PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang menyerang paru dan organ
mematikan dan merenggut nyawa lebih banyak dari orang yang meninggal
dunia. Setiap tahun angka kejadian TB terus meningkat. Terdapat 10,0 juta
kasus TB pada tahun 2017 dan terjadi 1,3 juta kematian yang diakibatkan
oleh TB. Tahun 2017 5,8 juta kasus TB ditularkan oleh pria 3,2 juta wanita
dan 1,0 juta ditularkan oleh anak-anak. Kejadian TB di dunia 90% terjadi
pada orang dewasa (usia ≥15 tahun). Proporsi kasus TB terbesar terjadi
hanya masalah jumlah proporsi penderita TB saja tetapi setiap tahun angka
kesakitan dan kematian akibat TB terus meningkat. Diperkirakan setiap
positif sekitar 120 per 100.000 penduduk. Insiden TB dari tahun 2010
semua kasus TB (CDR) di Indonesia pada tahun 2018 adalah 67,2% dan
angka ini meningkat dibandingkan tahun 2017 yaitu 52,6% dari target
insiden TB di Indonesia pada tahun 2017 adalah 254 per 100.000 atau 25,40
per 1 juta penduduk. Tahun 2018 angka insiden TB adalah 214 per 100.000
atau 21,4 per 1 juta penduduk. Sampai saat ini Indonesia baru bisa mencapai
target penurunan insiden TB dan diperlukan upaya yang lebih besar dan
kasus TB, jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan penemuan kasus
TB pada tahun 2017 yaitu 6.852 kasus. Insiden TB pada tahun 2018 adalah
129 per 100.000 penduduk sedangkan tahun 2017 adalah 131,65 per
2018 adalah 42,8% ini meningkat dari tahun 2017 yaitu sebesar 32,9%.
jumlah kasus TB pada tahun 2018 adalah 550 kasus dan angka ini
meningkat jika dibandingkan dengan jumlah kasus tahun 2017 yaitu 399
kasus. Cakupan pengobatan semua kasus TB (CDR) pada tahun 2018 adalah
dewasa 193 kasus dimana posisi pencapaian program TB untuk CDR berada
Sumatera Barat dengan success rate (SR) tidak di evaluasi 44% (Dinas
belum mencapai target. Dua dari enam indikator tersebut meliputi angka
CDR dan SR. Banyak faktor yang menyebabkan indikator tersebut belum
bahwa faktor sosial budaya dan persepsi yang salah tentang TB merupakan
penderita TB.
Penelitian lain yang dilakukan Biya et. al, (2014) menyatakan bahwa
Riau menyatakan bahwa angka penularan TB cukup tinggi hal ini terjadi
besar pasien TB paru memiliki sikap yang kurang (Martin. et al, 2016).
TB terbanyak pada tahun 2018 ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun
(14,2%) diikuti kelompok umur 25-34 tahun yaitu 13,8%. Jumlah kasus TB
pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 1,3 kali (Kemenkes RI, 2019).
masalah kesehatan karena sering terpapar dengan faktor resiko dan kondisi
lingkungan yang tidak sehat. Selain faktor resiko juga ada faktor lain yang
bisa menyebabkan kelompok dewasa rentan adalah stress, gaya hidup yang
tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi sayur dan buah kurang
serta tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Menurut penelitian
sudah banyak dilakukan namun masih belum bisa menekan angka kejadian
Upaya utama yang bisa diberikan oleh perawat komunitas adalah dengan
yaitu dengan metode individual, kelompok dan massa. Media yang bisa
bisa dalam bentuk media cetak, media elektronik, media luar ruang dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilson et. al, (2016) tentang
batuk, bersin, berbicara, tertawa atau bernyanyi (Grosset et. al, 2107). Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan TB adalah dengan
mengajarkan tata cara batuk yang baik dan benar. Cara batuk yang benar
adalah dengan menutup hidung dan mulut dengan tissue atau sapu tangan
sehingga bakteri dan kuman tidak menyebar di udara dan tidak menular ke
etika batuk dan bersin bukan merupakan bukan faktor risiko ketika
dahak sehingga akan timbul sesak napas dan ada rasa tidak nyaman dalam
perasaan untuk mengolah sumber energi dari alam dan dari diri sendiri
(Wardoyo, 2003).
paru lebih baik (Snyder et. al, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki
napas menjadi normal. Penelitian Salcedo et. al, (2018) menyatakan bahwa
kronis dan akan lebih baik bila dikombinasikan dengan terapi lain seperti
dan pengobatan.
social support (Pender et. al, 2015). Pendekatan care group adalah cara
dilakukan oleh (Demissie et. al, (2018) menyatakan bahwa pendekatan oleh
pengobatan yang terlalu lama dan efek samping obat yang dirasakan.
terhadap penderita tuberkulosis paru pada saat minum obat setiap harinya
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari et. al, (2017) menyatakan bahwa
yang mendapat dukungan sosial yang rendah dari keluarga. Penelitian lain
oleh Siregar et. al (2019) menyatakan faktor penting pada penyakit kronis
hubungannya dengan yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa. Spiritual juga
dapat diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain alam dan Tuhan (Dossey et al,
brosur dan leaflet untuk kelompok masyarakat yang sulit untuk mencapai
populasi (Machmud, 2018). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
saja namun juga melibatkan banyak pihak. Baik itu pemerintah sebagai
sehingga pada saat dilakukan kegiatan ketuk pintu TB mereka tidak mau
diambil sputumnya dan bila ada yang diserahkan bukan sputum tapi air
ludah dengan alasan tidak ada sputum yang bisa dikeluarkan. Masih banyak
penderita TB yang tidak menggunakan masker, bila batuk dan bersin tidak
penjaringan, kerja sama lintas program dan lintas sektor namun hasil yang
penyuluhan tentang TB, namun hal ini juga tidak berdampak positif
pemuka masyarakat sudah dilakukan namun dari pemuka agama belum ada
kelompok peduli TB pernah dibentuk pada tahun 2016 tapi belum ada
melakukan berbagai kegiatan untuk program TB tapi sampai saat ini belum
saat penderita batuk, bersin, tertawa dan bernyanyi tanpa mereka menutup
peningkatan kasus dan penularan dari satu penderita kepada orang lain.
kesehatan karena sering terpapar dengan faktor resiko sehingga rentan untuk
itu sendiri. Intervensi yang diberikan pada penelitian ini akan diintegrasikan
2020”.
kelompok kontrol.
kelompok kontrol
kelompok kontrol
penanggulangan TB.
TB.
TB lebih dini.