Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG PADA

PT.INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk


DI BURSA EFEK INDONESIA

MEILANI KARTIKA SARI


03111800032

UNIVERSITAS MUSI RAWAS


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

LUBUKLINGGAU
2020
ANALISIS TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG PADA
PT.INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk
DI BURSA EFEK INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas


mata kuliah metodologi penelitian

MEILANI KARTIKA SARI


03111800032

UNIVERSITAS MUSI RAWAS


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

LUBUKLINGGAU
2020

ii
TANDA PENGESAHAN METODOLOGI PENELITIAN

Judul : Analisis Tingkat Perputaran Piutang

pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur


Tbk di Bursa Efek Indonesia

Nama : Meilani Kartika Sari

NPM : 03111800032

Fakultas : Ekonomi

Program Studi : Akuntansi

Diterima dan Disahkan

Pada Tanggal, Oktober 2020


Pembimbing,

Nurbaiti, SP.,MM
NIDN.02.0711.76.01

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang

Biarkan saja

Nanti mati sendiri

Entah itu ucapan

Atau orangnya

Kupersembahkan untuk :

Baba tercinta Akhmad Taufik dan Mamak tersayang Hairunnisa

Teman – teman seperjuangan

Para Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi yang senantiasa membantu

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Analisis Tingkat Perputaran Piutang pada PT. Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk di Bursa Efek Indonesia” yang merupakan tugas dari
mata kuliah metodologi penelitian di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Musi Rawas.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang
disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis telah berusaha
dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk menyajikan
penelitian ini dengan sebaik-baiknya, hal ini juga dapat terwujud berkat
bimbingan, arahan, petunjuk, motivasi, dan do’a dari berbagai pihak yang begitu
besar manfaaatnya bagi penulis sampai akhirnya dapat menyelesaikan penelitian
ini.
Penyusunan penelitian ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
bimbingan dari pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Ir. H. Fachrurrozie Sjarkowi, M.Sc., Ph.D selaku Rektor
Universitas Musi Rawas.
2. Ibu Yayuk Marliza, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Musi Rawas.
3. Ibu Miki Indika, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Musi Rawas.
4. Ibu Nurbaiti, SP., M.Si selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Metodologi
Penelitian.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan kepada penulis
baik materi maupun spiritual sampai terselesainya Penelitian ini.

v
6. Teman-teman seangkatan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan motivasi
dan semangat selama penelitian dilakukan.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.

Semoga amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat
limpahan rahmat yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Lubuklinggau, Oktober 2020

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER ................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
MOTO PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................ 5
2.2 Definisi .................................................................................. 10
2.3 Lokasi Penelitian ................................................................. 26
2.4 Waktu Penelitian .................................................................. 27
2.5 Operasional Variabel ........................................................... 27
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Data .............................................................................. 29
3.2 Pengumpulan Data ............................................................... 31
3.3 Pengolahan Data ................................................................... 32
3.4 Sumber Data ........................................................................ 33

vii
3.5 Teknik Analisa ...................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................... 36
4.2 Hasil .................................................................................... 39
4.3 Pembahasan .......................................................................... 44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 45
5.2 Saran .................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................. 47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28
2. Struktur Organisasi ................................................................................ 28

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 5
2. Operasional Variabel .............................................................................. 27
3. Data Penjualan Kredit dan Piutang Usaha ........................................... 39
4. Hasil Perhitungan RTO dan APC ......................................................... 42

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman
1. Penjualan Kredit (Tahun 2011-2016) .................................................... 40
2. Piutang Usaha (Tahun 2011-2016) ......................................................... 40
3. Accounts Receivable Turn Over (RTO) ................................................ 43
4. Average Period Collections (APC) ......................................................... 43

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Laporan Posisi Keuangan (Tahun 2016-2017) ..................................... 47
2. Laporan Posisi Keuangan (Tahun 2018-2019) ..................................... 49
5. Laporan Laba Rugi (Tahun 2016-2017)................................................ 50
6. Laporan Laba Rugi (Tahun 2016-2019)................................................ 52

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk


memperoleh laba, menjaga kelangsungan hidup, dan kesinambungan
operasi perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan
cita-cita yang telah ditentukan. Namun perkembangannya tidak dapat
terlepas dari pengelolaan keuangan dan manajemen perusahaan yang baik.
Oleh karena itu manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola
modal dari para pemilik perusahaan secara efektif.
Untuk saat ini persaingan bisnis yang semakin tinggi, perusahaan
dituntut untuk dapat meraih posisi pasar, oleh karena itu perusahaan perlu
melakukan strategi penjualan secara kredit sehingga tingkat penjualan
perusahaan meningkat. Namun konsekuensi yang akan timbul dari
kebijakan penjualan secara kredit adalah kenaikan jumlah piutang, piutang
tak tertagih, maupun biaya-biaya yang timbul seiring dengan penagihan
piutang sampai menjadi kas.
Sebagaimana kita ketahui bahwa piutang merupakan salah satu
jenis aset lancar yang tercantum dalam laporan posisi keuangan (neraca)
perusahaan. Peningkatan piutang yang diiringi dengan meningkatnya
piutang tak tertagih perlu menjadi perhatian oleh perusahaan. Untuk itu
sebelum perusahaan memutuskan penjualan secara kredit, harus ada
pertimbangan terlebih dahulu dana yang diinvestasikan dalam piutang,
syarat penjualan dan pembayaran, dan kemungkinan kerugian piutang.
Piutang memiliki dimensi permasalahannya masing-masing.
Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam perusahaan manakala

