Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
Dosen Pengampu :
Habibul Umam Taqiuddin, S.H., M.H

Disusun oleh Kelompok 4 :


1. Lalu Imam Asy’ari : 2106060011
2. Abu Balapip : 2106060013
3. Abdul Wahid : 2106060015

KELAS A1
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan kita semua
kesehatan dan kelancaran sehingga makalah ini dapat kami susun sampai selesai, guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kulliah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan dengan judul: “PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL”

Solawat dan salam kami ucapkan untuk Baginda Nabi Muhammad SAW.
Yang telah menyampaikan iman islam kepada kita kaum muslimin, sehingga kita bisa
mengetahui dan memeluk agama yang benar yakni islam.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada para dosen, kerabat dan
kawan-kawan semua yang telah berkontribusi menyumbangkan pikiran dan membantu
kami menulis makalah ini. Semoga kita semua tetap sehat selalu di situasi pandemi ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat mmenambah wawasan


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan lebih jauh lagi kami berharap agar
makalah ini bisa penulis dan pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Mataram, 07 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tengah arus globalisasi sekarang ini, kita dihadapkan pada perubahan dan
keterbukaan informasi yang begitu lebar, luas, dan cepat, meliputi pelbagai bidang
kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi, lingkungan, budaya
dan sebagainya. Dengan keterbukaan yang massif dan kompherensif ini, kita sebagai
masyarakat dapat dengan mudah menemukan perubahan-perubahan dan informasi-
informasi yang baik atau pun tidak baik.
Perubahan dan informasi yang baik tentu saja sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara. Gelombang ini
memberikan kita pengalaman-pengalaman serta pemahaman-pemahaman baru yang
dapat di manfaatkan untuk mengembangkan diri secara individual, kelompok bahkan
negara. Sehingga kita bisa berkembang mengikuti laju perkembangan zaman, dan
tidak tertinggal oleh perubahan yang serba cepat ini.
Namun, di sisi lain gelombang globalisasi ini juga memberikan kita begitu
banyak perubahan dan informasi yang tidak baik bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Hal-hal seperti pemahaman yang sesat, ideologi yang merusak, serta
informasi yang hoaks dan menipu, ikut juga berjejal memenuhi gelombang
globalisasi yang besar ini. Masalah ini tak lain menjadi tantangan yang nyata bagi
ideologi nasional kita yakni Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah makalah ini adalah apa
pengertian dari Pancasila sebagai ideologi nasional?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah untuk
menjelaskan pengertian Pancasila sebagai ideologi nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi

Secara etimologis, kata ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
“eidos” dan “logos”. Eidos berarti idea, gagasan, cita-cita ataupun konsep.
Sedangkan logos berarti ilmu, ajaran, atau paham. Jadi ideologi merupakan ilmu atau
ajaran tentang ide, gagasan atau cita-cita tertentu. Selanjutnya menurut makna yang
dikandungnya berarti suatu ilmu atau ajaran yang mengandung ide atau cita-cita yang
bersifat tetap sekaligus merupakan dasar, pandangan ataupun paham.

Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu (1) ideologi
sebagai kesadaran palsu; (2) ideologi dalam arti netral; dan (3) ideologi dalam arti
keyakinan yang tidak ilmiah. Ideologi dalam arti pertama, yaitu sebagai kesadaraan
palsu biasanya dipergunakan oleh kalangan filosof dan ilmuwan sosial. Ideologi
adalah teori yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan
pihak yang mempropagandakanya. Ideologi juga dilihat sebagai sarana kelas atau
kelompok sosial tertentu yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasanya.

Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini, ideologi adalah
keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau
kebudayaan tertentu. Arti kedua ini ditemukan dalam negara-negara yang
menganggap penting adanya suatu “ideologi negara”. Disebut ideologi netral karena
baik buruknya tergantung kepada isi ideologi tersebut.

Arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya


digunakan dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran
yang tidak dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris adalah suatu
ideologi. Segala masalah etis dan moral, asumsi-asumsi normative, dan pemikiran-
pemikiran metafisis termasuk dalam wilayah ideologi.

Dari ketiga arti kata ideologi di atas, yang dimaksudkan dalam makalah ini
adalah ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem berpikir dan tata nilai dari
suatu kelompok masyarakat. Ideologi dalam arti netral dapat di temui wujudnya
dalam ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan bahasan makalah
ini yaitu Pancasila sebagai ideologi nasional.

Dalam perkembanganya ideologi dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup


dan terbuka. Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditafsirkan
sebagai kebenaaran yang tidak boleh diperdebatkan lagi, melainkan harus diterima
sebagai pandangan yang sudah selesai dan harus di patuhi. Kebenaran dalam ideologi
tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral lainnya. Isinya dogmastis dan apriori sehingga tidak dapat dirubah dan
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir
pandangan dunia atau nilai-nilai lain.

