukosa jam 17:00 217 mg/dL
Glukosa jam 23:00 200 mg/Dl

Tanggal 2/6/2016 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan


Glukosa jam 05:00 257 mg/dL
Glukosa jam 11:00 209 mg/dL
Glukosa jam 17:00 249 mg/dL

Glukosa jam 23:00 259 mg/dL

Tanggal 03/06/2016 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan


Glukosa jam 05:00 201 mg/dL
Glukosa jam 11:00 198 mg/dL
Glukosa jam 17:00 189 mg/dL
Gliko HB (HBAIC) H 8.7 mg/dL

Pemeriksaan tanggal 03/06/2016

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Gliko HB (HbA1c) H 8.7 % 4.8-5.9

Tanggal 04/06/2016 Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Kolestrol total 191 mg/dL <200
Trigliserida 66 mg/dL <150
Kolestrol HDL 54 mg/dL 42-67
Kolestrol LDL Direk H 123 mg/dL <100

Pemeriksan 06/06/2016
Pemeriksaan Hasil Satuan
Glukosa jam 05:00 204 mg/dL
Glukosa jam 11:00 220 mg/dL
Glukosa jam 17:00 174 mg/dL

3) Penatalaksaan
a. Obat oral
1) Valsartan 80g 1x1 (siang) jam 12:00
2) Amplodipine 5 mg 1x1 (sore) jam 18:00
3) Glumin XR 500 mg IxII (pagi dan sore) 18:00 dan jam 06:00
4) Trazenta 5 mg IxII (pagi dan sore) 18:00 dan jam 06:00
5) CPG 75g 1x1 (sore) jam 18:00
6) Livalo 2 mg 1x1 jam 22:00

b. Obat injeksi
1) Neurolin 500 2x1000mg jam 18:00 dan jam 06:00
2) Methycobalt 2x2 jam 18:00 dan jam 06:00
3) Rantin amp 2x1 jam 18:00 dan jam 06:00
c. Obat lain nya
1) Insulin 3x4 unit
d. Makanan diet cair susu 1890 kalori
e. Terpasang kateter urine
f. Terpasang infus Ashering 14 tpm
g. Program fisioterapi exercise pasif

4) Data fokus
a. Data subyektif
Keluarga klien mengatakan klien sulit menelan makanan, tidak nafsu makanan, tidak
bisa bicara, mengalami kelemahan bagian anggota gerak pada tangan dan kaki.klien
hanya berbaring ditempat tidur, berat badan sebelum sakit 60kg ketika sakit klien
58kg.
b. Data objektif
Klien tampak sulit menelan makanan, tidak nafu makan, tidak bisa bicara,
mengalami kelemahan bagian anggota gerak pada tangan dan kaki, klien hanya
berbaring di tempat tidur kesan hasil st-scan terdapat infark di capsula interna kiri,
hasil rontgen thorax cardiomegali, tak tampak kelainan paru, TB : 170 cm, GCS
E:4.M :6, V :1, kekutan otot

5555 0000

5555 0000

BBI = (TB – 100) – (TB – 100 x 10%)


= (170 – 100) – (170 – 100 x 10%)
= 70 – 7
= 63
Kebutuhan Kalori = BBI x 30
= 63 x 30
= 1.890 kalori

5) Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. Data subyektif : Gangguan menelan Penurunan fungsi
Keluarga klien mengatakan klien vagus
sulit menelan makanan, tidak nafsu
makanan. pernah mencabut selang
NGT sendiri di rawat stroke center
Data obyektif :
Klien tampak sulit menelan
makanan, tidak nafu makan,
penurunan nervus vagus,
glosofaringeal, facial, hipoglosal...
2 Data subyektif : Nutrisi, perubahan Ketidak cukupan
Keluarga mengatakan klien hanya di kurang dari insulin
berikan makanan cair susu, klien kebutuhan tubuh
mengkonsumsi susu 7 sendok /hari.
Data obyektif :
A: antrometri
BB : 58 kg
TB : 170 kg
IMT : 20,7
BBI : (TB-100)±( (TB-100)15%)
=(170-100)±((170-100)15%)
=70±(70x15%)
=70±10.5
=80.5 sampai -59,5
B :Biochemical data
HB : 12,4 g/Dl
Albumin : -
C : clinical sign
Konjungtiva anenmis,TD : 140/90
mmHg, N : 80x/menit, S : 36.0oC,
mukosa bibir kering.

3 Data subyektif : Hambatan mobilitas Hemiparase destra


Keluarga klien mengatakan hanya fisik
berbaring di tempat tidur,
mengalami kelemahan bagian
anggota gerak tangan dan kaki,
aktivitas dibantu sepenuhnya .
Data obyektif :
Klien tampak berbaring di tempat
tidur saja, mengalami kelemahan
bagian anggota gerak tangan dan
kaki, aktivitas dibantu sepenuhnya,
kekuatan otot
5555 0000
5555 0000
GCS :
E:4
M :6
V : disatria
4 Data subyektif : Hambatan Penurunan fungsi
Keluarga klien mengatakan tidak
komunikaasi otot facial
bisa bicara, berkomunikasi hanya
menunjuk benda nya saja,
mengekspresikan perasaannya
hanya berdiam diri saja
Data obyektif :
Klien tampak tidak bisa bicara,
berkomunikasi klien hanya
menunjuk bendanya saja,
mengekspresikan perasaannya
berdiam diri, mulut mencong
sebelah kanan, lidah tampak jatuh
sebelah kanan, wajah tidak
simetris.

B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa data dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan
NO Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal Nama jelas
ditemukan teratasi
1 Gangguan menelan 03/06/2016 Apriyani
berhubungan dengan
penurunan fungsi vagus
2 Gangguan nutrisi 03/06/2016 Apriyani
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan ketidak cukupan
insulin
3 Hambatan mobilitas fisik 03/06/2016 Apriyani
berhubungan dengan
hemiparase dextra
4 Hambatan komunikasi 03/06/2016 Apriyani
verbal berhubungan
dengan penurunan fungsi
facial

C. Rencana keperawatan
berdasarkan diagnosa yang telah dirumuskan diatas maka tujuan,kriteria hasil dan
rencana tindakan keperawatan sebagai berikut :
1) Diagnosa keperawatan : Gangguan menelan berhubungan dengan
penurunan fungsi vagus
Kriteria hasi :
a) Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
b) Tidak ada kerusakan otot tenggorakan atau otot wajah, menelan, menggerakan
wajah lidah atau reflek muntah.
c) Mampu mengontrol mual dan muntah
Tindakan keperawatan :
a) Monitor upaya untuk dapat melakukan proses menelan yang efekif seperti
mengontrol kepala
b) Mengkaji pemeriksaan GCS
c) Berikan posisi klien dengan duduk/tegak selama dan setelah makan
d) Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
e) Berikan makanan per oral setengah cairan, makanan lunak ketika klien menelan air
f) Anjurkan klien mengunakan sedotan untuk minum cairan
g) Kolaborasi pemberian cairan melalui intra vena

2) Diagnosa : Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidak cukupan insulin
kriteria hasil :
a) Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
b) Menunjukan tingkat energi biasanya
c) Mendemostrasikan berat badan stabil atau
Tindakan keperawatan :
a) Observasi tanda hipoglekemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab
atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, pusing, sempoyongan.
b) Pantau pola makan klien dibandingkan dengan porsi yang di habiskan
c) Pantau pemeriksaan laboratorium seperti , aseton, gula darah, Ph, dan HCO3
d) Berikan insulin secara teratur dengan metode IV
e) Berikan larutan dengan glukosa, misalnya dektrosa dan setengah salin normal
f) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan nutrien dan elektrolit
g) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi
h) Kolaborasi dengan ahli gizi

3) Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


hemiparase destra
Kriteria hasil :
a) Klien dapat meningkat aktivitas
b) Mengerti dan tujuan dari peningkatan mobilitas
c) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
Tindakan keperawatan :
a) Kaji kemapuan klien dalam mobilisasi
b) Mengkaji kekuatan otot
c) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
d) Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana merubah posisi
e) Ajarkan klien atau keluarga tentang teknik ROM
f) Dampingi dan bantu pasien mobilisasi
g) Kolaborasi dengan terapi fisik
4) Diagnosa keperawatan : Hambatan komunikasi verbal berhubungan
dengan penurunan fungsi facial
Kriteria hasil :
a) Mampu mengkomunikasi kebutuhan dengan lingkungan yang sesuai
b) Komunikasi : penerimaan intrepretasi dan ekspresi pesan, lisan, tulisan,
dan non verbal meningkat
c) Mampu memanajemen kemampuan fisik yang dimiliki
Tindakan keperawatan :
a) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti klien tidak tampak memahami kata
atau kesuitan berbicara
b) Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata” “tunjuk
pintu) ulangi dengan kalimat yang sederhana
c) Mintalah klien untuk mengucapkan suara yang sederhana seperti “SH” atau “PUS”
d) Berikan metode komunikasi alternatif seperti menulis papan tulis dan gambar)
e) Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan)
f) Bicaralah dengan nada yang normal dan hindari pecakapan yang cepat
g) Anjurkan keluarga mempertahankan usaha komunikasi dengan klien
h) Kolaborasi dengan ahli wicara

D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke non hemoragik
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat, maka penulis melakukan asuhan
keperawatan selama tiga hari yang dimulai dari tanggal 03 juni 2016 sampai 5 juni 2016
dan kerjasama dengan tim keperawatan yang bertugas di shafa-shafa di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
Hari/tanggal Jam Nomor Tindakan keperawatan Paraf
diagnosa
Jumat/03/062016 07:00 1 1. monitor ttv TD : 130/80 Apriyani
mmHg, N : 85x/menit, R:
20x/menit, S: 36,7oC

08:30 1 2. Berikan posisi klien dengan Apriyani


duduk/tegak selama dan
setelah makan.
Ds: -
Do:
Klien tampak tidak mampu
duduk

08:30 4 3. Bicaralah dengan nada yang Apriyani


normal dan hindari
pecakapan yang cepat.
Ds:-
Do:
Klien tampak mengerti
percakapan dengan perintah

08:30 1 4. Berikan makan dengan Apriyani


perlahan pada lingkungan
yang tenang.
Ds:-
Do:
Klien tampak tenang dengan
lingkungan di ruang.

09:00 3 5. Ajarkan pasien atau keluarga Apriyani


bagaimana merubah posisi.
Ds:-
Do:
Keluarga mengatakan sudah
mengerti nmengubah posisi
miring kanan dan kiri

09:00 1 6. Anjurkan klien mengunakan Apriyani


sedotan untuk minum cairan.
Ds:
Keluarga klien mengatakan
sudah mencoba mengunakan
sedotan terjadi tersedak
batuk-
Batuk
Do:
klien tampak sudah mencoba
mengunakan sedotan terjadi
tersedak batuk-Batuk

09:00 3 7. Ajarkan klien atau keluarga Apriyani


tentang teknik ROM
Ds:-
Do:
Klien sudah mengerti
melakukan teknik ROM

10:00 4 8. Kaji tipe/derajat disfungsi Apriyani


seperti klien tidak tampak
memahami kata atau
kesulitan berbicara
Ds:-
Do:
Klien tampak memahami
perintah tetapi klien tidak
bisa berbicara
\
12:00 1 9. Berikan makanan per oral Keluarga
setengah cairan, makanan klien
lunak ketika klien menelan
air.
Ds:
Keluarga klien mengatakan
sudah minum susu sebanyak
3 sendok saja
Do:-

13:00 2 10. Pantau pemeriksaan Tim


laboratorium seperti , aseton,
gula darah, Ph, dan HCO3
Hasil pemeriksaan lab gula
darah :
Glukosa jam 05:00 201
mg/dL
Glukosa jam 19:00 198
mg/dL
Glukosa jam 17:00 189
mg/dL

Sabtu 04/06/2016 14:00 1 1. Berikan makanan per oral Apriyani


setengah cairan, makanan
lunak ketika klien menelan
air.
Ds:-
Do:
Klien tampak minum jus
melon sebanyak 6 sendok,
tampak makan telor dengan
potongan kecil sebanyak 1
sendok