1
2

harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal, di samping itu


piutang juga harus dikelola dengan efisien yang menyangkut tentang laba
atau tambahan laba yang diperoleh dengan perubahan kebijakan penjualan
dengan beban yang timbul karena adanya piutang. Secara umum
konsekuensi dalam pengaplikasian piutang tersebut seperti dapat
menimbulkan peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan biaya-
biaya lainnya yang muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang.
Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak tertagih
perlu mendapat perhatian khusus, untuk itu sebelum suatu perusahaan
memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu
diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang,
syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan-
kemungkinan seperti kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-
biaya yang akan timbul dalam menangani piutang.
Dalam mengelola manajemen keuangan, khususnya mengenai
piutang dagang perlu direncanakan dan dianalisa secara seksama, sehingga
kebijakan manajemen piutang dagang dapat berjalan secara efektif dan
efisien, baik mengenai prosedur piutang, penagihan piutang, penjualan
kredit dan masalah piutang lainnya. Jika semakin tinggi tingkat perputaran
piutang menunjukkan volume penjualan yang dicapai oleh perusahaan,
serta dengan menganalisis perputaran piutang perusahaan dapat menilai
keefektifan perusahaan dalam mengelola modal kerjanya. Serta dengan
pengendalian terhadap piutang merupakan sesuatu hal yang mutlak
dilakukan oleh perusahaan. Karena dengan sistem pengendalian piutang
yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam
menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikian pula sebaliknya,
kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan,
misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan
pengumpulan dan penagihan piutang.
Bagi kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas dapat menyebabkan
penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak
3

dapat ditagih sama sekali. Pelanggan serta pemasok produk dan jasa
perusahaan juga merasakan masalah likuiditas jangka pendek.
Implikasinya antara lain mencakup ketidakmampuan perusahaan untuk
memenuhi kontrak serta merusak hubungan dengan pelanggan dan
pemasok.
Perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
maupun manufaktur memerlukan kebijakan piutang yang sangat baik.
Salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia salah satunya
adalah PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, perusahaan ini merupakan
perusahaan manufaktur terlama di Indonesia dan sekarang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan analisis yang lebih spesifik terhadap tingkat perputaran piutang
dan lamanya rata-rata penagihan piutang, sehingga dapat diketahui
gambaran posisi dan keadaan piutang yang sebenarnya sebagai tolak ukur
kinerja bagi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Apakah sudah efektif
dan effisien selama 3 tahun terakhir ?

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka penulis
mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana tingkat perputaran piutang pada PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui
tingkat perputaran piutang pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan manufaktur.
4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis


Sebagai implementasi dari materi yang di dapat dari
perkuliahan dan juga sebagai bahan perbandingan antara teori
perkuliahan dengan prakteknya di lapangan, serta untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah metodologi penelitian.

1.4.2 Bagi Perusahaan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang nantinya dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan
dalam membuat kebijakan serta regulasi yang berkaitan dengan
piutang usaha perusahaan.

1.4.3 Bagi Pihak Lain


Sebagai bahan referensi bagi rekan – rekan sesama
mahasiswa atau pihak – pihak lain dalam melakukan penelitian
dengan tema permasalahan yang sama.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Nama Judul &


No. Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
Peneliti Tahun
1. Yusra Analisis Perusahaan Sama sama Tingkat
Nginang Tingkat yang menggunakan perputaran
Perputaran dianalisis RTA dan piutang
Piutang merupakan ACP dalam perusahaan dari
pada PT. perusahaan analisisnya. tahun ke tahun
Nippon dagang. mengalami
Indosari Menggunakan ketidaktetapan
Corpindo 2 variabel (naik-turun).
Tbk di kota lainnya yakni Rasio tunggakan
Makassar Rasio menunjukkan
(Tahun Tunggakkan dari tahun 2014-
2019) dan Rasio 2017 mengalami
Penagihan. penurunan nilai
presentasi, hal ini
menunjukkan
perusahaan
mampu
menangani
pengembalian
piutangnya
dengan baik,

5
6

Nama Judul Hasil


No Perbedaan Persamaan
Peneliti & Tahun Penelitian
Dimana
semakin kecil
rasio
tunggakan
berarti semakin
baik bagi
perusahaan
Rasio
penagihan P.T.
Nippon
Indosari
Corpindo Tbk
di kota
Makassar
terbilang baik,
ini berarti
perusahaan
mampu
menangani
pengembalian
piutangnya
dengan baik.
2. Sallyritna Analisis Menggunakan Sama sama Dampak dari
Sangka, Tingkat metode menggunakan tingkat
Inggriani Perpuataran kualitatif. studi pustaka perputaran
Elim, Piutang Sumber data dalam piutang
Stanley terhadap yakni data pengumpulan terhadap Arus
Kho Laporan sekunder . data. kas operasi
7

Walandouw Arus Kas Menggunakan berarti jika


pada laporan arus sebuah
Manado kas dalam perusahaan
Quality penelitianyya. dapat
Hotel mengumpulkan
(Tahun uang dari
2017) pelanggan
lebih cepat,
maka akan
dapat
menggunakan
uang tunai
untuk
membayar
tagihan dan
kewajiban
lainnya lebih
cepat.
Sebaliknya jika
tingkat
perputaran
piutang rendah
berarti
perusahaan
membutuhkan
waktu yang
lebih lama
untuk dapat
menagih
piutang.
Perputaran
8

piutang usaha
dapat
mempengaruhi
aktivitas
operasi karena
dapat
mempengaruhi
laba rugi dan
dampak
terbesar dari
aktivitas
operasi berasal
dari
pengumpulan
kas dari
pelanggan.
3. Diana Analisis Menggunakan Pengolahan Tingkat
Tambunan, Tingkat rasio data perputaran
S.E.,M.M. Perputaran tunggakan menggunakan piutang PT
Piutang dan rasio metode Perdana
pada penagihan . deskiptif Gapuraprima
PT.Perdana Pengumpulan kuantitatif. dari tahun ke
Gariprima data Pengumpulan tahun sangat
Periode menggunakan data kecil sehingga
2012-2014 metode menggunakan penagihan yang
(Tahun wawancara. metode dilakukan
2019 ) Jumlah hari observasi dan manajemen
yang wawancara. dianggap tidak
digunakan berhasil,
dalam ACP Periode
adalah 360 pengumpulan
9

hari. piutang dari


tahun ke tahun
sangat besar
melebihi dari
ratarata industri
yaitu 60 hari,
sehingga dapat
dikatakan
perusahaan
tidak mampu
melakukan
penagihan
secara tepat
waktu. Rasio
tunggakan
mengalami
naik turun yang
mana pada
tahun 2013
sebesar
42,58% dan
tahun 2014
sebesar
34,91%. Rasio
penagihan
mengalami
kenaikan
sehingga
perusahaan
mampu dengan
baik dalam
10

melakukan
penagihan
piutang.