Salah satu ciri khas dari ideologi tertutup adalah menentukan hal-hal yang
besifat konkret oprasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-masing
orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri dan menuntut ketaatan
tanpa syarat. Ciri lain dari ideologi tertutup adalh tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat. Dengan
sendirinya ideologi tertutup harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh
elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara totaliter.

B. Ideologi-Ideologi Dunia

1. Liberalisme

Munculnya ideologi Liberalisme dilatarbelakangi oleh situasi di eropa


sebelum abad ke-18 yang diwarnai oleh perang agama, feodalisme, dominasi
kelompok aristokrasi, dan benntuk pemerintahan yang bercorak monarki absolut.
Dalam situasi demikian, ide-ide liberal yang mencerminkan aspirasi kelas
menengah (terdiri dari kelompok industrialis dan pedagang) mulai diterima.
Perkembangan Ideologi Liberalisme sebagai ideologi poliitik semakin
mantap seiring dengan terjadinya Revolusi Inggris (1688), Revolusi Amerika
(1776), dan Revolusi Prancis (1789). Ketika reevolusi tersebut mengukuhkan dua
prinsip hukum yang mendasari politik liberal, yaitu pernyataan tentang hak asasi
manusia, dan konstitusi yang menetapkan tatanan politik.

Beberapa nilai dasar dalam Ideologi Liberalisme, Pertama,


Individualisme. Individualisme merupakan inti pemikiran liberal yang menjiwai
seluruh basis moral, politik, ekonomidan budaya. Individualisme dapat diartikan
sebagai pemikiran yang sangat menjunjung tinggi keberadaan individu, dan
masyarakat hanya dipandang sebagai sekumpulan individu semata. Individu juga
dianggap sebagai hakim yang terbaik bagi dirinya serta bertangggungjawab
kepada dirinya sendiri, kelompok liberal beranggapan bahwa pemerintah atau
negara tidak berhak mengintervesi kehidupan warga negara. Kedua, Kebebasan.
Kebebasan dalam liberalisme dipandang sebagai hak yang dimiliki tiap orang.
Hak ini memungkinkan tiap individu kesempatan yang sama untuk
mengembangkan bakat dan potensinya untuk mengejar kepentingannya. Ketiga,
Keadilan Dan Kesetaraan. Nilai keadilan yang dijunjung kaum liberal dilandasi
oleh komitmen terhadap nilai kesetaraan. Keyakinan bahwa secara universal
manusia memiliki hak yang sama, dan secara moral kedudukan manusia adalah
setara. Keempat, Utilitarianisme. Prinsip utilitas atau manfaat adalah prinsif yang
memungkinkan tiap-tiap individu dapat mengkalkulasi apa yang secara moral baik
dengan menjumlahkan keuntungan yang diperoleh dari setiap aspek Tindakan
yang dipilih. Pandangan ini berakar dari keyakinan bahwa Tindakan individu
selalu termotivasi oleh kepentingan-kepentingan pribadi yang dapat didefiniskan
sebagai keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan menghindari hal-hal
yang merugikan.
2. Kapitalisme

Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, lahirlah pemikiran, teori
dan sistem ekonomi baru yang dijiwai oleh semangat liberalisme yaitu
kapitalisme. Kapitalisme merupakan buah piker dari tokoh-tokoh seperti adam
smith dan David ricardo. Keduanya menggagas ide-ide liberal dan rasional,
khususnya tentang hakikat manusia serta peran pemerintah dalam masyarakat
sipil. Latar belakang dari pemikiran ini tak lepas dari kehidupan ekonomi pada
saat itu yang berada di bawah sistem merkantilis - suatu sistem ekonomi di mana
pemerintah berperan besar dalam membatasi kegiatan-kegiatan ekonomi guna
mendorong ekspor dan membatasi impor.