14:30 4 2. Mintalah klien untuk Apriyani


mengucapkan suara yang
sederhana seperti “SH” atau
“PUS”
Ds:-
Do:
Klien tampak tidak mampu
mengucapkan SH atau PUS,
Klien tampak hanya mampu
menggerakan mulut dengan
monyong saja

15:00 3. Mengkaji kekuatan otot


3 Ds: Apriyani
Keluarga klien
mengatakanMengalami
kelemahan sebelah kanan
anggota gerak
Do:

kiri 5555 0000 kanan


5555 0000

15:00 1 4. Melakukan pemeriksaan Apriyani


GCS
Ds:-
Do:
 Nervus I tidak ada ada
kelainan pada fungsi
penciuman.
 Nervus II tidak ada
kelainan gangguan visual-
spasial.
 Nervus III, IV DAN VI
didapatkan pergerakan bola
mata normal.
 Nervus V didapatkan
gangguan menelan.
 Nervus VII di dapatkan
gangguan pengecapan dan
wajah tidak
simetris.
 Nervus VII tidak
ditemukan tuli konduktif
dan tuli persepsi.
 Nervus IX dan X
didapatkan menelan kurang
baik dan klien dapat
membuka mulut.
 Nervus XI tidak terdapat
tonus otot
 Nervus XII di dapatkan
lidah simetris dan
pengecapan tidak normal

17:00 1 5. Monitor upaya untuk dapat Apriyani


melakukan proses menelan
yang efekif seperti
mengontrol kepala.
Ds:
Keluarga klien mengatakan
klien sudah mampu sedikit
demi sedikit makan
Do:
Makanan tampak di
habiskan sedikit.
18:00 3 Apriyani
6. Ajarkan pasien atau keluarga
bagaimana merubah posisi
Ds:
Keluarga mengatakan sejak
tadi sudah merubah posisi
setiap 2 jam sekali
Do:-
18:20 2 Apriyani
7. Observasi tanda
hipoglekemia seperti
perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab atau dingin,
denyut nadi cepat, lapar,
peka rangsang, cemas,
pusing, sempoyongan.
Ds:-
Do:
Klien tampak tidak ada
tanda gejala hipoglekemia
20:10 2 Apriyani
8. Pantau pola makan klien
dibandingkan dengan porsi
yang di habiskan
Ds:
Keluarga mengatakan klien
sudah ada peningkatan pola
makan untuk menelan nya.
20:16 3 Do:- Apriyani

9. Mintalah klien untuk


mengikuti perintah
sederhana (seperti “buka
mata” “tunjuk pintu) ulangi
dengan kalimat yang
sederhana
Ds:-
Do:
Klien tampak mampu
mengikuti perintah untuk
membuka mata dengan
spontan.
21:20 1 Apriyani

10.Libatkan keluarga pasien


pada perencanaan makan ini
sesuai dengan indikasi
Ds:-
Do:
Keluarga tampak mengerti
untuk klien memenuhi
kebutuhan nutrisi nya
Minggu 05:50 1 1. Memberikan obat oral Apriyani
5/06/2016 a. Glumin XR jam 06:00
b. Trasenta IxII jam 06:00
c. Neurolin 500 2x1000mg
jam 06:00
d. Methycobalt 2x2 jam
e. Rantin amp 2x1 jam

06:00 2 2. Berikan insulin 3x4 secara Apriyani


teratur dengan metode IV
Do:-
Ds:
Klien tampak diberikan
insulin sebanyak 400 unit.

07:00 1 3. Kaji pertahankan Apriyani


makanan dalam mulut
Ds:-
Do:
Klien tampak meningkat
nafsu makan sebanyak 6
sendok dengan potongan
kecil

07:20 1 4. Berikan posisi klien Apriyani


dengan duduk/tegak selama
dan setelah makan
Ds:-
Do:
Klien tampak sudah mampu
duduk di tempat tidur

5. Berikan metode
07:30 4 komunikasi alternatif seperti Apriyani
menulis papan tulis dan
gambar)
Ds:
keluarga klien mengatakan
akan membeli papan tulis
Do:
Klien tampak tidak mampu
berkomunikasi mengunakan
papan tulis karena tangan
kiri di infus

08:00 3 6. Melatih kekuatan otot Apriyani


Ds:-
Do:
Kekuatan otot :
5555 0000
5555 0000
Teraba kekuatan otot saat di
latih kekuatan otot

09:00 1 7. Kolaborasi pemberian Apriyani


cairan melalui intra vena
Ds:
Do:
Klien tampak terpasang
infus ashering 14 tpm

10:00 2 8. Pantau pemeriksaan Tim


laboratorium seperti ,
aseton, gula darah, Ph, dan
HCO3
Ds:
Do:
Gliko HB (HbA1c) H8.7%

11:00 3 9. Mendampingi dan bantu Apriyani


pasien mobilisasi
Klien tampak mau di
ajarkan untuk mengangkat
kaki dan tangan perlahan
lahan
E. Evaluasi
No dx Hari/ tanggal Jam Perkembangan Paraf
1 Jumat 12:00 Subyektif : Apriyani
03/06/2016 Keluarga mengatakan klien tidak menelan
makanan, klien hanya diberikan minuman
susu sebanyak 3 sendok saja
Obyektif :
Klien tampak tidak menelan makanan, klien
tampak diberikan minuman susu 3 sendok
saja
Analisa : masalah tidak teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a. Monitor upaya untuk dapat melakukan
proses menelan yang efekif seperti
mengontrol kepala
b. Mengkaji pemeriksaan GCS
c. Berikan posisi klien dengan duduk/tegak
selama dan setelah makan
d. Berikan makan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang
e. Berikan makanan per oral setengah
cairan, makanan lunak ketika klien
menelan air
f. Anjurkan klien mengunakan sedotan
untuk minum cairan

