Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BCLS

“KONSEP MANAGEMEN BREATHING”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

AINUL MAGFIRAH (B1F119031)

RISKA AZIS (B1F119048)

HARDIANTI YAHYA (B1F119041)

CUT FIRNA (B1F119043)

PRODI DIII-TEKNIK KARDIOVASKULER

FAKULTAS FATERSI

UNIVERSITAS MEGA REZKY

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-nya, serta memberikan kemudahan
dalam mengerjakan makalah ini yang berjudul “Konsep Msnagemen
Breathing” sehingga makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu yang
tepat.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dala
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, terutama kepada yang terhormat
dosen pembimbing yang yang telah membimbing kami agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun tugas ini dan teman-teman
seperjuangan, yang telah membantu. Semoga tuhan senantiasa
memberikan limpahan rahmat dan karunianya kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis selaku peneliti, mengucapkan mohon maaf yang sebesar-


besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah
ini. Karna saya sadar bahwa makalah ini belum sempurna. Maka dari itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk dijadikan
pembelajaran dalam menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah yang


sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan
sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiaran.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat


tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan.
Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien
tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau
kematian.

Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang


cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan
ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain.
Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam
kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila
terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak
permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena
itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan
secara efektif dan efisien.

Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat


telah mengantisipasi hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat
darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien,
barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan managemen breathing ?
2. Apa tujuan managemen breathing ?
3. Apa etiologi managemen breathing?
4. Apa saja tanda-tanda breathing / ventlasi terganggu?
5. Bagaimana penatalaksanaan Kegawatan breathing?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian managemen breathing
2. Untuk mengetahui tujuan managemen breathing
3. Untuk mengetahui etiologi managemen breathing
4. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda breathinh/ ventilasi
terganggu
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan breathing

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran dibidang pendidikan maupun dibidang penelitian.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Konsep Managemen Breathing


Pernafasan merupakan pertukaran gas yang terjadi pada saat
bernafas untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan .
Breathing merupakan suatu kesatuan dari proses oksigenasi dan
ventilasi, tanpa oksigenasi yang adequate ventilasi aka terganggu
begitu juga bila tanpaventilasi yang adequate maka oksigenasi akan
menjadi sia-sia.
Manajemen jalan napas merupakan salah satu keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang ahli anestesiologi. Sebelum tahun 90an
ungkup muka dan endotrachal tube (ETT) adalah alat bantu jalan
napas yang tersedia.
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar atau
otomatis untuk melakukan pernapasan. Tindakan ini merupakan salah
satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP). untuk menilai
seseorang bernapas secara normal dapat dilihat dari berapakali
seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum :
1. Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewas), anak (20-
30x/menit), bayi (30-40x/menit).
2. Dada sampai mengembang.

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang


dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Saluran pernapasan terbagi atas beberapa bagian yaitu:
1. Saluran Nafas Bagian Atas

a. Rongga hidung

Merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari:


Psedostrafied ciliated columnar epithelium) yang berfungsi menggerakkan
partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan
disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi
melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi
menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.
Kemudian udara akan diteruskan ke:

b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).

c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan


faring,terdapat pangkal lidah).

d. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran


makanan).

Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada


keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan
mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang
tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar secara
relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.

2. Saluran Nafas Bagian Bawah

a. Laring: Terdiri dari Tulang rawan krikoid, Selaput/pita suara,


Epilotis, Glotis.

b. Trakhea: Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm,


berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang
dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan
usofagus. Pada bayi, trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan
mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan
menyebabkan sumbatan pada airway.

c. Bronkhi: Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat


percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan
lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus
superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior
daninferior

d. Epiglotis: Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang


berukuran kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup
laring pada saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga
akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti
trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke
laring yang dapat mengakibatkan tersedak.

3. Alveoli

Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar:

a. Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga


alveoli

b. Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan


surfactant.

c. Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang


saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah
dalam rongga endotel
d. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh: endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung sebagai


berikut: alveoli epitel alveoli « membran dasar « endotel kapiler « plasma
« eitrosit. Membran « sitoplasma eritrosit « molekul hemoglobin.
Surfactant: Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan
normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu
ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.

4. Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis


dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis
kembali ke ventrikel kiri.

5. Bronkus dan paru

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus


terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem
limfatik .Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan
karbondioksida.

6. Rongga dan Dinding Dada

Rongga ini terbentuk oleh:

a. Otot-otot interkostalis

b. Otot -otot pektoralis mayor dan minor

c. Otot- otot trapezius

d. Otot-otot seratus anterior/posterior

e. Kosta- kosta dan kolumna vertebralis

f. Kedua hemi diafragma.


2.2 Tujuan Managemen Breathing
Tujuan dari managemen breathing ini adalah untuk
memperbaiki ventilasi dengan cara memberikan pernafasan
buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida.

2.3 Etiologi Managemen Breathing


Penyebab terjadinya gangguan pernapasan adalah :
1. Edema lidah
Edema adalah pembengkakan yang seringkali terjadi akibat
reaksi alergi. Kondisi ini biasanya tidak berbahaya. Namun
demikian, pada kasus yang jarang, angioedema dapat
menyebabkan penderitanya sulit bernapas, karena
pembengkakan terjadi di saluran pernafaan .
2. Stroke
salah satu komplikasi dari stroke adalah terjadinya masalah
yang serius pada pernapasan yang dapat mengancam jiwa.
Henti nafas dapat terjadi karena kompresi batang otak yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pernafasan sehingga
mengakibatkan nafas dapat berhenti.
3. Neorologis
Dalam sebuah studi menjelaskan bahwa ada hubungan
antara status neurologis dengan pernapasan yaitu sebesar
67% ,
adapun hubungan erat status neurologis dengan pernapasan
yaitu kerusakan neurologis dapat menyebabkan terancamnya
jalan nafa atas sehingga mempengaruhi pernafasan,
2.4 Tanda tanda breathing/ ventilasi terganggu
1. Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekueni napas dalam
satu menit .
2. Ada napa cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat
bernapas)
3. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot selaiga, otot
leher, otot perut)
4. Warna kebiruan pada sekitar bibirdan ujung-ujung jari tangan
5. Tidak ada gerakan dada
6. Tidak ada suara napas
7. Tidak dirasan hembusan napas
8. Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

2.5 Penatalaksanaan Breathing


1. Pengenalan masalah ventlasi
Penentuan adanya jalan nafas yang baik merupakan langkah awal
yang penting, langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi
cukup , ventilasi daat terganggu karena sumbatan jalan nafas,
juga dapat terganggu oleh mekanika pernafasan atau deprei
susunan saraf pusat (SPP). Bila pernafasan tidak bertambah baik
dengan perbaikan jalan nafas, penyebab lain dari gangguan
ventilasi harus dicari. Trauma langsung ke thorax dapat
mematahkan iga, dan menyebabkan rasa nyeri pada saat
bernafas, sehingga pernafasan menjadi dangkal dan selanjutnya
hipoksemia.
2. Tanda objektif masalah ventilasi
(a). Look : perhatikan peranjakan thorax simetris atau tidak. Bila
asimetris pikirkan intra-thorakal atau flail chest. Setiap pernafasan
yang sesak harus dianggap sebagai ancaman terhadap
oksigenasi.
(b). Listen : Auskultasi kedua paru. Bising nafas yang berkurang
atau menghilang pada satu atau kedua hemithorax menunjukan
kelainan intra thorakal. Berhati-hatilah terhadap tachypneu karena
mungkin disebabkan hipoksia.
(c). Feel : Lakukan perkusi . seharusnya sonor dan sama
kedualapang paru. Bila hipersonor berarti ada pneumothorax.

3. Penilaian

Penilaian potensi jalan nafas serta secukupnya ventilasi harus


dilakukan dengan cepat dan tepat. Bila ditemukan atau dicurigai
gangguan jalan nafas atau ventilasi harus segera diambil tindakan untuk
memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko penurunan keadaan.
Tindakan ini meliputi teknik mejaga jalan nafas,termasuk jalan nafas
definitive ataupun surgical airway dan cara untuk membantu
ventilasi.karena semua tindakan diatas akan menyebabkan gerakan pada
leher, harus diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai untuk
diketahui adanya faktur servikal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernafasan merupakan pertukaran gas yang terjadi pada saat
bernafas untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan .
Breathing merupakan suatu kesatuan dari proses oksigenasi
dan ventilasi, tanpa oksigenasi yang adequate ventilasi aka
terganggu begitu juga bila tanpaventilasi yang adequate
maka oksigenasi akan menjadi sia-sia.
Breathing management digunakan untuk memperbaiki fungsi
pengoprasian dengan cara menyediakan pernafasan buatan
untuk memenuhikebutuhan oksigen dan mengeluarkan gas
CO2.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami
isi makalah yang telah disusun meskipun kami menyadari
makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu kami
berharap pembaca dapat mmberikan kritik dan saran yang
dapat membantu menyempurnakan makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol.


II, EGC : Jakarta

Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001.
Chapters 4 (Basic life support); 5 (Advanced support of the airway and
ventilation); 22 (Practical procedures: airway and breathing).

Anda mungkin juga menyukai