Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA


MASALAH KEPENDUDUKAN
DENGAN LINGKUNGAN HIDUP

MATA KULIAH : PKLH


DOSEN PENGAMPU : ANDRI FIRMAN BUDIANSAH, S.T. M,Pd

Di Susun Oleh :
Siti Nurhanifah
Wanda Fauziah Yusuf
Widia Suci Lestari

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


2

(STKIP) ARRAHMANIYAH Depok 2021-2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu
halangan yang berarti. Tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Hubungan Timbal Balik
antara Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup ini adalah sebagai pemenuhan
tugas yang di berikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tunjukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini, kami menyadari dalam penyusunan makalah
ini banyak kkurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik
selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekalian.

Hormat kami,

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................5
1.3 TUJUAN MASALAH.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 LINGKUNGAN.................................................................................................6
2.2 HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUGAN..............................................8
2.3 DAMPAK DAN PERMASALAHAN PENDUDUK.......................................10
2.4 SOLUSI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN
HIDUP...............................................................................................................16
KESIMPULAN...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya, lebih dari itu,
manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan
kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradapan – istilah Toynbee- sebagai akibat dari
kemampuan manusia mengatasi lingkungan. Lingkungan hidup tidak bisa di pisahkan
dari ekosistem atau system ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas
suatu komunitas makhluk hidup ( dari berbagai jenis ) dengan berbagai benda mati
membentuk suatu system. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu system
kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Manusia
adalah bagian dari ekosistem. Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non
fisik. Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan
nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia itu berada. Lingkungan amat
penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan
oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karma lingkungan memiliki
daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perkehidupan manusia dan
makhuk hidup lainya arti penting lingkungan bagi manusia karena lingungan merupakan
tempat hidup manusia, Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia,
Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.

Gambar umum mengembang lingkungan. Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang


dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya, bagaimanapun juga akan tercemar, dengan
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.

Oleh karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah
sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif mudah untuk ditemukan. Berita
tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun tanah
dengan segala aspek yang terdapat didalamnya sering kita temukan baik di dalam media
massa cetak maupun media elektronik. Fenomena mengindikasikan bahwa kerusakan
lingkunagn sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Mengingat bahwa pembangunan merupakan aktifitas utama dari setiap Negara dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan warganya, dapat dikatakan bahwa kerusakan
lingkungan sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan
pembangunan.
5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan keadaan kependudukan dan lingkungan hidup di Indonesia dan


dunia?
2. Apa saja dampak dari kependudukan terhadap lingkungan?
3. Adakah upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan?
4. Apa saja peranan lingkungan terhadap kependudukan?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau pembaca bisa lebih
mengetahui dan menambah wawasan tentang masalah kependudukan dan lingkungan
hidup yang permasalahannya tidak pernah usai. Sehingga setidaknya mahasiswa itu
sendiri bisa mengambil tindakan dalam situasi yang sedang dihadapi untuk dirinya sendiri
bahkan untuk orang disekitarnya.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan
Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya, karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat kerusakan
lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif mudah untuk
ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara,
air maupun tanah dengan segala aspek dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan
sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan.
Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan manusia maupun proses alam akan
berdampak negative pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi,
keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam.

Lingkungan hidup secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup
untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
segenap makhluk hidup di bumi.. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup merupakan penaggulangan dampak negatif kegiatan
manusia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan. Adapun juga Teknik
Penilaian Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan.
Bentuk kerusakan lingkungan yang di perbuat oleh ulah manusia diantaranya adalah :
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas

Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan manusia maupun proses alam akan
berdampak negative pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi,
keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Oleh karena itu
perlindungan lingkungan merupakan suatu keharusan apabila menginginkan
lingkungan yang lestari sehingga kegiatan ekonomi dan kegiatan lain dapat
berkesinambungan. Apabila demikian halnya maka pengelolaan lingkungan hidup
merupakan suatu keharusan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu
dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan,
dan pengembangan lingkungan hidup.

Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :


1. Memperoleh keselamatan hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
7

3. Mewujudkan manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.


4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk generasi
sekarang maupun yang akan datang.
5. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan
penaggulangan dampak negatif kegiatan manusia yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu lingkungan. Dengan telah ditentukannya tujuan pengelolaan lingkungan hidup
maka tugas selanjutnya ialah menetukan strategi, kebijaksanaan dan langkah/ taktik
pengelolaan lingkungan hidup. Strategi dalam hal ini adalah haluan dalam garis besar
sedang kebijaksanaan adalah upaya atau tindakan umum untuk mencapai tujuan,
langkah atau taktik adalah upaya terinci untuk mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.

Perlindungan lingkungan yang bertujuan memperoleh kualitas lingkungan yang baik,


baik sekarang maupun yang akan datang, memerlukan usaha yang sungguh-sungguh
terutama dalam hal :
1. Inventarisasi situasi lingkungan sekarang
2. Lembaga serta organisasi yang khusus menangani masalah lingkungan baik di
pusat maupun di daerah terutama menentukan penyimpangan, denda, kepada siapa
denda harus dibayar, serta yang membuat laporan tahunan situasi kualitas
lingkungan per tahun.
3. Cara penyelesaian soal secara ilmiah, terencana dan politis
4. Evaluasi terus-menerus terhadap program-program lingkungan serta persyaratan-
persyaratan pembangunan proyek-proyek yang harus memenuhi atau mengajukan
laporan, selain dampak sosial ekonomis proyek, juga dampak proyek pada
lingkungan hidup.

Untuk dapat menilai apakah kebijaksanaan itu cukup baik atau tidak tergantung pada
apakah kebijaksanaan tersebut memenuhi kriteria tertentu. Kriteria menilai
kebijaksanaan terhadap lingkungan tersebut adalah :
1. Kebijaksanaan harus dapat diandalkan (dependable) artinya kebijaksanaan itu
harusa dapat dipercaya dalam hal mencapai tujuan yang telah digariskan dan
kebijaksanaan tersebut dapat dilaksanakan secara pasti dan otomatis.
2. Kebijaksanaan yang baik itu sedapat mungkin dapat diperlakukan secara
permanen dan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi.
3. Kebijaksanaan harus mengarah kepada pemerataan.
4. Kebijaksanaan harus dapat mendorong orang untuk berusaha secara maksimum.
5. Kebijaksanaan harus mengarah ke efisiensi.
6. Kebijaksanaan itu baik bila terdapat penerimaan suka rela dari pihak-pihak yang
bersaefisiens.
8

2.2 Hubungan Manusia dan Lingkungan

Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan timbal balik dan saling
ketergantungan. Lingkungan hidup mempengaruhi sikap dan perilaku manusia, begitu
pula manusia dapat mempengaruhi lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan seperti
tanah, iklim, dan sumber daya alam dapat menjadi pra kondisi bagi sifat dan perilaku
manusia, sedangkan manusia juga memiliki pengaruh dalam hal menjaga kelestarian
lingkungan hidupnya.

Masalah kependudukan dan lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks


karena menyangkut banyak hal seperti :kualitas Sumber Daya Manusia, kuantitas
jumlah penduduk, persebaran penduduk, jenis kelamin,dan mata pencaharian.
Semuanya itu berkontribusi terhadap kelestarian Sumber Daya Alam dan
keseimbangan lingkungan.

Masalah kependudukan bukanlah masalah baru akan tetapi telah menjadi masalah
klasik yang mengundang pemikiran yang serius untuk dipecahkan. Ada pendapat
mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar merupakan bonus demografi yang
sangat berpotensi dalam upaya pembangunan suatu negara. Namun sebaliknya,
jumlah penduduk yang besar justru akan menjadi bumerang sumber kerusakan
lingkungan jika tidak dibina dan dikelola dengan baik oleh para pembuat kebijakan.
Peningkatan penduduk yang besar tanpa diikuti peningkatan kesejahteraan justru akan
mengundang bencana, dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap setiap
program pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Inti dari permasahan lingkungan hidup adalah terletak pada manusia. Secara fitrah
tabiat manusia ada dua macam, ada manusia yang berkarakter baik serta selalu
berbuat kebaikan, dan ada manusia yang berkarakter tidak baik serta suka berbuat
kerusakan. Mengutip terjemah QS. Al-Rum [30]: 41, "Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)." 

