Anda di halaman 1dari 44

INTERNALISASI NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP PESERTA DIDIK DI SMAK SINT CAROLUS PENFUI

KOTA KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

VEMILIA ENJELINA NGGEHENG

NIM 1822511019

Proposal ini ditulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana

Pendidikan.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yanitu hingga sampe saat ini masih dipercaya sebagai media

yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus membangun

kepribadian dari diri manusia itu sendiri sehingga menjadi lebih baik. Oleh karena

itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar menjadi

proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. hal yang paling

mendasar dari sebuah proses pendidikan yaitu membangun karakter yang lebih

bagi agar para anak didik dapat menjadi lebih baik. Inilah kenapa tidak sedikit

yang berpendapat bahwa pendidikan karakter yaitu suatu pendidikan. Dan Tanpa

ada pendidikan karakter di dalamnya, proses pendidikan tak lebih hanya

semacam mencegah otak bagi para anak didik di sekolah. Bila hal ini terjadi,

alangkah mirisnya kehidupan para anak didik di masa mendatang, yakni akan

menjadi orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual, namun hal ini tidak

terbangun karakter yang secara baik dan benar.

Pendidikan karakter sesungguhnya tercemin dalam undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berbunyi, “Pendidikan

nasional berfungsi membangun kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

1
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis secara bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter yang diterapkan pada lembaga pendidikan formal juga

bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Semua tujuan

yang diharapkan pada pendidikan karakter dapat tercapai salah satunya melalui

mata pelajaran yang ada disekolah. Mata pelajaran tersebut yang mempunyai

paran dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut salah satunya

adalah mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran sosiologi sebagai salah satu

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, salah satunya akan tampak pada

lembaga sekolah formal pada jenjang sekolah menegah atas (SMA). Pada jenjang

sekolah perlu diadakan kajian terhadap bagaimana pelaksanaan pendidikan

karakter yang berlangsung sebagai upaya mencetak kader bangsa yang intelektual,

bermoral dan berkerakter. Salah satu SMA yang akan saya kaji atau di teliti oleh

saya yaitu SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

Permasalahan yang dihadapi siswa di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang yaitu: bolos sekolah, suka mencontek, suka keluar kelas tanpa

memberikan ijin kepada guru, suka berbohong kepada guru, sering mengucapkan

kata-kata yang tidak baik dan tidak suka ditegur oleh guru. Maka dari itu

diperlukan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter yang harus dilakukan oleh

pihak sekolah demi membentuk siswa menjadi manusia yang berkarakter baik

agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkerakter,cerdas dan berkualitas

di masa depan.

2
Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang

bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-pribadi guru

yang bermoral. Dengan hal ini juga budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap

karakter dari siswannya itu sendiri. Sekolah merupakan tempat pembentukan

karakter bagi siswa dan juga sekolah menjadi tempat kedua bagi siswa setelah

ruamh, dimana sekolah diamanahi oleh para orang tua untuk mendidik dan

mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan dapat mendidik dan

membina perilaku mereka agar menjadi peribadi yang berkarakter baik dan

perilaku yang baik .

Pemelihara disekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

memiliki karakter, kecerdasan,kecakapan, ketrampilan, dan pengatahuan yang

memadai untuk pengembangan suatu potensi dari diri secara optimal, sehingga

lulusan memiliki ketahanan dan menghasilkan dalam pendidikan lanjutnya, serta

kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga

pendidikan salah dalam penanganannya maka auput(keluar) yang dihasilkan tidak

sesui dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan

perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas. Pendidikan dalam

suatu lembaga kependidikan. Ideanya pembentukan atau pendidikan karakter

diintergasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk juga dalam kehidupan

sekolah. Lembaga pendidikan juga khususnya sekolah dipandang sebagai tempat

yang strategis untuk membentuk karakter siswa itu sendiri. Dalam hal ini juga

dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan,sikap, dan perilakunya

3
mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas (Hidayatullah,2010). Oleh

karena itu, pendidikan yang dilakukan di sekolah diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus membentuk karakter peserta

didik yang baik untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu juga lembaga pendidikan, khususnya sekolah di pandang sebagai

tempat yang strategis untuk membentuk karakter sisiwa itu sendiri. Hal yang

menyakinikan peneliti tertarik melakukan penelitian terkait dengan internalisasi

nilai-nilai pendidikan karakter di SMAK Sint Carolus Penfui ini merujuk pada

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.

Penelitian (Raharjo,2010) menunjukan bahwa pendidikan karakter sebagai

upaya menciptakan akhlak mulia, menyimpulkan bahwa pendidikan karakter

dapat mempengaruhi akhlak mulaia peserta didik. Tujuan membangun karakter

dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa

ditunda. Pendidikan ini juga membangun karakter yang terbentuk dalam suatu

pendidikan yang bisa membantu dan mengembangkan sikap etika, moral dan

tanggung jawab, memberikan sikap sayang terhadap sesama serta terhadap peserta

didik dan dapat menunjukan dan mengajarkan karakter yang bagus dan dapat

dicontoh dikalangan masyarakat serta harus ditanamkan kedapa peserta didik

diantaranya adalah cinta kapada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggung

jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan

kerja sama, percaya didi dan kreatif, kerja keras dan patang menyerah, keadilan

dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan persatuan.

4
Penlitian (Dariyanto,2013) menunjukan bahwa, pendidikan karakter adalah

semua usaha yang di lakukan oleh personil sekolah, orang tua dan masyarakat

kedapa anak-anaknya untuk mendidik menanamkan, dan mengembangkan

karakter lulusan sehingga mereka dapat mengembalikan dengan bijak untuk

mempraktekan dalam kehidupannya dan memberikan konttribusi yang postifi

kapada lingkungannya.