2.2 Defenisi
2.2.1 Defenisi Piutang
Istilah piutang (Receiveble) meliputi semua klaim dalam
bentuk uang terhadap pihak lainyya termasuk invididu, perusahaan
atau organisasi lainyya. Piutang biasanya memiliki bagian yang
signifikan dari total aset lancar perusahaan. Dalam arti luas,
piutang dapat digunakan bagi semua hak atau klaim terhadap
pelanggan atau pihak lain atas uang, barang dan jasa. Namun untuk
tujuan akuntansi, isitilah ini pada umumnya diterapkan dalam
pengertian yang lebih sempit, yaitu mencakup seluruh uang yang di
klaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan dan
organisasi lain (Warren, dkk.2010: 437)

a. Klasifikasi Piutang
Menurut Warren, dkk (2010: 437) piutang dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Ialah piutang yang memiliki periode kredit relative
pendek seperti 30 atau 60 hari pada umumnya
digolongkan sebagai piutang usaha. Piutang usaha
diklasifikasikan di neraca sebagai asset lancar.
2. Wesel Tagih
Jika suatu piutang untuk pperiode kredit lebih dari
60 hari, maka piutang tersebut pada umumnya
digolongkan sebagai wesel tagih. Wesel tagih ialah
11

jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan


telah memberikan surat utang formal.
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan terpisah dalam
neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam
jangka waltu satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai asset lancar.

Menurut Stice dan Skousen (2004:479) piutang data


diklasifikasikan menjadi piutang dagang dan piutang non
dagang.
1. Piutang dagang ( Trade Receveible)
Merupakan hasil dari aktifitas normal bisnis, yakni
penjualan barang dan jasa secara kredit kepada
pelanggan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan janji
pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasin
sebagai wesel tagih ( Note Receveble). Tetapi dalam
banyak kasus, piutang dagang ialah piutang terbuka
tanpa jaminan dan sering disebut dengan piutang
lainyya.
2. Piutang Non Dagang ( NonTrade Receveible)
Meliputi segala jenis piutang lainyya dan muncul
dari berbagai transaksi. Seperti penjualan suraat brharga
atau property selain persediaan, piutang deviden dan
bunga dan lain sebagainya.

b. Piutang Tak Tertagih


Piutang tak tertagih dapat didefinisikan sebagai
pengurangan saldo piutang pada laporan keuangan
dikarenakan debitur (pelanggan) tidak dapat membayar
utangnya kepada penjual (kreditur). Piutang tak tertagih
12

bersaldo normal di sebelah kredit pada neraca saldo


perusahaan.Untuk mengestimasi jumlah piutang yang tidak
dapat ditagih, terdapat beberapa metode yang digunakan
yaitu :

1. Persentasi penjualan
Untuk dapat mengestimasi jumlah piutang tak
tertagih, jumlah penjualan kredit selama satu periode
digunakan untuk mengestimasi jumlah beban piutang
tak tertagih.
2. Saldo akhir piutang
Dalam metode ini, perhitungan piutang ialah
sebesar persentasi tertentu dari jumlah saldo akhir
piutang usaha. Jika terdapat saldo awal akun penyisihan
piutang tak tertagih, maka nilai akun saldo penyisihan
piutang tak tertagih akan disesuaikan ( melalui ayat
jurnal penyesuaian) agar saldo akhir piutang tak tertagih
sesuai dengan hasil persentase yang ditentukan.
3. Umur piutang
Makin lama piutang tak tertagih, maka akan
semakin besar persentase penyisihan tak tertagihnya.
Titik awalan dalam menentukan umur piutang adalah
tanggal jatuh tempo piutang tersebut. Jumlah hari
dinyatakan telah jatuh tempo adalah ditentukan dari
tanggal umur skedul piutang dibuat.

Metode – Metode dalam Piutang Tidak Dapat Ditagih


Menurut Hery (2013:187) Ada 2 (dua) metode yang
digunakan untuk menilai, mencatat, atau menghapus
piutang usaha yang tidak dapat ditagih, antara lain:
13

1. Metode Hapus Langsung (direct write-off method)


Ketika metode hapus langsung digunakan, beban
kredit macet atau beban piutang yang tidak dapat
ditagih hanya akan dicatat atau diakui apabila benar-
benar telah terjadi pelanggan tertentu yang menyatakan
tidak bisa membayar (actual loss), bukan berdasarkan
pada kerugian estimasi. Jadi, pada saat perusahaan
mendapati bahwa pelanggan tertentunya tidak bisa
membayar maka pada saat itulah perusahaan akan
menghapus langsung piutang usahanya atas pelanggan
tertentu di sebelah kredit (tanpa melakukan
pencadangan terlebih dahulu) dan membebankan di
sebelah debet sebagai beban kredit macet atau piutang
yang tidak dapat ditagih.
2. Metode Pencadangan
Secara teoritis, jika besarnya estimasi atas piutang
tak tertagih adalah akurat, maka akun cadangan ini
seharusnya selalu mendekati nol (akan tetapi estimasi
tidak pernah nol karena perusahaan akan terus
melakukan penjualan penjualan kredit dan membuat
estimasi yang baru). Akun cadangan memiliki saldo
normal di sebelah kredit, berlawanan dengan saldo
normal piutang, sehingga akun cadangan dianggap
sebagai akun pengurang (contra account) dari akun
piutang usaha. Akun cadangan ini akan mengurangi
jumlah bruto piutang ke nilai bersihnya yang dapat di
realisasi.
14

c. Prosedur Penagihan Piutang

Menurut Samsul (2003 362) terdapat 5 langkah


dalam prosedur penagihan piutang, antara lain :

1. Menyerahkan faktur-faktur yang sudah hampir jatuh


tempo dari pemegang arsip faktur kepada penagih.
2. Penagih menyerahkan faktur kepada debitur yang
bersangkutan, untuk dicek terlebih dahulu sebelum
membayarnya.
3. Penagih kembali kepada debitur pada tanggal yang
dijanjikan oleh si debitur untuk pelunasan hutangnya.
4. Penagih menyetor hasil tagihan kepada kasir
perusahaan.
5. Mengambil faktur yang tidak terbayar kepada
pemegang faktur semula