Munculnya beragam bencana seperti banjir dan tanah longsor, selalu diawali dengan
adanya kerusakan alam akibat ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung
jawab. Mereka dengan rakusnya membuka dan membabat hutan dan menggantinya
dengan tanaman yang sesuai dengan kenginan mereka atau dengan hal lain yang
sangat mengganggu keseimbangan alam.

Aturan dan kebijakan secara makro barang kali sudah cukup, yang kurang adalah
penegakkan dari aturan tersebut. Banyak pihak yang masih "main mata" dengan
aturan dan memanfaatkan sisi-sisi kelemahan oknum pejabat untuk dapat
memuluskan suatu proyek, walaupun bertentangan dengan AMDAL dan ketentuan
yang telah dibuat. 
9

adapun salah satu bentuk upaya pelestarian yang dilakukan manusia seperti :
– Mengoptimalkan SDA sesuai kebutuhan
– Mencari alterenatif pengganti SDA yang tidak dapat diperbaharui
– Tidak marusak lingkungan hidup di sekitar kkit
– Berusaha menghijaukan bumi kembali
– Menjaga Lingkungan kita .

2.3 Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Lingkungan Hidup

Pertambahan jumlah penduduk berpengaruh dengan perubahan iklim dan berpotensi


terjadinya pemanasan global (global warming). Hal ini terjadi di daerah-daerah dingin
seperti kutub utara dan kutub selatan terdapat bongkahan-bongkahan es yang sudah
mencair. Es yang mencair menyebabkan naiknya tingkat permukaan laut global
ancaman bagi keselamatan bumi. Naiknya suhu bumi di berbagai negara mengalami
kenaikan antara 1,40C-5,90C. Global warming ancaman bagi mahluk hidup bumi dan
akan berdampak pada terjadinya disaster seperti kekeringan, badai topan, El Nino,
badai siklon tropis, banjir dan bencana lainnya yang berpengaruh kestabilan fungsi
lingkungan sebagai sumber daya.

Lingkungan sebagai sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di


dalamnya, antara lain kepentingan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Benturan
kepentingan antara berbagai pihak sering berakibat kondisi lingkungan harus menjadi
korban. Pada akhirnya, kondisi lingkungan yang dikorbankan akan berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat di sekitar. Pengelolaan lingkungan selain berusaha
melakukan tindakan preventif, yakni mencegah meluasnya kerusakan lingkungan juga
melakukan tindakan represif, yaitu bertindak secara nyata untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang terlanjur rusak. Kondisi lingkungan yang demikian jika
dimungkinkan perlu diperbaiki agar dapat bermanfaat kembali bagi kesejahteraan
masyarakat banyak.

Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup merumuskan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang yang
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam definisi ini terlihat semakin jelas bahwa
manusia memiliki andil yang besar di dalam mempengaruhi kebelangsungan dan
dinamika lingkungan. Lingkungan meliputi keadaan baik yang disebut makhluk hidup
maupun benda, termasuk pula keadaan-keadaan yang mempengaruhi keberadaan
makhluk hidup dan benda. Keadaan-keadaan yang kemudian juga disebut hukum
alam memang akan mengalami keadaan homeostasis (keseimbangan) apabila
pengaruh manusia dalam batas kewajaran, namun apabila campur tangan manusia
telah melampaui batas kemampuan salah satu atau lebih komponen lingkungan untuk
memperbaiki dirinya, maka akan terjadi ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan
antara komponen lingkungan.
10

Jika dalam kedua definisi tersebut manusia ditempatkan sebagai salah satu komponen
lingkungan, maka dalam definisi benkut ini lingkungan lebih dilihat sebagai sesuatu
yang berada di luar diri manusia. Dahlan (1995:4) menegaskan bahwa lingkungan
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Lingkungan
dikategorikannya menjadi tiga, yaitu:

1) Lingkungan fisik seperti tanah, air, udara, serta interaksi diantara unsur
tersebut.
2) Lingkungan biologis, termasuk di sini adalah semua organisme hidup baik
binatang, tumbuh-tumbuhan maupun mikroorganisme.
3) Lingkungan sosial, meliputi semua interaksi manusia dengan sesamanya.

Lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial merupakan kesatuan


sistem yang tidak dapat saling dipisahkan. Ketiga lingkungan tersebut berinteraksi
satu sama lain menurut hukum-hukum keseimbangan sistem lingkungan (hukum
alam). Hukum alam yang mengatur keseimbangan dapat mengalami perubahan
menjadi tidak lagi sinergis apabila tekanan manusia terlalu besar terhadap lingkungan.
Tekanan manusia terhadap lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah beban hasil
kegiatan manusia berupa limbah/sampah yang terlalu besar jumlahnya. Jumlah yang
besar dari hasil aktivitas manusia dapat dideterminasikan melalui kemampuan
lingkungan untuk mampu pulih atau tidak kemampuannya dalam melayani
pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang.

Suparmoko (2000:1) menyebutkan tiga fungsi atau peranan lingkungan yang utama,
yaitu:

1) Sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk
langsung dikonsumsi.

2) Sebagai asimilator, yaitu sebagai pengolah limbah secara alami.

3) Sebagai sumber kesenangan.

Lingkungan terdiri atas berbagai komponen yang meliputi berbagai sumber daya yang
dapat bermanfaat bagi manusia. Salah satu komponen tersebut adalah bahan mentah
atau sumber daya alam (natural resources). Bahan mentah tersebut ada yang perlu
diolah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan, misalnya bahan tambang. Bahan
mentah juga ada yang dapat langsung dikonsumsi selain dapat diolah kembali,
misalnya berbagai produksi pertanian.

Lingkungan akan berjalan dengan prinsip, tatanan, hukum seperti homeostasis


(keseimbangan), kemampuan/kapasitas (resilience), kompetisi, toleransi, adaptasi,
suksesi, evolusi, mutasi, hukum minimum, hukum entropi, dan sebagainya (Moh.
11

Soeijam, dkk, 1987:3). Hukum alam merupakan salah satu hukum yang cenderung
statis apabila faktor di luar hukum tersebut tidak berpengaruh terlalu besar. Apabila
hutan tropis tidak ditebangi menurut ambisi ekonomi manusia, tentunya suhu bumi
tidak akan terus meningkat, tidak akan terjadi bencana banjir, dan tidak akan
terbentuk lahan fintis. Pada daerah pedesaan yang tekanan jumlah penduduk kecil
sering masih dapat ditemukan udara yang segar, karena meskipun manusia
menghasilkan limbah dalam aktifitasnya, namun pengolahan alam terhadap limbah
tersebut masih dimungkinkan. Sebaliknya di daerah perkotaan yang padat tentunya
akan sulit ditemukan udara pagi yang segar, karena limbah dan polutan yang
dihasilkan lebih besar jumlahnya dibandingkan kemampuan alam untuk menetral isi
keadaan tersebut.

Lingkungan juga menjadi sumber kesenangan, karena dapat dijadikan sebagai obyek
pemuasan kebutuhan manusia. Tuntutan kebutuhan manusia dengan pemanfaatan
sumberdaya alam cenderung tidak berpihak pada kelestarian lingkungan. Revolusi
industry 4.0 menjadi tantangan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dimana
industri 4.0 di sektor lingkungan keberpihakan kepada daya dukung lingkungan yaitu
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), keberlanjutan ekologis,
pendidikan lingkungan, konservasi dan produk ramah lingkungan. Dengan demikian
pertumbuhan penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat di suatu
wilayah tidak melebihi dari daya dukung lingkungan dan keberpihakan kepada
kelestarian lingkungan.

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan


distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih
spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini
dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat
dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih
diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan. Logika seperti itu secara
makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi
mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

2.3 Dampak dan Permasalahan Pertumbuhan Penduduk

Masalah lingkungan yang utama menurut Emil Salim (Slamet Prawirohartono, 1991:
188) adalah ledakan penduduk dan perkembangan teknologi. Kedua masalah tersebut
secara langsung berhubungan dengan manusia. Ledakan penduduk timbul karena
manusia yang terus aktif bereproduksi, sedangkan perkembangan teknologi
bersumber dari peningkatan kapasitas kemampuan berfikir dan pengembangan
metode positif pada diri manusia. Oleh Sugeng Martopo (1995:1) berdasarkan pada
pendapat Zen juga ditegaskan pendapat yang hampir senada, yaitu bahwa masalah
12

lingkungan timbuh karena: dinamika penduduk, pemanfaatan pengelolaan sumber


daya yang kurang bijaksana, kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi maju, dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang
seharusnya positif, dan benturan tata ruang.

Pola kehidupan manusia memang mengalami suatu revolusi besar-besaran ketika


dihadapkan pada kenyataan semakin meningkatnya populasi jumlah manusia dan juga
perkembangan teknologi yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan. Pola
hidup tersebut sebagian diantaranya ada yang kurang selaras dengan lingkungan alam
sehingga menghasilkan krisis lingkungan. Perubahan pola kehidupan antara lain:
meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang membutuhkan bahan
bakar minyak, meningkatnya penggunaan energi listrik akibat alat-alat yang perlu
diaktifkan dengan tenaga tersebut; berubahnya pola makan dari teknik pengolahan
tradisional menjadi menggunakan alat modem yang lebih hemat waktu; dan
digunakannya traktor serta mesin dalam usaha pertanian. Perubahan pola yang
diberikan tersebut hanyalah beberapa contoh. Krisis lingkungan turut dipengaruhi
oleh perubahan pola dan gaya hidup tersebut.

Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada tanggal 11 Juli dan dengan populasi


penduduk yang terus-menerus meningkat setiap tahunnya. Data Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) bahwa jumlah penduduk dunia ditahun 2017 tercatat 7,6 miliar dan
akan meningkat menjadi 8,6 milyar pada tahun 2030,  9,8 miliar pada tahun 2050.
Data The Spectator Index di tahun 2018 dari 20 negara dengan penduduk terbanyak di
urutan pertama yaitu China jumlah penduduk 1,4 milyar jiwa, India jumlah penduduk
1,33 miliar jiwa, Amerika Serikat jumlah penduduk 328 juta jiwa dan Indonesia
memiliki populasi penduduk sebesar 265 juta jiwa dengan penduduk terbanyak nomor
empat di dunia. Berdasarkan data Worldometers, Indonesia di  tahun 2019 jumlah
13

penduduk  mencapai 269 juta jiwa atau 3,49% dari total populasi dunia.

Sumber: BPS 2019

Peningkatan populasi tersebut membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pemenuhan


kebutuhan hidup, mulai dari pangan, sandang, papan, maupun kebutuhan integratif
lainnya. Meningkatnya populasi manusia secara langsung berhubungan dengan
terpenuhinya kebutuhan hidup yang hampir seluruhnya memanfaatkan sumber daya
alam. Kebutuhan pangan yang meningkat berusaha dipenuhi dengan modernisasi dan
mekanisasi pertanian. Modernisasi pertanian memiliki aspek positif diantaranya dapat
mencapai intensifikasi dan difersivikasi produksi, namun juga turut menyumbangkan
aspek negatif seperti dampak penggunaan pestisida dan insektisida terhadap kualitas
lingkungan. Peningkatan kebutuhan sandang juga secara tidak langsung memacu
peningkatan produksi perkebunan kapas, Hal negatif yang dapat timbul dari
meningkatkan kebutuhan sandang adalah efek limbah hasil produksi dari industri
tekstil. Kebutuhan akan papan menuntut eksploitasi terhadap berbagai sumber daya
alam, seperti kayu, pasir, batu, dan beberapa jenis barang tambang. Bekas daerah
eksploitasi sering kali menjadi daerah yang tandus dan bahkan berubah menjadi
lahan-lahan kritis. Pemenuhan kebutuhan integratif, seperti rekreasi alam juga sering
menghasilkan efek negatif berupa rusaknya alam oleh ulah manusia yang jahil
ataupun berambisi mengeruk kekayaan dari potensi alam yang ada.

Tekanan populasi penduduk yang lain adalah akibat distribusi penduduk yang tidak
merata. Urbanisasi telah turut memperparah keadaan lingkungan perkotaan. Dalam
Kongres Metropolis Sedunia (Herlianto, 1997: 5) dikemukakan 6 masalah pokok yang
umumnya dihadapi oleh kota-kota besar dunia. Salah satu dari masalah yang
14

disebutkan adalah lingkungan hidup dan kesehatan yang semakin menurun Bintarto
(1983:47) juga menyebutkan bahwa salah satu masalah yang ditimbulkan akibat
pemekaran kota adalah masalah sampah. Sampah dihasilkan dari aktifitas kehidupan
manusia. Pemukiman kumuh (siam area) juga menjadi salah satu masalah yang harus
dihadapi oleh kota-kota besar sebagai pusat pemukiman penduduk kalangan bawah.

Faktor yang juga turut memunculkan krisis lingkungan adalah konsumsi berlebihan
dan pola konsumsi yang boros. Konsumsi berlebihan menuntut sistem produksi
memperbesar kapasitasnya yang berarti menambah jumlah zat buangan sisa hasil
industri yang dihasilkan dan sisa hasil limbah plastik masusia yaitu sisa konsumsi
berupa bahan pembungkus, khususnya sampah  plastik turut menjadi permasalahan
karena tidak dapat menjalani daur biologis. Berikut 5 negara penghasil sampah plastik
terbesar di dunia, Indonesia berada diperingkat ke dua sebagai penyumbang sampah
plastik.

Negara pengasil sampah plastik terbanyak. (Sumber:infographic.statista.com)

Masalah lingkungan yang lainnya adalah penurunan kualitas sumber air,  kekeringan
dan polusi udara. Mutu air semakin merosot karena pertambahan penduduk yang
cepat sehingga limbah dari aktivitas penduduk dan industri turut mempercepat
menurunnya kualitas sumber air yang ada dengan dialirkan atau dibuangnya limbah
ke sungai ataupun laut lepas. Pada daerah tertentu, penebangan hutan dan aktivitas
15

pertambangan juga turut mencemari sumber air, sehingga sumber air yang pada
awalnya dimanfaatkan penduduk tidak dapat lagi dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Pada daerah-daerah tertentu di Indonesia ketika musim kemarau
penyaluran air dari PDAM dihentikan, sehingga penduduk harus antri memperoleh
sejumlah jatah air ataupun mengeluarkan sejumlah rupiah untuk membeli air.
Keadaan ini cukup untuk menunjukkan bahwa perubahan pada kualitas dan
pemanfaatan air oleh manusia juga telah mengalami perubahan yang pada akhirnya
juga berpengaruh terhadap kualitas lingkungan perairan yang ada (masih dapat
dimanfaatkan).

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari hasil pemantauan kualitas
air bahwa di tahun 2016 lokasi sample di 918 titik pada 122 sungai di Indonesia, 68%
kondisi air sungai di Indonesia dalam kategori cemar berat. Mengacu pada Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air bahwa dampak negatif pencemaran air memerlukan
nilai (biaya)  untuk pemulihan kualitas lingkungan baik sisi ekonomui, ekologik dan
sosial budaya. Untuk masalah lingkungan lainnya yaitu kekeringan, data tahun 2018
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa sekitar 105 kabupaten/kota
kabupaten/kota di 8 provinsi yaitu di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur
mengalami kekeringan. Dengan kekeringan tersebut 3,9 juta jiwa membutuhkan air
bersih, kekeringan 56.334 hektar lahan pertanian dan mengalami gagal panen sekitar
18.516 hektar lahan pertanian.

Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatnya sektor yang lain yaitu industry
dan transportasi sehingga mengalami pencemaran udara menurunkan kualitas
lingkungan. Data Environment Protection Agency pada 2017, jenis gas pemicu
pemanasan global adalah karbon dioksida (76%), methane (16%), nitrous oxide (6%)
dan f-gases (2%). Sektor penghasil gas rumah kaca yaitu kelistrikan dan industri
penghasil panas (25%), pertanian, kehutanan dan perubahan lahan (24%), industri
(21%), transportasi (14%), perumahan dan gedung (6%), dan sektor energi lainnya
(10%). Untuk kualitas polusi udara, Indonesia data Situs aqicn.com yaitu berada di
urutan 17 dari 194 negara. Untuk mengetahui tingkat kualitas udara Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan memasang stasiun Air Quality Monitoring System
(AQMS) untuk menguji kualitas udara ambien di beberapa titik wilayah Indonesia.
Kota Pontianak  memiliki pengukuran kualitas udara yaitu 2 stasiun AQMS dalam
kondisi aktif  BMKG-PTN Jalan Raya Sei Nipah KM 20.5 dan KLHK-Pontianak
Kecamatan Pontianak Tenggara. Alat kualitas penguji udara ambien sangat penting
untuk wilayah Kota Pontianak mengingat pencemaran udara di Kota Pontianak
sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan yang dilakukan untuk pertanian
baru, perumahan serta industri. Aktivitas tersebut berakibat munculnya titik panas
(hotspot) yang menghasilkan kabut asap menyebabkan memburuknya kualitas udara.
Data dari BMKG tahun 2018 Kalimantan Barat terpantau 331 hotspot dengan indeks
standar pencemaran udara (ISPU) masuk pada level berbahaya. 
16