Penelitian (Santika,2020) dengan judul pendidikan karakter pada

pembelajaran Daring menunjukan bahwa pendidikan karakter memiliki tiga fungsi

utama,(1). Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, pendidikan karakter

membentuk dan mengembangkan potensi, pendidikan karakter membentuk dan

mengembangkan potensi siswa agar berpikir baik, berhati baik, dan perilaku

sesuai dengan falsafa pencasila, (2) kedua fugsi perbaikan dan penguatan, kedua

fugsi perbaikan dan penguatan, pendidikan karakter memperbaiki dan

memperkuat peran keluarga, suatuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah

untuk ikut berpatisipasidan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi

warga negara dan pembentukan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan

sejahtera,(3) ketinga fungsi penyaring memeliki budaya bangsa dan karakter

bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan paparan diatas, mengenai pendidikan karakter yang dibutuhkan

dalam membangun siswa yang baik dan seseuai dengan yang di inginkan oleh

masyarakat, baik dalam keilmuan maupun akhlak, makan peneliti tertarik meneliti

tentang Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter, maka dari itu perlu diberikan

pendidikan karakter yang sesuai dengan persoalan yang terjadi :

5
B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar berlakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pembelajaran sosiologi

seperti nilai 1) Religius, 2) Toleransi, 3) Disiplin, 4) jujur

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas

penulis ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap

peserta didk di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

2. Hambatan internalisasi nilai-nilai pendidkan karakter bagi peserta

didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap

peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui hambatan internalisasi nilai-nilai pendidikan

karakter bagi peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang.

E. Manfaat penelitian

Dari penelitian tersebut diatas, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi

beberapa pihak, diantaranya adalah sebagi berikut :

1. Manfaat Praktis

6
a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam

meningkatkan karakter peserta didik.

b. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam proses internalisasi

nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

c. Bagi peserta didik sebagai objek penelitian diharapkan dapat

memahami dan mengetahui mengenai internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperkaya wawasan dan pengembangan pengetahuan

penulis.

b. Dapat menjadikan saran bagi lembaga pendidikan khususnya, agar

dapat mempertahankan dan menginovasi untuk meningkatkan

suasana religius

c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji secara

lebih rinci tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter di sekolah

Internalisasi yaitu suatu proses berlangsung secara terus menerus dan

diharapkan akan tetapi dapat dampak masuknya sebuah nilai ke dalam diri

seseorang. Nilai yang masuk melalui proses internalisasi diharapkan akan mampu

menjadi pedoman bagi individu dalam berperilaku (Wuryandani,2014). Menurut

para ahli :

a. Menurut robert, internalisasi yaitu sebagai menyatunya nilai dalam diri

seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri

seseorang. Pengertian ini mengisyarak bahwa pemahaman nilai yang

diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap,

internalisasi ini juga akan bersifat permanen dalam diri seseorang

( Marlina,2016)

b. Menurut Chabib Thoha, internalisasi nilai merupakan teknik dalam

pendidikan nilai yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai yang

menyatu dalam kepribadian peserta didik.

Jadi, peneliti dapat menyimpulkan dari pendapatan para ahli yaitu usaha

sekolah untuk mewujudkan terjadinya proses internalisasi nilai-nilai akhlak pada

diri siswa sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku siswa itu sendiri dan dalam

suatu proses yang berlangsung secara terus menerus yang akan memberikan

dampak menyatunya nilai dalam diri seseorang, yang dipraktikkan dan

8
berimplikasi pada sikap maupun tingka laku dari diri seseorang. Dalam hal ini

juga dapat berupa proses yang berlangsung secara terus menerus kepada peserta

didik dan akan memberikan dampak menyatunya nilai yang dipraktikkan dan

berimplikasi pada sikap peserta didik.

Proses internalisasi nilai karakter secara teori dapat dilakukan melalui tiga

tahapan, sebagai berikut: (1) Tahap transformasi nilai, yakni internalisasi nilai

dilakukan dengan cara penyampaian materi fisik melalui pengajaran di kelas, agar

para siswa mengetahui nilai-nilai yang baik dan buruk (Alim,2006). Proses

internalisasi dimulai dari tahap transformasi nilai diperoleh siswa ketika mereka

mendengar secara langsung guru mereka menginformasikan kebaikan dari nilai-

nilai karakter dan keburukannya apabila tidak memiliki nilai-nilai karakter

tersebut. Secara praktis guru melakukan komunikasi satu arah kepada siswa

tentang apa yang baik dan buruk.

Pada tahap transformasi ini terjadi proses penerimaan nilai. Nilai diterima

oleh siswa dengan cara mendengarkan, melihat, dan membaca. Melalui indera

pendengaran dan penglihatan siswa memperoleh pengetahuan tentang nilai,

kebaikan, keburukan, dan manfaatnya bagi kehidupan (Sodiq,2018). (2) Tahap

transaksi nilai, yaitu internalisasi nilai dilakukan dengan komunikasi timbal balik

dan informasi yang dipahami oleh siswa melalui contoh perbuatan yang dilakukan

guru sehingga siswa juga dapat merespon nilai yang sama. Selanjutnya setelah

tahapan transformasi nilai yaitu tahap transaksi nilai. Pada tahap transaksi ini

terjadi proses merespon nilai. Respon berarti balasan atau tanggapan, reaksi

terhadap rangsang yang diterima oleh panca indra. Pada dasarnya ada tiga respon

9
yang diberikan siswa terhadap pengetahuan nilai yang telah diterima yaitu

menerima nilai, menolak nilai, dan acuh tak acuh. (3) Tahap transinternalisasi,

yakni penampilan pendidik di depan siswa tidak dilihat dari segi fisiknya

melainkan sikap mental atau kepribadian yang berperan aktif (Alim,2006).

Tahapan terakhir dari proses internalisasi yaitu tahap transinternalisasi Pada tahap

ini internalisasi nilai dilakukan melalui proses yang bukan hanya komunikasi

verbal tetapi juga disertai dengan sikap mental dan kepribadian. Proses

internalisasi bila dikaitkan dengan perkembangan manusia, maka hendaknya

dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangannya. Dengan dilakukannya

internalisasi secara bertahap akan mempermudah pemahaman materi yang

diberikan guru kepada siswa, sehingga akan tercipta sikap baik pada siswa

tersebut.

Adapun beberapa metode internalisasi yang dapat diterapkan di sekolah

dengan tujuan agar siswa mempunyai kepribadian yang mantap serta memiliki

akhlak yang mulia, antara lain adalah: (1) Metode keteladanan, (2) Metode latihan

dan pembiasaan, (3) Metode mengambil pelajaran, (4) Metode pemberian nasehat,

(5) Metode pemberian targhib wa tarhib, dan (6) Metode kedisiplinan

(Hamid,2016)

Berikut penjelasan dari ke enam metode diatas: (1) keteladanan, yaitu

bagaimana cara kita mengajar dan berpusat pada guru yang dapat memberikan

contoh yang baik dari setiap perbuatannya agar menjadi panduan bagi siswanya,

seperti: disiplin, berpakaian rapi, bersih, taat, dan lain-lain. (2) pembiasaan, yaitu

dengan membiasakan siswa melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang

10
dalam bentuk yang sama, sehingga siswa terbiasa dengan kegiatan tersebut,

seperti: mengucapkan salam, membaca doa sebelum dan selesai belajar, shalat

tepat waktu, dan berkata jujur (Azhar,2020). (3) mengambil pelajaran, yaitu

mengambil pelajaran dari beberapa kisah-kisah teladan, peristiwa, dan fenomena

yang terjadi baik di masa lampau maupun sekarang. Sehingga diharapkan siswa

dapat mengambil hikmah yang terjadi baik berupa musibah atau pengalaman. (4)

pemberian nasehat, yaitu uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus

dilakukan oleh seseorang, seperti: sopan santun, motivasi, dan peringatan tentang

dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya dan orang lain. (5)

pemberian targhib wa tarhib, yaitu targhib adalah janji yang disertai dengan

bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu kenikmatan, atau kesenangan

akhirat yang pasti dan baik, serta membersihkan diri dari segala dosa yang

selanjutnya diteruskan dengan melakukan amal saleh. Sedangkan tarhib ialah

ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut para

hamba-Nya yang telah melakuan dosa atau kesalahan akibat lengah dalam

menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah (Munif,2017). (6)

kedisiplinan, yaitu memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan seorang

guru harus memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa, sedangkan kebijaksanaan mengharuskan seorang guru memberikan

hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan

lainnya (Burhanudin,2001).

11
2. Nilai-nilai Dasar Dalam Pendidikan Karakter

“Karakter berasal dari nilai tentang suatu”(Kesuma,2018). Sesuatu yang

mengandung nilai yang diwujudkan melalui sikap dan perilaku dapat disebut

sebagai karakter. Jadi, suatu karakter melekat dengan nilaidari sikap dan perilaku

tersebut. Di indonesia, niali karakter yang berkembang berasal dari budaya dan

adat istiadat bangsa yang diwujudkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

pancasila.

(Kemendiknas, 2010) menjabarkan 18 (delapan belas) nilai yang

dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa (kumiasih dan

senin, 2017). Nilai-nilai tersebut yaitu (1) Religius, yakni sikap ketaatan dan

kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran

kepercayaan) yang dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan; (2) Jujur,

yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan,

perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar,

dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan

sebagai pribadi yang dapat dipercaya; (3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku

yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran

kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang

berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang

ditengah perbedaan tersebut; (4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang

konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku; (5)

Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh

12
(berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas,

permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya; (6) Kreatif, yakni

sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam

memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-

hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya; (7) Mandiri, yakni sikap dan

perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai

tugas maupun persoalan. Namun hal tersebut bukan berarti tidak boleh

bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan

tanggung jawab kepada orang lain; (8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir

yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara

dirinya dengan orang lain; (9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan

perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal

yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam; (10) Semangat

kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan

golongan; (11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan

rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya,

ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran

bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri; (12) Menghargai prestasi,

yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri

sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi; (13)

Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka

terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja

13
sama secara kolaboratif dengan baik; (14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku

yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran

dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu; (15) Gemar membaca, yakni

kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna

membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,

sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya; (16) Peduli lingkungan, yakni

sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan

sekitar; (17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya; dan

(18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,

masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan nilai

karakter yang dapat diinternalisasikan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang melalui proses dan indikator keberhasilan pendidikan karakter di

antarannya terdapat 18 nilai sebagai berikut:

No Nilai Indikator
1 Religius 1. Mengucapkan salam

2. Berdoa sebelum

3. Melaksanakan ibadah keagaman


2 Jujur 1. Tidak menyontek dan memberi contekan

2. Melekukan sistem penelilaian yang akutabel dan

tidak memanipulasi data.

14
3 Toleransi 1. Tidak membedaka-bedakan agama, suku, ras, dan

golongan

2. Menghargai perbedaan yang ada.


4 Disiplin 1. Guru dan siswa hadir tepat waktu

2. Memberikan hukuman bagi yang melanggar

peraturan

3. Menjalankan tata tertib sekolah.


5 Kreatif 1. Menciptakan ide-ide baru disekolah

2. Membangun suasana belajar yang mendorong

munculnya kreatifitas siswa itu sendiri.


6 Mandiri 1. Melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri

2. Membangun kemandirian siswa melalui tugas-

tugas yang bersifat individu.


7 Rasa Ingin 1. Sekolah memberikan fasilitas, baik melalui media

Tahu cetak maupun elektronik, agar siswa dapat mencari

informasi baru.

2. Sistem pembelajaran diarahkan untuk

mengeksplorasi keingintahuan siswa.


8 Semangat 1. Mencari informsi terbaru baik dari media cetak

Kebangsaan 2. Melakukan upacar secara runtin

3. Mengikuti sertaka kepada kegiatan-kegiatan

kebangsaan

4. Memajang tokoh-tokoh pahlawan bangsa.


9 Cinta Tanah 1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan

Air kesatuan bangsa

2. Bangga dengan karya bangsa

15
3. Melestarikan seni dan budaya bangsa

4. Memajang bendera indonesia, pencasila, gambar

presiden sera simbol-simbol negara lain.


