Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Tentang
PENGETAHUAN ILMIAH

Dosen Pengampu :
Drs. MUKTI SY. M.Ag

Disusun oleh:

ARIF ATMA MAHENDRA 2011010222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI LAMPUNG
1443 H/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan merupakan hal terpenting dalam perkembangan dunia. Adanya
pengetahuan dalam pendidikan menjadi salah satu faktor berkembanganya suatu
negara.Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas, oleh karena itu kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan dan selalu
diperbarui sesuai dengan perkembangannya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan
generasi-generasi bangsa yang berkualitas pula. Kualitas pendidikan diera sekarang ini
memperoleh prioritas dalam perkembangannya. Sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD
1945 pasal 31 bahwa setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, maka
dari itu tujuan kemerdekaan memberikan kesempatan kepada semua Warga Negara Indonesia
untuk menuntut ilmu, sesuai kemampuan intelektualnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah Pengetahuan
2. Metode Ilmiah
3. Sumber Pengetahuan IImiah
4. Sarana berpikir Ilmiah
5. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah
6 .Nilai - Nilai yang ditimbulkan Ilmu Pengetahuan

1.3 Tujuan Penulisan

1. Sejarah Pengetahuan
2. Metode Ilmiah
3. Sumber Pengetahuan IImiah
4. Sarana berpikir Ilmiah
5. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah
6 .Nilai - Nilai yang ditimbulkan Ilmu Pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Pengetahuan
Pengetahuan adalah fakta, kebenaran atau informasi yang diperoleh melalui
pengalaman atau pembelajaran disebut posteriori, atau melalui introspeksi diebut priori.
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur
yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Pengetahuan juga diartikan
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Pengetahuan terlihat pada saat seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Contoh
pengetahuan adalah ketika seseorang mencicipi masakan yang baru, ia mendapatkan
pengetahuan berupa bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Maier, 2007).
Pengetahuan juga dapat didefinisikan penggabungan data dan informasi. Data adalah
fakta mentah, sedangkan informasi adalah data yang dilihat berdasarkan sudut pandang
tertentu. Menurut Turban terdapat hubungan antara data, informasi dan pengetahuan (Efraim
Turban, Aronson, & Liang, 2004). Data adalah koleksi dari fakta-fakta, pengukuran, dan
statistik. Informasi adalah data yang terorganisir dan terproses dengan akurat. Pengetahuan
adalah infomasi yang bernilai relevan secara kontekstual dan dapat dikerjakan
Berikut adalah pengertian pengetahuan menurt beberapa ahli

 Helmy A. Kotto menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan


yang tersusun secara sistematik, konsisten, dan berkesinambungan serta telah teruji
kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.
 Dadang Ahmad menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses
pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena
dan keberadaan alam itu sendiri.
 Ashley Montagu dalam bukunya “The Cultured Man” menyebutkan bahwa ilmu
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman,
pembelajaran dan percobaan untuk menentukan hakikat yang sedang dipelajari.
 Afayanev dalam bukunya “Marxist Philosophy” menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan

3
alam dalam konsep, kategori-kategori dan hukum-hukum yang ketepatan dan
kebenarannya dapat diuji dengan pengalaman praktis.[5]
 Menurut A. Susanto yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Ilmu pengetahuan
adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal hal yang diperoleh
secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi,
dan sebagainya.

2. Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah metode untuk melakukan penelitian untuk memperoleh


pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik. Berikut adalah langkah-langkah
metode ilmiah. Ini merupakan langkah pertama penelitian. Masalah dapat berupa hal-hal
yang harus dipecahkan atau hal-hal yang menarik untuk diketahui.
Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan
dalam memecahkan atau mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam suatu
penelitian. Penelitian sendiri merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah

Metode ilmiah dimulai dari mengidentifikasi masalah. Caranya, dengan mengamati


lingkungan di sekitar kamu, atau juga bisa mengidentifikasi masalah melalui artikel maupun
buku-buku yang kamu baca, loh! Oleh karena itu, identifikasi masalah sangat penting
sebelum kamu melakukan penelitian dan menerapkan langkah-langkah metode ilmiah
berikut:

Langkah-langkah Metode Ilmiah

 Merumuskan Masalah

Saat kamu sudah mengidentifikasi masalah, selanjutnya adalah merumuskan masalah.


Rumusan masalah itu erat kaitannya sama tujuan yang ingin kamu capai dalam suatu
penelitian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat merumuskan masalah:

1. Perumusan masalah berupa kalimat pertanyaan yang ingin kamu jawab dalam penelitian.

4
2. Rumusan masalah yang dibuat harus dapat diuji (observasi) untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
3. Kalimat pertanyaan harus jelas dan mudah dimengerti.