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia


tahun 2019yang jatuh pada tanggal 5 Juni dengan tema yaitu Biru langitku, Hijau
Bumiku menyampaikan bahwa berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO)
bahwa polusi udara mengalami peningkatan yang berasal dari kendaraan bermotor,
industri, pertanian dan pembakaran sampah, lahan tercatat setiap tahunnya 7 juta
orang meninggal karena polusi udara. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dalam rangka menekan dampak polusi udara menargetkan penanaman pohon seluas
207.000 hektar pada tahun 2019. Hal ini dilaksanakan agar kualitas lingkungan hidup
dapat terjaga dan penduduk Indonesia dapat berperan aktif dalam pengelolaan
lingkungan dengan menjaga dan terlibat dalam keberlanjutan kelestarian lingkungan
hidup.

Kualitas lingkungan akan terpelihara dengan baik jika manusia mengelola daya
dukung pada batas di antara minimum dan optimum. Pengelolaan daya dukung di
bawah minimun merupakan kondisi di mana sumber daya tidak dipergunakan dengan
baik, sedangkan apabila mendekati ataupun melampaui daya dukung maksimum akan
timbul resiko bagi lingkungan, seperti terjadinya pencemaran.

Daya dukung suatu lingkungan akan berfungsi secara optimal apabila tidak
menghadapi tekanan penduduk terhadap lingkungan atau dengan kata lain kepadatan
penduduk seimbang dengan sumber daya yang tersedia pada lingkungan tersebut
Keadaan tersebut memang jarang dapat ditemukan di negara-negara berkembang.
Kenyataan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang secara umum adalah
lingkungan perkotaan dihadapkan pada tekanan penduduk yang besar sementara di
pedesaan sumber daya tidak difungsikan secara optimal.

2.4 Solusi Permasalahan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Ada 2 solusi utama dalam menghadapi permasalahan kependudukan dan lingkungan


hidup, yaitu :

1. Optimalisasi Pembangunan Manusia.  

Pembangunan manusia yang dimaksud adalah pembangunan fisik dan mental.


Secara fisik, masyarakat suatu bangsa harus dibangun melalui pemenuhan
standar minimal kebutuhan hidup mereka. Jika mereka telah memenuhi
standar minimal hidup, seperti kesehatan dan kesejahteraan, maka kita tidak
akan lagi mendengar ada masyarakat yang merusak alam hanya karena
terdesak kebutuhan ekonomi.  Sedangkan secara mental, pembangunan
manusia dapat dilakukan melalui jalur edukasi masyarakat dan Pendidikan.
Pemerintah harus secara masif dan persuasif memberikan penyadaran akan
pentingnya sikap ramah terhadap lingkungan agar tercipta keseimbangan
alam. 
17

Penanaman sikap sadar dan peduli lingkungan juga dapat dilakukan melalaui
jalur pendidikan formal. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam
membentuk karakter sebuah bangsa. Implementasi pendidikan karakter harus
dilaksanakan oleh segenap komponen warga sekolah, masyarakat, pemerintah
dan para stake holders pendidikan. Oleh sebab itu, sekolah sebagai sarana
pendidikan perlu memberikan pengetahuan yang cukup kepada peserta didik
mengenai lingkungan hidup dan lingkungan. Hal ini selaras dengan tujuan
pendidikan nasional seperti yang tertulis dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembangunan manusia sifatnya adalah terus-menerus dan jangka panjang serta


membutuhkan konsistensi dari para pihak yang terkait. Unsur yang paling
penting dalam pembangunan manusia dan tidak boleh dilupakan adalah
keluarga. Di dalam keluargalah tempat dimulainya penanaman nilai-nilai,
termasuk di dalamnya nilai-nilai kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan.  