Kapitalisme mengandung prinsip-prinsip dasar yakni, Pertama,


Ekonomi Pasar. Ini merupakan kegiatan ekonomi yang ditentukan oleh kekuatan
pasar dan permintaan. Hal ini dapat berjalan baik bila pihak-pihak eksternal, yaitu
pemerintah tidak melakukan intervensi di dalamnya. Pasar yang berupa relasi
pengusaha-pekerja dan penjual-pembeli dipercaya sebagai pengambil keputusaan
yang efektif. Kedua, Pengakuan atas hak untuk memiliki harta pribadi (secara
khusus berupa sarana-saranaproduksi seperti tanah dan pabrik). Harta milik
pribaadi ini tersebar pada individu-individu dan bukan milik pemerintah. Ketiga,
Kompetisi. Prinsip ini bisa terlihat antarapengusaha maupun antarnegara. Di masa
kini, kompetisi dalam pasar bebas bisa menjadi isu politik yang kontroversial
menyangkut konsumen menjadi pihak yang diuntungkan karena barang-barang
impor menjadi murah, di sisi lain, buruh dalam negeri akan kehilangan pekerjaan
karena ketidakmampuan perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak dapat
bersaing sehingga harus menurunkan atau menghentikan produksinya. Namun
demikian, para kapitalis tetap meyakini bahwa kompetisi antarbangsa dapat
membawa kehidupan ekonomi menjaadi efektif dan produktif. Keempat, Profit.
Kapitalisme memberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari keuntungan dan
hal ini difasilitasi oleh tiga hal yakni, kebebasan berdagang, kebebasan untuk
memiliki harta pribadi, dan kebebasan untuk melakukan kontrak.
3. Sosialisme

Istilah atau pemikiran Sosialisme muncul pada abad ke-19. Pada abad
itu, Robert Owen, Saint Simon, dan Fourier, ketiganya membuat sebuah rumusan
pemikiran mengenai sosialisme. Rumusan pemikiran mereka kemudian dikenal
dengan Sosialisme utopis (sosialisme khayalan) karena berupa pemikiran tanpa
tindakan.

Ideologi ini berkembang sebagai reaksi terhadap kehidupan sosial-


ekonomi yang dibangun di bawah sistem kapitalisme eropa pada masa itu. Sistem
kapitalisme yang diperaktikkan oleh negara-negara eropa telah melahirkan kelas
buruh yang hidup miskin. Sementara itu, belum ada undang-undang yang
mengatur tentang upah, jam kerja, dan perlindungan terhadap buruh, anak, dan
perempuan. Tekanan terhadap buruh semakin meningkat dengan adanya ancaman
pengangguran di mana-mana. Kelas buruh yang baru tumbuh ini pun belum
memiliki orientasi untuk menghadapi para majikan yang sangat berkuasa dalam
menentukan tingkat upah maupun kondisi pabrik.

Baru pada akhir abad ke-19 sosialisme berhasil ditransformasikan ke


dalam serikat-serikat pekerja dan partai buruh. Dan berhasil menekan para
pengusaha sehingga terjadi perbaikan-perbaikan kondisi kehidupan kelas buruh.

Beberapa nilai dasar dalam ideologi sosialisme yang melandasinya


adalah Pertama, Komunitas. Sosialisme sangat menekankan kapasitas manusia
untuk bertindak secara kolektif daripada secara individual. Kaum sosialis melihat
bahwa individu hanya dapat dipahami melalui kelompok-kelompok sosial dimana
ia menjadi anggota. Kedua, Kooperasi. Kelompok sosialis sangat meyakini bahwa
hubungan yang alami antarmanusia adalah kooperasi, bukan hubungan kompetisi.
Kaum sosialis beranggapan bahwa kompetisi menempatkan manusia berlawanan
dengan manusia lainnya, mengingkari hakikat sosial serta menampilkan sikap
egois dan agresi. Sebaliknya kooperasi mendorong manusia untuk saling bekerja
sama dan mengembangkan ikatan simpati. Ketiga, Kesetaraan. Sosialisme
menekankan adanya kesetaraan sosial sebagai jaminan bagi tiap orang untuk
mengembangkan segala potensinya. Ketidaksetaraan sosial dipandang tidak adil
dan memicu persaingan dan kesenjangan sosial. Sebaliknya kesetaraan sosial
memungkinkan manusia untuk berkerjasama dan hidup harmonis. Keempat,
Kebutuhan Dan Keadilan. Menuruut kelompok sosialis kebutuhan berbeda
dengan keinginan. Kebutuhan mencangkup hal-hal pokok serta menuntut
keharusan untuk segera dipenuhi. Kebutuhan pokok bersifat objektif dan universal
serta dibutuhkan oleh tiap orang tanpa memandang bangsa. Kelima, Kepemilikan
Bersama Atas Sarana-Sarana Produksi. Kelompok sosialis melihat akar kompetisi
dan ketidaksetaraan adalah harta milik pribadi berupa harta produktif atau kapital.
Kelompok sosialis berpandangan bahwa harta atau kekayaan berasal dari tenaga
manusia yang diupayakan secara kolektif. Oleh sebab itu, kekayan harus dimiliki
oleh komunitas dan bukan individu. Harta milik pribadi melahirkan ketamakan
dan sifat meterialistis. Harta milik pribadi dapat mennimbulkan konflik antara
pengusaha dan pekerja, serta orang kaya dan miskin.