 Menyusun Teori Dasar (Kajian Literatur)

Setelah kamu punya rumusan masalah, kamu harus menyusun dasar teori untuk
penelitian kamu. Nah, caranya kamu bisa mengkaji berbagai literatur, seperti membaca buku,
menganalisis penelitian terdahulu, atau membaca artikel/jurnal ilmiah tentang topik yang
kamu teliti.

 Membuat Hipotesis

Selanjutnya kamu bisa membuat hipotesis yaitu dugaan sementara atas rumusan
masalah penelitian kamu. Nah, hipotesis ini harus berdasarkan dasar teori yang sudah kamu
pilih dan bersifat objektif (terukur).

 Menetapkan Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan faktor yang menentukan validitas (kebenaran) hasil


penelitian yang dilakukan. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan
variabel kontrol..
 Menetapkan Prosedur Kerja

Prosedur kerja merupakan langkah-langkah kerja yang terperinci dan runtut. Urutan
langkah kerja ini dibuat ringkas namun dapat menggambarkan secara tepat pekerjaan yang
harus dilakukan. Data tersebut akan memudahkan pelaksanaannya, langkah kerja sebaiknya
dibuat dalam bentuk diagram alir.
 Pengujian Hipotesis (Melakukan Eksperimen)

Lalu, bagaimana kita mengetahui apakah hipotesis yang sudah kamu buat sudah benar
atau belum benar? Caranya dengan menguji hipotesis tersebut. Misalnya, melakukan
eksperimen di dalam laboratorium, observasi langsung, atau melakukan survei. Kamu juga
bisa menyiapkan tabel data pengamatan sebelum melakukan eskperimen agar memudahkan
kamu untuk mencatat ya!

5
 Mengolah dan Menganalisis Data

Terus, data-data yang telah kamu peroleh dari uji hipotesis, dicatat dan diolah ke dalam
bentuk tabel, grafik atau diagram, sehingga mudah untuk dianalisis. Dalam mengolah dan
menganalisis data ini, kamu harus menghubungkannya dengan dasar teori yang sudah kamu
jadikan rujukan ya!

 Membuat Kesimpulan

Hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan. Pola ini dapat
dijadikan landasan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu pernyataan
yang merangkum apa yang sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Dalam menyusun
suatu kesimpulan, kalian harus memutuskan apakah data yang dikumpulkan mendukung
hipotesis atau tidak. Selain itu, kalian juga harus mengulang suatu penelitian beberapa kali
sebelum dapat menarik suatu kesimpulan.

 Publikasi Hasil Penelitian

Setelah kamu menyimpulkan hasil penelitian, kamu bisa mempublikasikan apa yang
sudah kamu temukan dalam bentuk tulisan berupa laporan ilmiah dan bisa kamu publikasikan
dalam bentuk lisan berupa presentasi dalam forum-forum ilmiah.

3. Sumber Pengetahuan Ilmiah


Dalam kajian filsafat dijelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia memiliki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya.
Ada empat sumber pengetahuan yang dimaksud yaitu Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu.
Keempat sumber ini memiliki pengertian yang berbeda-beda dalam menafsirkan sumber dari
pengetahuan manusia tersebut.

Rasio, merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. Pada sumber
pengetahuan ini diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil pemikiran manusia.

Empiris, merupakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang dialami manusia.
Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan manusia yang suka
memperhatikan gejala-gejala yang terjadi disekitarnya. Misalnya peristiwa terjadinya hujan di

6
bumi. Peristiwa ini terus terulang-ulang dan dengan proses kejadian yang sama. Hal ini
menjadi daya tarik bagi manusia, muncul pertanyaan mengapa selalu turun hujan. Dari
pengalaman itulah manusia tergerak untuk bernalar hingga melakukan penelitian penyebab
terjadinya hujan.

Intuisi, merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapatkan secara tiba-tiba.
Terkadang kita sebagai manusia ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, otak akan
berpikir sangat keras untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat berpikir
otak berbanding lurus dengan masalah yang akan diselesaikan. Semakin sulit tingkat
permaslahan yang akan dipecahkan semakin keras juga kinerja otak dalam berpikir
menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kondisi tertentu, terkadang semakin kita berusaha
untuk memecahkan masalah, semakin sulit menemukan solusinya. Tapi dalam kondisi yang
berlawanan ketika kita tidak sedang berpikir untuk menyelesaikan masalah dan melakukan
aktivitas-aktivitas, kita seakan terpikirkan solusi untuk permasalahan. Solusi itu muncul tiba-
tiba dalam benak kita, tanpa sedikitpun kita menjadwalkan atau berusaha mencarinya. Hal
yang demikian bisa dikatakan sebagai intuisi.