Subyektif :
Keluarga klien mengatakan tidak nafsu
2 Jumat makan, klien hanya diberikan makanan Apriyani
03/06/2016 berupa minuman susu cair, ada penurunan
berat badan menjadi 58 kg
Obyektif :
Klien tampak tidak nafsu makan. Tampak
diberikan makanan berupa minuman susu,
analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Observasi tanda hipoglekemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, pusing,
sempoyongan.
b) Pantau pola makan klien dibandingkan
dengan porsi yang di habiskan
c) Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti , aseton, gula darah, Ph, dan
HCO3
d) Berikan insulin secara teratur dengan
metode IV
e) Berikan larutan dengan glukosa,
misalnya dektrosa dan setengah salin
normal
f) Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan nutrien dan
elektrolit
g) Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
h) Kolaborasi dengan ahli gizi

Subyektif :
Keluarga klien mengatakan klien hanya
mampu berbaring di tempat tidur, mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan.
Obyektif :
Klien tampak hanya mampu berbaring di
3 Jumat tempat tidur, tampak mengalami kelemahan Apriyani
03/06/2016 anggota gerak sebelah kanan.
Kekuatan otot:

Kiri 5555 0000 kanan


5555 0000

Analisa : masalah belum teratasi


Planing : lanjutkan intervensi
a) Observasi tanda hipoglekemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, pusing,
sempoyongan.
b) Pantau pola makan klien dibandingkan
dengan porsi yang di habiskan
c) Pantau pemeriksaan laboratorium seperti ,
aseton, gula darah, Ph, dan HCO3
d) Berikan insulin secara teratur dengan
metode IV
e) Berikan larutan dengan glukosa, misalnya
dektrosa dan setengah salin normal
f) Berikan makanan cair yang mengandung
zat makanan nutrien dan elektrolit
g) Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi

Subyektif :
Keluarga mengatakan klien tidak bisa
berbicara, klien hanya bisa mengikuti kata
perintah.
Obyektif :
Klien tampak tidak bisa bicara, klien tidak
bisa mengikuti kata perintah, wajah tidak
simetris, lidah menjatuh di sebelah kanan.
Analisa : masalam belum terasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti klien
tidak tampak memahami kata atau
kesuitan berbicara
4 Jumat b) Mintalah klien untuk mengikuti perintah Apriyani
03/06/2016 sederhana (seperti “buka mata” “tunjuk
pintu) ulangi dengan kalimat yang
sederhana
c) Mintalah klien untuk mengucapkan
suara yang sederhana seperti “SH” atau
“PUS”
d) Berikan metode komunikasi alternatif
seperti menulis papan tulis dan gambar)
e) Berikan petunjuk visual (gerakan
tangan, gambar-gambar, daftar
kebutuhan)
f) Bicaralah dengan nada yang normal dan
hindari pecakapan yang cepat
g) Anjurkan keluarga mempertahankan
usaha komunikasi dengan klien
h) Kolaborasi dengan ahli wicara

1 Sabtu Subyektif : Apriyani


04/06/2016 Keluarga mengatakan klien sudah memulai
memberi makanan dengan potongan kecil
tetapi hanya habis 1 sendok saja,
kemampuan untuk menelan sudah membaik
dengan menelan banyak minum mengunakan
sendok
Obyektif :
Klien tampak mencoba menelan makanan
dengan potongan kecil walau habis 1 sendok,
tampak terjadi peningkatan menelan banyak
minum mengunakan sendok.
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planing :
a) Monitor upaya untuk dapat melakukan
proses menelan yang efekif seperti
mengontrol kepala
b) Mengkaji pemeriksaan GCS
c) Berikan posisi klien dengan
duduk/tegak selama dan setelah makan
d) Berikan makan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang
e) Berikan makanan per oral setengah
cairan, makanan lunak ketika klien
menelan air
f) Anjurkan klien mengunakan sedotan
untuk minum cairan

Subyektif :
Keluarga mengatakan klien makan berupa
cairan susu hanya habis 5 sendok, klien
2 Sabtu/04/06/2016 hanya mampu mengkonsumsi minuman Apriyani
cairan susu.
Obyektif :
Klien tampak makan berupa cairan susu
hanya habis 5 sendok, klien hanya mampu
mengkonsumsi cairan susu.
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Observasi tanda hipoglekemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, pusing,
sempoyongan.
b) Pantau pola makan klien dibandingkan
dengan porsi yang di habiskan
c) Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti , aseton, gula darah, Ph, dan
HCO3
d) Berikan insulin secara teratur dengan
metode IV
e) Berikan larutan dengan glukosa,
misalnya dektrosa dan setengah salin
normal
f) Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan nutrien dan
elektrolit
g) Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
h) Kolaborasi dengan ahli gizi

Subyektif :
Keluarga mengatakan klien sudah mulai
belajar duduk, klien masih di tidak bisa
menggerakan tangan dan kaki sebelah kanan
Obyektif :
Klien tampak sudah mulai belajar duduk,
3 Sabtu,05/06/2016 tampak masih mengalami kelemahan Apriyani
anggota gerak tangan dan kaki sebelah kanan
Kekuatan otot : kiri 5555 0000
5555 0000
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Kaji kemapuan klien dalam mobilisasi
b) Mengkaji kekuatan otot
c) Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
d) Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana
merubah posisi
e) Ajarkan klien atau keluarga tentang
teknik ROM
f) Dampingi dan bantu pasien mobilisasi
g) Kolaborasi dengan terapi fisik

Subyektif :
Keluarga mengatakan klien tidak bisa
berbicara, klien hanya bisa mengikuti kata
perintah.
Obyektif :
Klien tampak tidak bisa bicara, klien tidak
bisa mengikuti kata perintah, wajah tidak
simetris, lidah menjatuh di sebelah kanan.
Analisa : masalam belum terasi
Planing : lanjutkan intervensi
4 Sabtu,04/06/2016 a) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti klien Apriyani
tidak tampak memahami kata atau
kesulitan berbicara
b) Mintalah klien untuk mengikuti perintah
sederhana (seperti “buka mata” “tunjuk
pintu) ulangi dengan kalimat yang
sederhana
c) Mintalah klien untuk mengucapkan suara
yang sederhana seperti “SH” atau “PUS”
d) Berikan metode komunikasi alternatif
seperti menulis papan tulis dan gambar)
e) Berikan petunjuk visual (gerakan tangan,
gambar-gambar, daftar kebutuhan)
f) Bicaralah dengan nada yang normal dan
hindari pecakapan yang cepat
g) Anjurkan keluarga mempertahankan
usaha komunikasi dengan klien
h) Kolaborasi dengan ahli wicara

1 Minggu Subyektif : Apriyani


05/06/2016 Keluarga mengatakan klien sudah ada
peningkatan makan dengan potongan kecil
telor sebanyak 3 sendok, minum susu mulai
membaik habis setengah gelas .
Obyektif :
Klien tampak ada peningkatan makan
dengan potongan kecil telor sebanyak 3
sendok, minum susu mulai membaik habis
setengah gelas.
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Monitor upaya untuk dapat melakukan
proses menelan yang efekif seperti
mengontrol kepala
b) Mengkaji pemeriksaan GCS
c) Berikan posisi klien dengan duduk/tegak
selama dan setelah makan
d) Berikan makan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang
e) Berikan makanan per oral setengah
cairan, makanan lunak ketika klien
menelan air
f) Anjurkan klien mengunakan sedotan
untuk minum cairan

Subyektif :
Keluarga mengatakan nafsu makan ada
2 Minggu, peningkatan sebanyak 3 sendok, klien Apriyani
05/06/2016 banyak mengkomsumsi jus melon dan susu .
Obyektif :
Klien tampak ada peningkatan nafsu makan,
klien tampak banyak mengkomsumsi susu
dan jus melon.
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Observasi tanda hipoglekemia seperti
perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab atau dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, pusing,
sempoyongan.
b) Pantau pola makan klien dibandingkan
dengan porsi yang di habiskan
c) Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti , aseton, gula darah, Ph, dan
HCO3
d) Berikan insulin secara teratur dengan
metode IV
e) Berikan larutan dengan glukosa,
misalnya dektrosa dan setengah salin
normal
f) Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan nutrien dan
elektrolit
g) Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
h) Kolaborasi dengan ahli gizi

Subyektif :
Keluarga klien mengatakan klien sudah ada
peningkatan untuk duduk tetapi tangan dan
kaki kanan belum mampu di gerakan sendiri
Obyektif :
3 Minggu, Klien tampak ada peningkatan untuk duduk Apriyani
05/06/2016 tetapi tangan kaki kanan belum mampu
digerakan
Kekuatan otot: kiri 5555 0000 kanan
5555 0000
Teraba otot tonus pada bagian yang lemah
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Planning :
a) Kaji kemapuan klien dalam mobilisasi
b) Mengkaji kekuatan otot
c) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
d) Ajarkan pasien atau keluarga bagaimana
merubah posisi
e) Ajarkan klien atau keluarga tentang
teknik ROM
f) Dampingi dan bantu pasien mobilisasi
g) Kolaborasi dengan terapi fisik

Subyektif :
Keluarga mengatakan klien masih belum
mampu untuk bicara dan klien hanya mampu
mengikuti perintah.
Obyektif :
Klien tampak belum mampu untuk berbicara
klien hanya mampu mengikuti perintah saja.
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : lanjutkan intervensi
a) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti klien
4 Minggu, tidak tampak memahami kata atau Apriyani
05/06/2016 kesuitan berbicara
b) Mintalah klien untuk mengikuti perintah
sederhana (seperti “buka mata” “tunjuk
pintu) ulangi dengan kalimat yang
sederhana
c) Mintalah klien untuk mengucapkan suara
yang sederhana seperti “SH” atau “PUS”
d) Berikan metode komunikasi alternatif
seperti menulis papan tulis dan gambar)
e) Berikan petunjuk visual (gerakan tangan,
gambar-gambar, daftar kebutuhan)
f) Bicaralah dengan nada yang normal dan
hindari pecakapan yang cepat
g) Anjurkan keluarga mempertahankan
usaha komunikasi dengan klien
h) Kolaborasi dengan ahli wicara
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan melakukan kesenjangan antara tinjauan teoritis yang terdapat dalam
konsep dengan hasil laporan kasus penelitian yang telah di lakukan pada pasien dengan
gangguan sistem neurologi: stroke non hemoragik di paviliun Shafa-Shafa Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih. Pembahasan ini mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Dalam tahap pengkajian penulis mengacu pada formatyang telah di sediakan format ini tidak
jauh berbeda dengan format yang terdapat dalam tinjauan teoritis. Pada tahap pengkajian,
penulis melakukan pengumpulan data yang didapatkan dengan wawancara kepada keluarga,
perawat ruangan dan mengobservasi langsung keadaan klien yang ditunjang dengan catatan
keperawatan beserta hasil-hasil penunjang lainnya.
Dari hasil pengkajian, sebelum terkena stroke, klien mempunyai riwayat diabetes melitus
sejak satu tahun yang lalu pernah di rawat di rumah sakit islam. Akibat jarang mengkonsumsi
obat diabetes klien menyebabkan serangan stroke.
Klien awal pertama kali terkena diagnosa stroke non hemoragik merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi kapan saja. Penulis menyimpulkan bahwa stroke yang dialami oleh Tn H
adalah stroke non hemoragik. Ini di buktikan dengan hasil pemeriksaan CT-Scan kepala
menunjukkan adanya infark di capsula interna kiri.

Menurut teori, faktor-faktor resiko terjadi stroke adalah usia, jenis kelamin, etnik/ras. Dan
riwayat keluarga/ keturunan stroke. Keempat faktor tersebut dapat dimodikasi. Dengan kata
lain, sebagian besar induvidu yang mempunyai keempat faktor resiko tersebut akan
mengalami stroke dikemudian hari. Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, penyempitan pada karotis, riwayat
serangan iskemik transien, merokok, obesitas. Stroke tidak akan di alami jika faktor-faktor
tersebut dapat di modifikasi atau di hilangkan melalui perubahan gaya hidup.

