Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada

usia tersebut merupakan masa keemasan (golden age), artinya pada masa ini

anak berada dimasa peka yaitu masa yang sangat mudah dalam menerima

stimulasi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tahapan

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, stimulasi yang

tepat dan berkesinambungan perlu diberikan supaya tumbuh kembang anak

dapat berjalan secara optimal. Stimulasi tersebut dapat diberikan oleh sebuah

lembaga pendidikan, yaitu salah satunya melalui pendidikan anak usia dini

(PAUD). Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pada pasal 14 ayat 1, yang

berbunyi:

”Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” (UU RI No. 20 TH

2003, (pasal 1 ayat 14): 73).”

Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan satu bentuk pendidikan

formal pada pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak yang disingkat TK

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia


4-6 tahun. Adapun tujuan TK berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0486/U/92 tentang Taman Kanak-Kanak, adalah

membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan,

ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak pertumbuhan serta

perkembangan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia

merupakan bekal yang sangat pokok. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, jasmani dan rohani anak di

luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini

dilakukan supaya anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan

selanjutnya. Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar anak taman

kanak-kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan

sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak

didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan

dan perkembangan selanjutnya (Rachmawati & Kurniati, 2011: 1).

Pendidikan anak usia dini sebagai bagian dari penerapan pendidikan

sepanjang hayat (life long education) merupakan portal utama menuju level

pendidikan berikutnya. Jika tidak dikawal dengan baik, efeknya dapat

berkepanjangan. Selain melalui perencanaan, pengorganisasian, dan

pengevaluasian pembelajaran yang baik, para pengelola PAUD hendaknya juga

tidak mengesampingkan keberadaan lingkungan sebagai setting pembelajaran.

Ruang lingkup taman kanak kanak penting untuk memperhatikan

keamanan anak usia dini agar terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan.

Keamanan perlu mendapat perhatian utama. jangan sampai anak mendapat


musibah karena tidak adanya sistem keamanan yang baik. Keamanan

merupakan keadaan bebas dari bahaya. Keamanan merupakan hal utama yang

harus diperhatikan oleh pihak sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

kecelakaan yang dapat terjadi kapan saja, dan di mana saja, mengingat usia

anak yang masih belum matang secara fisik dan mental dalam merencanakan

dan mempergunakan tubuhnya.

Lingkungan merupakan bagian dari anak didik, sebaiknya lingkungan

diarahkan kepada bentuk yang berkualitas. Sebab, ia merupakan bagian dari

sarana dan prasarana yang signifikan. Piaget, menganggap lingkungan sebagai

kunci utama pembelajaran spontan anak. Lingkungan di sini hendaknya yang

menyenangkan bagi anak dan juga memberi kesempatan bagi perkembangan

potensi masing-masing individu. Menurut Montessori, anak adalah an active

agent (agen aktif) dalam lingkungannya, sementara guru merupakan fasilitator

yang membantu pembelajaran dan perkembangan anak. Maka dari itu, perlunya

penataan yang baik dan terorganisir secara maksimal agar tercipta keamanan

dalam lingkungan sekolah.

Manurut E. Mulyasa berpendapat bahwa, pembelajaran bagi anak usia dini

tersusun dari unsur-unsur berupa manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menurutnya, pembelajaran akan efektif apabila ditunjang dengan lingkungan

dan suasana belajar yang kondusif. Jadi kegiatan bermain yang memberikan

kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya

perlu lebih diprioritaskan. Penyelenggaraan PAUD, sebaiknya lingkungan


diarahkan kepada bentuk yang berkualitas. Sebab, ia merupakan bagian dari

sarana dan prasarana yang signifikan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini telah dituangkan

bahwa sarana prasarana di PAUD hendaknya memenuhi prinsip-prinsip

berikut: 1) aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak;

2) sesuai dengan tingkat perkembangan anak; dan 3) memanfaatkan potensi

dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar termasuk barang limbah atau

bekas layak pakai.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di TK Negari 1 Buton

menunjukan bahwa keamanan dalam lingkungan yang penataannya masih

belum baik dan terorganisir secara maksimal. Hal ini terjadi karena alat

permainan diluar ruangan yang mulai mengalami kerusakan dan halaman yang

kurang luas untuk anak bermain seperti kejar kejaran kemudian jumlah siswa

yang tidak sesuai karena sempitnya ruangan belajar pada anak dan terdapat

mainan anak yang bisa menyebabkan kecelakaan yang tidak diinginkan seperti

mainan dengan ujung yang runcing dan tajam

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya

keamanan dalam lingkungan anak usia dini khususnya ditaman kanak kanak

karena anak dan lingkungan merupakan bagian dari sarana dan prasarana yang

signifikan yang tidak bisa dianggap remeh maka perlunya perlunya penataan

yang baik dan terorganisir secara maksimal baik diluar maupun didalam ruangan

agar tercipta keamanan dalam lingkungan anak usia dini ditaman kanak kanak
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan “ Bagaimana upaya menjaga