Meskipun demikian debitur dapat membayar hutangnya


dengan cara :

1. Membayar langsung dan datang kepada perusahaan.


2. Membayar melalui bank.
3. Kompensasi utang/piutang.
4. Membayar lewat penagih/kolektor.

d. Cara Pengumpulan Piutang

Menurut Lukman Syamsuddin (2002:273) terdapat


cara dalam pengumpulan piutang, antara lain:

1. Melalui surat. Bilamana waktu pembayaran utang dari


langganan sudah lewat beberapa hari, tetapi belum juga
dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat
15

mengirimkan surat dengan nada “mengingatkan”


(menegur) langganan yang belum membayar tersebut
bahwa utangnya sudah jatuh tempo. Apabila utang
tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat
dikirimkan maka dapat dikirimkan surat yang kedua
yang nadanya lebih keras.
2. Melalui telepon. Jika setelah dikirim surat teguran
ternyata utang-utang tersebut belum juga dibayar, maka
bagian kredit dapat menelpon langganan dan secara
pribadi meminta untuk segera melakukan pembayaran.
Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata
langganan mempunyai alasan yang dapat diterima,
maka mungkin perusahaan dapat memberikan
perpanjangan sampai suatu jangka waktu tertentu.
3. Kunjungan personal. Teknik pengumpulan piutang
dengan jalan melakukan kunjungan secara personal atau
pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan
karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha
pengumpulan piutang.
4. Tindakan yuridis. Bilamana ternyata langganan tidak
mau membayar utangnya, maka perusahaan dapat
menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan
mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

e. Pengendalian Internal Atas Piutang Usaha

Berbicara tentang pengendalian internal atas piutang


usaha, sebernarnya yang menjadi titik fokus kita adalah
bagaimana pengamanan yang effisien dan efektif dilakukan
atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas
16

perolehan fisik kas, pemisahan tugas (termasuk masalah


otorisasi persetujuan kredit), sampai pada tersedianya data
catatan akuntansi yang akurat.
Hery (2013:184) mengemukakan bahwa “Setiap
pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli
haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan
kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian
kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan
oleh manajer kredit. Manajer penjualan tidaklah memiliki
otorisasi atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit
pelanggan. Apabila bagian penjualan merangkap bagian
kredit, maka dikhawatirkan (terutama apabila komisi
penjualan ditetapkan berdasarkan pada besarnya omset
penjualan) seluruh proposal kredit (tanpa kecuali) yang
diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa
adanya evaluasi terlebih dahulu. Dalam hal ini,
kemungkinan besar resiko akan muncul terutama terhadap
calon pe’mbeli dengan peringkat kredit yang buruk”.
Dalam praktik nyata, ketiadaan pemisahan tugas
antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah lagi
dengan kurang tepatnya dasar perhitungan komisi, sering
kali menimbulkan peluang terjadinya tindakan kecurangan.
Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha
memperbesar komisi penjualan dengan cara yang tidak
benar; di mana oknum bagian penjualan akan membuat
seolah-olah penjualan barang dagangan ke pelanggan
sunggguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan
secara fiktif (barang tidak dijual ke pelanggan sungguhan
namun disembunyikan). Nanti, begitu komisi diperoleh,
oknum karyawan tadi akan mengembalikan barang yang
17

telah disembunyikannya, seolah-olah telah terjadi retur dari


pembeli.

2.2.2 Rasio Aktifitas

a. Definisi Rasio Aktivitas

Rasio aktvitas adalah rasio yang digunakan untuk


mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset
yang dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat
effisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada (Hery, 2016:178). Rasio ini juga digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari.

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas


Adapun tujuan dan manfaat rasio aktifitas menurut
Hery (2016:178) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam


piutang usaha berputar dalam satu periode.
2. Untuk menghitung lamanya rata-rata penagihan piutang
uasha, serta sebaliknya untuk mengetahui berapa hari
rata-rata piutang usaha tidak dapat ditagih.
3. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan
piutang usaha yang telah dilakukan selama periode.
4. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan berputar dalam satu periode.
5. Untuk menghitung lamanya rata-rata persediaan
tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual.
18

6. Untuk menilai effektif tidaknya aktivitas penjualan


persediaan barang dagang yang telah dilakukan selama
satu periode.
7. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa
besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap
rupiah modal kerja yang digunakan.
8. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
aset tetap berputar dalam satu periode atau berapa besar
tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah
aset tetap yang digunakan.
9. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
total aset berputar dalam satu periode, atau berapa besar
tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah
total aset yang digunakan.

c. Jenis-jenis Rasio Aktivitas


Jenis-jenis rasio aktivitas yang digunakan dalam
praktek untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menggunakan dan megoptimalkan aset yang dimilikinya
menurut Hery (2016:179) antara lain :

1. Total Assets Turn Over(Perputaran Aktiva)


Total assets turn over adalah perbandingan antara
penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan yang
menjelaskan tentang kecepatan perputaran total aktiva
dalam satu periode tertentu. Total assets turn
over memaparkan bahwa tingkat efisiensi pemakaian
aktiva perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan volume penjualan tertentu sesuai catatan
atas laporan keuangan.
19

Total assets turn over diukur dari volume penjualan.


Semakin besar rasio ini maka kondisi operasional
perusahaan semakin baik. Maksudnya yaitu perputaraan
aktiva lebih cepat sehingga menghasilkan laba dan
pemakaian keseluruhan aktiva dalam menghasilkan
penjualan semakin optimal. Rasio yang nilainya tinggi
juga bisa berarti jumlah asset yang sama bisa
memperbesar volume penjualan. Total assets turn
over ini penting untuk diketahui oleh para kreditur,
pemilik perusahaan, dan manajemen perusahaan,
efisiensi pemakaian seluruh aktiva dalam perusahaan
bisa terlihat. Rumus Total assets turn over sebagai
berikut.

Total Assets Turn Over = Penjualan / Total Aktiva x


100%

2. Working Capital Turn Over(Rasio Perputaran Modal


Kerja)
Rasio perputaran modal kerja adalah perbandingan
antara penjualan dengan modal kerja bersih suatu
perusahaan. Nilai modal kerja bersih diperoleh dari
aktiva lancar dikurangi utang lancar. Rasio ini
mengukur aktivitas bisnis yang dibandingkan dengan
kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar sehingga
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang diperoleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal kerja dapat
terlihat. Working capital turn over ini juga dikatakan
sebagai pengukuran kemampuan modal kerja (netto)
dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) pada suatu
20

perusahaan yang memengaruhi pencatatan transaksi


keuangan.
Modal kerja dikatakan efektif berputar dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan
melakukan kegiatan operasional usaha. Periode
perputaran modal kerja (working capital turn over
period) dimulai dari kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja hingga kembali
menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti
perputaran (turn over rate) semakin cepat.Periode
perputaran modal kerja tergantung durasi periode
perputaran dari setiap komponen modal kerja tersebut.
Rumus rasio perputaran modal kerja sebagai berikut.

Perputaran Modal Kerja = Penjualan/ Modal Kerja


Bersih
Atau
Penjualan / Aktiva Lancar – Utang Lancar

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets


Turnover)
Rasio perputaran akltiva tetap adalah perbandingan
antara penjualan dengan aktiva tetap yang dimiliki
suatu perusahaan. Fixed assets turn over ratio ini
mengukur efektivitas pemakaian dana yang tertanam
pada harta (aktiva) tetap seperti pabrik dan peralatan
untuk menghasilkan penjualan yang dihasilkan oleh
setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap
tersebut.
21

Rasio ini berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan


perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya secara
efektif sehingga pendapatan meningkat yang dicatat
sesuai jenis jenis laporan keuangan. Jika perputarannya
lambat (rendah), maka kapasitas akan terlalu besar atau
ketersediaan aktiva tetap banyak sehingga kurang
bermanfaat. Kemungkinan lain yang terjadi yaitu
investasi pada aktiva tetap biasanya berlebihan daripada
nilai output yang diperoleh. Semakin tinggi rasio ini
maka pemakaian aktiva tetap semakin efektif. Rumus
perputaran aktiva tetap sebagai berikut.

Perputaran Aktiva Tetap =


Penjualan / Aktiva Tetap x 100%

4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Inventory turnover ratio adalah perbandingan
kemampuan dana pada inventory yang berputar dalam
suatu periode tertentu atau likuiditas dari inventory dan
tendensi untuk adanya overstock pada suatu perusahaan.
Rasio perputaran persediaan ini mengukur efisiensi
pemakaian persediaan barang dagang pada perusahaan
sehingga kinerja manajemen dalam mengontrol modal
yang ada pada persediaan bisa terlihat baik atau kurang
baiknya. Ada dua masalah yang umumnya timbul dalam
perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan
yang termasuk unsur unsur laporan keuangan.
Pertama, penjualan akan dinilai berdasarkan harga
pasar (market price), persediaan dinilai berdasarkan
harga pokok penjualan (at Cost) sehingga rasio
perputaran persediaan (at cost) berguna untuk
22

mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio


ini dihitung dengan membandingkan penjualan dengan
persediaan dalam perputaran persediaan dalam kas.
Rasio keuangan yang memakai rasio perputaran
persediaan (at market) lebih banyak digunakan.
Namun jika ingin mengukur rasio industri maka
sebaiknya menggunakan rasio perputaran persediaan (at
market). Penjualan yang dilakukan sepanjang tahun dan
angka persediaan merupakan gambaran keadaan sesaat
sehingga lebih baik memakai rata-rata persediaan yaitu
persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua.
Rumus rasio perputaran persediaan sebagai berikut.

Perputaran Persediaan (At Cost) =


Harga Pokok Penjualan / Rata-rata Persediaan

Perputaran Persediaan (At Market) =


Penjualan / Persediaan

5. Perputaran Piutang
Piutang perusahaan berkaitan erat dengan volume
penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulan atau penagihan bisa dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Rasio
perputaran piutang adalah perbandingan total penjualan
kredit (neto) terhadap piutang rata-rata. Semakin tinggi
rasio (turnover) maka modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang semakin rendah. Sebaliknya jika rasio
semakin rendah berarti ada over investment dalam
piutang sehingga perlu dianalisis lebih lanjut karena
23

mungkin kinerja bagian kredit dan penagihan kurang


efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan
pemberian kredit.
Rasio ini mengukur rata-rata piutang yang
dikumpulkan dalam satu tahun sehingga kualitas
piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan
piutang dan kebijakan kreditnya juga terlihat. Rasio ini
biasanya digunakan untuk menganalisis modal kerja
karena ukuran seberapa cepat piutang perusahaan
berputar menjadi kas bisa ditentukan. Jumlah hari
piutang menggambarkan lamanya suatu piutang yang
bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Jika jangka
waktu pelunasan semakin lama maka risiko
kemungkinan tidak tertagihnya piutang semakin besar.
Rumus perputaran piutang sebagai berikut.

Perputaran Piutang
= Penjualan Kredit / Piutang Rata-Rata
Atau
Penjualan Bersih / Rata-Rata Piutang Dagang

6. Rata-Rata Umur Piutang


Rasio rata-rata umur piutang adalah pengukuran
efisiensi manajemen piutang perusahaan dan durasi
(waktu) yang diperlukan untuk melunasi piutang atau
mengubah piutang menjadi kas. Rasio ini dihitung
dengan membandingkan jumlah piutang dengan
penjualan per hari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365
hari. Rumus rasio rata-rata piutang sebagai berikut.
24

Rata-rata umur piutang = Piutang / Penjualan Per


Hari
Atau
365 hari / perputaran Piutang

Dalam penelitian ini penulis menggunakan


rasio perputaran piutang usaha dan rata-rata umur
piutang untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengumpulkan dan mengkonversikan
piutang-piutang perusahaan ke dalam bentuk kas
pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

2.2.3 Penjualan Kredit


Menurut Mulyadi (2001;220) “Penjualan kredit
dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang
sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka
waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli
tersebut”. Maka dapat disimpulkan bahwasanya penjuala kredit
adalah bentuk dari aktivitas transaksi penjualan yang tidak
langsung menjadi kas, namun menambah nominal pada piutang
usaha.