10 Bersahabat 1. Saling menghargai dan menghormati

Komnikasi 2. Tidak menjaga jarak satu sama lain.

3. Tidak membedaka-bedakan dalam berkomunikasi.


11 Cinta Damai 1. Menciptakan suasana kelas yang tentram

2. Mendorong terciptakanya harmonisasi kelas dan

sekolah.
12 Menghargai 1. Meneruskan prestasi generasi yang sebelumnya .

Prestasi
13 Peduli 1. Menjaga lingkungan kelas dan sekolah

Lingkungan 2. Mendukung program penghijauan di lingkungan

sekolah

3. Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat

cuci tangan.
14 Tanggung 1. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan

jawab 2. Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-

sama.
15 Kerja Keras 1. Pengelolaan pembelajaran yang menantang

2. Mendorong semua warga sekolah untuk berpretasi

3. Berkompetensi secara fair

4. Memberikan penghargaan kepada siswa

berprestasi.
16 Demokrasi 1. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

2. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas

secara demokratis

16
3. Mendasarkan setiap keputusan pada mesyawarah

mufakat.
17 Gemar 1. Mendorong dan memfasilitasi siswa agar gemar

Membaca membaca.

2. Setiap pembelajaran didudukung dengan sumber

bacaan atau referensi.

3. Menyediakan buku-buku yang dapat menarik minat

baca siswa.
18 Peduli Sosial 1. Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang

kurang mampu.

2. Melakukan kegiatan bakti sosial.

3. Melakukan kunjungan di daerah atau kawasan

marginal.

4. Memberikan bantuan kepada lingkungan

masyarakat yang kurang mampu.

5. Menyediakan kotak amal atau sumbangan.


Dari 18 nilai-nilai pendidikan karakter dan juga dari beberapa indikator

dari masing masing nilai pendidikan karakter di atas akan menjadi parameter

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang. Jika indikator tersebut telah terpenuhi dan sudah di

internalisasikan oleh siswa di sekolah tersebut dan juga dalam kehidupannya

maka pendidikan karakter sudah terlaksana.

Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam pendidikan karakter di indonesia Di

defenisikan berasal dari emapat sumber, sebagai berikut yang dikemukakan oleh

(Zubaedi,2012) sebagai berikut :

17
a. Agama

Masyarakat indonesia merupakan masyarakat beragama. Oleh karena itu,

kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama

dan kepercayaanya, secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada

nilai-nilai yang berasal dari agama, karenanya, nilai-nilai pendidikan karakter

harus, didasari pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

b. Pancasila

Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakan atas prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut pancasila. Pancasila

terhadap pada pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam

pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan

politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Prndidikan budaya

dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga

negara yang lebih baik yaitu warga negara memiliki kemampuan, kemauan, dan

menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

c. Budaya

Sebagai suatu bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang

tidak didasari nilai-nilai buadaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai budaya

ini dijadikan desar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti

dalam komunikasi antara anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang

demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi

sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

18
3. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana, serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna

membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang baik sebagai warga negara.

Hal ini diharapkan mampu memberikan konstribusi optimal dalam mewujudkan

masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusian yang adil dan

beradab, berjiwa persatuan indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan peduli

sosial bagi seluruh rakyat indonesia (Gunawan,2012).Untuk menujudkan

karakter-karakter tersebut tindakan mudah.

Pendidikan karakter yaitu upaya untuk mengembangkan ranah kognitif,

afektif, dan psikmotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan

berkrmbangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual adademik, ranah afektif

bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik

bermuara pada keterampilan voksional dan perilaku (Damayanti,2014). Hal ini di

sampaikan juga oleh winton (Muchlas, 2012). Yang menjelaskan bahwa secara

sederhana bahwa pendidikan karakter adalah hal positif yang dilakukan guru dan

berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkan. Pendidikan karakter adalah

upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seseorang guru untuk mengajarkan nilai-

nilai kebaikan kepada siswanya. Menurut (Zucdi, 2009) Mengatakan pendidikan

karakter adalah sebuah proses pembelajaran untuk menanankan nilai-nilai luhur,

budi pekerti atau akhlak mulai yang berakar pada ajaran agama,adat istiadat dan

nilai-nilai ke-indonesia, dalam rangka mengembangkan kepribadian pesera didik

19
supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang

berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama, Guru membentuk

watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru

berbicara atau menyampaikan materi, bagimana guru bertoleransi, dan berbagai

hal terkait lainnya (Narwati,2011).

Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut

baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri, sesam, lingkungan,maupun

kebangsaan sehingga menjadi insan kami. Penanaman pendidikan karakter akan

efektif jika tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga para guru, kepala

sekolah, dan tenaga non pendidikan di sekolah (Haryanto,2012).

Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks

pendidikan di indonesia yaitu pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur

yang bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri, dalam rangka membina

kepribadian generasi muda (Narwati,2011).

Prioritas pembanguna nasional sebagaimana yang dituangkan dalam

kemendiknas (dalam Gunawan, 2012) Rencana pembangunan jangka panjang

(RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007) antara lain adalah

dalam mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila”. Salah satu upaya untuk

mereka alisasikannya adalah dengan cara memperkuat jati diri dan karakter

bangsa memalui pendidkan upaya ini bertujuan untuk membentuk dan

20
membangun manusia indonesia yang bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

mematukhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antar umat

beragama, melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan model sosial,

menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebangggan sebagai

bengsa indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika

pembangunan bangsa dengan kata lain dapat dikatakan karakter menentukan

pikiran pribadi seseorang dan tindakan yang dilakukannya.

Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang

benar, sesuai dengan standar tertinggi perilaku, dalam setiap situasi. Pendidikan

karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membawa

individu hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara

serta mambantu mereka, membuat keputusan yang dapat pertanggung jawabkan.