keamanan dalam lingkungan anak usia dini di Taman kanak kanak?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keamanan

dalam lingkungan anak usia dini di TK Negeri 1 Buton

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang cukup signifikan sebagai masukan yang dapat dijadikan referensi dan

acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai menjaga keamanan

dalam lingkungan anak usia dini di Taman kanak-kanak

2. Manfaat praktis

Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman juga wawasan untuk

menjaga keamanan dalam lingkungan anak usia dini di taman kanak kanak

bagi kepala sekolah, dapat melakukan penataan sekolah yang baik dan

terorganisir agar menjaga keamanan dalam lingkungan anak usia dini. Bagi

guru dapat mengambil manfaat sebagai umpan balik dan masukan yang

berharga dari hasil penelitian yang telah dilakukan di sekolah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keamanan Dalam Lingkungan

1. pengertian keamanan

Keamanan berasal dari bahasa pokok “aman” yang berarti bebas,

terlindungi dari bahaya, selamat, tidak membahayakan, yakin, dapat

dipercaya, dapat diandalkan. Sedangkan keamanan memiliki arti “suasana

aman” ketentraman, ketenangan (peter salim, 2010). Sedangkan keamanan

adalah keadaan aman dan tentram (Tarwotoh dan Warkonah, 2010). Dapat

disimpulkan bahwa keamanan adalah keadaan aman dan tentram, terhindar

dari bahaya.

1. klasifikasi keamanan

Keamanan diklasifikasikan menjadi dua yakni keamanan secara

fisik dan kemanan secara psikologi.

a. keamanan secara fisik berhubungan dengan tubuh atau

kehidupannya.ancaman dari keamanan ini dapat berupa penyakit,

kecelakaan, bahaya di lingkungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan

fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu siatas pemenuhan

kebutuhan fisiologis

b. keamanan secara psikologis berkaitan dengan psikis pengguna itu

sendiri

2. Aspek Keamanan
Aspek keamanan, bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi anak

yang bermain dengan mudahnya orang tua atau pendamping yang mengawasi

(Alamo, 2002). Komponen aspek keamanan, yaitu:

a. Lokasi, terlindungi dengan pagar.

b. Tata letak, mudah dalam pengawasan; pemisahan zonasi aktivitas;

kelompok umur dan jenis permainan.

c. Peralatan permainan, material permukaan yang aman.

d. Konstruksi, sambungan peralatan bermain dipasang dengan aman.

e. Material/ bahan, bahan yang bersentuhan langsung dengan kulit anak

bertekstur halus.

2. Pengertian Lingkungan
Menurut Maryana dkk (2010), lingkungan adalah suatu tempat yang

mempengaruhi pertumbuhan manusia. Dalam rangka pembelajaran anak,

lingkungan perlu ditata dengan baik agar kondusif untuk belajar. Dalam

penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini sangat

penting untuk mengembangkan aspek perkembangan anak. Dirumah, anak

tidak memerlukan mainan yang terlalu mahal tetapi mainan yang baik dan

aman untuk belajar anak. Disekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman

untuk belajar.

Montessori menganggap bahwa lingkungan adalah kunci utama

pembelajaran spontan anak. Lingkungan disini harus menyenangkan bagi anak

dan memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan potensinya.

Menurut Montessori, anak adalah agen aktif dalam lingkungannya, sedangkan

guru merupakan fasilitator yang membantu pembelajaraan dan perkembangan


anak. (Hidayattulloh, 2014). Dalam penyelenggaraan PAUD, sebaiknya

lingkungan diarahkan kepada bentuk yang berkualitas. Sebab, ia merupakan

bagian dari sarana dan prasarana yang signifikan.

Membahas tentang lingkungan anak usia dini ditaman kanak-kanak

sesungguhnya menjangkau pembahasan yang cukup luas namun yang perlu

diperhatikan ialah lingkungan belajar anak. lingkungan belajar anak adalah

dunia bermain yang mereka baik didalam (indoor) maupun diluar ruangan

(outdoor)

Banyak ahli yang menelusuri tentang jangkauan wilayah pengelolaan

lingkungan anak usia dini pada level TK atau prasekolah ini yaitu lingkungan

belajar dalam kelas, sering disebut juga dengan lingkungan Indoor; dan

lingkungan diluar kelas yang sering disebut dengan Outdoor.