2.2.4 Defenisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari


posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
25

kinerja keungan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi


sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan untuk
membuat keputusan ekonomi.

Menurut Sutrisno (2004:9) laporan keuangan merupakan


hasil dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yakni
Neraca dan Laporan Laba-Rugi. Maka berdasarkan definisi diatas
penulis meyimpulkan bahwasanya laporan keuangan adalah hasil
daripada aktifitas yang terjadi di perusahaan yang disampiakan
dalam bentuk laporan berbahasa akuntansi yang berguna bagi para
pemangku kepentingan.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari :


1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
2. Laporan posisi keuangan dan penghasilan komprehensif lain
selama periode.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
4. Laporan arus kas selama periode.
5. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat
sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali
pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi
pos-pos dalam laporan keuangannnya.
6. Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya.
7. Dan catatan atas laporan keuangan yang berisi kebijakan
akuntansi yang signifikan dan penjelasan lainnya.

2.2.5 Posisi dan Kinerja Keuangan


Posisi keuangan entitas dipegaruhi oleh sumber daya
ekonomi yang dikendalikannya, struktur keuangannya, likuiditas
dan solvabilitasnya, serta kemampuan untuk beradaptasi dalam
26

menghadapi perubahan lingkungan. Informasi mengenai kinerja


entitas, khususnya profitabilitas diperlukan untuk menilai
perubahan potensial dalam hal sumber daya ekonomi yang
kemungkinan akan dikendalikan di masa datang.
Informasi mengenai kinerja bermanfaat untuk memprediksi
kapasitas entitas untuk menghasilkan kas dari sumber daya yang
ada. Informasi perubahan posisi keuangan bermanfaat untuk
menilai aktifitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode
pelaporan. Informasi ini dijadikan dasar bagi pengguna untuk
menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas (dan setara
kas) serta kemampuan entitas untuk memanfaatkan arus kas
tersebut. Informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan laba
rugi. Informasi posisi keuangan terutama disajikan dalam neraca.
Sedangkan informasi perubahan posisi keuangan disajikan dalam
laporan tersendiri.
Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwasanya
kinerja perusahaan ialah bentuk dari pencapaian suatu entitas dan
sebagai gambaran dalam menilai suatu keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya.

2.3 Lokasi Penelitian


Perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk tugas ini adalah
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang terletak di Sudirman Plaza,
Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta
12910 – Indonesia .
27

2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung sejak tanggal 15 September


sampai dengan 03 Oktober 2020.

2.5 Operasional Variabel

Tabel 2. Operasional Vaariabel


Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Kinerja Keuangan
adalah capaian kerja
yang dijadikan sebagai
Kinerja a. Neraca
acuan yang digunakan Nominal
Keuangan b. Laporan
untuk mengukur prestasi
Laba Rugi
sebuah organisasi atau
perusahaan
Rasio perputaran
piutang usaha adalah
rasio yang digunakan
untuk menghitung
Rasio Piutang a. RTO
berapa piutang usaha Nominal
Usaha b. ACP
terjadi dan seberapa
lama piutang
dikonversikan menjadi
kas.
28

2.6 Kerangka Pemikiran

PT. Indofood CBP


Sukses Makmur Tbk

Laporan Keuangan

Neraca Awal Neraca Akhir


Tahun Tahun
Laporan Keuangan

Piutang Piutang
Usaha Usaha

Rata-rata Piutang Usaha Penjualan Kredit

Rasio Perputaran Piutang Usaha

Analisis Rasio Perputaran Piutang


Usaha pada PT. Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Data

1. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan
variabel lain. Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya
kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa adanya. Kinerja
peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer,
fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto)
kemudian dijelaskan seperti apa adanya (dicetak jadi foto yang
menggambarkan objek apa adanya.

2. Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan dua variabel atau lebih. Kedua variabel bisa jadi tidak
berhubungan atau mandiri. Tujuan penelitian ini antara lain untuk bisa
menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.

3. Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari
hubungan antara satu varibal dengan varibal lain. Hubungannya bisa
simetris, kausal, atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan
anatara dua variabel yang bersifat sejajar, sama. Contoh penelitian
asosiatif simetris : hubungan antara kemampuan matematis dengan

29
30

kemampuan berbahasa. Hubungan kausal adalah hubungan yang


bersifat sebab-akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi
variabel yang lain (dependen).

Untuk penelitian ini, penulis mennggunakan jenis data deskriptif


tanpa membandingkan dan melihat pengaruh di dalamnya.

Menurut Sugiyono (2014:6-7) terdapat dua jenis data dalam


penelitian yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh,
ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto. Data kualitatif dibedakan
menjadi dua, yaitu data kualitatif empiris dan data kualitatif bermakna.
a. Data kualitatif empiris adalah data sebagaimana adanya (tidak
diberi makna).
b. Data kualitatif bermakna adalah data dibalik fakta yang tampak.
2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan/scoring. Data kuantatif dibedakan menjadi dua, yaitu
data diskrit dan kontinum.
a. Data diskrit sering juga disebut data nominal, adalah merupakan
data kuantitatif yang satu sama lain terpisah, tidak dalam satu garis
kontinum. Data ini diperoleh dari hasil menghitung/membilang
b. Data kontinum adalah data kuantitatif yang satu sama lain
berkesinambungan dalam satu garis. Data ini diperoleh dari hasil
mengukur, seperti mengukur derajat kesehatan, berat badan,
motivasi, kemampuan, IQ dan lain-lain.
Data kontinum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu data ordinal,
interval, dan ratio.
1) Data ordinal merupakan data kuantitatif yang berbentuk
peringkat/ranking. Antar ranking jaraknya tidak sama.
2) Data interval merupakan data kuantitatif kontinum yang
jaraknya sama. Tetapi tidak mempunyai nilai absolut.
31

3) Data ratio adalah data kuantitatif kontinum yang jaraknya sama


dan mempunyai nilai nol absolut/mutlak.

Untuk penelitian ini penulis menggunakan jenis data


kuantitatif yang diukur berdasarkan data rasio.

3.2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangatlah penting dalam sebuhaah


penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, bila dilihat dari
sumber datanya maka pengumpulan data dapat mengunakan sumber
primer dan sumber sekunder. Dalam penulisan penelitian ini ada bebarapa
metode pengumpulan data diantaranya (Sugiyono, 2014 : 224).