(Muslich, 2012). Oleh karena itu Pendidikan karakter mengajarkan anak didik

berpikir cerdas, mengaktivikasi, berpikir dan berprilaku yang membantu individu

untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, bernegara serta

membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung

jawabkan. Pendidikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral,

aklhlak atau budi perketi individu yang merupakan kepribadian khusus yang

menjadi pendorong dan penggerakan serta yang membedakan dengan individu

lain (Hidayatullah, 2010).

4. Tujuan Pendidikan Karakter

landasan pelaksanan pendidikan karakter sangat jelas. Kemendiknas

(Gunawan,2012) Hal ini tampak dalam undang-undang sistem pendidikan

21
Nasional Nomor 20 Thun 2003 pasal 3 dinyataknya bahwa tujuan pendidikan

nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mulia,

sehat, berilmu,cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab (Kemendiknas,2011).

Dharma khusuma Menjelaskan bahwa tujuan pendidikan karakter antara

lain sebagai berikut; 1). Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan

yang di anggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian yang

kepemilikan peserta didik yang khas bagaimana nilai-nilai yang di kembangkan;

2). Mengoreksi perilaku siswa yang tidak berkeseuian dengan nilai-nilai yang di

kembangkan oleh sekolah; dan 3). Membangun koneksi yang harmonis dengan

keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

karakter secara bersama (Khusuma,2011).

Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi

dan tujuan serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh

masyarakat, seta tanggung jawab fungsional, yaitu tanggung jawab yang diterima

sebagai pengelola rungsional dalam melakukan pendidikan oleh para pendidik

yang pelaksanaanya berdasarkan kurikulum (Kadir,201 2).

Sedangkan mengacu pada peraturan presiden (Presiden) Nomor 87 Tahun

2017 tentang pengetahuan pendidikan karakter (PPK). PPK memiliki tujuan

sebagai berikut : 1) membangun dan membekali peserta didik sebebagai generasi

emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa pancasila dan pendidikan karakter yang

22
baik guna menghadapi dinamika perubahan dimasa depan. 2) mengembangkan

platform pendidikan nasional yang meletakan pendidikan karakter sebagai jiwa

utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan

pelibatan publik yang dilakukan lelalui pendidikan jalur formal, Non formal. Dan

informasi dengan memperhatikan keberagaman budaya indonesia. Dan 3)

merevasilitsasi dan memperkuat potensi dan kompotensi pendidik. Tenaga

kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam

mengimplementasikan PPK.

5. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut (Zubaedi,2013). mengungkapkan bahwa fungsi pendidikan

karakter sesuai kebijakan Nasion al Karakter Bangsa, yaitu :

a. Fungsi pendidikan karakter

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik

sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik

diharapkan mendidik sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra

budaya bangsa.

b. Fungsi perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut

berpatisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga

nagara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan

sejahtera.

23
c. Fungsi penyaring

Pendidkan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi ini dilakukan melalui,(1) pengukuhan pancasila

sebagaifalsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan Norma

konstitusional. UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4)

penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal ika,

dan(5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berbegara dalam konteks global.

Selain itu pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan

kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang ce rdas,

berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan

ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran

baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warga

negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan

dengan bangsa lain dalam suatu harmoni (Kemendiknas,2011).

6. Penerapan Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Termasuk

Dalam Pembelajaran Sosiologi

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMAk Sint Carolus Penfui Kota

Kupang. Dapat dispesifikan lagi kedalam penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter melalui mata pelajaran Sosiologi. Sosiologi yang dapat diajarkan di

24
setiap satuan pendidikan sangatlah tepat antara lain Sosiologi juga dapat

mengajarkan peserta didik, agar menjadi lebih baik dan sebagai individu atau

anggota kelompok mamupu menempatkankan diri sesuai statusnya di dalam

masyarakat. Pada saat ini konsep pendidikan karakter lagi populer dikalangan

pelajar dapat dikembangkan oleh bangsa Indonesia, sebagai jalan untuk

memperbaiki moral bangsa. Berdasarkan prinsip pendidikan karakter di atas,

maka mata pelajaran Sosiologi mempunyai andil dalam penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter. Penanaman ini juga dapat melakukan beberapa cara yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pemahaman dan pelaksanaan

secara langsung dan terkait dengan pendidikan karakter itu sendiri, dimana

materi pembelajaran,berupa silabus, media, pedagogi dan evaluasi. Pertama

melalui materi dapat melakukan Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter

melalui mata pelajaran Sosiologi salah satunya melalui materi mata pelajaran

Sosiologi itu sendiri. Materi Sosiologi mempunyai karakteristik berdasarkan

BNSP (2006), materi Sosiologi dapat mempelajari tentang perilaku dan interaksi

perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhan serta

menganalisis pengaruh kegiatan kelompok dan pengaruhnya.kita dapat

melakukan esensial dalam materi Sosiologi dipilih dan bersumber serta

meneruskan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti

kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut dapat mencakup keluarga, suku

bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama,

politik, bisnis dan organisasi lainnya.

25
Dengan hal ini Pendidikan karakter sangat perlu diterapkan di Indonesia.

Penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui mata pelajaran

Sosiologi, sebab mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran

ilmu sosial yang sarat akan nilai-nilai pendidikan karakter dan obyek kajian

sosiologi adalah masyarakat, sehingga diharapkan peserta didik dapat berperilaku

dan bersikap sesuai dengan karakter dan kepribadian yang bertanggung jawab

dan bertakwa . Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-

nilai karakter kepada warga sekolah. Komponennya berupa pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Pelaksanaannya dapat dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun terhadap bangsa sehingga individu

tersebut menjadi manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter harus

disosialisasikan sejak dini pada semua level maupun jenjang pendidikan.

Lembaga pendidikan harus tampil sebagai pionir pendidikan dalam

membangun karakter peserta didik yang bermoral dan berakhlak, dinamis serta

visioner. Berdasarkan fakta tersebut, apakah pelajar bangsa Indonesia sudah

memiliki karakter yang diharapkan oleh masyarakat sebagai generasi muda

penerus bangsa.

