Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 2:

1. Aulia Nugrahani Sutrisna 2102101031852


2. Rika Ayu Devianti 2102101031323
3. Anifatul Mufida 1802101030444
4. Ayi Nur Fajria 170210103099
5. Muhammad Syawal 1922211008

SUKU 1 : ETNOMIKOLOGI SUKU NIAS

A. Studi Etnomikologi di Suku Nias dan Karakteristik Suku Tersebut.


Studi etnomikologi dilakukan oleh suku Nias di desa Muaea Urie, Kec.Hampang dan
desa Buluh Kuning, Kec.Sungai Durian Kab.Kota Baru, Kalimantan Selatan.
Karakteristik suku Nias yang identik dengan Hombo Batu atau Lompat Batu sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan suku Dayak yang ada di Kalimantan. Suku Nias memiliki
aturan adat istiadat, mistik dan ilmu etnobotani yang sangat kental dan diperkenalkan
secara turun temurun. Selain itu, suku Nias memiliki kegiatan sehari-hari berbaur dengan
alam. Masyarakat suku Nias dikenal sangat gemar bertanam sehingga ikatan suku Nias
dengan alam sekitar termasuk hutan sangat erat.
B. Karakteristik Jamur yang berkaitan dengan Suku

Jamur ini merupakan inang tanaman kayu kemiri, tumbuh di tempat lembab dan sangat
minim cahaya matahari dengan intensitas +25%. Jamur petir yang tumbuh merupakan
ciri-ciri dari tanah subur yang kaya akan bahan organic berupa bekas pelapukan batang
dan dahan tanaman. Secara morfologis, jamur ini memiliki pileus yang ditopang dengan
stipe keras seperti kayu yang muncul dari sclerotia yang tumbuh di dalam tanah.
C. Sejarah dan tradisi pemanfaatan Etnomikologi di suku yang terpilih di kota baru,
Kalimantan Selatan.
Dikenal dengan nama lokal jamur petir atau jamur susuh harimau lignosus.sp.
merupakan salah satu jamur ini di manfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai bahan
pengobatan tradisional antara lain kesehatan ibu yang baru melahirkan selain itu jamur
ini di panen dan di jual kepada pengepul. Di Kalimantan Selatan jamur petir biasa di
temukan di desa muara urie kec.hampang dan desa buluh kuning kec.sungai durian
kab.kota baru akhir- akhir ini di desa muara urie permintaan jamur terhadap jamur petir
hal ini mendorong beberapa masyarakat untuk melakukan pencarian dan pengumpulan
terhadap jamur ini di hutan sekitar desa meskipun masyarakat di daerah tersebut belum
banyak mengetahui kegunaan jamur ini.
D. Cara konsumsi dan pemanfaatan jamur petir (Lignosus.sp)
Cara konsumsi dan pemanfaatan jamur ini untuk kesehatan sangat beragam yakni
melalui dari memakan langsung di potong dan di keringkan lalu di seduh serta ada juga
yang di rebus .untuk penggunaan luar umumnya jamur ini di aplikasikan langsung pada
bagian yang luka seperti campak dan elergi lainnya. Pemanfaatan dengan di rebus
umumnya di gunakan untuk penyakit dalam seperti menambah stamina dan demam.

Referensi :
Safinah, S.Hakim dan Eko Priyanto. 2019. Etnomikologi dan Potensi Pemanfaatan Jamur
Petir (Lignosus sp.) di KPH Sengayam, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Jurnal Galam
1(1):41-48.
SUKU 2 : ETNOMIKOLOGI SUKU PITOPANG

A. Studi Etnmikologi di Suku Pitopang Minangkabau dan Karakteristik Suku


Tersebut.
Jamur merupakan satu diantara berbagai jenis organisme yang berperan penting
dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Jamur berperan sebagai
dekomposer bersama dengan bakteri dan beberapa spesies protozoa, sehingga
banyak membantu proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus
materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian, jamur ikut membantu
menyuburkan tanah melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan, sehingga hutan
tumbuh dengan subur. Jamur, khususnya kelompok jamur makroskopis atau
makrofungi (Basidiomycota), merupakan kelompok utama organisme pendegradasi
lignoselulosa karena mampu menghasilkan enzimenzim pendegradasi lignoselulosa
seperti selulase, ligninase, dan hemiselulase. Pertumbuhan jamur pada suku
Patopang di Minangkabau sangat banyak dan dimanfaatkan sebagai obat-obatan
(Tampubolon,S., Budi. U., Yunasfi. 2019).

Karakteristik suku patopang


Suku patopang atau dikenal dengan suku pitopang, patapang, pitapang yang
memiliki satu arti yakni penopang atau sanggah yang artinya menguatkan, berasal
dari salah satu suku yang banyak terdapat di Luhak Limo Puluh Koto dan Riau.
Berdasar sistem keselarasan suku pitopang suku ini hanya sedikit yang mempelajari
adat istiadat suku asli minang. Sistem keselarasan yang ketiga yakni keselarasan
Lareh nan Panjang yang diturunkan oleh Datuak Sakalok , adik se-ayah berlainan
ibu dari Dt. Perpatiah. Kepala suku pitopang disebut mak soko yang tugasnya
melayani cucu kemanakan serta soko dibantu komplek jinni. Ninik mamak adalah
sebuah sifat yang ditunjukkan kepada orang terkemuka dan disegani dalam suku di
minangkabau. Dan dalam suatu persoalan ini ninik manak ini selalu dimintai
petunjuk (Rahmad, F., Elva. R. 2018).

