Anda di halaman 1dari 3

Rizky Aditya Lamusu

1011420294

Kelas E

Semester 3

Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo

Filsafat Hukum

Filsafat dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan Philosophy (Inggris), Philosphie
(Perancis dan Belanda), filosofie, wijsbegeerte (belanda), Philosohia (Latin). Kata “filsafat ini
diambil dari bahasa Arab, Yaitu “falsafah”. Secara etimologis filsafat atau falsafah itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos atau filo yang artinya cinta (dalam arti seluasluasnya),
dan sophia atau sofia yang artinya kebijaksanaan. Jadi dari sudut asal-asul katanya, filsafat dapat
diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan (Darmodiharjo, 2006). Filsafat hukum menjelaskan
nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban
di dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan
merubah secara radikal dengan tekanan hasrat manusia melalui paradigma hukum baru guna
memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu. Mengenai fungsiFilsafat
Hukum,Roscoe Pound (1972: 3) menyatakan, bahwa filsafat berupaya untuk memecahkan persoalan
tentang gagasan untuk menciptakan suatu hukum yang sempurna yang harus berdiri teguh selama-
lamanya, kemudian membuktikan kepada umat manusia bahwa hukum yang telah selesai ditetapkan,
kekuasaannya tidak dipersoalkan lagi. Suatu usaha untuk melakukan pemecahan menggunakan system
hukum yang berlaku pada masa dan tempat tertentu, dengan menggunakan abstraksi terhadap bahan-
bahan hukum yang lebih tinggi. Filsafat hukum memberikan uraian yang rasional mengenai hukum
sebagai upayauntukmemenuhiperkembanganhukumsecara universal untukmenjaminkelangsungan di
masa depan. Filsafat hukum memegang peranan penting dalam kegiatan penalaran dan penelaahan asas
dan dasar etik dan pengawasan sosial, yang berkaitan dengan tujuan-tujuan masyarakat,masalah-masalah
hak asasi,kodrat alam.1

Permasalahan Filsafat hukum yang muncul dalam kehidupan tata negara yang berkaitan dengan
hukum dan kekuasaan bahwa hukum bersifat imperatif, agar hukum ditaati, tapi kenyataannya hukum
dalam kehidupan masyarakat tidak ditaati maka hukum perlu dukungan kekuasaan, seberapa dukungan

1
Bambang Hermoyo, “Peran Filsafat Hukum DalamMewujudkanKeadilan”
kekuasaan tergantung pada tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri, makin tinggi kesadaran masyarakat
terhadap hukum maka makin kurang dukungan kekuasaan yang diperlukan. Hukum sendiri merupakan
sumber kekuasaan yang berupa kekuatan dan kewibawaan dalam praktek kekuasaan bersifat negative
karena kekuasaan merangsang berbuat melampaui batas, melebihi kewenangan yang dimiliki. Hukum
tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah dzholim.

Dalam tahun-tahun terakhir ini seringkali kita mendengar ketidakadilan terhadap hukum semakin
marak terjadi. Hal-hal tersebut dikarenakan tindakan atau langkah yang diambil oleh pengadilan sering
kali tidak bijak dalam memberikan keputusan sehingga, masyarakat kurang merasa puas terhadap hal ini.
Terdapat beberapa prosedur yang dilakukan oleh pengadilan terutama putusan hakim tidak lagi
memberikan putusan adil pada setiap pengadilan yang berjalan karena tidak melalui prosedur yang benar.
Perkara diputuskan dengan undang-undang yang telah dipesan dengan kerjasama antara pembuat
Undang-undang dengan pelaku kejahatan yang kecerdasannya mampu membelokkan makna peraturan
hukum dengan pendapat hakim sehingga berkembanglah mafia peradilan. Terdapat beberapa contoh
kasus yang tergolong sederhana dan seharusnya bisa saja diselesaikan dengan musyawarah atau jalan
damai namun malah berakhir di pengadilan dan diselesaikan dengan melanggar rasa keadilan masyarakat
kecil. Sepertinya keadilan tidak pernah berpihak kepada mereka..Masyarakat telah disajikan dengan
berbagai peristiwa hukum dalam penegakannya dianggap mencederai rasa keadilan masyarakat.

Contoh masalah

Perkembangan penerapan hukum di masyarakat pada masa kini tidak segampang menerapkan
hukum pada masa dulu. Hukum sebagai aturan-aturan yang mengikat dengan tujuan memberi keadilan,
kepastian , kemanfaatan serta menertibkan masyarakat tidak dapat diterapkan kepada semua individu.
Hukum seakan hanya berlaku bagi masyarakat kecil dan tidak mempan bagi orang-orang yang memiliki
kekuasaan. Aparat penegak hukum sering tidak dapat menerapkan hukum bagi orang-orang yang salah.
Bahkan undang-undang sebagai bagian dari hukum tidak diterapkan sesuai dengan tujuannya dibuat
yaitu melindungi setiap masingmasing individu dalam mendapatkan keadilan dan haknya. Dalam hal ini
sebagai hakim, terkadang mereka dituntut untuk lebih adil dalam menjatuhkan putusan bagi mereka
yang yang terlibat dalam sebuah kasus. Bukan hanya sekedar menerapkan undang-undang secara kaku
saja, tapi hakim juga harus melihat keadaan masyarakat pada saat itu. Dan hakim juga harus melihat
siapa yang terlibat dalam kasus tersebut, apakah orang tersebut di bawah umur atau tidak contohnya
pada kasus pencurian sandal jepit oleh AAL sangat tidak mencerminkan suatu keadilan seperti makna
keadilan yang ada dari beberapa teori hukum. Briptu Rusdi Harahap sebagai aparat penegak hukum
yang langsung menuduh AAL serta melakukan tindakan main hakim sendiri dan memperlakukan AAL
secara semena-mena. AAL beserta temannya dipukul, ditendang, ditinju dan bahkan disekap oleh Briptu
Rusdi Harahap. Hal ini sangat mencerminkan ketidakadilan, apabila jika kita bandingkan kasus-kasus AAL
dengan kasus-kasus besar yang ada di Indonesia.
Menurut pendapat saya dalam kasus ini, seharusnya Aal tidak bertanggung jawab atas
perbuatan yang dilakukannya. Karena sandal yang diambil oleh Aal adalah sandal yang tidak bertuan dan
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan serta menuntut Aal bertanggungjawab atas perbuatannya itu.
Untuk mewujudkan keadilan di masyarakat dalam kasus sandal jepit oleh Aal ini seharusnya Aal tidak
dinyatakan bersalah. Para penegak hukum dan pemerintah saat ini belum berpihak terhadap rakyat
bahkan tak jarang mereka tidak membantu rakyat kecil untuk mendapatkan keadilan ketika berhadapan
dengan hukum. Hukum hanya tajam jika ke bawah dan tumpul jika berhadapan dengan kalangan atas.
Penerapan hukum yang tumpul terhadap kalangan atas dapat dilihat ketika hukum tidak dapat
diterapkan kepada mereka dengan ekonomi tinggi. Proses hukum mereka berbelit-belit bahkan putusan
hakim sering tidak sesuai dengan undangundang. Banyak faktor yang dijadikan alasan untuk tidak
sepenuhnya menerapkan hukum kepada mereka dengan ekonomi tertentu. Namun bagi kalangan
dengan ekonomi rendah, hakim menerapkan undang-undang secara tegas tanpa memperhatikan hak
mereka.

2
Ashinta Sekar Bidari, SH, MH “ KETIDAKADILAN HUKUM BAGI KAUM SANDAL JEPIT"

Anda mungkin juga menyukai