Pada Tn H terdapat dua kesamaan faktor resiko dari empat faktor resiko yang tidak dapat di
modifikasi, yaitu usia dan jenis kelamin. Klien berjenis kelamin laki-laki dapat di
modifikasikan, yaitu usia dan jenis kelamin dan berusia 49 tahun, semakin bertambahnya usia
seseorang elastisan pembuluh darah semakin menurun.
Faktor resiko lain yang ditemukan pada Tn H adalah ketidak tahuan penyakit hipertensi dan
diabetes melitus. Hipertensi dapat mengakibatkan stroke karena hiperntensi menyebabkan
aterosklerosis juga dapat menjadi sumber trombus yang mengakibatkan iskemia jaringan otak
dan edema kongesti di sekitar. Sedangkan diabetes dapat menebalkan dinding pembuluh
darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan
mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel –
sel otak dan diabetes melitus juga menyebabkan gangguan metabolisme akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan di buktikan dengan hasil pemeriksaan
lab gula darah yaitu rata-rata <200 mg/dL.

Manifestasi klinis yang ditemukan penulis saat melakukan pengkajian terdapat kesamaan
antara teori dengan kasus yang ada. Manifestasi klinis yang muncul pada Tn H adalah
kesulitan dalam menelan makanan karena mengalami gangguan nervus vagus, facial,
hipoglosal, glosofaringeal. Sedangkan hambatan berkomunikasi terjadi karena adanya infark
di bagian otak kiri yang merupakan saraf primer bahasa. Infark tersebut akan menyebabkan
defisit neurologis yang mengakibatkan disfungsi bahasa.

Terdapat beberapa kesenjangan yang penulis temukan pada manifestasi klinis antara teori dan
kasus yang ada. Pada kasus ini tidak di temukan tanda dan gejala gangguan perfusi seperti
kejang, muntah, nyeri kepala, penurunan fungsi memori, perubahan pupil, perubahan pola
napas, perubahan pola napas, penurunan kesadaran tetapi hanya di temukan seperti penilaian
GCS dan tanda-tanda vital dan ditemukan pemeriksaan CT-Scan kepala menunjukkan adanya
infark di capsula interna kiri.
Pada kasus Tn H beberapa pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori tidak dilakukan
pemeriksaan angiografi, serebral, lumbal fungsi, MRI (Magnetic Imaging Resonance), USG
doppler, EEG dan lumbal fungsi. Pemeriksaan penunjang hanya di lakukan pemeriksaan
kimia darah, dan pemeriksaan darah lengkap, cek gula darah, dan pemeriksaan CT-Scan
kepala menunjukkan adanya infark di capsula interna kiri. dengan CT-Scan saja sudah cukup
menegakkan diagnosa medis stroke non hemoragik. Pemeriksaan lain yang telah dilakukan
rontgen thorax memperlihatkan cardiomegali Tak kelainan paruCTR 60% Aorta normal.

Penatalaksanaan farmakologi yang diberikan kepada klien sesuai dengan teori, seperti obat
anti antagonis (Amplodipine 5 mg 1x1). Pemberian obat Valsartan 80g 1x1, CPG 75 1x1,
Glumin XR 500 mg, Trasenta 5 mg IxII ,CPG 75g 1x1, Livalo 2 mg 1x1 merupakan obat
tablet dan pemberian obat injeksi seperti neurolin 500 2x1000mg, methycobalt, rantin amp
2x1, Insulin 3x4 unit . obat-obat tersebut di berikan sesuai dengan manifestasi klinis yang di
temukan.

Pada tahap pengkajian penulis menemukan faktor pendukung, seperti tersedia nya alat-alat
pemeriksaan fisik yang cukup memadai, status klien yang cukup lengkap sehingga
memudahkan penulis dalam melakukan pengumpulan data, selain itu, terjalin kerjasama yang
baik anatara penulis dengan keluarga klien, tim perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.
Faktor pendukung yang lain yang di temukan adalah tersedia nya format pengkajian yang
lengkap dan sistematis, sehingga data yang terkumpul mudah di kelompokan dan di analisa.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah pengkajian, tahap selanjutnya pada proses keperawatan adalah merumuskan diagnosa
keperawatan. Diagnosa yang di tegakan penulis pada kasus Tn H disesuaikan dengan kondisi
klien dengan diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori.
Diagnosa keperawatan yang di tegakan pada kasus tidak jauh berbeda dengan diagnosa yang
terdapat pada tinjauan teoritis. Diagnosa-diagnosa tersebut diantara nya :
1. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus vagus tidak tampak
gerakan palatum, nervus facial tampak ketidak simestrisan pada wajah, hipoglosal tampak
jatuh lidah menjorok ke sebelah kanan, glosofaring pada kasus Tn H sesuai dengan teori
yang di dukung oleh data sulit untuk menelan makanan atau minuman. Karena ada nya
infark di interna kiri sehingga darah tidak dapat mengalirkan darah keseluruh tubuh
sehingga mengalami gangguan menelan.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
insulin, pada kasus Tn.H sesuai dengan teori yang di dukung oleh data ketidak mampuan
insulin untuk metabolisme tubuh, hasil pemeriksaan gula darah setiap hari nya rata-rata
<200 mg/Dl.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase dextra, pada kasus Tn. H sesuai
dengan toeri yang di dukung oleh data kelemahan pada bagian anggota gerak tangan dan
kaki sebelah kanan, tidak mampu memenuhi kebutuhan ADL, kebutuhan ADL di bantu,
adanya hemiparase, kekuatan otot :
Kiri 5555 0000 kanan
5555 0000
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi facial, pada kasus Tn
H sesuai dengan toeri yang di dukung oleh data sulit berbicara, kelemahan otot wajah,
disatria, kelemahan otot lidah, adanya infark pada area interna kiri.

Faktor pendukung yang penulis temukan saat menemukan diagnosa adalah terdapat data-data
relavan yang memudahkan penulis dalam menemukan diagnosa keperawatan. Faktor
pendukung lain seperti adanya bimbingan dari pembimbing yang mendukung terkumpulnya
data mempernudah penulis mengangkat diagnosa.

Sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah perbedaan penulis dengan teori
seperti diagnosa Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, diagnosa
keperawatan yang tidak didapatkan pada klien tetapi ada di teori adalah :

1. Gangguan perfusi, perubahan jaringan berhubungan dengan hemoragi, edema, serebral,


vasospasme. Pada Tn. H tidak ditemukan data pendukung seperti : penurunan kesadaran,
penurunan fungsi memori, kejang, muntah, nyeri kepala, perubahan pupil, perubahan pola
napas tetapi yang ditemukan pada pengkajian di hari 3 di rawat shafa shafa hanya data
pendukung hasil Ct Scan terdapat infark di capsula interna kiri dan perubahan sensorik
dan motorik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera (misalnya : biologis, zat kimia,
fisik,Psikologis). Pada Tn. H tidak di temukan nyeri di sekitar tubuh nya.
3. Resiko integritas kulit berhubungan dengan hemiparase/ hemiplegia, penurunan
mobilitas. Pada Tn.H tidak di temukan kerusakan integritas kulit seperti perkembangan
tekanan ulkus tahap 1 dan tidak adanya manifestasi kemerahan dari berkas gesekan dan
pencukuran.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke. Pada Tn. H tidak di
temukan kotor, bau, rambut ketombe, gigi kotor.
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stres psikologis. Pada Tn.H tidak
ditemukan data pendukung seperti diplopia, pandangan kabur, penurunan kesadaran,
disorientasi tetapi hanya di temukan satu gejala saja yaitu perubahan pola komunikasi.
6. Resiko terjadinya kontraktur berhubungan dengan hemiparase. Tn. H tidak ditemukan
seperti otot menjadi tegang karena klien setiap hari latihan ROM oleh keluarga klien.
7. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan. Pada Tn. H tidak di
temukan seperti data pendukung yaitu penglihatan kabur, lantai yang licin, tetapi hanya
ditemukan kelemahan pada ekstermitas sebelah kanan.
8. Resiko hipertermia berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh di otak. Pada Tn.H tidak
ditemukan data pendukung seperti kenaikan suhu, akral dingin dan pucat.

C. Perencanaan keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahap ketiga dalam keperawatan setelah diagnosa yang
disusun berdasarkan prioritas masalah. Penyusunan rencana keperawatan beserta rasionalnya
disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang terdapat di ruangan.
Pada saat memprioritaskan masalah keperawatan terdapat persamaan antara teori dan kasus.
Masalah keperawatan prioritas yang penulis tegakan adalah gangguan menelan yang
berhubungan dengan penurunan fungsi vagus. Masalah ini menjadi prioritas karena
mengancam kebutuhan nutrisi yang tidak pemenuhi kebutuhan maka akan menjadi penurunan
imun dan komplikasi yang akut seperti hipoksia serebral dan menurunkan Aliran darah otak,
Edema Serebri, Peningkatkan tekanan Intrakranial (TIK).
Penetapan waktu, tujuan dan kriteria hasil pada kasus di sesuaikan dengan tinjauan teoritis.
Sedangkan untuk perencanaan keperawatan penulis menyusunnya tidak hanya sesuai dengan
tinjauan teoritis saja tetapi di sesuaikan juga pada kondisi klien saat ini.
Tindakan di temukan kesenjangan antara kasus dengan teori yang ada. Adapun faktor
pendukung yang penulis kemukan pada tahap ini adalah banyak literatur yang di dapatkan
melalui studi perpustakaan sebagai bahan acauan sehingga penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti dalam menyusun keperawatan.

D. Pelaksanaan keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat setelah perencanaan. Dalam tahap ini penulis
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah di tetapkan atau di
tentukan sebelumnnya. Pelaksanaan tindakan keperawatan di sesuaikan dengan
memperhatikan keadaan atau kondisi klien dan sarana yang tersedia di ruangan.
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim keperawatan di ruangan untuk
melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan. Tindakan
keperawatan yang di lakukan pada Tn H di antara nya memonitor tanda-tanda status
neurologis, memonitor ttv, mengkaji kemampuan komunikasi, mengkaji mobilisasi, mengkaji
status nutrisi. Tindakan tersebut di lakukan sebagai upaya untuk mengindentifikasi masalah
yang ada dan menentukan perubahan-perubahan yang terjadi pada klien. Di lakukan juag
tindakan yang melibatka keluarga dalam melakukan gerak pasif. Tindakan tersebut di lakukan
untuk pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam merawat klien. Selain itu, keluarga sebagai
support sistem klien yang akan melanjutkan perawatan klien dirumah.

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap terakhir yaitu pengukuran suatu keberhasilan dari suatu tindakan
asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis serta kerjasama dengan tim perawat di
ruangan dari tanggal 03 juni 2016 sampai dengan 05 juni 2016, adapun dalam evaluasi penulis
mengunakan evaluasi SOAP (Subyektif, Observasi, Analisa, dan Planing/rencana). Untuk
mengetahui apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi
tepatnya di dalam analisa.
Evaluasi di lakukan penulis selama tiga hari berturut-turut, adapun hasil dari evaluasi dari
kenam diagnosa yang ditemukan penulis adalah masalah teratasi sebagian yaitu
1. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi vagus
2. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase dextra
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi facial

Dan masalah yang tidak terjadi adalah :


1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera (misalnya : biologis, zat kimia,
fisik,Psikologis).
2. Resiko integritas kulit berhubungan dengan hemiparase/ hemiplegia, penurunan
mobilitas.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stres psikologis
5. Resiko terjadinya kontraktur berhubungan dengan hemiparase
Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
13. Resiko hipertermia berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh di otak
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari tinjauan teoritis dan mengamati langsung hasil tinjauan kasus pada
klien dengan diagnosa stroke non hemoragik, maka penulis akan memberikan kesimpulan dan
saran.
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn H dengan gangguan sistem neurologi : stroke non hemoragik
melalui proses pengkajian dengan mengunakan format pengkajian pemeriksaan fisik,
observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan dengan baik. Ini disebabkan karena
kooperatifnya keluarga dan dukungan yang baik dari petugas ruangan dan sarana prasana
yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem neurologi: stroke non hemoragik di
lakukan secara biologi, psikologis, sosial, spiritual. Pada tahap ini penulis mengkaji
riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu, pola kebiasaan sehari-hari dan di
lanjutkan dengan pemeriksaan fisik klien secara menyeluruh.

Sebelum terkena stroke klien mempunyai riwayat diabetes selama tahun lebih, karena
ketidak insulin maka hasil cek gula darah rata rata <200 mg/Dl. Akibatnya Tn. H
menderita stroke tiba-tiba. Tn H didiagnosa stroke. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang di sebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak
dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke yang dialami oleh Tn H adalah
stroke non hemoragik. Ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan CT Scan kepala yang
menunjukan adanya infark di capsula interna kiri.
Faktor resiko yang ditemukan adalah riwayat diabetes melitus dan hipertensi yang tidak
terkontrol. Kedua faktor resiko tersebut dapat menyebabkan aterosklerosis yang
mengakibatkan terhambat pembuluh darah otak kiri, dan plak dari aterosklerosis dapat
menjadi sumber trombus yang mengakibatkan iskemia jaringan otak. Manifestasi klinis
yang muncul pada Tn H adalah kelemahan pada satu bagian dari tubuh sebelah kanan
,hambatan mobilitas fisik dan tidak bisa berkomunikasi. Manifestasi klinis tersebut terjadi
karena adanya infark pada bagian otak yang kiri menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan menelan. Manifestasi klinis lain yang ditemukan pada Tn H adalah
metabolisme tubuh karena riwayat diabetes melitus .
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn H meliputi gangguan menelan berhubungan
dengan penurunan fungsi vagus, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan hemiparase dextra, Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
fungsi facial.
3. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis mengacu pad tinjaun toritis yang
terdapat dalam buku sumber/literatur dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada
klien.
4. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah tentukan pada
perencanaan keperawatan sebelumnya, selain itu, peran serta keluarga dalam melakukan
tindakan keperawatan sangat penting karena tindak lanjut untuk perawatan klien dirumah
menjadi tanggung jawab klien sendiri dan keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan stroke non hemoragik bertujuan untuk mengetahui keefektifan
asuhan keperawatan yang di lakukan oleh penulis selama 3 hari. Pada evaluasi ini, di
dapatkan analisa masalah keperawatan dengan hasil masalah teratasi/tidak terjadi, teratasi
sebagian dan belum teratasi. Masalah-masalah keperawatan yang belum teratasi dan
teratasi sebagian memerlukan tindak lanjut yang harus dilakukan dalam waktu yang lama.
Masalah-masalah tersebut tidak dapat teratasi dengan waktu yang singkat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan yang tertera diatas, maka
penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem neurologi: stroke non
hemoragik. Saran tersebut meliputi:
1. Perawat harus melatih ROM setiap hari agar tidak terjadinya fraktur pada otot yang
mengalami kelemahan.
2. Perawat harus memberitahukan kepada keluarga klien, bahwa klien stroke bisa terjadi jatuh
kapanpun apabila kita tidak memodifikasi lingkungan untuk keselamatan klien.
3. Rumah sakit harus memfasilitasi media komunikasi seperti simbol-simbol ekspresi wajah
dalam bentuk gambar, papan tulis, buku dan pulpen agar klien mampu mengekspresikan
perasaan nya akibat gangguanbicara.
4. Rumah sakit harus menyediakan tempat tidur teknologi yang sudah ada timbangan untuk
mengukur berat badan khusus pasien bedrest tujuannya untuk mengetahui perkembangan
ganggauan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Black M. Joyce,dkk, 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi kedelapan. Jilid tiga.
Singapura: Elsevier.
Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta:EGC
Brunner & Suddart, dkk, 2002 Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke Delapan,
Jakarta: EGC.
Hidayat,Aziz Alimul (2006).Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta. Salemba Medika
Lionel Ginsberg,2007 Neurologi Edisi ke Delapan. Jakarta Erlangga
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Muttaqim,Arif 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, Potter.(2010).Fundamental Keperawatan. Buku 2. Edisi 7. Jakarta.EGC


Smelttzer, Suzanne, C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi kedua,
Jakarta:EGC.
Tarwoto, dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Sagung Seto.
LEMBAR KONSULTASI PENULISAN MALAKAH ILMIAH

Nama Mahasiswa : Apriyani

Pembimbing : Ns. Wati Jumaiyah, M. Kep., Sp. KMB

Judul KTI : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. H dengan Gangguan Sistem
Persyarafan: stroke non hemoragik di shafa-shafa Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.

Hari/ Paraf
Kegiatan Catatan Pembimbing
Tanggal Pembimbing
Senin, Judul - Judul acc
21 Maret - Literatur minimal 10 periode 5
2016 tahun terakhir
Kamis, Literatur - Literatur acc
31 Maret - Buat jadwal bimbingan
2016
- Format - Resume dilengkapi
Pengkajian - Menegakan 7 diagnosa dan
Kamis,
- BAB II rencana tindakan sesuai
9 Juni
- Daftar Pustaka literatur dan BAB II
2016
- Daftar pustaka ditambahkan
- Lanjut BAB I dan BAB III
- BAB I - BAB I dilengkapi dengan data
- BAB II menurut WHO, Riskesdas,
Rabu, - BAB III RSIJ.
15 Juni - BAB II tambahkan gangguan
2016 kebutuhan
- BAB III perbaiki implementsi
- Lanjut BAB IV dan BAB V
Kamis, - Daftar Pustaka - Daftar Pustaka tambahkan
16 Juni - BAB IV - BAB IV perbaiki
2016 - BAB V - BAB V perbaiki
- Cover makalah - Perbaiki cover makalah
- Lembar - Perbaiki BAB II, BAB IV
persetujuan - Cober perbaiki
Senin,
- Kata Pengantar
20 Juni
- Daftar Isi
2016
- BAB I, II, III,
IV
- Daftar Pustaka
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : APRIYANI
NIM : 2013750003
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 25 April 1994
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
No Telp : 021392362
Alamat :Jl.Kalipasir Gang Eretan RT 010/ RW 08
No.43Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng
Jakarta Pusat

B. DATA PENDIDIKAN FORMAL


1. SDN KENARI 05 PAGI 2000-2006
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 280 2006-2009
3. Sekolah Menengah Atas KSATRYA Jakarta Pusat 2009-2012
4. Program D III Keperawatan FIK UMJ Jakarta Pusat 2013-2016

Anda mungkin juga menyukai