Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OPERASI SECTIO CAESARE

Oleh:

TUTUT MURJIANA

(NIM:19095)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM SC

A. Pengertian

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012). Sectio Caesarea adalah

suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui

dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Siti, dkk 2013). Sectio caesaria

adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim.

(Mochtar, 1998 ).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sectio Caesarea adalah

suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus

(Oxorn & William, 2010)

Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali 17 organ kandungan seperti sebelum

hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masa nifas

(puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-

alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifa yaitu 6-8 minggu (Amru,

2012). Jadi postpartum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi
pemulihan sesudah persalinan selesai hingga kembali ke kondisi sebelum hamil yang

terjadi kurang lebih 6-8 minggu.

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015)

menjadi 3, yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri atau berjalan,

serta beraktivitas layaknya wanita normal.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutaa bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

B. Etiologi

Etiologi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, prim

i para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggu

l), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasen

ta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi

kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Etiologi yang berasal dari janin fetal distress / ga

wat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pe

mbukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 20

15).

C. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan norma

l tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan se

karang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).

Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak

dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, p

annggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall

presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan

yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menye

babkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi ak

tivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tid

ak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul mas

alah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyemb

uhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain

itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen

sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah i

nsisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menim

bulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup

dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbul

kan masalah resiko infeksi.


D. Pathway
E. Manifestasi klinis

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih

komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio

Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :

1. Nyeri akibat ada luka pembedahan.

2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen.

3. Fundus uterus terletak di umbilicus.

4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan.

5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 –1000.

6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan.

7. Biasanya terpasang kateter urinarius.

8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah.

9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan.

10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin.

2. Pemantauan EKG

3. JDL dengan diferensial

4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit

6. Golongan Darah.

7. Urinalis

8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.

10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi Nanda

2015).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:

1. Penatalaksanaan secara medis

a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam

Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.

b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.

c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.

Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat

dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

2. Penatalaksanaan secara keperawatan

a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 3

0 menit pada 4 jam kemudian.

b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat


c. Mobilisasi. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempa

t tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah

dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

d. Pemulangan

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari

kelima setelah operasi

Menurut Bobak ( 2004 ), Wiknjasastro ( 2002)

1. Tujuan pengobatan

a) Menurunkan Tekanan Darah dan menghasilkan vasospasme.

b) Mencegah terjadinya eklamsi.

c) Anak / bayi hidup, dengan kemungkinan hidup besar.

d) Persalinan harus dengan trauma yang sedikit jangan sampai menyebabkan penyak

it pada kehamilan dan persalinan berikutnya.

e) Mencegah timbulnya kejang.

f) Mencegah hipertensi yang menetap

2. Dasar Pengobatan

a) Istirahat

b) Diit rendah garam

c) Obat – obat anti hipertensi

d) Luminal 100 mg ( IM )

e) Sedatif ( untuk mencegah timbulnya kejang )

f) Induksi persalinan

3. Pengobatan jalan ( dirumah)


Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah

a) TD < 140/90 mmHg.

b) Proteinuria positif akut.

H. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah komplika

si pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,

gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung ke

mih, pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalag

i pada kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka o

perasii (Anggi, 2011).

Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahita

n pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri,

adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, a

pendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi imunoko

mpromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroi

d jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat

tidak terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap an

tibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertam

a pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai fasc

ia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat d

an berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah.
Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari

caiiran luka tersebut (Valleria, 2012).

I. Konsep askep

1. Pengkajian

a) Identitas pasien

b) Keluhan utama

Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul yaitu nyeri pada luka

operasi

c) Riwayat persalinan sekaranG

Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan yang dialami sekarang.

d) Riwayat menstruasi

Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche, siklus haid, lama haid,

apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid yang terakhir.

e) Riwayat perkawinan

Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan keberapa, usia

pertama kali kawin.

f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT

untuk menentukan tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah

sudah imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir,

jenis kelamin anak, keadaan anak saat lahir.

g) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi


Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi

yang pernah digunakan, adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi,

pengetahuan tentang alat kontrasepsi.

h) Pola kebutuhan sehari-hari

1. Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan dalam menarik

nafas maupun saat menghembuskan nafas.

2. Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali makan sehari

dan berapa banyak minum dalam satu hari.

3. Eliminasi, pada psien post SC pasien belum melakukan BAB, sedangkan

BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine bag.

4. Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada pola istirahat

tidur dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.

5. Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan gerak dan

aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.

6. Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu oleh perawat

dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara mandiri.

7. Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu oleh

perawat.

8. Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan yang

dirasakan pasca melahirkan.

9. Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder

dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya.


10. Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat

ketergantungan ibu terhadap orang lain akan meningkat.

11. Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum

terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan payudara,

kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-hal

yang perlu diperhatikan pasca pembedahan. Disamping itu perlu ditanyakan

tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan bayi, merawat tali pusat dan

cara meneteki yang benar.

i) Data fokus pengkajian

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, dalam pengkajian ibu post

sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji adalah mengkaji

faktor penyebab mengapa pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja

SDKI (2016), faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah :

1. Efek prosedur invasif

2. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum

waktunya,

4. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :

Penurunan hemoglobin, imununosupresi.

j) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan, tinggi

badan, keadaan kulit.


2. Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak.

3. Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.

4. Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.

5. Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, pengeluaran

(colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya tanda

dimpling/retraksi.

6. Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat

luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi

7. Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral, ekstremitas

bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak, pemeriksaan

refleks.

8. Genetalia: Menggunakan dower kateter.

9. Data penunjang

Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), Hematokrit

(HCT) dan sel darah putih (WBC).

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a) Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,

prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/luka kering bekas

operasi

c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur

pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi

d) Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi


3. Intervensi keperawatan dan rasionalnya

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan 1) Lakukan pengkajian

dengan pelepasan asuhan keperawatan secara

mediator nyeri (histamin, selama … x komprehensif

prostaglandin) akibat 24 jam diharapkan tentang nyeri

trauma jaringan dalam nyeri klien meliputi lokasi,

pembedahan (section berkurang / karakteristik, durasi,

caesarea) terkontrol dengan frekuensi,

kriteria hasil : kualitas, intensitas

- klien melaporkan nyeri dan faktor

nyeri berkurang/ presipitasi.

terkontro 2) Observasi respon

- Wajah tidak nonverbal dari

tampak meringis ketidaknyamanan

Klien tampak rileks, (misalnya wajah

dapat berisitirahat, meringis) terutama

dan beraktivitas ketidakmampuan

sesuai kemampuan untuk

berkomunikasi

secara efektif.
3) Kaji efek

pengalaman nyeri

terhadap kualitas

hidup

(ex: beraktivitas,

tidur, istirahat,

rileks, kognisi,

perasaan, dan

hubungan sosial)

4) Ajarkan

menggunakan

teknik nonanalgetik

(relaksasi

progresif, latihan

napas dalam,

imajinasi, sentuhan

terapeutik.)

5) Kontrol faktor -

faktor lingkungan

yang yang dapat

mempengaruhi

respon pasien
terhadap

ketidaknyamanan

(ruangan, suhu,

cahaya, dan suara)

6) Kolaborasi untuk

penggunaan kontrol

analgetik, jika perlu.

2 Risiko tinggi 24 jam diharapkan 1) Tinjau ulang

terhadap infeksi klien tidak kondisi dasar /

berhubungan dengan mengalami infeksi faktor risiko yang

trauma jaringan / luka dengan kriteria hasil : ada sebelumnya.

bekas operasi (SC) - Tidak terjadi tanda Catat waktu pecah

tanda infeksi (kalor, ketuban.

rubor, dolor, tumor, 2) Kaji adanya tanda

fungsio laesea) infeksi (kalor,

- Suhu dan nadi rubor, dolor,

dalam batas normal tumor, fungsio

( suhu = 36,5 -37,50 laesa)

C, frekuensi nadi = 60 3) Lakukan

- 100x/ menit) perawatan luka

- WBC dalam batas dengan teknik

normal (4,10-10,9 aseptik


10^3 / uL) 4) Inspeksi balutan

abdominal

terhadap eksudat /

rembesan.

Lepaskan balutan

sesuai indikasi

5) Anjurkan klien dan

keluarga untuk

mencuci tangan

sebelum / sesudah

menyentuh luka

6) Pantau

peningkatan suhu,

nadi, dan

pemeriksaan

laboratorium

jumlah WBC / sel

darah putih

7) Kolaborasi untuk

pemeriksaan Hb

dan Ht. Catat

perkiraan
kehilangan darah

selama prosedur

pembedahan

8) Anjurkan intake

nutrisi yang cukup

9) Kolaborasi

penggunaan

antibiotik sesuai

indikasi
3 Ansietas berhubungan Setelah diberikan 1) Kaji respon

dengan kurangnya asuhan psikologis

informasi tentang keperawatan selama terhadap kejadian

prosedur pembedahan, … x 6 jam diharapkan dan

penyembuhan, dan ansietas klien ketersediaan

perawatan post operasi. berkurang dengan sistem pendukung

kriteria hasil : 2) Tetap bersama

- Klien klien, bersikap

mengungkapkan tenang dan

bahwa menunjukkan rasa

ansietasnya empati

berkurang 3) Observasi respon

- Klien nonverbal klien

mengungkapkan (misalnya: gelisah)


bahwa berkaitan dengan

ansietasnya ansietas yang

berkurang dirasakan

4) Dukung dan

arahkan kembali

mekanisme koping

5) Berikan informasi

yang benar

mengenai

prosedur

pembedahan,

penyembuhan,

dan perawatan

post

operasi

6) Diskusikan

pengalaman/

harapan kelahiran

anak

pada masa lalu

7) Evaluasi

perubahan
ansietas yang

dialami klien

secara verbal

DAFTAR PUSTAKA

Amru, Sofian. Rustam mochtar synopsis obstretri: obstretri operatif, obstretri social.

Jakarta: EGC. 201.

Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta : ANDI

Purwoastuti & Walyani. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial untuk

Kebidanan.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.


Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction

Publishing.

Jitowiyono, Sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Anda mungkin juga menyukai