PRAKTEK YUSTISI
“Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Jurusan
Syariah dan Hukum Islam, Prodi Hukum Keluarga Islam ”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
AKBAR
SASBILLAH SAINAL
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
dan Pengadilan Niaga” ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-
bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di
harapkan.
Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
a) Latar Belakang...................................................................1
b) Rumusan Masalah..............................................................2
c) Tujuan Penulisan................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................3
a) Kesimpulan........................................................................19
b) Saran..................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
administrasi sebagai salah satu dan kekuasaan kehakiman, dengan nama Peradilan
Tata Usaha Negara, yang menu pakan peradilan khusus, yang dimaksudkan untuk
Undang Peradilan Tata Usaha Negara merupakan keputusan hasil dan tindakan
hukum yang dapat dilakukan oleh pejabat atau badan Tata Usaha Negara,
lain.2 Oleh karena itu perlu dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana sistem kerja
Peradilan Tata Usaha Negara dalam proses Praktik Yustisi di Indonesia, agar tidak
dimana sebuah putusan hakim tidak bisa dimintakan banding. Namun pada
umumnya antara pengadilan niaga dan pengadilan umum sama. Pengadilan niaga
1
Eko Sugitario dan Tjondro Tirtamulia, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,
(Surabaya: Brilian Internasional, 2012), h. 1.
2
Eko Sugitario dan Tjondro Tirtamulia, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, h.
4.
1
2
pengadilan niaga, seperti mengenai kepailitan sebuah perusahaan.3 Oleh karena itu
perlu dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana sistem kerja Pengadilan Niaga
peradilan yang dikaji dalam Peradilan Niaga seperti kepailitan dan PKPU,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimaan Sistem Pengadilan Tata Usaha Negara?
2. Bagaimana Sistem Pengadilan Niaga?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sistem Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Untuk mengetahui Sistem Pengadilan Niaga
3
Ni Putu Agustini Ari Dewi, ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga Penyelesaian
Perkara Kepailitan”, Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, h. 1.
BAB II
PEMBAHASAN
“Tata Usaha Negara adalah adminisitrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk
yang bersifat eksekutif. Jika berbicara tentang kegiatan yang bersifat eksekutif,
maka sangat berhubungan dengan teori Trias Politika dari Montesquieu. Dalam
Teori Trias Politika, kekuasaan negara dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, salah
tata usaha negara tersebut. Pengertian badan atau pejabat tata usaha Negara
4
Nur Asyiah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: Deepublish,
2015), h. 12.
5
Nur Asyiah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, h. 1.
6
Nur Asyiah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, h. 3.
3
4
peradilan tata usaha negara yaitu:7 “badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
Pengertian badan atau pejabat usaha TUN disini secara sepintas adalah
orang yang menduduki jabatan TUN tersebut. Padahal yang dimaksudkan dengan
atau walikota yang sudah pensiun tidak dapat digugat secara pribadi di PTUN
karena Keputusan yang dikeluarkarmya pada waktu mereka masih aktif. Apabila
terjadi hal yang demikian maka yang digugat itu adalah gubernur atau walikota
Pengertian badan atau pejabat TUN tersebut tidak hanya oleh pejabat
bahwa ada unsur melaksanakan urusan pemerintahan artinya bahwa apa dan siapa
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa PTUN adalah salah
sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau badan hukum perdata
Dasar hukum pelaksanaan PTUN terdiri dari tiga instrumen, yaitu: UU no.
5 thn 1986, diubah menjadi UU no. 9 thn 2004 dan disempurnakan kembali
dalam UU no 51 thn 2009. PTUN terdiri atas:8 Pengadilan Tata Usaha Negara
Jeri Apriyanti, “Peraturan Perundang Undangan Tata Usaha Negara Yang Bersifat
8
Provinsi
Indonesia.
tempat kediaman para pihak, yakni pihak Penggugat dan Tergugat. Dalam
Pasal 54 UU no. 5 thn. 1986 jo. UU no. 9 thn. 2004 diatur sebagai berikut :
Gugatan sengketa tata usaha negara diajukan kepada Pengadilan yang
b. Kompetensi Absolut
dalam:
1) Pembatasan Langsung
UU no 9 thn. 2004:
peradilan
yang tersedia untuk itu telah ditempuh. Pembatasan tidak langsung ini
Bab VI Pasal 142 (1) UU no. 5 thn 1986: “Sengketa tata usaha negara
pejabat tata usaha negara adapun Subjek Sengketa adalah pihak yang dapat
a. Objek Sengketa
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara yang: Merupakan
konkret, individual dan final, Ada akibat hukum bagi Seseorang atau
dimohon dan jangka waktu telah lewat, maka badan atau penjabat
10
Yodi Martono Wahyunadi, “Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem
Peradilan Di Indonesia”, h. 5-9.
9
b. Subjek Sengketa
yang berkepentingan:
1) Penggugat
Penggugat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang
batal atau tidak sah dengan atau disertai ganti rugi dan rehabilitasi. (Pasal
2) Tergugat
kemungkinan bagi seseorang atau badan hukum perdata ikut serta dalam
diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya
atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat tata usaha negara yang
digugat. Dalam hal yang hendak digugat ini merupakan keputusan menurut
ketentuan:11
a. Pasal 3 ayat (2), maka tenggang waktu 90 hari dihitung setelah lewat
tenggang waktu yang ditentukan dalam peraturan dasarnya, yang
b. Pasal 3 ayat (3), maka tenggang waktu itu dihitung setelah 4 bulan
bersangkutan.
Dalam SEMA Nomor : 2 Tahun 1991 dinyatakan bahwa bagi mereka yang
tidak dituju oleh suatu Keputusan tata usaha negara, yang merasa kepentingannya
bersangkutan.