2. Konsistensi Penegakkan Aturan. 

Aturan atau kebijakan harus lahir dari sebuah pemikiran demi kepentingan dan
hajat hidup orang banyak, sehingga tidak ada pihak-pihak yang
"memesan" sebuah kebijakan  agar lahir sesuai dengan kepentingan
pribadinya. Sebuah kebijakan yang lahir dari sebuah proses yang demokratis
harus dapat ditegakkan tanpa pandang bulu, jangan sampai pisau hukum hanya
tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas.  Untuk itu sangat diperlukan
konsistensi dalam penegakkan aturan, agar nilai-nilai keadilan dapat tercipta di
tengah masyarakat. Selain itu, perlu juga diberikan penghargaan
atau reward sebagai stimulus agar lebih banyak lagi masyarakat yang akan
peduli terhadap lingkungan hidup. 

Kita harus membangun kesadaran bahwa lingkungan dan alam sekitar


bukanlah milik kita, namun milik anak cucu kita. Dengan demikian kita akan
berusaha melakukan berbagai tindakan dengan belandaskan dan berwawasan
lingkungan. Jika lingkungan terjaga, maka akan terjaga pula keberlangsungan
hidup manusia. Namun sebaliknya, jika lingkungan rusak, maka kehidupan
manusia akan ikut rusak. Rusaknya alam sekitar akibat ulah tangan manusia
merupakan pelajaran yang sangat mahal dari sang pencipta agar kita kembali
kepada-Nya.
18

KESIMPULAN

Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup memang ada dua aliran yang
berkembang. Aliran yang pertama melihat bahwa manusia memiliki keunggulan sehingga
dapat memanfaatkan alam secara maksimal untuk memenuhi kebutuhannya. Aliran yang
kedua melihat bahwa manusia sebenarnya merupakan bagian dari lingkungan, sehingga perlu
berusaha hidup selaras dengan lingkungan. Aliran yang pertama memang menghasilkan
manusia-manusia yang berprinsip ekonomis tinggi, tetapi mengabaikan keberlanjutan
lingkungan. Berdasarkan pandangan pertama inilah eksplorasi alam secara sewenang-wenang
terus berkembang. Aliran yang kedua yang diharapkan dapat tumbuh sebagai penyelaras guna
terwujudnya idealisme pembangunan berwawasan lingkungan dan lingkungan sebagai
sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di dalamnya, antara lain kepentingan
keberlanjutan lingkungan untuk kebutuhan masyarakat.
19

DAFTAR PUSTAKA

https://dalduksulbar.com/wp/hubungan-timbal-balik-antara-masalah-kependudukan-dengan-
lingkungan-hidup/

  Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2017. Statistik Indonesia Tahun 2017. Jakarta Pusat:
Badan Pusat Statistik

Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahan nya. Jakarta: Ghalis-Indonesia Moh.

Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Herlianto, 1997. Urbanisasi Pembangunan dan Kerusuhan Kota. Bandung:PT. Alumni

Martopo, Sugeng. 1992. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta:PPLH UGM

Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997

Slamet Prawirohartono, 1999. Sains Biologi, Bumi Aksara

Soerjani, dkk, 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan.


Jakarta: UI Press
20

Sunu, Pramudya, 2001.  Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, Terbitan


Pertama, PT. Gramedia Indonesia, Jakarta.

Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE

https://loop.co.id/articles/negara-penghasil-sampah-plastik/full

https://nasional.kompas.com/read/2018/08/24/15554271/musim-kemarau-ini-8-wilayah-
yang-alami-kekeringan?page=all

https://tirto.id/indo nesia-darurat-kekeringan-dan-krisis-air-bersih-cwtr. 

https://republika.co.id/berita/nasional/umum/19/03/31/pp8mn7349-pendidikan-dan-budaya-
jadi-indikator-kemajuan-bangsa

http://ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/cka/article/view/217

Anda mungkin juga menyukai