1. Lingkungan Belajar Indoor Untuk Anak Usia Dini

Mendapatkan ruangan kelas yang ideal dan aman, kita perlu

memperhatikan pengaturan dan penataan ruangan kelasnya. Ruangan

bermain indoor untuk anak biasanya berupa ruangan yang luas berbentuk

persegi panjang, namun memiliki beberapa pembatas yang memisahkan

satu area dengan area lainnya. Di setiap sudut ruangan juga biasanya

disediakan tempat penyimpanan bahan-bahan yang dapat dipergunakan

untuk beraktivitas.

Ruang kelas anak-anak yang lebih muda (sekitar 3-4 tahun)

biasanya diatur dengan bentuk yang lebih sederhana. Keseluruhan aktivitas

belajar terjadi di satu ruangan dan anak-anak dapat dengan leluasa duduk
di lantai kelas. Lingkungan dalam ruangan (indoor) sangat penting bagi

anak-anak. Lingkungan dan ruangan indoor harus akrab dan menghibur,

mengurangi transisi dari suasana di rumah hingga pengaturan awal tahun

sekolah. Hal ini melibatkan melengkapi lingkungan fisik dengan perabotan

yang lembut, ruangan kecil dan ruang yang sepi. Pengaturan ruangan

terbaik memudahkan transisi dengan melayani semua anak, (Beckley,

2012).

2. Lingkungan Belajar Outdoor Playground Untuk Anak Usia Dini

Kegiatan di luar ruangan merupakan suatu bagian integral dari

program pendidikan anak usia dini. Pada umumnya mereka melakukannya

di luar ruangan atau di outdoor space. Selain anak menyukai udara bebas

dan areanya yang luas, kegiatan di laur juga lebih banyak menyediakan

berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan anak untuk membantu

perkembangannya.

Lingkungan belajar di luar kelas seyogyanya tidak hanya berperan

sebagai tempat bermain melainkan juga sebagai tempat anak

mengekspresikan keinginannya. Lingkungan ini merupakan tempat yang

sangat menarik dimana anak-anak dapat tumbuh dan berkembang. Ketika

anak-anak bermain di luar, mereka menunjukkan ketertarikan serta rasa

ingin tahu yang tinggi. Karena lingkungan di luar kelas selalu penuh

kejutan dan kaya akan perubahan. Di luar kelas anak-anak dapat

mempelajari berbagai hal serta mengoptimalkan semua aspek

perkembangannya. Guru-guru pun dapat membantu anak dalam


meningkatkan pertumbuhan mereka melalui programprogram

pembelajaran, yang dapat dievaluasi melalui pengamatan, atau pun

berinteraksi langsung dengan anak.

Lingkungan belajar luar kelas (outdoor playground) yang terpadu

yang juga merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk

mendorong kegiatan anak dalam keingintahuan, penyelidikan dan

eksplorasi, memiliki sejumlah pengalaman sensual bagi anak-anak untuk

mendorong anak menggunakan semua indra mereka, yang aman

(Johnston, 2005) dalam (Beckley, 2012).

3. Manfaat belajar indoor dan outdoor

a. Manfaat belajar indoor

a) Belajar di dalam kelas siswa lebih aktif menjawab pertanyaan dari

guru

b) Dalam metode diskusi dalam kelas dapat melatih siswa berpikir

kritis dalam memecahkan masalah.

c) Guru mudah mengatur siswa dan mudah menguasai kelas

b. Manfaat belajar outdoor

Manfaatnya pembelajaran di luar kelas antara lain:

a) Pikiran lebih jernih

b) Pembelajaran akan terasa menyenangkan

c) Pembelajaran lebih variatif

d) Belajar lebih rekreatif

e) Belajar lebih riil


f) Anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas

g) Tertanam image bahwa dunia sebagai kelas

h) Wahana belajar akan lebih luas

i) Kerja otak lebih rilexs

j) Mengajak siswa belajar di luar kelas dapat memberi pengaruh

positif, dapat menambah wawasan, bahkan dapat langsung

diaplikasikan di lapangan.