11
Yodi Martono Wahyunadi, “Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem
Peradilan Di Indonesia”, h. 10.
11
menegak kan kasus sengketa, akan dibagi dalam pokok permasalahan berikut:
Kepailitan, menambah satu bab baru yaitu Bab Ketiga mengenai Pengadilan
no. 4 thn. 1998 tidak mengatur Pengadilan Niaga pada bab tersendiri, akan tetapi
masuk pada Bab V tentang Ketentuan Lain-lain mulai dari Pasal 299 sampai
dengan Pasal 303. Demikian juga dalam penyebutannya pada setiap pasal cukup
dengan menyebutkan kata “Pengadilan” tanpa ada kata “Niaga” karena merujuk
pada Bab I tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 7 bahwa Pengadilan adalah
Pengadilan Niaga dalam Lingkungan peradilan umum.14
putusan hakim tidak bisa dimintakan banding, bersifat khusus dan eksklusif.
12
Ni Putu Agustini Ari Dewi, ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga Penyelesaian
Perkara Kepailitan”, h. 1.
13
Ni Putu Agustini Ari Dewi, ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga Penyelesaian
Perkara Kepailitan”, h. 2.
14
Ni Putu Agustini Ari Dewi, ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga Penyelesaian
Perkara Kepailitan”, h. 3.
12
telah dicapai oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui forum diluar
penting, sebagai realisasi dari dua pasal penting dalam KUH Perdata yakni Pasal
Pasal 1131: segala kebendaan berhutang baik yang bergerak maupun yang
tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
15
Ni Putu Agustini Ari Dewi, ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga Penyelesaian
Perkara Kepailitan”, h. 1.
16
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, (Malang: Departemen Pendidikan Nasional, 2002),
h. 10.
13
piutang masing-masing kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-
kreditur bahwa kewajiban debitur akan tetap dipenuhi/lunas dengan jaminan dari
kekayaan debitur baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada dikemudian
hari. Pasal 1131 KUH Perdata dan 1132 KUH Perdata itu merupakan perwujudan
Pengadilan Niaga. Pengadilan Niaga sampai saat ini baru ada lima. Pengadilan Niaga
17
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, (Malang: Departemen Pendidikan Nasional, 2002),
h. 11.
14
yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitur, apabila
Debitur. Dalam hal debitur adalah persero suatu firma, Pengadilan yang daerah
memutuskan.
b. Kompetensi Absolut
badan peradilan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 4 thn. 2004 tentang
Selain itu, menurut Pasal 300 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia no
37 thn. 2004, Pengadilan Niaga juga berwenang pula memeriksa dan memutus
pendaftaran merek. Dengan kompetensi absolut ini maka hanya Pengadilan Niaga
sebagai satu-satunya badan peradilan yang berhak memeriksa dan memutus perkara-
perkara tersebut.
18
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, h. 15.
15
Niaga. Dari berbagai penyataan diatas, dapat disimpulkan hingga saat ini
izin usaha.
Seperti yang terdapat dalam Pasal 76 ayat (2) UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek.
20
21
Wikipedia, “Pengadilan Niaga” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Niaga,
30 Maret 2021
16
1) Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan
dan/atau diatur dalam Undang-Undang ini, diputuskan oleh Pengadilan
3) Dalam hal Debitor adalah pesero suatu firma, Pengadilan yang daerah
berwenang memutuskan.
sebagaimana disebut dalam Pasal ayat (2), dan ayat (5), maka pemohon hanya
hal permohonan pernyataan Pailit diajukan oleh debitor dan terdapat keraguan
PKPU, ada mengatur tentang asas Beban pembuktian Terbalik, artinya bahwa
disangkal. Oleh karena perihal alat-alat bukti tidak ada diatur dalam UUK-
PKPU, maka yang dipergunakan adalah Pasal 164 HIR yaitu: Bukti surat,
Saksi, Persangkaan, Pengakuan, Sumpah.
Ada tiga macam upaya hukum yang dapat dilakukan dalam hal
khusus yang lain, maka Hukum acara yang berlaku untuk Pengadilan Niaga
Niaga di Jawa dan Madura dan Rbg untuk Pengadilan Niaga di luar Jawa dan
Madura.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pencari keadilan terhadap sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang
atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat TUN, baik di pusat maupun
di daerah. Dasar hukum pelaksanaan PTUN terdiri dari tiga instrumen, yaitu: UU
no. 5 thn 1986, diubah menjadi UU no. 9 thn 2004 dan disempurnakan kembali
putusan hakim tidak bisa dimintakan banding, bersifat khusus dan eksklusif.
B. Saran
terima kasih, lebih dan kurangnya saya mohon maaf sebanyak banyaknya,
Wassalam.
19
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Jeri. “Peraturan Perundang Undangan Tata Usaha Negara Yang
Bersifat Umum”. Universitas Eka Sakti Padang.
Asyiah, Nur. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta:
Deepublish, 2015.
Dewi, Ni Putu Agustini Ari. ”Peran Pengadilan Niaga Sebagai Lembaga
Penyelesaian Perkara Kepailitan”. Hukum Keperdataan. Fakultas Hukum.
Universitas Udayana.
Hartini, Rahayu. Hukum Kepailitan. Malang: Departemen Pendidikan Nasional,
2002.
Sugitario, Eko dan Tjondro Tirtamulia. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara. Surabaya: Brilian Internasional, 2012.
Sunarmi. Hukum Kepailitan (edisi 2). Jakarta: Sofmedia, 2010.
Wahyunadi, Yodi Martono. “Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam
Sistem Peradilan Di Indonesia” dalam https://ptun-jakarta.go.id/wp-, 30
Maret 2021.
Wikipedia, “Pengadilan Niaga” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/
Pengadilan_Niaga, 30 Maret 2021.
20