Berdasarkan UU RI No. 20 pasal I tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan

potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Secara tidak langsung undang-undang tersebut ingin menyampaikan bahwa agar

pendidik tidak hanya membentuk insan indonesia yang cerdas, namun juga

26
berkepribadian atau berkarakter. Hal ini menarik untuk dikaji secara sistematis

pada aspek Pengaruh Pemahanam Guru tentang Pendidikan Karakter terhadap

Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kabupaten

Pekalongan.

Sejalan dengan UU RI No 20 pasal I tahun 2003 di atas penelitian

(Raharjo,2010) tentang Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak

Mulia. Hasil penelitian (Raharjo,2010) menyebutkan pendidikan karakter dapat

mempengaruhi akhlak mulia peserta didik. Tujuan membangun karakter dan

watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan. Pendidikan yang

mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu

mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih

sayang kepada peserta didik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter

yang bagus. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik diantaranya

adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta berserta isinya, tanggung jawab,

disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja

sama, percaya diri dan kreatif, kerja keras dan patang menyerah, keadilan dan

kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan persatuan

Dengan itu Materi Sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga

pengetahuan ilmiah dengan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan

lagi pada spekulasi dibelakang meja atau observasi impresionistis, (Badan

Standar Nasional Pendidikan, 2006). Berdasarakan hasil penelitian menyatakan

bahwa nilai-nilai karakter yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Sosiologi

adalah religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tangguh, santun, komunikatif,

27
toleransi, demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme. Nilai-nilai

itulah yang tersirat atau yang menjadi salah tujuan yang harus tersampaikan pada

pendidikan karakter melalui salah satunya materi Sosiologi.

7. Faktor pembentukan karakter di suatu sekolah

Pembentukan karakter merupakan proses seumur hidup. Dengan demikian,

pengembangan karakter peserta didik merupakan upaya seumur hidup yang

perluh melibatkan beberapa faktor pendidikan karakter. Faktor ini harus berjalan

secara terintegrasi dan terpadu. Dalam pembentukan karakter tentunya ada faktor

yang mempengaruhi dalam hal tersebut, baik itu faktor yang berasal dari dalam

diri (internal) maupun yang berasal dari luar diri (eksternal) (Zubaedi,2011).

Adapun faktor-faktor pembentukan karakter karakter meliputi:

a. Faktor internal meliputi beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

1. Instink biologis, seperti rasa lapar, dorongan untuk makan yang

berlebihan dan berlangsung lama jika kebiasaan ini berlanjut akan

menimbulkan penyakit fisik maupun penyakit hati serta akan

membentuk suatu sifat jelek yaitu : rakus, maka sifat itu akan

menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya.

2. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan,

dan aktualisasi diri.

3. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk

cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal meliputi:

1. Lingkungan Keluarga Keluarga

28
Merupakan unut terkecil dari masyarakat yang terdiiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu

tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung

( Kurniawan,2013) .Keluarga memang menjadi faktor yang paling

penting untuk memunculkan karakter pada anaknya, karena keluargalah

yang paling sering berada dekat dengannya. Karakter yang terbentuk

akan mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karena mental anak itu

terjadi setelah melihat kebiasaan yang ada dilingkupnya

(Walgito,1990).

2. Lingkungan sosial Manusia

Merupakan sering sekali kita sebut sebagai mahluk individu, ada

juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial

manusia mesti mempunyai hubungan dengan manusia dan masyarakat

sekitarnya. Masyarakat adalah tempat dimana berkumpulnya orang-

orang dengan semua kebiasaan watak sifat yang berbeda yang

diperoleh dari tempat asal mulanya. Lingkungan sosial, yaitu

merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi

individu dengan individu yang lain, lingkungan sosial dibagi dalam dua

bagian, yaitu:

a) Lingkungan sosial primer

Lingkungan sosial primer merupakan lingkungan sosial

di mana terdapat hubungan yang erat antara individu satu

dengan individu yang lain.

29
b) Lingkungan sosial sekunder

Lingkugan sosial sekunder merupakan lingkungan

sosial dimana hubungan individu satu dengan yang lain agak

longgar, individu satu kurang mengenal dengan individu yang

lain Dapat kita simpulkan bahwa antara individu dengan

lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, dalam arti

tidak hanya lingkungan sosial saja yang mempunyai pengaruh

terhadap individu, tetapi antara individu dengan

lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik.

3. Lingkungan Pendidikan

Dalam lingkungan Pendidikan bukan hanya sekedar

mentransfer, tetapi merupakan proses yang lebih besar dari sekedar

pembelajaran, dengan mengesampingkan perbedaan dalam

lingkungannya. Pendidikan merupakan proses pengembangan sosial

yang akan mengubah individu dari sekedar makhluk biologis

menjadi makhluk sosial agar hidup bersama realitas zaman dan

masyarakat. Dengan kata lain secara tidak langsung lingkungan

pendidikan merupakan proses pentransferan sifat sosial kemanusiaan

kepada lingkungannya.

Pendidikan karakter di lingkungan pendidikan dapat

diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai

pada setiap mata pelajaran perluh dikembangkan, dieksplisit,

30
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari (Kurniawan,2013)

Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada

rana kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi dan

pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

8. Penelitian yang Releven

Beberapa penelitian yang releven dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Penelitian (Putri,2011) Judul Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Melalui Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Di SMA Negeri 5 Semarang

Tahun Pelajaran 2010/2011. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa

pendidikan karakter di SMA Negeri 5 Semarang dilaksanakan bukan

menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan diintegrasikan ke

semua mata pelajaran yang ada. Pengintegrasian pendidikan karakter ke

dalam semua mata pelajaran menjadikan semua guru di SMA Negeri 5

Semarang harus memahami pelaksanakan penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter terutama dalam proses belajar mengajar di kelas.

Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter melalui mata pelajaran

salah satunya dapat diketahui melalui penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter pada mata pelajaran Sosiologi kelas X.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah

bagaimana kita dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter

terhadap peserta didik sedangkan perbedannya dengan penelitian

terdahulu lebih mefokuskan pada kelas X, karena di kelas X inilah semua

31
siswa mendapatkan beberapa mata pelajaran Sosiologi yang dapat

menjadi salah satu perantara penanaman nilai-nilai pendidikan karakter

secara dini pada jenjang sekolah menengah. Mata pelajaran Sosiologi

yang ada juga diharapkan dapat menjadi dasar sebagai pembentuk

karakter peserta didik agar dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya,

dapat mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas

b. Penelitian (Hidayati,2017) Judul internalisasi nilai-nilai pendidikan Dasar

karakter dalam gerakan literasi sekolah pada siswa kelas XII di sekolah

Muhammadiayah 9 Kota Malang. Kesimpulan peneliti ini bahwa

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam gerakan literasi sekolah

yang dilaksanakan secara rutin pada siswa kelas XII Sekolah Dasar

Muhammadiyah 9 Kota Malang menghasilkan karakter disiplin,

kreatif,rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,

gemar membaca, dan juga tanggung jawab, dimana hal ini dibiasakan

sejak dini karena diharapkan dapat menyatu dalam diri siswa sehingga

menjadi pedoman dalam bertingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya

hingga pada akhirnya akan menjadi karakter siswa yang permanen .

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama

meneliti tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter sedangkan

perbedaanya adalah penelitian terdahulu meneliti fokus pada gerakan

literasi sekolah tetapi penelitian saya fokus pada bagaimana

menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta

didik.

32
c. Penelitian (Hasanah,2018) Judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Karakter Melalui Kegiatan Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7

Malang. kesimpulan dari penelitian ini adalah internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter di SMA Negeri 7 Malang melalui kegiatan Badan

Dakwah Islam adalah dengan memberikan teladan yang baik kepada anak

didik, memberikan hukuman, mendukung dan memberi kesempatan untuk

mengadakan berbagai kegiatan positif, melalui cara yang demikian maka

perubahan karakter positif secara lahirinyah sangat tanpak dalam diri anak

didik atau disebut dengan transaksi nilai. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian saya adalah sama-sama internalisasi nilai-nilai karakter

sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu meneliti atau fokus

pada bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui

kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang. Tetapi penelitian

saya fokus pada bagimana menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan

karakter terhadapa peserta didik.

9. Kerangka Berpikir

Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik

Internalisasi Nilai-nilai
Pendidikan

Pendidikan Karakter
Terhadap Peserta Didik

33
1. Religius
2. Disiplin
3. Teleransi
4. Jujur

Zubaedi (2011)
BAB III

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

kualitatif ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa

34
kata-kata dari para subjek dan informan baik dalam kata-kata tertulis ataupun

lisan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam

penelitian ini data yang diperoleh adalah data-data yang berupa data deskriptif

yang tidak menggunakan data yang berupa angka untuk menerangkan hasil

penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk menggali lebih dalam mengenai

proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang,

letak di JL.Adisucipto No. 44, penfui , maulafa, kota kupang dengan alasan

memilih SMAK Sint Carolus karena di lokasi ini masih ada siswa yang tidak

disiplin atau memiliki karakter yang tidak disiplin atau memiliki karakter yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Waktu Penelitian

Waktu melaksanakan aktivitas penelitian dapat di lihat dalam table

berikut:

Tabel 3.1 Grantt Aktivitas Penelitian

Okt Nov Des Jan Fe Mar Ap Mei Jun Jul Agt


No Aktifitas
b r

35
1 Bimbingan X

Judul
2 Menyusun X

proposal
3 Seminar

Proposal
4 Perbaikan X

Proposal
5 Perbaikan

Instrument

Penilaian
6 Pengumpulan

Data
7 Analisis Data
8 Penulisan

Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Perbaikan

C. Subyek penelitian

Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI IPS di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang. Penentuan subyek penelitian ini disesuaikan dengan judul.

Alasan lain peneliti memilih subyek penelitian ini untuk mengetahui kelebihan

dan kelemahan penerapan internalisasi nilai-niali karakter terhadap peserta didik

di SMAK sinit Carolus Penfui Kota Kupang.

36
Dan dalam upaya peningnkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Subyek

yang dipilih terdiri dari 5 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 2 siswa dan

perempuan berjumlah 3 siswa dan 1 guru wali kelas tahun ajaran 2021/2022.

D. Teknik pengumpulan data

Menurut (Sugiyono,2011) bahwa teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama darai

penelitian adalah mendapatkan data”. Penelitian pada intinya yaitu bertujuan

untuk mendapatkan data yang sesuai serta dapat memenuhi standard data yang

ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

disesuaikan dengan kondisi lapangan serta kebutuhan dalam pengumpulan data.

1. Metode Observasi (pengamatan)

Observasi adalah salah satu cara pengumpulan data uatama dalam

mengkaji suatu situasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Menurut

Ngalim Purwanto (Suwandi,2008) obervasi ialah metode atau cara-cara

menganalisis dan mengadakan pencacatan sacara sistematis mengenai tingkah

laku dengan melihat atau mengatasi individu atau kelompok secara langsung’.

Dalam hal ini, peneliti membuat catatan khusus berupa kata-katakecuali,

pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, gambaran dan lain-lain

tentang segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar dan dialami selama

penelitian berlangsung.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu. Sabagaimana (Moleong,2010) “wawancara adalah

37
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jenis wawancara

digunakan adalah wawancara terstuktur dimana peneliti menanyakan

pertanyaan terkait dahulu. Adapun sebanyak yang diwawancarai adalah guru

wali keas XI IPS yang mengajara siswa dengan lima siswa.

3. Metode Dokumentasi

Menurut (Sugiyono,2014) Dokumentasi merupakan pelengkapan dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam metode penelitian

kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung dengan

hasil foto/dokumentasi dan pedoman wawancara yang ada.

E. Keabsahan Data

Menurut (sugiyono,2013) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

yang diteliti. Demi mendapatkan keabsahan data penelitian melaksanakan :

1. Perpanjang pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, penelitian masih dianggap

sebagai orang asing, masih dicurigai,sehingga informasi yang diberikan

belum iengkap, tidak mendalam, dan masih memungkinkan banyak hal

yang dirahasiakan.

38
2. Meningkatkan Ketekunan

Peneliti dapat meningkatkan ketekunan dalam bentuk pengecekan kembali

apakah data yang telah ditemukan itu benar atau tidak,dengan cara

melakukan pengamatan secara terus-menerus, membaca berbagai referensi

buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait, sehingga

wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis,

maupun interpretatif dari penelitian kualiyatif. Triangulasi diartikan juga

sebagai kegiatan pengecekan data melalui beragam sumber, teknik,dan

waktu.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan bagaian dari proses pengujian data setelah

dilakukannya terhadap pengumpulan data observasi, wawancara, dan

dokumentasi penelitian yang tentunya disesuaikan dengan tujuan dari riset yang

lakukan. (Sugiyono,2012). Dalam penelitian dilakukan sesuai,analisis data, yaitu

data redution, data display, dan  conclusion drawing/verfications.

(Sugiyono,201)

1. Data redution (reduksi data)

39
Dalam hal ini penelitian mereduksi data dengan merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

telah direduksi memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah

penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Data Display (penyajian Data)

Dalam sesi ini peneliti mendisplaykan data. Penyajian data melibatkan

langkah-langkah yang mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang

satu dengan data yang lain, sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar

dilibatkan dalam satu kesatuan.

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Peneliti pada dasarnya menginternalisasikan prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari

display data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar

sejak awal, namun kesimpulan final tidak dapat dirumuskan secara memadai,

tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada (Sugiyono,2012)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak”. Jurnal Pendidikan

Agama Islam – Ta’lim. Vol. 14 No. 2, 2016, hal. 195-206

Azhar, “Pembinaan Moral Siswa Melalui Aktualisasi Prilaku Agama”. Jurnal

FITRAH. Vol. 2 No. 1, 2020, hal. 1-20

Claudea Cici Nindhika dan Bain dan Ibnu Sodiq, “Internalisasi Nilai-Nilai Sosial

Budaya Melalui Pembelajaran Sejarah Pada Kelas X SMA Semesta

40
Semarang Tahun Ajaran 2017/2018”. Indonesian Journal of History

Education. Vol. 6 No. 1, 2018, hal. 14-20

Damanyanti, Deni. (2014), panduan implementasi pendidikan karakter di

sekolah: teori dan Praktik internalisasi nilai. Yogyakarta: Araska.

Gunawan, Heri, (2012). Pendidikan karakter: konsep dan implementasi. Bandung:

Alfabeta.

Hidayatullah, Furgon. (2010). Pendidikan karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hidayatullah, Furgon.(2010). Pendidikan karakter: Membangun peradaban

Bangsa. S urakarta: Yuma Pustaka.

Hidayati,(2017). internalisasi nilai-nilai pendidikan Dasar karakter dalam gerakan

literasi sekolah pada siswa kelas XII di sekolah Muhammadiayah 9 Kota

Malang.Skripsi .malang: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Hasanah,(2018). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7 Malang..skripsi. malang: Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Kemendiknas.(2010). Penduan pendidikan karakter ( berdasarkan pengalaman di

satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Bada Penelitian dan pengembangan pusat Kurikulum dan Perbukan.

Kemendiknas, (2011). Disain Induk Pendidikan Karakter Kementerian

Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat Mandikdasmen.

Kadir, Abdul. (2012). Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kecamatan Prenada

Group.

41
Muchlas Samani, hariyantio (2012). Konsep Dan Medel Pendidikan Karakter,

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 14

Muhammad Alim,(2006) Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan

Pemikiran…hal. 14

Muhammad Munif, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai PAI dalam Membentuk

Karakter Siswa”. Jurnal Edureligia. Vol. 1 No 1, 2017, hal. 1-12

Meleong, leksi j. (2010). Metodelogi penelitian kualitatif : Bandung Pt Remajah

Rosdakarya

Narawati,(2011), Creative Learning. Yogyakarta familia. Pustaka Belajar.

Putri, N.A. (2011). Peneneman Nilai-nilai Pendidikan Karakter melalui Mata

Pelajaran Soiologi Kelas X di SMA N 5 Semarang. Skripsi. Semarang:

Fakultas Ilmu Sosial UNNES

Raharjo, S.B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak

Mulia: Balitbang Kemdiknas di Jakarta. Dalam Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. 3: 229-238

Robert dalam Erni Marlina,(2016) internalisasi Nilai-nilai Pancasila dan Rasa

Cinta Tanah Air pada Remaja di perbatasan Malaysia (pulau sebatik

kabupaten Nunukan,Kalimantan Utara), jurna psikoborneo, Volume 4,

nomor 4.

Santika, Wayan Eka (2020) Pendidikan karakter pada pembelajaran Daring.

Indonesia values and character Education journal,8-19.

42
Samani dan Haryanto (2011:42). Konsep dn Model pendidikan karakter .PT.

Remaja rosdakarya Bandung.

Syamsul Kurniawan,(2013) Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sugiyono (2011). Metode peneliti penelitian pendekatan kuntitatif, dan kualitatif , D

Bandung; Alfabeta.

Sugiyono (2014:15). Metode penelitian kuntitatif, kualitatif dan R&D, Bandung;

Alfabeta.

Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren Solusi bagi Kerusakan Akhlak,

(Yogyakarta: ITTAQA Press, 2001), hal. 59

Wuri Wuryandani, (2014). Internalisasi Nilai Karakter Disiplin melalui

Penciptaan Iklim Kelas yang kondusif di SD Muhammadiyah Sapen

Yogyakarta, jurnal pendidikan karakter Tahun IV, Nomor 2, juni.

Walgito, (1990). Faktor-Fakltor Pembentukan Rarakter, Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasikanya Dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Zuchdi, Darminyati. (2009). Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai

Target. Yogyakarta: UNY Prees.

43

Anda mungkin juga menyukai