B. Karakteristik Jamur yang berkaitan dengan Suku Patopang atau Pitopang.


Ganoderma lucidum
Ling Zhi (Ganoderma lucidum) merupakan anggota dari Basidiomycotina yang hidup
pada batang pohon, memilliki tubuh yang keras dengan permukaan yang tidak rata dan
pinggirannya bergelombang (Hasanuddin, 2014). Jamur ini mengandung senyawa
organik seperti polisakarida, asam amino, protein, triterpen, asama askorbat, sterol,
lipid, alkaloid, dan riboflavin yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh
manusia (Parjimo & Soenanto, 2008). Jamur ini memiliki ciri-ciri tubuh buah berwarna
merah dengan tepi berwarna kuning saat masih muda dan akan berubah menjadi merah
kecoklatan jika sudah tua, berbentuk setengah lingkaran dengan garis tengah antara 10-
20 cm dengan ketebalan 3-5 cm, memiliki tangkai tubuh buah dengan panjang 3-10 cm
yang digunakan untuk menempel pada substrat atau batang pohon. Basidiospora
terletak pada bagian tudung buah yang menghadap ke bawah, berukuruan 6-9,5 × 5,7
µm, berbentuk elips.

C. Sejarah dan Tradisi Pemanfaatan Etnomikologi di Suku yang Terpilih


Pada negara Asia Timur penggunaan jamur sebagai obat sudah lama diketahui,
jenisnya antara lain adalah Lentinus dan Ganodermalucidum. Jamur tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan karena mengandung beberapa senyawa kimia dalam
tubuh buahnya. Gnodermin (asam ganodermat) pada jamur yang dihasilkan
Ganoderma spp. dapat membantu penetralan atau penurunan senyawa penyebab
berbagai penyakit (Hudler, 1998). Pada suku Petopang, sudah memanfaatkan beberapa
jenis jamur ini sebagai bahan obat, informasi ini langsung diperoleh dari masyarakat
setempat dan orang pintar (paramedis) yang dipercaya oleh masyarakat di kawasan
tersebut. Sehingga pemanfaatan jamur tersebut sebagai obat telah diketahui oleh tabib
dapat diperoleh dari nenek moyang maupun dari didapatkan dari mimpi.

D. Tahap/ Penerapan Etnomikologi di Suku Terpilih


Makrofungi dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena rasanya yang enak
dan kandungan gizi yang lengkap. Menurut Suriawiria (2000), komposisi kandungan
kimia yang terkandung di dalam jamur tergantung pada masing-masing jenis jamur dan
tempat tumbuhnya. Kandungan utama jamur makro adalah protein dan lemak, selain itu
juga mengandung mineral, vitamin, dan beberapa senyawa lainnya, selanjutnya Chang
dan Miles (1989) menyatakan bahwa terdapat 9-20 kandungan asam amino essensial dan
kandungan lemak tidak jenuh sebanyak 72% ada di dalam jamur sehingga aman apabila
dimakan. Vitamin yang terkandung dalam jamur antara lain thiamine (vitamin B1
riboflavin (vitamin B12), niasin, biotin, dan vitamin C. Jenis jamur yang dimanfaatkan
masyarakat, Ganoderma lucidum yang dimanfaatkan untuk obat meriang. Jenis jamur
lain yang juga digunakan adalah Picnoporus, dan Cookeina. Adapun cara pengolahan
jamur Gonederma lucidum yaitu pada awalnya jamur dikeringkan dibawah sinar
matahari langsung. Lalu setelah jamur tersebut kering, jamur tersebut dipotong-potong
dengan cara diiris tipis dan kemudian disimpan dalam wadah yang tidak lembab (karena
wadah yang kering dapat mempengaruhi daya tahan jamur tersebut agar bertahan lama).
Lalu untuk mengonsumsinya dapat direbus terlebih dahulu.

Sumber :
Burn, R., Kuo, B., 2010. Fungtional Dyspepsia. Therapeutic Advances in
Gastroenterology. New Engl J Med. 1(2) : 145-64.
Hasanuddin. (2014). Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran
Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2(1)
1-76.
H. Parjimo dan Hardi Soenanto. (2008). Jamur Ling Zhi; Raja Herbal, Seribu Khasiat.
Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Putra, I. P. 2020. Studi taksonomi dan potensi beberapa jamur liar di pulau belitong.
Jurnal Sains dan Teknologi.3(1).24-31.
Noverita. Armanda, Dennys Perdana. Dkk. (2019). Keanekaragaman Dan Potensi Jamur
Makro Di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (Smbrbb)
Propinsi Riau, Sumatera. Jurnal Pro-Life, 6(1), 26-43
Tampubolon,S., Budi. U., Yunasfi. 2019. Keanekaragaman jamur makroskopis di hutan
pendidikan universitas Sumatera Utara desa Tongkoh Kabupaten Kar Sumatera
Utara. Jurnal Penelitian. 2(4).
Rahmad, F., Elva. R. 2018. Preservasi pengetahuan adat bagi keberlangsungan
indigenous knowledge masyarakat kapur XI kabupaten Lima Puluh Kota
Kanagarian Durian Tinggi. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan.
7(2).

Anda mungkin juga menyukai