1. Wawancara
Sebagai mana dinyatakan oleh Esterberg (2002) Seperti dikutip
oleh Sugiyono (2014 :226) bahwa wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dinkonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara adalah teknik pengumpulan data secara lisan
kepada subjek penelitian, yang dilakukan dengan cara tatap muka
langsung maupun dengan cara tidak langsung (Sanusi, 2012 : 115)

2. Studi pustaka
Teknik pengumpulan data dengan membaca cara mempelajari
buku dan artikel maupun informasi lainya yang berkaitan dengan
masalah yang di teliti
32

3. Observasi
Sebagai mana dinyatakan oleh Nasution (1988) Seperti dikutip
oleh Sugiyono (2014 :226) bahwa observasi ialah dasar dari semua
ilmu pengetahuan. Obervasi ialah cara pengumpulan data melalui
proses pencatatan prilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian
sistematis atau tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi terhadap
objek dan subjek yang diteliti. (Sanusi, 2012, hal. 110)

4. Angket (Kuesioner)
Merupakan teknik pengumpulan data di mana partisipan/
responden mengisi pertanyaaan atau pertanyaan kemudian setelah
diisi dengan lengakp mengembalikan kepada peneliti.

Untuk pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian


ini adalah studi pustaka dan observasi.

3.3 Pengolahan Data

Dalam melakukan penelitian ini metode pengolahan data yang digunakan


adalah:
1. Menurut Sugiyono, Metode penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan,
dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang
tidak dapat dijelaskan, diukur, atau digambarkan melalui pendekatan
kuantitatif.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan fenomena
yang terjadi di masyarakat secara mendalam dengan cara
mengumpulkan data secara dalam dan lengkap. Dalam penelitian ini
kelengkapan dan kedalaman data yang diteliti merupakan suatu yang
33

sangat penting.
Dalam peneitian kualitatif, apabila dalam penelitian yang
dilakukan semakin dalam dan teliti, maka akan semakin baik. Pada
umumnya penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit,
sehingga dalam penelitiannya lebih fokus pada kedalaman data.

2. Menurut Kasiram , Penelitian metode kuantitatif adalah metode


penelitian yang mengunakan proses data-data yang berupa angka
sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama
mengenai apa yang sudah diteliti.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan
dan menggunakan cara-cara matematis, teori-teori serta hipotesis yang
berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kasus. Proses pengukuran
adalah bagian penting dalam metode penelitian kuantitatif, karena hal
tersebut memberikan hubungan yang kuat dari pengamatan yang
empiris dengan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan
kuantitatif.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan pengolahan data


metode kuantitatif.

3.4 Sumber Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber data dengan observasi langsung (Sugiyono, 2014 : 224).
Sedangkan data primer menurut Kuncoro (2009 : 145) ialah data yang
di dapat di kumpulkan dari sumber – sumber asli untuk tujuan
tertentu. Menurut Sanusi, (2012) data primer ialah data yang pertama
kali dicatat dan di kumpulkan oleh peneliti. Jadi dapat kita simpulkan
34

dari pendapat para ahli diatas bahwa data primer ialah data yang
pertama kali dicatat dan diperoleh langsung dari sumbernya aslinya
dengan tujuan tertentu.

2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data pendukung yang di peroleh dari sumber
lain yang atau lewat perantara lain yang berkaitan dengan penelitian
(Sugiyono, 2014 : 224) dan Kuncoro,( 2009 : 145) menyatakan
bahwa data sekunder adalah data yang telah di kumpulkan oleh pihak
lain, peneiliti dapat mencari sumber data ini melalui sumber data lain
yang berkaita dengan data yang ingin dicari.
Menurut Sanusi (2012) data sekunder ialah data yang sudah
tersedia dan di kumpulkan oleh pihak lain di luar instansi yang di
teliti. Jadi data sekunder ialah data pendukung yang di peroleh bukan
dari sumber aslinya yang telah tersedia dan di kumpulkan oleh pihak
lain di luar instansi tersebut.

Untuk data yang diperoleh selama penelitian ini, penulis


menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia. Data yang diperoleh adalah data laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2016 sampai dengan tahun
2019.

3.5 Teknik Analisa Data

Untuk metode peneli tian yang digunakan penulis dalam penelitian


ini berupa metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan metode analisis yang
digunakan adalah rasio perputaran piutang usaha :
Rasio ini menunjukan kualitas piutang usaha dan kemampuan manajemen
dalam melakukan aktivitas penagihan piutang usaha tersebut.
35

Rasio perputaran piutang usaha


𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
= (𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛+𝑝𝑖𝑢𝑎𝑡𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)/2

Atau

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Rasio perputaran piutang usaha = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14


Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor
pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai
21, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia.
Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi
di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Malaysia.

Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah


CAB Holding Limited (miliki 50,07% saham INDF), Seychelles,
sedangkan induk usaha terakhir dari Indofood Sukses Makmur Tbk
adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Saat ini,
Perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), antara lain: Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
(ICBP) dan Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup


kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan
industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan,
kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil
pembuatan karung terigu.

36
37

Indofood telah memiliki produk-produk dengan merek yang


telah dikenal masyarakat, antara lain mi instan (Indomie, Supermi,
Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam),
dairy (Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Indomilk Champ, Calci
Skim, Orchid Butter dan Indoeskrim), makan ringan (Chitato,
Lays, Qtela, Cheetos dan JetZ), penyedap makan (Indofood, Piring
Lombok, Indofood Racik dan Maggi), nutrisi & makanan khusus
(Promina, SUN, Govit dan Provita), minuman (Ichi Ocha, Tekita,
Caféla, Club, 7Up, Tropicana Twister, Fruitamin, dan Indofood
Freiss), tepung terigu & Pasta (Cakra Kembar, Segitiga Biru,
Kunci Biru, Lencana Merah, Chesa, La Fonte), minyak goreng dan
mentega (Bimoli dan Palmia)

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

A. Visi

“Menjadi Total Food Solutions Company”

B. Misi

1. Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami


dan teknologi kami.
2. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif,dan
terjangkau.
3. Produk yang disukai oleh pelanggan.
4. Untuk memastikan ketersediaan produk-produk kami
kepada pelanggan domestik dan internasional.
38

5. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan


kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan penekanan
pada gizi.
6. Untuk terus meningkatkan stakeholders ‘value’.

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki struktur


organisasi berbentuk garis, yang mana bawahannya hanya
mengenal satu atasan dan begitu pula pertanggungjawaban yang
diberikan sesuai dengan instruksi atasan. Fungsinya ialah untuk
memudahkan dalam melakukan pengawasan dan pengalihan
wewenang terhadap bawahan
39

4.2 Hasil

Dalam mengukur tingkat perputaran piutang pada PT. Indofood


CBP Sukses Makmur Tbk, penulis menggunakan rasio perputaran piutang
usaha (RTO). Rasio perputaran piutang usaha dihitung sebagai hasil bagi
antara besarnya tingkat penjualan kredit dengan rata-rata piutang usaha.
Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha (APC) dihitung sebagai hasil
bagi antara 365 hari (jumlah hari dalam setahun) dengan rasio perputaran
piutang usaha

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran piutang


usaha dan lamanya rata-rata penagihan piutang usaha :

Penjualan Kredit
RTO = (Piutang usaha awal tahun+Piutang usaha akhir tahun)/2

365 Hari
ACP = Rasio perputaran piutang usaha

Berikut ini adalah tabel yang menunjukan data penjualan kredit


dan piutng usaha PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Tabel 3.Data Penjualan Kredit dan Piutang Usaha


(Dalam Jutaan)
Tahun Penjualan Kredit Piutang Usaha
2016 Rp 34.375.236 Rp 3.893.925
2017 Rp 35.606.593 Rp 4.126.439
2018 Rp 38.413.407 Rp 4.271.236
2019 Rp 42.296.703 Rp 4.131.950
40

Grafik 1. Penjualan Kredit

Penjualan Kredit (2016-2019)

45,000,000
40,000,000
35,000,000
30,000,000
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0
2016 2017 2018 2019

Grafik 2. Piutang Usaha

Piutang Usaha (2016 - 2019)

4,300,000

4,200,000

4,100,000

4,000,000

3,900,000

3,800,000

3,700,000
2016 2017 2018 2019
41

Perputaran tingkat perputaran piutang PT. Indofood CBP Sukses


Makmur Tbk, antara lain :

1. Tahun 2017

Rp.35.606.593
RTO =
(Rp.3.893..925 + Rp.4.126.493) / 2

Rp.35.606.593
=
Rp.4.010.182

= 8,87 Kali

365 hari
ACP = = 41,14 hari
8,87 kali

2. Tahun 2018

Rp.38.413.407
RTO =
( Rp.4.126.439 + Rp.34.271.356 ) / 2
Rp.38.413.407
=
Rp.4.198.897,5

= 9,14 kali

365 hari
ACP =
9,14 kali

= 39,93 hari
42

3. Tahun 2019

Rp.42.296.703
RTO =
( Rp.4.271.356 + Rp. 4.131.950 )/ 2
Rp.42.296.703
=
Rp. 4.201.653

= 10,06 kali

365 hari
ACP =
10,06 kali

= 36,28 hari

Tabel 4. Hasil perhitungan RTO dan ACP

Tahun RTO (Kali) ACP (hari)


2017 8,87 41,14
2018 9,14 39,93
2019 10,06 36,28
43

Grafik 3. Account Receveible Turn Over (RTO)

Account Receveible Turn Over (RTO)

10.2
10
9.8
9.6
9.4
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
2017 2018 2019

Grafik 4. Average Collection Period (ACP)

Average Collection Period

42.0
41.0
40.0
39.0
38.0
37.0
36.0
35.0
34.0
33.0
2017 2018 2019
44

4.3 Pembahasan

Pada dasarnya jangka waktu normal suatu perusahaan dalam


mengumpulkan piutang dalam 3 tahun adalah 1095 hari. Berdasarkan
perhitungan diatas jangka waktu penagihan ACP tahun 2017,2018 dan
2019 sangat cepat yakni 41 hari, 39 hari dan 36 hari. Sehingga dapat
dikatakan bahwa aktifitas penagihan piutang yang dilakukan pihak
manajemen sangat berjalan efektif.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis selama 3 tahun terakhir yang dilakukan oleh


penulis dengan menggunakan data laporan keuangan tahun 2016 sampai
dengan tahun 2019 dan rasio perputaran piutang usaha sebagai alat ukur.
Maka penulis mendapati bahwasanya tahun 2017, 2018, dan 2019 aktifitas
penagihan piutang usaha sangat efektif. Sebab pada 3 tahun tersebut
periode penagihan piutang sangat singkat yakni 41, 39 dan 36 hari dan
berada dibawah jangka waktu normal perusahaan dalam mengkonversikan
piutang menjadi kas yaitu 3 tahun (1095 hari). Hal ini menunjukkan
bahwasanya kinerja manajemen dalam rangka aktifitas pengumpulan
piutang sudah dilaksanakan dengan sangat efektif dan efisien. Dan sudah
seharusnya untuk dipertahankan dan ditingkatkan menjadi lebih baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, adapun saran


yang dapat penulis sampaikan, yakni :

1. Perusahaan hendaknya mempertahankan sistem manajemen yang ada


sampai saat ini karena kinerja yang dinilai baik.
2. Perusahaan diharapkan untuk dapat terus memperbaiki serta
melakukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan penagihan piutang
yang ada.

45
46

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Lilis. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta. Andi offset.

IAI. 2015. Pengantar Akuntansi. Sumatera Selatan. Rriz Grafika

Zulhawati,Ifah. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta.

https://tedas.id/pendidikan/kuliah/kuantitatif-dan-kualitatif/

(Diakses pada Minggu, 03 Oktober 2020, Pukul 13:32)


47

Lampiran 1. Laporan Neraca 2016-2017


48
49

Lampiran 2. Laporan Laba/Rugi 2016-2017


50

Lampiran 3. Laporan Neraca 2018=2019


51
52

Lampiran 4. Laporan Laba/Rugi 20018-2019

Anda mungkin juga menyukai