B. Keamanan Dalam Lingkungan Anak Usia Dini

Anak usia dini berada pada tahap pra-operasional yang salah satunya

bercirikan tidak mampuan menggunakan sudut pandang orang lain dan

kecenderungan mempertimbangkan sesuatu hanya dari sudut pandangnya

sendiri (egosentrisme). Oleh karena itu dalam bermain, anak usia dini lebih

mengandalkan interpretasi mereka sendiri tentang apa yang dianggap bahaya

dan keselamatan. Anak-anak sering kali gagal mempersepsikan sesuatu dengan

baik, bahkan banyak anak tidak memahami konsep tentang bahaya dan tidak

bahaya (Eiser, Patterson, & Eiser dalam Sumargi dkk, 2005).

Keamanan anak usia dini artinya anak dan tentram dilingkungan

ditempat dimana dia tumbuh dan berkembang. Pentingnya penataan

lingkungan yang baik dan pengelolahan terorganisir secara maksimal mampu

membuat anak merasa aman ketika berada disekolah taman kanak-kanak.

Dalam keamanan anak usia dini perlunya pengelolahan lingkungan yang baik
agar anak dapat merasa aman dan terhindar dari kecelakaan yang mungkin bisa

terjadi kapan saja.

1. Penataan lingkungan belajar anak

Penataan lingkungan belajar merupakan penataan lingkungan fisik, baik

di dalam maupun di luar ruangan. Penataan lingkungan termasuk seluruh

asesoris yang digunakan , baik di dalam maupun di luar ruangan, seperti:

bentuk dan ukuran ruang, pola pemasangan lantai, warna dan hiasan dinding,

bahan dan ukuran, bentuk, warna, ukuran, jumlah, dan bahan berbagai alat

main yang digunakan sesuai dengan perencanaan. Fungsinya Menata

Lingkungan Belajar Anak sebagai berikut :

a. Mempersiapkan lingkungan fisik yang aman, nyaman, menarik, dan

didesain sesuai dengan perencanaan sehingga mendorong anak untuk

mengoptimalkan perkembangannya.

b. Mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan menyelesaikan

masalah

Prinsip yang Harus Diperhatikan Dalam Menata Lingkungan Belajar

PAUD :

a. Membuat anak merasa aman

b. Membuat anak merasa nyaman

c. Mendorong anak untuk dapat bereksplorasi

d. Mendukung anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya

e. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak


f. Memperhatikan karakteristik anak, kemampuan anak, latar belakang

keluarga, lingkungan bermain, dan budaya setempat.

g. Lingkungan main yang ditata dapat membantu anak memperkirakan

berbagai kegiatan yang akan dilakukan, baik pelaksanaannya (kelompok

atau individu) maupun tempat alat main yang dibutuhkan.

h. Mengembangkan kemandirian.

Lingkungan yang ditata dengan rapi, semua mainan yang boleh digunakan

anak ditata dalam rak yang terjangkau anak, membuat anak dapat secara

mandiri mengambil dan menyimpan kembali, tanpa harus minta tolong

pendidik. Apabila di satuan PAUD menerima anak berkebutuhan khusus

dengan kursi roda, ramp harus tersedia agar anak bisa mengakses

lingkungan tanpa harus tergantung pada orang lain.

i. Mengembangkan kepercayaan diri anak. Lingkungan yang ditata sesuai

dengan kondisi anak dapat membangun kepercayaan diri anak, bahwa

mereka mampu melakukannya. Lingkungan yang penuh tantangan, tetapi

aman dilakukan anak, mendorong anak untuk mencari jalan keluar untuk

mengatasi setiap tantangan yang ada. Hal ini menumbuhkan kreativitas

dan sikap pantang menyerah.

j. Mengembangkan keterampilan motorik halus. Koordinasi tangan-mata,

keterampilan sosial, keaksaraan awal, sains dan teknologi, kemampuan

matematika, serta kemampuan berkomunikasi.


Ciri-ciri Alat dan Perlengkapan Permainan yang Aman :

a. Multifungsi (serba guna), banyak digunakan untuk kegiatan yang positif

dan bermanfaat bagi si anak.

b. Menarik, barangnya unik, lain dari pada yang lain. Misalnya, dari segi

bentuk, warna, dsb

c. Berukuran besar dan mudah digunakan, barangnya tidak sulit untuk

dimainkan, misalnya bola

d. Awet (tahan lama), jika dibanting tidak mudah rusak, misalnya bahan

yang dibuat terbuat dari karet

e. Sesuai dengan kebutuhan, barang yang dibutuhkan sesuai dengan

keinginan. Misalnya ingin bermain bermain bongkar pasang, bisa

dibelikan puzzle.

f. Tidak membahayakan anak, barang yang digunakan aman bagi anak,

jangan di kasih petasan. Misalnya dakonan.

g. Mendorong anak untuk bermain bersama, barangnya bisa menarik

perhatian si anak untuk memainkan secara bersama, seperti bola,

dakonan, plastisin, dll.

h. Dapat mengembangkan daya fantasi, barang yang digunakan dapat

mengeksplor daya imajinasi anak-anak, seperti plastisin, bisa di ubah-

ubah bentuknya.

i. Bukan karena kelucuan atau kebagusannya, barang yang digunakan unik,

bermanfaat, dan dapat menghasilkan kegiatan positif. Misalnya puzzle,


dapat mengasah otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih nalar

melatih kesabaran,pengetahuan

j. Jika memungkinkan, gunakan alat-alat yang terbuat dari bahan yang

murah dan mudah didapat. Misalnya bola plastik, mobil-mobilan dari

gedebog, dll.

2. Pengelolahan lingkungan anak usia dini

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management, berasal

dari kata “to manage” yang berarti mengatur, mengelola,, mengendalikan,

dan memperlakukan. Namun kata management sendiri sudah diserap

kedalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti sama

dengan istilah “pengelolaan”, yakni sebagai suatu proses mengkoordinasi

dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan

secara efisien dan efektif.

Fayol (1916) minsalnya, ia mengemukakan bahwa ada lima fungsi

dalam kegiatan manajemen, antara lain:

a. Merencanakan (planning)

b. Pengorganisasian (organizing)

c. Memimpin (Commanding)

d. Evaluasi (Evaluating)
Pada dasarnya tujuan pengelolaan lingkungan belajar ini ada dua

yaitu :

1) Performance (Tampilan)

Aspek Performance yang ditekankan lebih kearah tampilan yang

dapat menampilkan lingkungan yang mampu mengundang atau

merangsang anak untuk tertarik beraktivitas didalam lingkungan belajar

yang telah disediakan.

2) Contents (Isi)

Contents atau isi terdapat dua hal yang mendasar yang harus

dicapai dalam pengelolaan lingkungan belajar anak TK, yaitu kemampuan

lingkungan belajar tersebut dalam memfasilitasi multisensori anak serta

kemampuan lingkungan belajar dalam memberi kesempatan pada anak

untuk beraktivitas dan berkreasi secara efektif dan efisien.

C. Penelitian Relevan

1. Tesis yang disusun oleh Lailatun Nikmah dengan judul “Manajemen

Desain Lingkungan PAUD di TK Ceria dan RA Sahabat.” Penelitian ini

mengkaji tentang berjalannya manajemen desain lingkungan di dua

sekolah. TK Ceria dan RA Sahabat. Manajemen desain lingkungan baik

indoor maupun outdoor di TK Ceria ditunjukkan hasilnya pada

penelitian ini bahwa telah dijalankan dengan baik sesuai fungsi

manajemen. Sejak awal berdirinya telah melakukan perencanaan yang

matang. Kemudian memilih warna cat pada dinding sekolah dan lantai
begitu kreatif. Kemudian fungsi pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan dilakukan secara sistematis.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Devi Puspita Sari dkk dengan

judul penelitian “Pemanfaatan Lingkungan Outdoor Sebagai Sumber

Belajar Sains Pada Anak Usia 5-6 Tahun” Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

pemanfaatan lingkungan outdoor sebagai sumber belajar dalam

pembelajaran sains pada anak usia 5-6 tahun di TK Islam Semesta

Khatulistiwa Pontianak maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Kondisi

objektif outdoor dalam pembelajaran sains meningkatkan berbagai

macam pengetahuan anak namun penggunaannya masih kurang optimal

karena faktor keamanan dan kurangnya media. (2) Dalam pembelajaran

sains di lingkungan outdoor guru mempersiapkan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan dengan cermat. Persiapan dan pelaksanaan

kegiatan dibuat sesuai Permendiknas No.58 Tahun 2009. Evaluasi

dilakukan dengan metode tanya jawab. (3) Respon anak dalam proses

pembelajaran sains di lingkungan outdoor sangat baik ini dapat dilihat

dari anak sangat antusias dalam belajar, mengerjakan tugas, serta

berkerja sama dan menjawab pertanyaan guru. 4) Hambatan dalam

pembelajaran sains di lingkungan outdoor yaitu mempersiapkan media

yang akan digunakan, anak yang kurang tertib, serta masalah keamanan

yang sulit untuk di atur.

Anda mungkin juga menyukai