Wahyu, atau bisa dikatakan dengan sumber pengetahuan yang non-analiktik karena tidak ada
proses berpikir dari manusia tersebut. Wahyu merupakan sumber pengetahuan yang berasal
dari yang Maha kuasa. Biasanya yang dapat menerima sumber pengetahuan yang seperti ini
adalah manusia-manusia pilihan. Contoh yang paling dekat adalah para nabiallah, yang
menerima pengetahuan dari Allah. Kisah-kisah merekapun banyak mengispirasi banyak
orang.

Dari keepat sumber pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa cara berpikir itu ada dua
yaitu analatik; Rasio, dan Empiris. Dikatakan sebagai cara berpikir yang analitik karena ada
proses berpikir yang rincih yang dilakukan manusia. Adapula cara berpikir yang non-analitik;
intuisi, dan wahyu yang tidak memiliki proses berpikir secara rincih yang dilakukan oleh
manusia.

7
4.Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan alat ini
manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan kegiatan
ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir
mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakanalat-alat berpikir yang benar.Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukan untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik danteratur.
Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika,matematika dan statistika .
Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk
menyampaikanjalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai
dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika
berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak
kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola
berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.

5. Penggolongan Pengetahuan Ilmiah


Pertumbuhan dan kemajuan ilmu modern yang begitu luas dan mendalam telah
melahirkan demikian banyak cabang ilmu khusus. Dari waktu ke waktu secara terus menerus
dan berturut-turut sesuatu bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya mekar, dan
akhirnya berdiri sendiri sebarisan dengan yang lain-lainnya. Kumpulan pengetahuan ilmiah
senantiasa berkembang biak dalam keluasan maupun isi substantif-nya, sehingga 59
menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian,
pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidang-bidang pengetahuan
ilmiah itu. Penggolongan ilmu-ilmu atau klasifikasi ilmu-ilmu (classification of the sciences)
merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi sesuatu cabang ilmu,
menentukan batas-batasnya, dan menjelaskan saling hubungannya dengan cabang-cabang
yang lain.
Oleh karena yang diatur secara sistematik itu kadang-kadang merupakan segenap
pengetahuan teratur, klasifikasi itu juga disebut organisasi pengetahuan. Penggolongan atau
pembagian ilmu merupakan hal yang penting, karena tanpa penggolongan atau pembagian
dalam satuan-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi dan ditunjukkan saling
hubungannya. Sebuah kategori penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah
8
pembedaan segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan.
Penggolongan ini tampak sederhana sehingga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak
memerinci berbagai cabang ilmu.
Biasanya hanya diberikan contohcontoh ilmu apa yang termasuk dalam masing-masing kelas.
Di bawah ini dapat didaftar aneka dikotomi itu :
- Karl Pearson : Abstract sciences dan Concrete sciences
- William Kneale : a priori sciences dan Empirical sciences
- Hal Kibbey : Basic science dan Applied science
- Herbert Searles : Descriptive sciences dan Normative sciences
- Wilson Gee : Exact sciences dan Inexact sciences
- Rudolf Carnap : Formal sciences dan Factual sciences 60
- Wilhelm Windelband : Nomothetic science dan Idiographic science - dalam penelitian :
Pure science dan Applied science - sejak jaman kuno : Theoretical science dan Practical
science

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.


Cohen, Moris R., and Ernest Nagel. 1939. An Introduction to Logic and Scientific.
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mudhofir, A. 2005. Pengenalan Filsafat. Filsafat Ilmu.Yogyakarta : Liberty.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Salam, Burhanuddin. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi aksara.
Soedojo, Peter. 2004. Pengantar Sejarah Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pres.
Supelli, Karlina. 2010. Ruang Publik. Yogyakarta: Kanisius.
Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun. 2009. Filsafat Ilmu Sebagai Sebuah Pengantar Populer Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Susanto, A. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS.
The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup
berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman.Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya
kumpulan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat
dikatakan ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat tertentu.Syarat-syarat yang
dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.Pengetahuan ilmiah adalah segenap
hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan
ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan
memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

Pengetahuan Ilmiah berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Setiap pengetahuan ilmiah


merupakan ilmu pengetahuan, namun tidak semua ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
ilmiah. Hal ini disebabkan karena adanya pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah,
misalnya mitos.Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberap teori yang
dapat dijadikan sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu:
kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik,
kebenaran proposisi

3.2 Saran
Karya yang tim Penyusun susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang
lahir dari kerja keras. Tentunya hasil kerja keras penulis bukan tanpa kekurangan. Maka
Penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan Bapak Dosen Pembimbing, rekan-
rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus potensi yang
kita miliki agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang “Pengelolaan
Pendidikan” yang tentunya dengan izin Allah SWT. Mudah-mudahan dengan terciptanya
makalah ini, khususnya bagi penulis dan umumnya untuk para pembaca bisa
mengembangkan pengetahuan tentang Manajemen Kurikulum serta termotivasi dan
terdorong terutama dalam mengmbangkan kurikulum di hari yang akan dating supaya lebih
baik lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai