Disusun Oleh :
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti pelayanan bidan di belahan dunia ini, pada awalnya bidan hanya mempersiapkan
ibu hamil agar dapat melahirkan secara alamiah, membantu ibu dalam masa persalinan dan
merawat bayi, namun demikian karena letak geografis Indonesia yang merupakan negara
kepulauan sehingga banyak daerah yang sulit dijangkau oleh tenaga medis dan banyaknya
kasus risiko tinggi yang tidak dapat ditangani terutama di daerah yang jauh dari pelayanan
kesehatan mendorong pemberian wewenang kepada bidan untuk melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan pada kasus-kasus dengan penyulit terbatas misalnya manual placenta,
forsep kepala letak rendah, infus dan pengobatan sederhana. Kewenangan bidan untuk saat
ini diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan. Dimana Bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi, dan rujukan sesuai kondisi pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud standar kompetensi Bidan?
2. Apa saja area kompetensi Bdan?
3. Apa yang dimaksud dengan Continuity Of Care?
4. Apa saja Penerepan Prinsip Continuity Of Care?
5. Apa yang dimaksud dengan terampil, termotivasi, dan minat dalam Continuity Of Care?
C. TUJUAN
1 Untuk mengetahui definisi standar kompetensi Bidan
2 Untuk mengrtahui saja area kompetensi Bdan
3 Untuk mengetahui definisi Continuity Of Care
4 Untuk mengetahui apa saja Penerepan Prinsip Continuity Of Care
5. Mengetahui maksud dari terampil, termotivasi, dan minat dalam Continuity Of Care
D. MANFAAT
1. Memberikan pengetahun kepada bidan tentang kompetensi bidan untuk memberikan
asuhan kebidanan berkelanjutan dalam komunitas.
2. Memberikan informasi kepada bidan tentang kemampuan bidan untuk terampil,
termotivasi dan minat dalam pemberian asuhan kebidanan berkelanjutan pada
komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Standar profesi merupakan suatu pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga profesi
tersebut sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Standar profesi
terutama bagi tenaga kesehatan (bidan) berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan difungsikan untuk melindungi
masyarakat / pasien dari pelayanan yang tidak bertanggung jawab dan melindungi pelaku
praktisi (bidan) sebagai pemberi pelayanan. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dan diakui
sebagai profesional bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktiknya yang
bekerja sebagai mitra dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasihat dalam daur siklus
kehidupan wanita. Dalam melaksanakan praktiknya, bidan sering dihadapkan dalam
pertanyaan, apa yang dikerjakan bidan dan bagaimanan ia berkarya? Untuk menjawab
pertanyaan ini perlu ditegaskan standar profesi kebidanan yang digunakan dalam ruang
lingkup / praktek asuhan kebidanan.
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang
paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab
dan mempertanggungjawabkan praktiknya. Praktik kebidanan merupakan serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada klien (individu, masyarakat
dan keluarga) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya yang tertuang dalam asuhan
kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh bidan
dalam penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan atau masalah kebidanan meliputi masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan KB termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta
pelayanan kesehatan masyarakat. Ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh seorang bidan
telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di Indonesia yang bisa disebut dengan
Standar Kompetensi Bidan.
Standar Kompetensi Bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan
bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi tersebut
dikelompokkan dalam dua katagori yaitu kopetensi inti / dasar merupakan kompetensi
minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan, kompetensi tambahan / lanjutan merupakan
pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan
dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat luas dinamis serta
perkembangan IPTEK.
1. Area Kompetensi
Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:
a. Etik legal dan keselamatan klien,
b. Komunikasi efektif,
c. Pengembangan diri dan profesionalisme,
d. Landasan ilmiah praktik kebidanan,
e. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
f. Promosi kesehatan dan konseling, dan
g. Manajemen dan kepemimpinan.
3) Melakukan skrining terhadap masalah dan gangguan pada bayi baru lahir
(neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja.masa sebelum hamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara,
masa klimakterium, pelayanan Keluarga Berencana, kesehatan reproduksi dan
seksualitas perempuan.
4) Melakukan edukasi dan konseling berbasis budaya dan etiko legal terkait
hasil skrining pada bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak
prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa
klimakterium, pelayanan Keluarga Berencana, kesehatan reproduksi
dan seksualitas perempuan.
3. Minat
Menurut Slameto (2003) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin
kuat atau hubungan tersebut semakin besar minat.
Minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada
yang menyuruh (Slameto, 2003), dimana jika seseorang mempunyai minat pada suatu hal
maka dia akan termotivasi untuk belajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai,
dimana motivasi memberikan dorongan atau semangat dalam belajar sehingga bidan
termotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan asuhan kebidanan
(Winkel, 2005).
Minat dapat diekskresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
seseorang lebih menyukai sesuatu daripada yang lain dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subyek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhaap subyek tersebut,
sebagai contoh seseorang yang berminat terhadap pendiikan kebidanan maka
perhatiannya akan selalu tertuju pada keadaan-keadaan yang berhubungan dengan dunia
kesehatan atau kebidanan, sehingga untuk mewujudkan keinginannya tersebut pendidikan
kebidanan akan menjadi pilihannya.
Menurut Tanner & tanner (dalam Slameto, 2003) minat dapat dibentuk dengan jalan
memberikan informasi-informasi mengenai subyek yang menjadi pilihannya. Misalnya
tentang minat belajar di penidikan kebidanan maka informasi yang diberikan meliputi,
apa itu bidan, peran dan fungsi bidan, bagaimana prosedur untuk menjadi bidan, prasarat
apa yang harus dimilikinya, serta kompetensi apa yang harus dicapai dalam pendidikan
kebidanan.
Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Menurut Sardiman
AM (2007), mengenai minat ini antara lain dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan atau keinginan-keinginan
b) Adanya ketertarikan
c) Adanya dasar minat dan persoalan pengalaman yang lampau
d) Adanya informasi-informasi
e) Adanya interaksi dengan lingkungan
f) Adanya kebutuhan atau keinginan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Praktik kebidanan merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada klien (individu, masyarakat dan keluarga) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya yang tertuang dalam asuhan kebidanan. Standar
Kompetensi Bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki
oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung
jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Seorang bidan yang terampil adalah bidan yang mampu mengaplikasikan
keterampilan klinis dalam pelayanan kebidanan berdasarkan bukti (evidence based) pada
saat melakukan pelayanan kebidanan.
Motivasi bidan dalam melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan sesuai standar
karena tanggung jawab yang ada dari diri bidan dapat dilihat dari hasil kerja mereka,
adanya insentif bidan akan merasa semakin dihargai dan semakin meningkatkan kinerja,
sedangkan dengan kondisi kerja yang baik, sarana prasarana yang baik akan mendukung
pelayanan bidan yang optimal dan menumbuhkan motivasi bidan dalam penerapan
standar pelayanan kebidanan
B. SARAN
1. Bagi tenaga bidan agar terus mengembangkan kemampuan dan keilmuannya tentang
asuhan kebidanan berkelanjutan agar dapat memberikan asuhan yang tepat sesuai
kebutuhan ibu dan keluarga pada setiap tahapannya.
2. Bagi klien dan keluarga agar dapat bekerja sama dan memberikan kepercayaan
kepada tenaga bidan untuk memberikan asuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, K.H. Endah Widhi. 2016. Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam Praktek Kebidanan.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Homer, Caroline, Pat Brodie, Jane Sandall, Nicky Leap. 2019. Midwifery Continuity of Care: A
Practical Guide. Elsevier Health Sciences
Wahyu Ersila, Pujiati Setyaningsih, Amalika Putri. A. 2015. Motivasi Bidan dalam Pelaksanaan
Antenatal Care Terpadu. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK). ISSN 1978-3167.
Maswan.2015.