4. Komunisme

C. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Peranan ideologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


adalah sebagai dasar dalam arti sebagai asas atau fondasi di mana semua kegiatan
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dibangun. Sebagai pengarah dan pengendali
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang
harus dipatuhi agar arah untuk mencapai cita-cita tidak menyimpang. Sebagai tujuan dari
semua aktivitas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai dan dan gagasan dasar
yang terjabar lebih lanjut dalam sikap, prilaku, dan pribadi bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi bersifat khas yang berlaku bagi bangsa Indonesia yang akan tercermin
dalam setiap segi kehidupannya. Oleh karena itu perlu adanya upaya agar tidak terjadi
kebekuan dan kekakuan, sikap tabu terhadap perkembangan dan perubahan maka sejak
awal bangsa Indonesia telah menetapkan bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka.

Penegasan Pancasila sebagai ideologi terbuka bukan saja merupakan suatu


penegasan kembali dari pola pikir yang dinamis dari para pendiri bangsa, tetapi juga
merupakan suatu kebutuhan konseptual. Pengertian terbuka artinya terbuka untuk
terjadinya interaksi nilai yang terkangdung di dalamnya denngan lingkungan masyarakat
terutama pada tataran nilai instrumentalnya dan bukan pada tatanan nilai dasarnya.

Nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang meliputi pandangan
kita tentang kemerdekaan, cita-cita nasional, Ketuhanan Yang Maha Esa, dasar negara,
sumber kedaulatan rakyat daan tujuan nasional. Nilai dasar yang kita anut tidak boleh
diubah lagi.

Ideologi Pancasila memandang manusia sebagai makhluk individu dan


makhluk sosial, maka manusia tidak dapat hidup sendirian, makai ia selalu membutuhkan
manusia lain.

Menurut konsep Pancasila, manusia dalam hidup saling bergantung antar


manusia, saling menerima, dan memberi antara manusia dalam bermasyarakat dan
bernegara. Saling bergantung dan saling memberi merupakan pasangan pokok dan ciri
khas persatuan serta menjadi inti dari nilai kekeluargaan. Ideologi Pancasila, baik setiap
silanya maupun paduan dari kelima sila-silanya., mengajarkan dan menerapkan sekaligus
menghendaki persatuan. Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia yang sudah ratusan tahun lalu tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh,
sehingga pemahaman dan pengalamanya harus mencangkup semua nilai yang terkandung
di dalamnya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai yang memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada pemeluk agama dan penganut kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia. Nilai ini berfungsi
sebagai kekuatan mental, spiritual dan landasan etik dalam ketahanan nasional.

Sila Kemanusian Yang Adil Dan Beradab, tersimpul nilai satu derajat, sama
kewajiban dan hak, saling mencintai, hormat-menghormati, keberania membela
kebenaran dan keadilaan, toleransi dan nilai gotong royong.

Sila Persatuan Indonesia, mengandung nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air


dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

Sila Kerukunaan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat.
Nilai ini mengutamakan kepentingan negara dengan tetap mengharagai kepentingan
pribadi dan golongan, musyawarah dan mufakat dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat serta nilai kebenaran dan keadilan.

Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai sikap adil,
menghormati hak orang dan sikap gotong royong, yang menjamin kemakmuran rakyat
yang adil dan menyeluruh.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat


mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan Makmur. Dengan mengamalkan nilai-
nilai yang terkadung dalam Pancasila, kita sebagai bangsa dapat tetap utuh dan teguh
menghadapi tantangan di setiap zaman.
BAB II
PENUTUP

Pancasila perlu disosialisikan agar dipahami masyarakat sebagai landasan


filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan
dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus di
perjuangkan untuk diterima kebenaranya melewati batas-batas negara bangas kita sendiri.

Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi, diukur dari kemajuan yang


pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat
Indonesia.

Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk


maju dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan yang tajam di segala bidang
untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa kita.

Konsepsi dan praktik yang pancasilais terutama harus diwujudkan dalam


keseharian kaum elite, para pemimpin, para penguasa, para pengusaha dan kaum
terpelajar Indonesia untuk menjadi pelajaran masyarakat luas.

Sehingga terbentuklah tatanan masyarakat yang pancasilais, dan tak


tergoyahkan oleh paham-paham yang merusak dan menyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2008. Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi. Jakarta:


Mahkamah Konstitusi.

Muhammad Danial, Danil. 2008. Mengenal Ideologi-Ideologi Dunia. Semarang:


Alprint.

Bismark Fernando Pasaribu, Rowland. 2013. Pancasila Sebagai Ideologi


Nasional. Jakarta: Pendidikan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai