Anda di halaman 1dari 112

MAKALAH

MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL SCHOOL

“Keterbagian, Bilangan Prima,


Bilangan Komposit, dan Bilangan Kuadrat”

Oleh:

Khilyah Munawaroh (170210101127)


Nur Izzatun Nisa’ Liliyan (170210101136)
Yosua Alfa Gunawan (170210101150)

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keterbagian, bilangan prima, bilangan komposit, dan bilangan kuadrat ini tepat
pada waktunya. Makalah ini kami buat dengan maksud memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dengan harapan dapat memperoleh hasil
yang maksimal selain sebagai sumber referensi dan bahan pembelajaran bagi
pembaca dan kami pribadi.
Ada pun isi dari makalah ini yakni membahas tentang keterbagian,
bilangan prima, bilangan komposit, dan bilangan kuadrat. Dalam makalah ini
kami mencoba menguraikan maksud dan beberapa penjelasan mengenai
keterbagian, bilangan prima, bilangan komposit, dan bilangan kuadrat. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karna
keterbatasan waktu, sumber referensi, maupun kemampuan diri kami pribadi
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dari
para pembaca.

Bondowoso, 23 Oktober 2019

Penyusun
Keterbagian

 Definisi :
Suatu bilangan bulat 𝑞 habis dibagi oleh suatu bilangan bulat 𝑝 ≠
0 jika ada suatu bilangan bulat 𝑥 sehingga 𝑞 = 𝑝𝑥
 Notasi:
 𝑝 | 𝑞 dibaca 𝑝 membagi 𝑞, 𝑝 faktor dari 𝑞, 𝑞 habis dibagi 𝑝, atau 𝑞
kelipatan dari 𝑝
 p ∤ 𝑞 dibaca 𝑝 tidak membagi 𝑞, 𝑝 bukan faktor dari 𝑞, 𝑞 tidak habis
dibagi 𝑝, atau 𝑞 bukan kelipatan dari 𝑝
Contoh :
a. 6 | 18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18 = 6.3
b. 12 ∤ 15 sebab tidak ada bilangan bulat 𝑥 sehingga 15 = 12. 𝑥

 Sifat - sifat Keterbagian


a. 𝑎|0, 1|𝑎, 𝑎|𝑎.
b. 𝑎|1 jika dan hanya jika 𝑎 = ±1.
c. Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑐|𝑑, maka 𝑎𝑐|𝑏𝑑.
d. Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑐, maka 𝑎|𝑐.
e. Jika 𝑎𝑏|𝑐, maka 𝑎|𝑐 dan 𝑏|𝑐.
f. Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑎 jika dan hanya jika 𝑎 = ±𝑏.
g. Jika 𝑎|𝑏 dan 𝑎|𝑐 maka 𝑎|(𝑏𝑥 + 𝑐𝑦) untuk sebarang bilangan bulat 𝑥
dan 𝑦.

 Teorema-teorema Keterbagian
a. Teorema 1
Jika 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ, dan 𝑝 | 𝑞, maka 𝑝 | 𝑞𝑟 untuk semua 𝑟 ∈ ℤ
b. Teorema 2
Jika 𝑝 , 𝑞, 𝑟 ∈ ℤ, 𝑝 | 𝑞, dan 𝑞 | 𝑟 , maka 𝑝 | 𝑟
c. Teorema 3
Jika 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ, 𝑝 | 𝑞 dan 𝑞 | 𝑝, maka 𝑝 = 𝑞
d. Teorema 4
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟 ∈ ℤ, 𝑝 | 𝑞 dan 𝑝 | 𝑟, maka 𝑝 | 𝑞 + 𝑟
e. Teorema 5
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟 ∈ ℤ, 𝑝 > 0, 𝑞 > 0, dan 𝑝 | 𝑞, maka 𝑝 ≤ 𝑞
f. Teorema 6
𝑝 | 𝑞 jika dan hanya jika 𝑘𝑝 | 𝑘𝑞 untuk semua 𝑘 ∈ ℤ dan 𝑘 ≠ 0
g. Teorema 7
Jika 𝑝, 𝑞, 𝑟 ∈ ℤ, 𝑝 ≠ 0, 𝑝 | 𝑞 + 𝑟, dan 𝑝 | 𝑞, maka 𝑝 | 𝑟
h. Teorema 8. Algoritma Pembagian
Jika 𝑝, 𝑞 ∈ ℤ dan 𝑝 > 0, maka ada bilangan-bilangan 𝑟, 𝑠 ∈ ℤ yang
masing-masing tunggal sehingga 𝑞 = 𝑟𝑝 + 𝑠 dengan 0 < 𝑠 < 𝑝.
Jika p tidak membagi q, maka s memenuhi ketidaksamaan 0 < 𝑠 <
𝑝.
Dari pernyataan 𝑞 = 𝑟𝑝 + 𝑠, 0 ≤ 𝑠 < 𝑝, 𝑟 disebut hasil bagi
(quotient), 𝑠 disebut sisa (remainder), 𝑞 disebut yang dibagi (dividend)
dan 𝑝 disebut pembagi (divisor). Kita secara tradisi menggunakan
istilah algoritma meskipun sesungguhnya algoritma pembagian bukan
merupakan suatu algoritma.agar lebih mudah dalam memahami
langkah-langkah pembuktian, simaklah dengan cermat uraian berikut:
Ditentukan dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4 | 7, maka dapat
dibuat barisan aritmetika 7 − (𝑟. 4) dengan 𝑥 ∈ ℤ
untuk 𝑟 = 3, 7 − (𝑟. 4) = 7 − 12 = −5
untuk 𝑟 = 2, 7 − (𝑟. 4) = 7 − 8 = −1
untuk 𝑟 = 1, 7 − (𝑟. 4) = 7 − 4 = 3
untuk 𝑟 = 0, 7 − (𝑟. 4) = 7 – 0 = 7
untuk 𝑟 = −1, 7 – (𝑟. 4) = 7 – (−4) = 11
dan seterusnya, sehingga diperoleh barisan … , −5, −1, 3, 7, 11, …
Barisan ini mempunyai suku-suku yang negativf, dan suku-suku yang
tidak negatif sebagai unsur-unsur himpunan T.
𝑇 = {3, 7, 11, … } atau 𝑇 = {7 – (4. 𝑟)|𝑟 ∈ ℤ, 7 – (4. 𝑟) ≥ 0}
Karena 𝑇 𝑁 dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka menurut
prinsip urutan rapi, 𝑇 mempunyai unsur terkecil.
Perhatikan bahwa unsur terkecil 𝑇 adalah 3.
Karena 3 ∈ 𝑇, maka 3 = 7 – (4. 𝑟) untuk suatu 𝑟 ∈ ℤ. dalam hal
ini 𝑟 = 1, sehingga 3 = 7 − (4.1), atau 7 = 1.4 + 3
Dengan demikian dapat ditentukan bahwa:
7 = 1.4 + 3 dengan 0 ≤ 3 < 4
Karena 4 │ 7, maka 7 = 𝑟. 4 + 𝑠 dengan 𝑟 = 1 dan 𝑠 = 3
Perhatikan bahwa untuk 4, 7 ∈ ℤada 𝑟, 𝑠 ∈ ℤsehingga 7 = 𝑟. 4 + 𝑠
dengan 0 ≤ 𝑠 < 4 Marilah sekarang kita membuktikan teorema 8
i. Teorema 9

Jika q ∈ ℤ dan q > 1, maka setiap n ∈ ℤ+ dapat dinyatakan secara


k k-1 2 1 0
tunggal dalam bentuk n = pk q + pk -1q + ….. + p2q + p1q + p0q
yang mana k ∈ ℤ, k ≥ 0, pt ∈ ℤ, 0 ≤ pt < q – 1, t = 0, 1,…, k dan pk ≠ 0

Bilangan Prima
 Definisi:
Bilangan asli yang lebih besar dari 1 dan hanya bisa dibagi oleh 2
bilangan yaitu satu dan bilangan itu sendiri. Sebagai contoh, 19 adalah
bilangan prima karena 19 hanya habis dibagi oleh 19 dan 1. Hampir semua
bilangan prima adalah bilangan ganjil dan angka 2 merupakan satu-
satunya bilangan prima genap.

 Kriteria Bilangan Prima:


1. Bilangan yang habis dibagi dengan 1 dan bilangan itu sendiri.
2. Angka 1 bukan merupakan bilangan prima
3. Angka 2 merupakan bilangan prima
 Contoh Bilangan Prima Kurang dari 100
2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67,
71, 73, 79, 83, 89, 97
 Contoh Bilangan Prima Kombinasi 3 Digit
101, 103, 107, 109, 113, 127, 131, 137, 139, 149, 151, 157, 163,
167, 173, 179, 181, 191, 193, 197, 199, 211, 223, 227, 229, 233, 239, 241,
251, 257, 263
 Contoh Bilangan Prima Kombinasi 4 Digit
1009, 1013, 1019, 1021, 1031, 1033, 1039, 1049, 1051, 1061,
1063, 1069, 1087, 1091, 1093, 1097, 1103, 1109, 1117, 1123, 1129, 1151,
1153, 1163, 1171, 1181

Bilangan Komposit

 Pengertian Bilangan Komposit


Bilangan komposit (bilangan tersusun)ialah bilangan asli lebih
dari satu dan bukan merupakan bilangan prima. Bilangan komposit
bisa dinyatakan sebagai faktorisasi bilangan bulat, ataupun hasil
perkalian dua bilangan prima atau lebih. Sepuluh bilangan komposit
yang pertama yaitu 4,6,8,9,10,12,14,15,16, dan 18. Bisa juga disebut
sebagai bilangan yang memiliki faktor lebih dari dua.

 Contoh Bilangan Komposit


a) Bilangan komposit kurang dari 10
Yaitu: 4, 6, 8 dan 9
b) Sepuluh bilangan komposit yang pertama
Yaitu: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16 dan 18
c) Bilangan komposit yang kurang dari 20 (duapuluh)
Yaitu: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16 dan 18
d) Bilangan komposit sebuah dadu
4 dan 6
e) Bilangan komposit yang kurang dari 15
4, 6, 8, 9, 10, 12 dan 14
f) Bilangan komposit yang kurang dari 11
4, 6, 8, 9 dan 10
g) Bilangan komposit dari 1 sampai 50
Yaitu: 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27,
28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 44, 45, 46, 48 dan 49

 Lambang Himpunan Bilangan Komposit


Secara umum tak ada lambang khusus pada bilangan komposit,
akan tetapi untuk menyatakan suatu bilangan komposit biasa
memakai simbol huruf ‘K’ (huru k besar).

 Cara Mengetahui Bilangan Komposit


a) Cek apakah bilangan tersebut bisa dibagi 1
b) Cek apakah bilangan tersebut dapat dibagi dengan dirinya
sendiri
c) Cek apakah bilangan tersebut dapat dibagi dengan bilangan
lainnya ( bilangan prima selain 1 dan dirinya sendiri)
d) Sehingga bisa diketahui bahwa bilangan tersebut merupakan
bilangan komposit atau bukan.
Contoh :
Angka 4 termasuk bilangan komposit ?
a. Dibagi dengan 1 (4 : 1 = 4)
b. Dibagi dengan dirinya sendiri 4 (4 : 4 = 1)
c. Dibagi dengan bilangan lainnya yang juga merupakan
bilangan prima (4 ÷ 2 = 2)
d. Sehingga bisa diketahui bahwa angka 4 didapatkan dari
perkalian 2 bilangan prima yaitu 2 × 2.

Bilangan Kuadrat

 Pengertian Bilangan Kuadrat


Bilangan Kuadrat ialah sebuah bilangan bulat positif yang
diperoleh dari hasil perkalian suatu bilangan tertentu dengan bilangan itu
sendiri sebanyak satu kali. Yang dalam bahasa Matematika biasa
dinyatakan dengan pangkat dua. Pangkat dua itulah yang disebut dengan
Kuadrat.
Perhatikan contoh bilangan kuadrat berikut:
16, 25, 36, 64, 81.
Beberapa contoh bilangan di atas merupakan bilangan-bilangan
kuadrat yang dihasilkan dari hasil perkalian sebuah bilangan dengan
bilangan itu sendiri.
Kita ambil contoh misalkan 64 adalah bilangan yang didapat
dari hasil perkalian antara 8 x 8, atau ditulisnya 8² (delapan kuadrat).

 Cara Mendapatkan Bilangan Kuadrat


Terdapat langkah – langkah bagaimana cara agar kita
mendapatkan bilangan kuadrat.
Cara – cara tersebut yaitu:
a) Pilihlah sembarang bilangan a yang ingin kita cari bilangan
kuadratnya tersebut
b) Kemudian, kalikan bilangan a tersebut dengan bilangan itu
sendiri sebanyak satu kali saja
c) Lalu bilangan yang didapat setelah kita melakukan perkalian
inilah yang disebut sebagai bilangan kuadrat. Karena bilangan
kuadrat itu ialah hasil kuadrat dari a ( yang ditulis a ²) .

 Bilangan Kuadrat Pangkat 3


Perhatikanlah kembali contoh-contoh bilangan kuadrat pada
pembahasan diatas sebelumnya. Pada contoh-contoh bilangan kuadrat
tersebut, terdapat beberapa bilangan kuadrat yang cukup unik.
Bilangan kuadrat tersebut diantaranya ialah bilangan 64.
Bilangan 64 dianggap sebagai bilangan kuadrat yang cukup
unik karena bilangan kuadrat ini adalahmerupakan hasil pangkat tiga
dari bilangan 4.
Bilangan yang demikian ini disebut sebagai Bilangan Kuadrat
Pangkat Tiga. Adapun contoh-contoh bilangan kuadrat pangkat tiga
yang lain ialah sebagai berikut:
Bilangan Kuadrat Pangkat Tiga antara 1 sampai dengan 5000
a) 64 ialah merupakan hasil kuadrat dari 8 (ditulisnya 8²) dan
juga hasil pangkat tiga dari 4 (ditulisnya 4³)
b) 729 ialah merupakan hasil kuadrat dari 27 (ditulisnya 27²) dan
juga hasil pangkat tiga dari 9 (ditulisnya 9³)
c) 4.096 ialah merupakan hasil kuadrat dari 64 (ditulisnya 64²)
dan juga hasil pangkat tiga dari 16 (ditulisnya 16³)
SOAL

1. Diketahui: (𝑎1 𝑎0) = 𝑎1 . 10 + 𝑎0 dan 3 | t


Tunjukkan bahwa t | 𝑎1 + 𝑎0
Jawab :
t = 𝑎1 .10 + 𝑎0 =𝑎1 (9 + 1) + 𝑎0 = 9𝑎1 + (𝑎1 + 𝑎0 )
3 | t atau 3 | 9𝑎0 + (𝑎1 + 𝑎0 ) dan 3 | 9𝑎0 , maka menurut teorema 7, 3 |
𝑎1 + 𝑎0
2. Given numbers x and y, not more than 2018 and x2 + y2, respectively, are
divided by 121. If pairs (x,y) and (y,x) are not distinguished, then many
pairs (x,y) is.....
Jawab :

Diketahui nilai x ≤ 2018 dan y ≤ 2018, serta dan x2 + y2 = 121a,


2 2
nilai a bilangan asli. Dengan memperhatikan bahwa x + y habis dibagi
121, hal ini memiliki arti bahwa pasangan (x, y) terkecil adalah (11, 11)
dan pasangan terbesar adalah 11a ≤ 2018, yaitu (2013, 2013), Sehingga
2013
banyaknya nilai x dan y yang memenuhi adalah = 183
11

Dengan demikian banyaknya pasangan nilai x dan y yang memenuhi,


didapat :
11 berpasangan dengan 11, sampai 11 berpasangan dengan 2013 (ada 183)
22 berpasangan dengan 22, sampai 22 berpasangan dengan 2013 (ada 182)
. .
. .
. .
. .
. .
2012 berpasangan dengan 2012, sampai 2012 berpasangan dengan 2013
(ada 2)
2013 berpasangan dengan 2013 (ada 1)
Dengan demikian, banyak pasangannya adalah
1 + 2 + ... + 182 + 183 = (184 × 91) + 92
= 16.836
Jadi, banyak pasangan (x,y) yang memenuhi adalah ada 16.836

3. Dita dan ayu mempunyai sebuah bilangan, bilangan yang dimiliki ayu
merupakan lawan dari bilangan yang dimiliki dita. Jika bilangan yang
dimiliki oleh dita dikalikan dengan yang dimiliki oleh ayu kemudian
dibagi dengan –18, maka hasilnya adalah bilangan prima yang kurang dari
3. Tentukanlah bilangan-bilangan yang dimiliki oleh dita dan ayu!
Jawab :
Bilangan prima yang kurang dari 3 adalah 2.
Misalkan bilangan yang dimiliki dita adalah m. Jika bilangan tersebut
dikalikan dengan lawannya / bilangan yang dimiliki ayu (lawan dari m = –
m) kemudian dibagi dengan –18 hasilnya 2.
Maka bentuk operasi hitungnya adalah sebagai berikut.
(Bilangan m × lawan bilangan m)/(–18) = 2
⇒ (m × (–m))/(–18) = 2
⇒ (–m2)/(–18) = 2
⇒ –m2 = 2 × (–18)
⇒ –m2 = –36
⇒ m2 = 36
⇒ m2 = 62
⇒m=6
Jadi, bilangan yang miliki oleh dita dan ayu adalah 6.
DAFTAR PUSTAKA

Muhsetyo, Gatot. 1997. Teori Bilangan Edisi 1 Buku Materi Pokok


MPMT5202/3SKS/Modul 1-9. Jakarta: Universitas Terbuka

https://aimprof08.wordpress.com/2015/11/02/keterbagian/
MAKALAH MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL
SCHOOL

“ FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB), ALGORITMA


EUCLID, MODULO “

Disusun oleh : Kelompok 10

1. Ummul Lathifah (170210101140)


2. Syahril Maghfiro (170210101143)
3. Munibatul Hidayah (170210101156)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
A. Faktor Persekutuan Terbesar (Faktor Persekutuan Terbesar)

FPB adalah faktor persekutuan terbesar. Jika sembarang bilangan bulat 𝑎, 𝑏, dan 𝑑,
dimana 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏 maka 𝑑 adalah pembagi terbesar GCD (Greatest Common
Divisor) dari 𝑎 dan 𝑏.

Jika 𝑎|𝑏 dan FPB keduanya adalah 1, maka 𝑎 dan 𝑏 dikatakan relatif prima

Contoh Soal:

(IMO 1959)

21𝑛+4
Prove that the fraction 14𝑛+3 is irreducible for every natural number 𝑛.

21𝑛+4
Buktikan bahwa pecahan 14𝑛+3 , tidak dapat disederhanakan untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ

Penyelesaian:

21𝑛+4
Perhatikan bahwa pecahan tidak dapat disederhanakan artinya pembilang dan
14𝑛+3

penyebut nya relatif prima, maka GCD (21𝑛 + 4,14𝑛 + 3) = 1. Sehingga ada
bilangan 𝑎 dan 𝑏 yang memenuhi
(21𝑛 + 4)𝑎 + (14𝑛 + 3)𝑏 = 1
⟺ 7𝑛(3𝑎 + 2𝑏) + (4𝑎 + 3𝑏) = 1

Supaya memenuhi untuk setiap 𝑛, maka:


3𝑎 + 2𝑏 = 0 |× 3| 9𝑎 + 6𝑏 = 0 ...(1)
4𝑎 + 3𝑏 = 1 |× 2| 8𝑎 + 6𝑏 = 2 ...(2)

Persamaan 1 dikurangi 2, maka:


𝑎 = −2 dan 𝑏 = 3

21𝑛+4
Jadi, terbukti bahwa pecahan 14𝑛+3 tidak dapat disederhanakan untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ.

B. Algoritma Euclid

Algoritma Euclid biasa digunakan untuk menghitung FPB (gcd) dari dua bilangan
yang besar, metode atau algoritma ini dikemukakan oleh matematikawan Yunani
kuno bernama Euclid.Algoritma ini memudahkan dalam perhitungan FPB dari
sembarang bilangan bulat, meskipun bilangan-bilangan bulat tersebut cukup besar.
Lemma 1.1.Jika a; b; q; r 2 Z dengan a = bq + r, maka gcd(a; b) = gcd(b; r).

Bukti:
Dimisalkan 𝑔𝑐𝑑(𝑎; 𝑏) = 𝑑. Akan ditunjukkan bahwa 𝑔𝑐𝑑(𝑏; 𝑟) = 𝑑.
Diketahui𝑔𝑐𝑑(𝑎; 𝑏) = 𝑑, maka 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏.
Diketahui 𝑎 = 𝑏𝑞 + 𝑟, maka 𝑟 = 𝑎 − 𝑏𝑞,
Akibatnya 𝑑|(𝑎 − 𝑏𝑞) = 𝑟. Selanjutnya, dimisalkan 𝑐|𝑏 dan 𝑐|𝑟, maka 𝑏 = 𝑐𝑘
dan 𝑟 = 𝑐𝑙untuk suatu 𝑐, 𝑙 ∈ 𝑍.
Diperoleh 𝑎 = 𝑏𝑞 + 𝑟 = 𝑐𝑘𝑞 + 𝑐𝑙 = 𝑐(𝑘𝑞 + 𝑙), sehingga 𝑐|𝑎.
Karena 𝑔𝑐𝑑(𝑎; 𝑏) = 𝑑, 𝑐|𝑎dan 𝑐|𝑏, maka 𝑐|𝑑.
Dengan demikian, terbukti bahwa 𝑔𝑐𝑑(𝑏; 𝑟) = 𝑑.

Teorema 1.2(Algoritma Euclid).


Diberikan 𝑎; 𝑏 ∈ 𝑍 dengan 𝑎, 𝑏 > 0. Dimisalkan 𝑟0 = 1dan 𝑟2 = 𝑏. Jika
algoritma pembagian berhasil mendapatkan 𝑟𝑗 = 𝑟𝑗+1 𝑞𝑗+1 + 𝑟𝑗+2, dengan 0 <
𝑟𝑗+2 < 𝑟𝑗+1 untuk 𝑗 = 0, 1, 2, … , 𝑛 − 2 dan 𝑟𝑛+1 = 0, maka 𝑔𝑐𝑑(𝑎; 𝑏) = 𝑟𝑛 , yaitu
sisa terkecil yang tidak nol pada seluruh proses algoritma pembagian.
Bukti:
Diketahui 𝑟0 = 𝑎 dan 𝑟1 = 𝑏 dengan 𝑟0 ≥ 𝑟1 . Salanjutnya, 𝑎 dibagi 𝑏 sesuai
menggunakan beberapa algoritma pembagian diperoleh 𝑟0 = 𝑟1 𝑞1 + 𝑟2 , untuk suatu
𝑞1 , 𝑟2 ∈ 𝑍.Apabila diperoleh 𝑟2 ≠ 0, maka proses dilanjutkan dengan membagi 𝑟1
dengan 𝑟2 . Proses ini dilakukan sampai diperoleh suatu 𝑟𝑛+1 = 0, yaitu:
𝑟0 = 𝑟1 𝑞1 + 𝑟2 0 ≤ 𝑟2 ≤ 𝑟1
𝑟1 = 𝑟2 𝑞2 + 𝑟3 0 ≤ 𝑟3 ≤ 𝑟2
.
.
.
𝑟𝑗−2 = 𝑟𝑗−1 𝑞𝑗−1 + 𝑟𝑗 0 ≤ 𝑟𝑗 ≤ 𝑟𝑗−1
.
.
.
𝑟𝑛−3 = 𝑟𝑛−2 𝑞𝑛−2 + 𝑟𝑛−1 0 ≤ 𝑟𝑛−1 ≤ 𝑟𝑛−2
𝑟𝑛−2 = 𝑟𝑛−1 𝑞𝑛−1 + 𝑟𝑛 0 ≤ 𝑟𝑛 ≤ 𝑟𝑛−1
𝑟𝑛−1 = 𝑟𝑛 𝑞𝑛
Proses ini pasti berhenti sampai diperoleh suatu𝑟𝑛 + 1 = 0, hal ini dikerenakan sisa
suatu pembagian terkecil yang mungkin adalah 0, serta fakta bahwa
𝑟1 > 𝑟2 > ⋯ > 𝑟𝑛−1 > 𝑟𝑛 > 𝑟𝑛+1 = 0
Menggunakan Lemma 1.1. diperoleh bahwa
𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑔𝑐𝑑(𝑟0 , 𝑟1 ) = 𝑔𝑐𝑑(𝑟1 , 𝑟2 ) = ⋯ = 𝑔𝑐𝑑(𝑟𝑛−1 , 𝑟𝑛 ) = 𝑔𝑐𝑑(𝑟𝑛 , 0) = 𝑟𝑛
Dengan demikian terbukti bahwa 𝑔𝑐𝑑(𝑎, 𝑏) = 𝑟𝑛 .
Contoh Soal:
Buktikan bahwa jika 𝑔𝑐𝑑 (𝑎, 𝑏) = 1 dan 𝑎|𝑏𝑐, maka 𝑎|𝑐
Penyelesaian:
Bukti :
Karena 𝑔𝑐𝑑 (𝑎, 𝑏) = 1, maka terdapat bilangan-bilangan 𝑚 dan 𝑛 sehingga 1 =
𝑚𝑎 + 𝑛𝑏.
Diketahui 𝑎|𝑏𝑐, berarti terdapat bilangan bulat 𝑘 sehingga 𝑏𝑐 = 𝑎𝑘.
Dengan menggandakan persamaan 1 = 𝑚𝑎 + 𝑛𝑏 dengan 𝑐 didapat :
𝑐 = 𝑚𝑎𝑐 + 𝑛𝑏𝑐
𝑐 = 𝑚𝑎𝑐 + 𝑛𝑎𝑘
𝑐 = 𝑎(𝑚𝑐 + 𝑛𝑘)
↔ 𝑎|𝑐
C. Modulo
Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positif, a dan b adalah suatu bilangan bulat. a
dikatakan kongruen b modulo n, ditulis

𝑎 ≡ 𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑛)

𝑛|𝑎−𝑏

Dimana 𝑛 ≠ 0

Sifat-sifat
Misalkan n suatu bilangan bulat positif dan a, b, c, dan d bilangan bulat sebarang
berlaku:

1. 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) jika dan hanya jika ada bilangan bulat t 𝑎 = 𝑏 + 𝑛𝑡


Contoh:
23 ≡ −17 (𝑚𝑜𝑑 8)
23 = −17 + 5.8
23 + 17 = 5.8
40 = 40
2. 𝑎 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
Bukti:
𝑛|𝑎−𝑎
𝑛. 𝑡 = 𝑝 − 𝑝

0=0

3. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑏 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)


Bukti:
𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛|𝑎−𝑏
𝑛. 𝑡 = 𝑎 − 𝑏 × (−1)
(−𝑡)𝑛 = −(𝑎 − 𝑏)
(−𝑡)𝑛 = −𝑎 + 𝑏
(−𝑡)𝑛 = 𝑏 − 𝑎
𝑛|𝑏−𝑎
𝑏 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
4. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) dan 𝑏 ≡ 𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑎 ≡ 𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
Bukti:
 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛|𝑎−𝑏
𝑛𝑡 = 𝑎 − 𝑏
 𝑏 ≡ 𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛|𝑏−𝑐
𝑛𝑠 = 𝑏 − 𝑐
 𝑛𝑡 = 𝑎 − 𝑏
𝑛𝑠 = 𝑏 − 𝑐 +
𝑛𝑡 + 𝑛𝑠 = 𝑎 − 𝑐
𝑛 (𝑡 + 𝑠) = 𝑎 − 𝑐
𝑛|𝑎−𝑐
𝑎 ≡ 𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
5. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) dan 𝑐 ≡ 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑎 + 𝑐 ≡ 𝑏 + 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
Bukti:
 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛|𝑎−𝑏
𝑛𝑡 = 𝑎 − 𝑏
𝑎 = 𝑛𝑡 + 𝑏
 𝑐 ≡ 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛|𝑐−𝑑
𝑛𝑠 = 𝑐 − 𝑑
𝑐 = 𝑛𝑠 + 𝑑
 𝑎 = 𝑛𝑡 + 𝑏
𝑐 = 𝑛𝑠 + 𝑑 +
𝑎 + 𝑐 = 𝑛𝑡 + 𝑛𝑠 + 𝑏 + 𝑑
𝑎 + 𝑐 = 𝑛 (𝑡 + 𝑠) + (𝑏 + 𝑑)
(𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑑) = 𝑛 (𝑡 + 𝑠)
𝑛 | (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑑)
𝑎 + 𝑐 = 𝑏 + 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
6. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) dan 𝑐 ≡ 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑎𝑐 ≡ 𝑏𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
7. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑎 + 𝑐 ≡ 𝑏 + 𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
8. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑛) maka 𝑎𝑐 ≡ 𝑏𝑐 (𝑚𝑜𝑑 𝑛)

Contoh Soal:

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga 𝑥 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 10).


Penyelesaian:
𝑥 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 10)
x – 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.
Jika k = 0, 1, 2, 3, … maka berturut-turut x = 1, 11, 21, 31, …
Begitu pula k = -1, -2, -3, … maka berturut-turut x = -9, -19, -29, …

Dua barisan tersebut digabungkan sehingga himpunan penyelesaiannya 𝑥 ≡


1 (𝑚𝑜𝑑 10) adalah {...,-29, -19, -9, 1, 11, 21, 31,...}
MAKALAH MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL SCHOOL

“ Persamaan Diophantine “

Disusun oleh :jn

1. M. Ade nur Hidayat (170210101135)


2. Dinar Dwi Yuliyanti (170210101142)
3. Alfi Khusniatin (170210101147)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
A. Mata kuliah
Mathematics For International School
B. Materi
Persamaan Diophantine
C. Pembahasan

 Persamaan linier Diophantine


Persamaan linier diophantine merupakan persamaan linier yang memuat dua
variabel atau lebih
Tujuanya yaitu menentukan penyelesaian atau solusi dari persamaan linier
tersebut
Cara menyelesaikan persamaan linier diophantine
1. Cara biasa : menngunakan Algoritma Euclid
2. Cara reduksi
3. Cara kongruensi

 Persamaan linier Diophantine 2 variabel


Teorema 1
Ditentukan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍 dan 𝑑 = (𝑎, 𝑏)
Jika 𝑑 ∤ 𝑐 maka persamaan 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 tidak mempunyai penyelesaian
Jika d membagi c maka persamaan 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐 mempunyai selesaian bulat
𝑏
tak hingga banyaknya yaitu pasangan (𝑥, 𝑦) dimana 𝑥 = 𝑥0 + (𝑑) 𝑛 dan
𝑎
𝑦 = 𝑦0 − (𝑑) 𝑛 dengan 𝑛 ∈ 𝑍 dan (𝑥, 𝑦) adalah selesaian khusus.

Teorema 2
Ditentukan 𝑝, 𝑞 ∈ 𝑁
Maka (𝑝, 𝑞) = 𝑟𝑛 𝑝 + 𝑙𝑛 𝑞, 𝑛 = 0,1,2, … yang mana 𝑟𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑛 adalah suku ke n
dan barisan barisan yang secara rekursif didefinisikan sebagai :
𝑟0 = 1 , 𝑙0 = 0
𝑟1 = 0 , 𝑙1 = 1
Dan
𝑟𝑖 = 𝑟𝑖−2 − 𝑘𝑖−1 − 1
𝑙𝑖 = 𝑙𝑖−2 − 𝑘𝑖−1 𝑙𝑖−1
Untuk 𝑖 = 2,3, … , 𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑖 adalah hasil bagi dalam algoritma Euclides
memperoleh (p,q)

 Persamaan linier Diophantine 3 variabel


Kita akan memperluas Persamaan Diophantine linear untuk tiga variabel,

ax + by + cz = d.

Proses mencari solusi dari persamaan ini diharapkan juga merupakan perluasan
dari Persamaan Diophantine linear sebelumnya. Untuk itu kita akan
menentukan suatu persyaratan agar Persamaan Diophantine itu memiliki
solusi.
Seperti halnya dalam Persamaan Diophantine dua variabel, kita misalkan
fpb(a, b, c) = m. Dari sini kita memiliki m | a, m | b dan m | c. Berdasarkan
definisi pembagian, terdapat bilangan bulat p, q, dan r sehingga

a = mp, b = mq, dan c = mr


Dengan mensubstitusikan nilai a, b, dan c ini pada Persamaan Diophantine,
kita memperoleh

mpx + mqy + mrz = d ⇔ m(px + qy + rz) = d


Agar persamaan Diophantine itu memiliki solusi, maka nila x, y, dan z
haruslah merupakan bilangan bulat. Dengan demikan, persamaan terakhir di
atas menunjukkan bahwa m | d atau fpb(a, b, c) | d yang merupakan
persyaratan agar Persamaan Diophantine ax + by + cz = d memiliki solusi.
 Persamaan Diophantine Non Linier

Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikan persamaan non linir diophantine,


diantaranya yaitu :

1.Triple Phytagoras

Dalil phytagoras menyatakan bahwa didalam sembarang segitiga siku–siku


,kuadrat

panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi–sisi yang lain.

Jika suatu segitiga siku-siku mempunyai sisi miring C maka sisi-sisi yang lain
adalah

a dan b, maka hubungan antara a,b dan c menurut dalil Phytagoras adalah :

𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2

Tiga bilangan bulat positif x , y dan z yang memenuhi hungan dalil


Phytagoras

disebut Triple Phytagoras

Beberapa Triple Phytagoras

3,4,5 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 52 = 32 + 42

5,12,13 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 132 = 52 + 122

Definisi 7.4

Suatu tripel Pythagoras x,y,z disebut primitive Pythagoras jika ( x,y,z) =1

Lemma 1

Jika x,y, z adalah suatu primitive triple Pythagoras maka ( x, y) = (x,z ) = (y,z ) =1

Lemma 2
Jika x,y, z adalah suatu primitive triple Pythagoras maka x adalah suatu bilangan
genap

dengan y adalah suatu bilangan ganjil atau x adalah suatu bilangan ganjil dan y
adalah suatu

bilangan genap

Lemma 3

Jika r,s dan t adalah bilangan bilangan bulat positif sehingga (r,s)=1 dan 𝑟𝑠 = 𝑡 2 ,
maka tentu ada bilangan bilanagn bulat m dan n sehingga 𝑟 = 𝑚2 𝑑𝑎𝑛 𝑠 = 𝑛2

Teorema 1

Suatu triple (x,y,z) dengan y adalah genap, adalah suatu triple phytagoras
primitif jika dan hanya jika ada dua bilangan bulat positif relatif prima m dan n ,
m > n, dengan m ganjil dan n genap, atau n genap dan m ganjil, sehingga :

𝑥 = 𝑚2 − 𝑛2 , y = 2mn dan 𝑧 = 𝑚2 + 𝑛2

Teorema 2

Jika 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑁 𝑑𝑎𝑛 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 1, maka persamaan diophantine 𝑥 2 + 2𝑦 2 = 𝑧 2


mempunyai selesaiana :𝑥 = |𝑟 2 − 2𝑠|2 𝑑𝑎𝑛 𝑧 = 𝑟 2 + 2𝑠 2 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑟, 𝑠 >
0 𝑑𝑎𝑛 (𝑟, 2𝑠) = 1

Teorema 3

Jika r dan s adalah bilangan bilanagan jumlah kuadrat, maka rs juga merupakan
bilangan jumlah kuadrat

Teorema 4

Jika p adalah suatu bilangan prima ganjil yang mempunyai bentuk 4k+1, maka
tentu ada 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑚2 + 𝑛2 = 𝑡𝑝 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡 ∈ 𝑍 + 𝑑𝑎𝑛 𝑡 < 𝑝

Teorema 5
Jika p adalah suatu bilangan prima, dan p tidak kongruen dengan 3 modulo 4,
maka tentu ada 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑍 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑚2 + 𝑛2 = 𝑝, yaitu p merupakan bilangan
jumlah kuadrat

Teorema 6

Suatu bilangan bulat positif n adlah bilangan jumlah kuadrat jika dan hanya jika
faktor faktor prima dalam pemfaktoran prima n yang mempunyai bentuk 3(mod
4), mempunyai pangkat yang genap

Teorema 7

Jika r dan s adalah bilangan bilangan bulat positif dan masing masing merupakan
bilangan jumlah empat kuadrat, maka rs juga merupakan bilangan jumlah empat
kuadrat

2. Persamaan Pell

persamaan Pell 𝑥 2 − 𝑑𝑦 2 = 𝑘dengan 𝑑 > 1 dimana d adalah bilangan bulat


positif dan bukan kuadrat sempurna dan k juga bilangan bulat dan tidak
diketahui nilai x dan y nya. Selain itu persamaan Pell ini mempunyai selesaian
bilangan bulat positif.

3. Metode Pemfaktoran

Jika diberikan persamaan 𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 0 maka persamaan


𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 0 ekuivalen dengan
𝑓1 (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 )𝑓2 (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 )𝑓3 (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) … 𝑓𝑘 (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) =
𝑎 dimana 𝑎, 𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , … , 𝑓𝑘 ∈ 𝑍 dan apabila 𝑎 memiliki faktorisasi prima yang
dapat dinyatakan dengan 𝑎 = 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑘 maka persamaan
𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 0 memenuhi sistem persamaan :

𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 𝑎1

𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 𝑎2
𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 𝑎3

𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 𝑎𝑘

4. Ketaksamaan

Penggunanan metode ketaksamaan dalam menyelesaikan persamaan


diophantine non liniar sangat berkaitan erat dengan interval yang cocok dengan
pertaksamaan itu sendiri. Pada umunya penyelesaian masalah dengan
menggunakan cara ini memberikan penyelesaian terbatas.

5. Metode Parametrik

Penggunaan metode parametrik sangat bermanfaat dalam menentukan solusi


bulat persamaan diophantine non linier, misalnya persamaan
𝑓(𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 ) = 0 dapat direpresentasikan ke dalam bentuk persamaan
parameter yaitu 𝑥1 = 𝑔1 (𝑘1 , … , 𝑘𝑚 ), 𝑥2 = 𝑔2 (𝑘1 , … , 𝑘𝑚 ), … , 𝑥𝑛 =
𝑔𝑛 (𝑘1 , … , 𝑘𝑚 ) dimana (𝑘1 , … , 𝑘𝑚 ) ∈ 𝑍. Dalam banyak kasus metode
parametrik memberikan solusi bulat tak hingga pada persamaan diophantine.

6. Metode Kongruensi

Dalam banyak situasi penggunaan modulo ( kongruensi ) banyak dilibatkna untuk


persamaan diophantine yang tidak dapat diselesaikan. Modulo dapat digunakan
untuk menyederhanakan persamaan yang akan ditentukan solusinya.

D. Soal dan Pembahasan


1. Tipe Soal RME

Seorang nenek meminta cucunya membeli dua macam buah, yaitu mangga
dan jeruk. Sang nenek memberikan uang 100000 rupiah kepada sang cucu
untuk mendapatkan sebanyak mungkin buah tetapi jeruk lebih banyak dari
mangga. Bila harga mangga 700 rupiah per biji dan jeruk 1300 rupiah per
biji, tentukan banyak buah yang harus dibeli oleh sang cucu.

Jawab :

Misalkan x menyatakan banyak mangga dan y banyak jeruk yang harus dibeli
maka permasalahan di atas dapat diformulasikan sebagai

700𝑥 + 1300𝑦 = 100000

𝑥, 𝑦 ≥ 0

𝑦>𝑥

Setelah disederhanakan kita mempunyai persamaan Diophantine

7𝑥 + 13𝑦 = 1000

Karena gcd(7; 13) = 1 maka dipastikan persamaan ini mempunyai


penyelesaian. Sehingga,

1 = 7 × 2 + 13 × (−1)

Jika kedua ruas dikalikan dengan 1000 diperoleh

1000 = 7 × 2000 + 13 × (−1000)

Sehingga diperoleh penyelesaian khususnya

𝑥0 = 2000 𝑑𝑎𝑛 𝑦0 = −1000

Penyelesaian umum persamaan ini diberikan oleh

𝑥 = 2000 + 13𝑛

𝑦 = −1000 − 7𝑛 ; 𝑛 ∈ 𝑍

Karena disyaratkan x ≥ 0 maka diperoleh


2000 + 13𝑛 ≥ 0

2000
𝑛≥−
13

𝑛 ≥ −153,84

𝑛 = {−153, −152, −151, … }

Syarat pada y ≥ 0 menghasilkan batasan n berikut

−1000 − 7𝑛 ≥ 0

1000
𝑛≤
−7

𝑛 ≤ −142,85

𝑛 = {… . , −145, −144, −143}

Syarat y > x memberikan hasil berikut

−1000 − 7𝑛 > 2000 + 13𝑛

𝑛 < −150

𝑛 = {… , −153, −152, −151}

Nilai n yang memenuhi ketiga syarat ini adalah

n = {-153, -152, -151}

Penyelesaian yang bersesuaian dengan n ini akan bernilai positif, tetapi kita
perlu

memilih n yang membuat nilai x + y terbesar. Perhatikan tabel berikut :

n x y x+y

-
11 71 82
153
-
24 64 88
152

-
37 57 94
151

Jadi sang cucu harus membeli 37 biji mangga dan 57 biji jeruk.

2. Olimpiade Matematika SMA

Tentukan solusi bulat dari persamaan 𝑥𝑦 = 2𝑥 − 𝑦

Penyelesaian:

Menggunakan Teknik Pemfaktoran

𝑥𝑦 = 2𝑥 − 𝑦 ⟺ 𝑥𝑦 − 2𝑥 + 𝑦 = 0

Dari persamaan 𝑥𝑦 − 2𝑥 + 𝑦 = 0 kedua ruasnya ditambahkan dengan −2


maka akan diperoleh

𝑥𝑦 − 2𝑥 + 𝑦 + (−2) = 0 + (−2)

𝑥𝑦 − 2𝑥 + 𝑦 − 2 = −2

(𝑥 + 1)(𝑦 − 2) = −2

Karena 𝑥 dan 𝑦 bilangan bulat , maka demikian juga dengan 𝑥 + 1 dan


𝑦 − 2. Dengan demikian ada 4 kejadian yang mungkin

 𝑥 + 1 = −1 dan 𝑦 − 2 = 2 maka diperoleh 𝑥 = −2, 𝑦 = 4


 𝑥 + 1 = 1 dan 𝑦 − 2 = −2 maka diperoleh 𝑥 = 0, 𝑦 = 0
 𝑥 + 1 = 2 dan 𝑦 − 2 = −1 maka diperoleh 𝑥 = 1, 𝑦 = 1
 𝑥 + 1 = −2 dan 𝑦 − 2 = 1 maka diperoleh 𝑥 = −3, 𝑦 = 3

Jadi semua solusi dapat kita nyatakan (−2,4), (0,0), (1,1), dan (−3,3)
3. Berbahasa inggris / tipe PISA

1 1 1 1
+ + + =1
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑

Given that 𝑎, 𝑏, 𝑐, dan 𝑑 are positif integer such that 𝑎 < 𝑏 < 𝑐 < 𝑑, how
many quadrupels (𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑) are solutions to above equation ?

Penyelesian :

Catatan :

1 1 1
− =
2 3 6

1 1 1
− =
3 4 12

1 1 1
− =
4 5 20

Secara umum dapat dituliskan :

1 1 1
= +
𝑛 𝑛 + 1 𝑛(𝑛 + 1)

Sekarang kita tahu

1 1
1= +
2 2
1 1 1 1 1 1
= 3 + 6 dan 6 = 7 + 42
2

Kombinasikan,sehingga didapat

1 1 1 1 1 1 1 1 1
1=2+2=2+3+6=2+3+ + 42
7

1 1 1
Dari 2 = 3 + 6

1
Kalikan dengan 3, maka
1 1 1
= 9 + 18
6

Kombinasikan lagi, sehingga didapat

1 1 1 1 1 1 1 1 1
1= + = + + = + + +
2 2 2 3 6 2 3 9 18
1 1 1 1
Dari 3 = 4 + 12 kalikan dengan 2, maka

1 1 1
= 8 + 24
6

Kombinasikan lagi sehingga didapat

1 1 1 1 1 1 1 1 1
1= + = + + = + + +
2 2 2 3 6 2 3 9 18

Terdapat tiga jawaban yang sudah terselesaikan

Untuk mendapatkan solusi yang lain dimulai dari

1 1 1
1= + +
2 4 4
1 1 1 1 1 1
Dipilih 4 = 5 + 20 atau 4 = 6 + 12

Dengan mengkombinasikan seperti cara diatas, maka didapat

1 1 1 1
1= + + +
2 4 5 20

1 1 1 1
1= + + +
2 4 6 12

Pertama kita punya catatan bahwa

1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
+ + + =( + )+ ( + ) = + <1
3 4 5 6 3 6 4 5 2 20

Artinya 𝑎 = 2

Selanjutnya
1 1 1 1 1 1 1 1 2 12
+ + + =( + )+ ( + ) = + >1
2 5 6 7 2 6 5 7 3 35

1 1 1 1 1 1 1 1 2 13
+ + + =( + )+ ( + ) = + <1
2 5 6 8 2 6 5 8 3 40

Artinya 𝑏 < 5

Karenanya kita punya (𝑎, 𝑏) = (2,3), (2,4)

Seharusnya (𝑎, 𝑏) = (2,3)

1 1 1
Kita harus menemukan 6 = 𝑐 + 𝑑

Ini berarti bahwa 6𝑐 + 6𝑑 = 𝑐𝑑

Dari pemfaktoran didapatkan (𝑐 − 6)(𝑑 − 6) = 36

36 dapat dipecah menjadi perkalian dua bilangan bulat

36 = 1 × 36,2 × 18,3 × 12,4 × 9

𝑐−6 𝑑−6 𝑐 𝑑
1 36 7 42
2 18 8 24
3 12 9 18
4 9 10 15

Jadi terdapat 4 jawaban jika

(𝑎, 𝑏) = (2,3)

(𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑) = (2,3,7,42), (2,3,8,24), (2,3,9,18), (2,3,10,15)

Seharusnya (𝑎, 𝑏) = (2,4)

1 1 1
Kita harus menemukan 4 = 𝑐 + 𝑑
Ini berarti bahwa 4𝑐 + 4𝑑 = 𝑐𝑑

Dari pemfaktoran didapatkan (𝑐 − 4)(𝑑 − 4) = 16

16 dapat dipecah menjadi perkalian dua bilangan bulat

16 = 1 × 16,2 × 8

𝑐−4 𝑑−4 𝑐 𝑑
1 16 5 20
2 8 6 12

Jadi terdapat 2 jawaban jika

(𝑎, 𝑏) = (2,4)

(𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑) = (2,4,5,6), (2,4,6,12)

Kesimpulanya ,terdapat 6 jawaban

(𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑) =
(2,3,7,42), (2,3,8,24), (2,3,9,18), (2,3,10,15), (2,4,5,6), (2,4,6,12)
Mathematics For Internasional School
Fungsi Dan Persamaan Trigonometri

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Diah Ayu Ratna N (170210101129)


2. Nur Karima (170210101133)
3. Lutfi Yustika Wardana (170210101157)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Fungsi Trigonometri
A. Fungsi Sinus Dan Cosinus
Dalam Aljabar, fungsi didefinisikan sebagai “relasi khusus yang memetakan
setiap anggota himpunan A dengan tepat satu anggota himpunan B”. semua
anggota himpunan A disebut “daerah asal fungsi” (domain). Semua anggota
himpunan B disebut daerah kawan” (kodomain). Sedangkan semua anggota B
yang dihubungkan dengan anggota himpunan A disebut “daerah hasil” (range).
Perhatikan gambar diagram panah pada gambar 1-1 berikut ini, dan gambar
manakah yang menunjukkan fungsi?

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1-1
Pada gambar 1-1 (a) dan (c) adalah fungsi, karena relasi yang ada
memetakan semua anggota himpunan A dengan tepat satu ke anggota
himpunan B. Sedangkan pada gambar 1-1 (b) dan (d) bukan fungsi, karena ada
anggota himpunan A yang dikawankan lebih dari satu ke anggota himpunan B

2
atau ada anggota himpunan A yang tidak dikawankan sama sekali.
Sekarang perhatikan gambar 1 - 2 berikut ini.

Q (6, 8)

P (3, 4)


P1 Q1
Gambar 1 – 2

Jika titik P (3, 4) dan titik Q (6, 8) terletak pada ruas garis OQ maka
panjang OP  r 1  5 dan OQ  r 2  10 (ingat triple Pythagoras). Untuk
komponen y
POP1  QOQ1   ,maka nilai perbandingan pada 
komponen r
4 8
POP1 dan  QOQ1 adalah sama, yaitu dan begitu juga nilai
5 10
komponen x
perbandingan pada kedua segitiga itu adalah sama, yaitu
komponen r
3 6
dan . Atau dengan kata lain, untuk nilai  yang sama akan menghasilkan
5 10
y r
perbandingan dan yang sama pula. Sebaliknya jika nilai  berbeda, maka
r r
y x
nilai perbandingan dan juga berbeda.
r r
y
Misalkan 1 maka nilai perbandingan adalah
r

y x
,  2 nilai perbandingan adalah a2 , 3 nilai perbandingan adalah b3
r r
dan seterusnya. Maka dapat dinyatakan dengan diagram panah sebagai berikut.
\

3
f g

1 a1
2 a2
1 b1
a3 2 b2
3
a 3 b3

 b

Gambar 1 – 3
Dari diagram panah diatas tampak bahwa fungsi f memetakan  ke a
dan fungsi g mematakan  ke b . Fungsi f yang menyatakan nilai
y
perbandingan untuk  disebut Fungsi sinus (disingkat sin) atau ditulis
r
y x
sin   , sedang fungsi yang menyatakan nilai perbandingan untuk 
r r
x
disebut Fungsi Cosinus (disingkat cos ) atau ditulis cos   .
r
Dalam setiap segitiga siku-siku, jika r = sisi miring (proyektum,
hypotenuse), x = sisi alas (proyeksi), dan y = sisi tegak (proyektor) dan 
sebagai sudut yang diapit oleh sisi alas dan sisi miring (lihat gambar 1 – 4),
maka definisi sinus dan cosinus adalah:

Panjang Sisi Tegak


Sinus Sudut  =
Panjang Sisi Miring
Panjang Sisi Alas
Cosinus Sudut  
Panjang Sisi Miring

Definisi diatas dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

. . . .(1 – 1)

y
a). sin  
r 4
x
b). cos  
r
. . . .(2 – 2)

Proyektor (y)
 x

B. Fungsi Tangen

y x
Jika nilai perbandingan dan pada Gambar 1 – 2 ditentukan oleh nilai
r r
y
 , maka nilai 2 perbandingan jika ditentukan oleh nilai  . Untuk itu nilai
x
y
 yang berbeda maka nilai perbandingan juga berbeda. Misalkan untuk  1
x
y y
nilai perbandingan adalah c1 ,  2 nilai perbandingan adalah c 2 ,  3 nilai
x x
y
perbandingan adalah c 3 , dan seterusnya. Maka dapat dinyatakan dalam
x
diagram panah sebagai berikut.

1 c1
2 5 c2
3 c3
Gambar 1 – 5
Dari diagram di atas tampak bahwa fungsi h memetakan  ke c . Hal ini di
y
katakan bahwa fungsi h menyatakan nilai perbandingan untuk  disebut
x
y
fungsi h yang menyatakan nilai perbandingan untuk  disebut Fungsi
x
y
tangent (singakatan tan ) atau ditulis tan  = . Dalam setiap segitiga siku-
x
siku, jika r = sisi miring (proyektum, hypotenuse), x = sisi alas (proyeksi),
dan y= sisi tegak (proyaktor) dan  sebagai sudut yang diapit oleh sisi alas
dan sisi miring (lihat Gambar 1 – 6 ), maka definisi tangent adalah:

Definisi diatas dapat ditulis dala bentuk fungsi sebagai berikut:


... (1 – 3)

Panjang sisi tegak


Tangent sudut  =
Panjang sisi alas

y
tan  
x

Y
Proyektor (y)

Proyektum (r)

Proyeksi x X

6
Gambar 1- 6

C. Fungsi Trignometri Lainnya

Selain ketiga fungsi diatas, kita juga mengenal fungi trigonometri lainnya
yaitu: secant (sec), cosecant (csc), cotangent (cot). Ketiga fungsi ini disebut
sebagai fungsi kebalikan (reciprocals function) yang didefinisikan sebagai
berikut:

(x, y)
r y


x

Gambar 1 – 7

r
(a) sec 
x
r ….(1-4)
(b) csc 
y ….(1-5)
….(1-6)
x
(c) cot  
y

Dari keenam definisi fungsi trigonometri di atas, kita mendapatkan


“Hubungan Rumus’ yang disebut “Rumus Kebalikan” dan “Rumus
Perbandingan”.
Rumus kebalikan adalah:

7
1 1
 sin    csc  
csc sin 
1 1
 cos   sec  
sec  cos 
1 1
 tan    cot  
cot tan 

Rumus kebalikan di atas dapat ditulis juga sebagai berikut:


1. sin  . csc  1
2. cos . sec =1
3. tan  . cot  1
Sedangkan rumus perbandingan adalah:

....(1-8)

sin 
(a). tan  
cos
cos
(b). cot 
sin 

Dari persamaan (1 – 1) sampai dengan (1 – 8) dapat diturunkan identitas-


identitas berikut:
....(1 – 9 )

(a). sin   cos   1


2 2

(b). sec   tan   1


2 2

(c). csc   cot   1


2 2

D. Nilai Fungsi Trigonometri di Berbagai Kwadran

Nilai fungsi trigonometri dari definisi (1-1) sampai dengan (1-6) hanya
berlaku untuk kwadran I. Sedangkan nilai fungsi pada kwadran II, III, dan IV
dapat diperhatikan dari Gambar 1-8 di bawah ini.
.

8
P(x, y) P x, y   0
  0

(i)  0 di kwadran 1 (ii)  di kwadran 2


0

0  0
0

P x, y  Px, y 

(iii)  0 di kwadran III (iv)  0 di kwadran IV


Gambar 1 – 8

Dengan melihat Gambar di atas kita dapat menentukan tanda fungsi jika  0
di kwadran 1 atau x positif dan y positif (gambar 1 – 8i), maka:
y
 positif   positif 
r
 sin  0   csc 0 
r y

 cos 0   positif   sec 0   positif 


x r
r x
 cot 0   positif 
x
 tan  0   positif 
y
x y

Jika  0 di kwadran III atau x negatif dan y negatif (gambar 1-8iii), maka:

9
y r
negatif 
 sin  0   positif   csc 0 
y
r
x r
negatif 
 cos 0   positif   sec 0 
x
r
x
 tan  0 
y
 positif   cot 0  negatif 
y
x

Jika  0 di kwadran IV atau x positif dan y negatif (gambar 1-8iv), maka:


y
sin  0  negatif 
r
x
 cos 0  negatif 
r
y
 tan  0  negatif 
x

10
Dengan demikian, maka tanda fungsi trigonometri dapat diringkas dalam tabel
dibawah ini.
0 sin  0 cos 0 tan  0
di csc 0 sec  0 cot  0
kwadran
I Positif Positif Positif
II Positif Negatif Negatif
III Negatif Negatif Positif
IV Negatif Positif Negatif

E. Nilai fungsi trigoonometri untuk sudut istimewa

Untuk sudut-sudut istimewa, yaitu 300 , 450 , dan 600 nilai fungsi trigonometri dapat
dicari dengan mengingat definisi (1-1) sampai (1-6) pada segitiiga dibawah ini;
Sudut istimewa 300
sin 300  1 csc 300  2
2
2
2 1 cos 300  1 3 sec 300 
2 3
1
tan 300  cot 300 = 3
30° 3
3
Gambar 1-9

Sudut Istimewa 60 2
3
60° 2
sin 600  1 3 csc 600 
2 3
cos 600  1 sec 600  2
2
a) Sudut istimewa 450
1
2 tan 600  3 cot 600 
3
1
1 sin 450  1 2 csc 450  2
2
30°
cos 450  1 2 sec 450  2
2
tan 45  1
0
cot 450  1
Sedangkan untuk sudut 00 dan 900 kita dapat mencarinya dengan definisi (1-1) sampai
dengan (1-6). Untuk sudut 00 berarti r berimpit dengan sumbu X atau r  x , sedangkan
y = 0 , sehingga:

sin 00  0
r
csc 00  r
0 sin 00  0 csc 00  td
cos 00  r
x
sec 00  r
x cos 00  1 sec 00  1
tan 00  0
x
cot 00  x
0 11 tan 00  0 cot 00  td
Untuk sudut 900 berarti berimpit dengan sumbu Y atau r = y, sedangkan x = 0,
sehingga,

sin 900  y csc 900  r sin 900  1 csc 900  1


r y
cos 900  r
0
sec 900  r
0 cos 900  0 sec 900  td
tan 900  y
0
cot 900  0
y
tan 900  td cot 900  0
Nilai fungsi trigonometri untuk sudut istimewa 00 , 300 , 450 ,600 dan 900 dapat
diringkas dalam tabel berikut:

00 900
a0 300 450 600

sin a0 0 1 1 2 1 3 1
2 2 2

cos a 0 1 3
1 2 1 2 1 0
2 2

tan a 0 0
3
1
t
3
3 d
csc a 0 2
td 2 2 1
3
sec a 0 2 t
1 2 2
3 d
cot a 0 td 1
3
0
3
3

Keterangan:
Td = tidak terdefinisi
bilangan
(hasil bagi antara bilangan nol atau td = )
nol

Persamaan Trigonometri

Persamaan trigonometri adalah persamaan yang mengandung perbandingan antara


sudut trigonometri dalam bentuk x. Penyelesaian persamaan ini dengan cara mencari
seluruh nilai sudut-sudut x, sehingga persamaan tersebut bernilai benar untuk daerah asal
tertentu.

Penyelesaian persamaan trigonometri dalam bentuk derajat yang berada pada


rentang 0° sampai dengan 360° atau dalam bentuk radian yang berada pada rentang 0

12
sampai dengan 2π.

1. Sinus
Jika sin 𝑝𝑥 = sin 𝑎 dengan p dan a dalah konstanta, maka
Dalam bentuk derajat:
𝑎 𝑘. 360°
𝑥1 = +
𝑝 𝑝

(180° − 𝑎) 𝑘. 360°
𝑥2 = +
𝑝 𝑝

Sebagai contoh:
sin 3𝑥 ° = 0,0° ≤ 𝑥 ≤ 360°

Maka:
sin 3𝑥 ° = 𝑠𝑖𝑛 360°

180 𝑘. 360°
𝑥1 = + = 60 + ( 𝑘 × 120), 𝑘𝑒 𝐵
3 𝑝

𝑥2 𝑘 × 120, 𝑘𝑒 𝐵

Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:

60 + (𝑘 × 120) ∪ (𝑘 × 120), 𝑘𝑒 𝐵

k = 0 → 𝑥1 = 60 atau 𝑥1 = 0
k = 1 → 𝑥1 = 180 atau → 𝑥2 = 120
k = 2 → 𝑥1 = 300 atau → 𝑥2 = 240
k = 3 → 𝑥2 = 360
Jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:
𝑎 𝑘(2𝜋)
(0, 60, 120, 180, 240, 300, 360 𝑥1 = 𝑝 𝑝
Dalam bentuk radian:
𝑎 𝑘(2𝜋)
𝑥1 = +
𝑝 𝑝

(𝑛−𝑎) 𝑘(2𝜋)
𝑥2 = +
𝑝 𝑝
Sebagai contoh :
sin 3𝑥 = 0
Maka:

13
sin 3𝑥 = sin 𝜋

𝜋 2𝜋
𝑥1 = +𝑘 × , 𝑘𝑒 𝐵
3 3

(𝜋 − 𝜋) 2𝜋 2𝜋
𝑥2 =
+𝑘 × =𝑘 × , 𝑘𝑒 𝐵
3 3 3
Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:

𝜋 2𝜋 2𝜋
+𝑘 × ∪𝑘 × , 𝑘𝑒 𝐵
3 3 3
𝜋
𝑘𝑛 = 0 → 𝑥1 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 2𝑥2 = 0
3

k=1 atau
k=2 atau
k=3
jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:

𝜋 4𝜋 5𝜋
(0, , 𝜋, , , 2𝜋)
3 3 3

2. Cosinus
Jika cos 𝑝𝑥 = cos 𝑎 dengan p dan α adalah konstanta, maka:
Dalam bentuk derajat:
𝑎 𝑘.360°
𝑥= ± +
𝑞 𝑝
Sebagai contoh:
2 cos(2𝑥 − 60° ) − √3 = 0,0° ≤ 𝑥 ≤ 360°
Maka:
2 cos(2𝑥 − 60° ) − √3 = 0
1
cos(2𝑥 − 60° ) = √3
2
cos(2𝑥 − 60° ) = cos 30°

Sehingga:
2𝑥 − 60° ± 30° + 𝑘 × 360°
2𝑥 = 60° ± 30° + 𝑘 × 360°
Diperoleh:
𝑥1 = 45° + 𝑘 × 180° , 𝑘𝑒 𝐵
𝑥2 = 15° + 𝑘 × 180° , 𝑘𝑒 𝐵

Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:


45° + 𝑘 × 180° ∪ 15° + 𝑘 × 180° , 𝑘𝑒 𝐵

14
𝑘 = 0 → 𝑥1 = 45° 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥2 = 15°
𝑘 = 1 → 𝑥1 = 45° + 180° = 225° 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑥2 = 15° + 180° = 115°
Jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:
156° , 45° , 115° , 225° )
Dalam bentuk radian:
𝑎 𝑘(2𝜋)
𝑥= ± +
𝑝 𝑝
Sebagai contoh
𝜋
2 cos (2𝑥 − ) − √3 = 0,0 ≤ 𝑥 ≤ 2𝜋
3
Maka:
𝜋
2 cos (2𝑥 − ) − √3 = 0
3

𝜋 1
cos (2𝑥 − ) = √3
3 2

𝜋 𝜋
cos (2𝑥 − 3 − cos 6 )
Sehingga:
𝜋 𝜋
2𝑥 − 3 = ± + 𝑘 2𝜋
6
𝜋 𝜋
2𝑥 − =± + 𝑘 × 2𝜋
3 6

Diperoleh:
𝜋
𝑥1 = 4 + 𝑘 × 𝜋, 𝑘𝑒 𝐵
𝜋
𝑥1 = + 𝑘 × 𝜋, 𝑘𝑒 𝐵
12

Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:


𝜋 𝜋
+𝑘 ×𝜋∪ + 𝑘 × 𝜋, 𝑘𝑒 𝐵
4 12
𝜋 𝜋
𝑘 = 0 → 𝑥1 = 4 atau 2 = 2𝑥 = 4
𝜋 𝜋 13
𝑘 = 1 → 𝑥1 = + 𝜋 atau 𝑥2 = 4 + 𝜋 = 𝜋
4 12

jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:


𝜋 𝜋 13𝜋 5𝜋
(12 , 4 , , )
12 4
3. Tangen
Jika tan 𝑝𝑥 = 𝑡𝑎𝑛 𝑎 dengan p dan a adalah konstanta, maka
Dalam bentuk derajat:
𝑎 𝑘.180°
𝑥= +
𝑞 𝑝
Sebagai contoh:
tan( 𝑥 − 45° ) = cot 90° , 0° ≤ 𝑥 ≤ 360°
Maka: 1

15
1
tan( 𝑥 − 45° ) = √3
3
tan(𝑥 − 45° = tan 30° )

Sehingga:
𝑥 − 45° = 30° + 𝑘 × 180
𝑥 = 45° + 30° + 𝑘 × 180
𝑥 = 75° + 𝑘 × 180
Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:
𝑥 = 75° + 𝑘 × 180, 𝑘𝑒 𝐵
𝑘 = 0 → 𝑥 = 75°
𝑘 = 0 → 𝑥 = 75° + 180° = 225°

Jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:


(75° , 225° )
Dalam bentuk radian:
𝑎 𝑘.(𝜋)
𝑥= +
𝑝 𝑝
Sebagai contoh:
𝜋 𝜋
tan (𝑥 − 4 ) = 𝑐𝑜𝑡 2 , 0 ≤ 𝑥 ≤ 2 𝜋
Maka:
𝜋 1
tan (𝑥 − 4 ) = √3
3
𝜋 𝜋
tan (𝑥 − ) = tan
4 6

Sehingga:
𝜋 𝜋
𝑥− = +𝑘 ×𝜋
4 6
𝜋 𝜋
𝑥= + +𝑘 ×𝜋
4 6
5𝜋
𝜋= +𝑘 × 𝜋
12
Menentukan himpunan penyelesaian umumnya yaitu:
5𝜋
𝑥= + 𝑘𝜋, 𝑘𝑒 𝐵
12
5𝜋
𝑘 = 0 → 𝑥 = 12
5𝜋 17𝜋
𝑘=1 →𝑥= + 𝜋=
12 12

Jadi, himpunan penyelesaian umumnya adalah:


5𝜋 17𝜋
( , )
12 12
Penyelesaian Persamaan Trigonometri
Persamaan trigonometri dapat memuat jumlah atau selisih dari sinus atau kosinus.

16
Untuk penyelesaiaannya dapat diubah menjadi bentuk persamaan yang memuat perkalian
sinus atau kosinus. Begitu juga jika dihadapkan dengan kasus sebaliknya.
Persamaan trigonometri untuk beberapa kasus dapat dirubah menjadi persamaan
kuadrat yang memuat sinus, kosinus, atau tangen. Penyelesaiannya didapat dengan metode
faktorisasi.
Ada persamaan trigonometri dalam bentuk 𝑎 cos 𝑥 + 𝑏 sin 𝑥 = 𝑐 yang dapat
diselesaikan dengan cara berikut:

𝑎 cos 𝑥 + 𝑏 sin 𝑥 = 𝑐 (kedua ruas dibagi a)

𝑏 𝑐
cos 𝑥 + sin 𝑥 =
𝑎 𝑎

𝑏
Misalkan tan 𝑎 = 𝑎, maka:

𝑐
cos 𝑥 + tan 𝑎 sin 𝑥 = 𝑎(kedua ruas dikali cos a)
𝑐
cos( 𝑥 − 𝑎) = cos 𝑎 ( )
𝑎
𝑏
Karena tan 𝑎 = , maka:
𝑎
𝑎
cos(𝑎) =
√𝑎2 + 𝑏 2
Sehingga,

𝑐 𝑎 𝑐
cos(𝑥 − 𝑎) = ( ) ( )=
𝑎 √𝑎 + 𝑏
2 2 √𝑎 + 𝑏 2
2

Berikut Contoh – Contohnya :

Contoh soal 1
Soal dan pembahasan berbahasa Indonesia dari Kontes Literasi Matematika (RME)

Contoh Soal
1. Seekor kelinci yang berada di lubang tanah tempat persembunyiannya melihat
seekor elang yang sedang terbang dengan sudut 60° (lihat gambar). Jika jarak antara
kelinci dan elang adalah 18meter, maka tinggi elang dari atas tanah adalah … meter.

17
Penyelesaian:
Sisi depan sudut 60° ditanyakan panjangnya dan sisi miring segitiga diketahui
panjangnya. Dengan demikian, perbandingan trigonometri yang dapat digunakan adalah
sinus, yakni:
𝑥
sin 60° =
18
1 𝑥
√3 =
2 18
1
𝑥 = 18 × √3 = 9√3
2
Jadi, tinggi elang dari atas tanah adalah 9√3 meter

Contoh soal 2
Soal dan pembahasan berbahasa inggris dari PISA/TIMSS/Olimpiade

𝝅 𝟐𝝅 𝟑𝝅 𝟏
Proof that 𝐜𝐨𝐬 𝟕 − 𝐜𝐨𝐬 + 𝐜𝐨𝐬 =𝟐
𝟕 𝟕
Pembahasan :

𝜋 2𝜋 3𝜋 1
cos 7 − cos + cos =2
7 7

18
2𝜋
𝜋 2𝜋 3𝜋 2 sin
7
cos 7 − cos + cos dikalikan dengan ( 2𝜋 )
7 7 2 sin
7
𝜋 2𝜋 2𝜋 2𝜋 3𝜋 2𝜋
2 cos sin −2 cos sin +2 cos sin
7 7 7 7 7 7
= 2𝜋
2 sin
7
3𝜋 𝜋 4𝜋 5𝜋 𝜋
sin −sin(− )−(sin −sin(0))+sin −sin
7 7 7 7 7
= 2𝜋
2 sin
7
3𝜋 𝜋 4𝜋 5𝜋 𝜋
sin +sin −𝑠𝑖𝑛 +sin −sin
7 7 7 7 7
= 2𝜋
2 sin
7
3𝜋 4𝜋 5𝜋
𝑠𝑖𝑛 −𝑠𝑖𝑛 +𝑠𝑖𝑛
7 7 7
= 2𝜋
2 𝑠𝑖𝑛
7
7𝜋 4𝜋 4𝜋 7𝜋 2𝜋
𝑠𝑖𝑛( − ) − 𝑠𝑖𝑛 +𝑠𝑖𝑛( − )
7 7 7 7 7
= 2𝜋
2 𝑠𝑖𝑛
7
4𝜋 4𝜋 2𝜋
𝑠𝑖𝑛 −𝑠𝑖𝑛 +𝑠𝑖𝑛
7 7 7
= 2𝜋
2 𝑠𝑖𝑛
7
2𝜋
𝑠𝑖𝑛
7
= 2𝜋
2 𝑠𝑖𝑛
7
1
= 2 (terbukti)

Contoh soal 3
Soal dan pembahasan berbahasa indonesia (dari berbagai sumber)

1. Pada segitiga ABC lancip, diketahui cos A = 4/5 dan sin B = 12/13 maka sin C = ...

a. 20/65
b. 36/65
c. 56/65
d. 60/65
e. 63/65

Pembahasan:I

Jika cos A = 4/5, maka: sin A = 3/5 (didapat dari segitiga siku-siku berikut ini:
(ingat ya, bahwa cos itu samping/miring dan sin itu depan/miring)

19
Jika sin B = 12/13 maka cos B = 5/13 (didapat dari segitiga siku-siku berikut ini:
Maka,

sin C = sin A . cos B + sin B . cos A


= 3/5 . 5/13 + 12/13 . 4/5
= 15/65 + 48/65
= 63/65

Daftar Pustaka

20
https://www.studiobelajar.com/persamaan-trigonometri/

file:///C:/Users/USER/Downloads/Tugas_Kelompok_Fungsi_Trigonometri_by_Ma.pdf

https://olimpiadematematika.wordpress.com/tag/trigonometri/

https://www.academia.edu/36433671/Tugas_mtk_soal_pembahasan_trigonometri

b)
c)

21
MAKALAH

MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL SCHOOL

ATURAN SINUS DAN COSINUS

Disusun oleh :

1. Peni Madilla (170210101125)


2. Juanda Aldiana (170210101132)
3. Anggita Fitri S (170210101152)

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Aturan Sinus Dan Cosinus

Aturan Sinus adalah aturan menjelaskan hubungan antara perbandingan


panjang sisi yang berhadapan dengan sudut terhadap sinus sudut pada segitiga.
Berdasarkan aturan sinus dalam segitiga ABC, perbandingan panjang sisi dengan
sinus sudut yang berhadapan dengan sisi segitiga mempunyai nilai yang sama.
Seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Pada ∆𝐴𝐶𝑅

𝐶𝑅
𝑆𝑖𝑛 𝐴 = → 𝐶𝑅 = 𝑏 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐴
𝑏

Pada ∆𝐵𝐶𝑅

𝐶𝑅
𝑆𝑖𝑛 𝐵 = → 𝐶𝑅 = 𝑎 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐵
𝑎

Berdasarkan dua persaman di atas dapat disimpulkan bahwa

𝐶𝑅 = 𝐶𝑅

𝑏 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐴 = 𝑎 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐵

𝑎 𝑏
=
𝑆𝑖𝑛𝐴 𝑆𝑖𝑛𝐵
Dengan cara yang serupa akan diperoleh persamaan aturan sinus seperti yang
diberikan pada persamaan di bawah.

𝑎 𝑏 𝑐
= =
𝑆𝑖𝑛𝐴 𝑆𝑖𝑛𝐵 𝑆𝑖𝑛𝐶

Fungsi aturan sinus di atas dapat digunakan untuk menentukan panjang sisi
segitiga yang belum diketahui. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mencari
besar sudut segitiga yang belum diketahui.

Aturan Cosinus merupakan aturan yang menjelaskan hubungan antara


kuadrat panjang sisi dengan nilai cosinus dari salah satu sudut pada segitiga.
Aturan cosinus dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur lain dalam suatu
segitiga sembarang untuk dua kasus yaitu saat tiga sisi ketahui dan saat dua sisi
dan sudut apitnya diketahui. Rumus aturan cosinus terdiri dari tiga buah
persamaan. Sesuai dengan jumlah sudut dan jumlah sisi pada segitiga. Perhatikan
gambar di bawah ini

Pada ∆𝐷𝐵𝐶

𝑆𝑖𝑛 𝐵 = → ℎ = 𝑎 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐵
𝑎

𝐷𝐵
𝐶𝑜𝑠 𝐵 = → 𝐷𝐵 = 𝑎 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵
𝑎

𝐴𝐷 = 𝐴𝐵 − 𝐷𝐵 = 𝑐 − 𝑎 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵

Pada ∆𝐴𝐷𝐶 dapat diperoleh persamaan di bawah (berdasarkan teorema


phytagoras)

𝐴𝐶 2 = 𝐴𝐷2 + 𝐶𝐷2

𝑏 2 = (𝑐 − 𝑎 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵)2 + ( 𝑎 ∙ 𝑠𝑖𝑛𝐵)2

𝑏 2 = 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵 + 𝑎2 ∙ 𝐶𝑜𝑠 2 𝐵 + 𝑎2 ∙ 𝑆𝑖𝑛2 𝐵

𝑏 2 = 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵 + 𝑎2 (𝐶𝑜𝑠 2 𝐵 + 𝑆𝑖𝑛2 𝐵)

𝑏 2 = 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵 + 𝑎2 ∙ 1

𝑏 2 = 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵 + 𝑎2

𝑏 2 = 𝑐 2 + 𝑎2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵

Persamaan akhir yang di atas merupakan salah satu aturan cosinus. Dengan
mengikuti langkah serupa seperti yang telah dikerjakan di atas, akan diperoleh
tiga buah persamaan aturan cosuinus. Tiga buah persamaan tersebut dapat dilihat
pada gambar di bawah.
𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐴

𝑏 2 = 𝑐 2 + 𝑎2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐵

𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑐 ∙ 𝐶𝑜𝑠𝐶

1.2 Contoh soal


 Soal Bahasa Indonesia (Olimpiade)

Luas segi-12 beraturan dengan masing – masing panjang sisinya 4 cm


adalah...

Penyelesaian:

Tinjau satu segitiga dari dua belas ssegitiga sama kaki yang kongruen.
360°
Besar sudut 𝜃 adalah = 30° , karena ∆𝑂𝐴𝐵 sama kaki (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑂𝐴 =
12
180°−30°
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑂𝐵). Maka 2 sudut yang lain sebesar = 75°.
2

1
Gunakan aturan sinus dan ingat kembali bahwa sin 30 ° = 2 𝑑𝑎𝑛 sin 75 ° =
1
(√6 + √2).
4

𝑂𝐴 𝐴𝐵
=
sin 75° sin 30°
𝑥 4
=
1 1
4 (√6 + √2) 2

𝑥 = 2(√6 + √2) 𝑐𝑚

Dengan menggunakan aturan luas segitiga pada trigonometri, diperoleh:


1
𝐿𝑂𝐴𝐵 = 2 ∙ 𝑂𝐴 ∙ 𝑂𝐵 ∙ sin 30°

1 1
= 2 ∙ 2(√6 + √2) ∙ 2(√6 + √2) ∙ 2

2 2
= (√6) + 2(√6)(√2) + (√2)

= (8 + 4(√3)) 𝑐𝑚2

Karena ada 12 segitiga yang kongruen, maka


𝐿𝑠𝑒𝑔𝑖−12 = 12 × (8 + 4(√3))

= (96 + 4(√3)) 𝑐𝑚2

Jadi, luas segi-12 beraturan tersebut adalah (96 + 4(√3)) 𝑐𝑚2

 Soal Bahasa Inggris

It is known that the triangle ABC with angle A is 60o angle B is 45o, and the
AC side length is 10 cm. The length of BC on the ABC triangle is…..

Penyelesaian:

𝐴𝐶 𝐵𝐶
=
𝑆𝑖𝑛 𝐵 𝑆𝑖𝑛 𝐴
10 𝐵𝐶
=
𝑆𝑖𝑛 45 𝑆𝑖𝑛 60
10 𝐵𝐶
=
1 1
2 √2 2 √3
1 1
√2 × 𝐵𝐶 = 10 × √3
2 2
1
10 × 2 √3
𝐵𝐶 =
1
2 √2

10√3
𝐵𝐶 =
√2

𝐵𝐶 = 5√6

Jadi panjang BC= 5√6

 Soal RME

Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan A ke pelabuhan B sejauh 40 km dengan


arah 30º dari A. Kemudian kapal berputar haluan dilanjutkan ke pelabuhan C
sejauh 60 km dengan arah 150º dari B. Jika kapal tersebut telah berlayar selama 2
jam, maka jarak terdekat dari pelabuhan A dan pelabuhan C adalah …
Penyelesaian :

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mencari jarak antara pelabuhan A


dan C dengan menggunakan aturan cosinus karena pada gambar diketahui panjang
kedua 2 sisi segitiga dan besar salah satu sudut yang diapit.

𝐴𝐶 = √𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 − 2 × 𝐴𝐵 × 𝐵𝐶 × cos 60°

1
= √402 + 602 − 2 × 40 × 60 ×
2

= √1600 + 3600 − 2400

= √2800

= √400 × 7

= 20√7

Jadi, jarak antara pelabuhan A dan pelabuhan C adalah 20√7 km.


MAKALAH MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL SCHOOL
“Rumus Jumlah dan Selisih Sudut”

Dosen Pengampu :
Robiatul Adawiyah, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Nanang Hadi Hariyanto (170210101130)
2. Alfin Nabila Taufik (170210101146)
3. Diva Setyo Anjani (170210101151)
Kelas D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan lindungan-nya. Akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan
lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mathematics Intenational School. Selain itu kami menyusun makalah ini
untuk menambah wawasan agar memahami tentang Rumus Jumlah dan
Selisih Sudut.
Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami
juga masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami menerima saran
ataupun kritikan dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik
dari sebelumnya. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Rumus Jumlah
dan Selisih Sudut ” . Semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat
bagi pembaca.
Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau
perkataan yang kurang berkenan (sopan) kami mohon maaf sebesar-
besarnya dan kami berterima kasih atas pihak pihak yangbersangkutan
dalam pembuatan makalah ini.

Bondowoso, 12 November 2019

Penyusun
Rumus Jumlah dan Selisih Sudut

Pengertian : Rumus Jumlah dan Selisih Dua Sudut adalah suatu cara untuk
mencari niali Sinus, Cosinus, dan Tangen yang akan digunakan untuk menentukan
nilai-nilai sudut yang tidak ada dalam sudut istimewa.

1. Aturan kosinus untuk jumlah dan selisih sudut


 Aturan kosinus jumlah
Perhatikan gambar dibawah ini :

Maka didapat :

𝐴(𝑟, 0)

𝐵(𝑟 cos 𝛼 , 𝑟𝑠𝑖𝑛𝛼)

𝐶(𝑟 cos(𝛼 + 𝛽) , 𝑟 𝑠𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽))

𝐷(𝑟 cos 𝛽 , −𝑟 sin 𝛽)

|𝐶𝐴| = |𝐵𝐷|

|𝐶𝐴|2 = |𝐵𝐷|2

Mencari panjang CA dengan jarak titik C dan A.

|𝐶𝐴|2 = (𝑥𝑎 − 𝑥𝑐 )2 + (𝑦𝑎 − 𝑦𝑐 )2

= (𝑟 − 𝑟 cos(𝛼 + 𝛽))2 + (0 − 𝑟 sin(𝛼 + 𝛽))2

= 𝑟 2 − 2𝑟 2 cos(𝛼 + 𝛽) + 𝑟 2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝛼 + 𝛽) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 (𝛼 + 𝛽)

= 𝑟 2 − 2𝑟 2 cos(𝛼 + 𝛽) + 𝑟 2 (𝑐𝑜𝑠 2 (𝛼 + 𝛽) + 𝑠𝑖𝑛2 (𝛼 + 𝛽))

= 𝑟 2 − 2𝑟 2 cos(𝛼 + 𝛽) + 𝑟 2 ∙ 1

= 2𝑟 2 − 2𝑟 2 cos(𝛼 + 𝛽)

= 2𝑟 2 (1 − cos(𝛼 + 𝛽))
Mencari panjang BD dengan jarak titik B dan D

|𝐵𝐷|2 = (𝑥𝐷 − 𝑥𝐵 )2 + (𝑦𝐷 − 𝑦𝐵 )2

= (𝑟 cos 𝛽 − 𝑟 cos 𝛼)2 + (−𝑟 sin 𝛽 − 𝑟 sin 𝛼)2

= 𝑟 2 cos2 𝛽 − 2𝑟 2 cos 𝛼 cos 𝛽 + 𝑟 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 + 𝑟 2 sin2 𝛽 +


2𝑟 2 sin 𝛼 sin 𝛽 + 𝑟 2 sin2 𝛼

= (𝑟 2 sin2 𝛽 + 𝑟 2 cos2 𝛽) + (𝑟 2 sin2 𝛼 + 𝑟 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼) −


2𝑟 2 cos 𝛼 cos 𝛽 + 2𝑟 2 sin 𝛼 sin 𝛽

= 𝑟 2 (sin2 𝛽 + cos2 𝛽) + 𝑟 2 (sin2 𝛼 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼) − 2𝑟 2 (cos 𝛼 cos 𝛽 −


sin 𝛼 sin 𝛽)

= 𝑟 2 + 𝑟 2 − 2𝑟 2 (cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)

= 2𝑟 2 − 2𝑟 2 (cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)

|𝐶𝐴|2 = |𝐵𝐷|2

2𝑟 2 (1 − cos(𝛼 + 𝛽)) = 2𝑟 2 − 2𝑟 2 (cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)

1 − cos(𝛼 + 𝛽) = 1 − (cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)

− cos(𝛼 + 𝛽) = −(cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)

cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽

 Aturan kosinus selisih

cos(𝛼 − 𝛽) = cos(𝛼 + (−𝛽))

cos(𝛼 − 𝛽) = cos 𝛼 cos(−𝛽) − sin 𝛼 sin(−𝛽)

cos(𝛼 − 𝛽) = cos 𝛼 cos 𝛽 + sin 𝛼 sin 𝛽


2. Aturan sinus untuk jumlah dan selisih sudut
 Aturan sinus jumlah

1
𝐿∆𝐴𝐵𝐶 = 2 ∙ 𝑎 ∙ 𝑏 ∙ sin(𝛼 + 𝛽)

𝐿∆𝐴𝐵𝐶 = 𝐿∆𝐴𝐶𝐷 + 𝐿∆𝐵𝐶𝐷

1 1 1
∙ 𝑎 ∙ 𝑏 ∙ sin(𝛼 + 𝛽) = 2 ∙ 𝑏 ∙ 𝑡 ∙ sin 𝛼 + 2 ∙ 𝑎 ∙ 𝑡 ∙ sin 𝛽
2

𝑏∙𝑡∙sin 𝛼+𝑎∙𝑡∙sin 𝛽
sin(𝛼 + 𝛽) = 𝑎∙𝑏

𝑏∙𝑡 𝑎∙𝑡
sin(𝛼 + 𝛽) = 𝑎∙𝑏 sin 𝛼 + 𝑎∙𝑏 sin 𝛽

𝑡 𝑡
sin(𝛼 + 𝛽) = 𝑎 sin 𝛼 + 𝑏 sin 𝛽

sin(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛽 ∙ sin 𝛼 + cos 𝛼 ∙ sin 𝛽

 Aturan sinus selisih


sin(𝛼 − 𝛽) = sin(𝛼 + (−𝛽))

sin(𝛼 − 𝛽) = cos(−𝛽) ∙ sin 𝛼 + cos 𝛼 ∙ sin(−𝛽)

sin(𝛼 − 𝛽) = cos 𝛽 ∙ sin 𝛼 − cos 𝛼 ∙ sin 𝛽


3. Aturan tangen untuk jumlah dan selisih sudut
 Aturan tangen jumlah

sin 𝛼
tan 𝛼 = cos 𝛼

sin(𝛼+𝛽)
= cos(𝛼+𝛽)

cos 𝛽∙sin 𝛼+cos 𝛼∙sin 𝛽


= cos 𝛼 cos 𝛽−sin 𝛼 sin 𝛽

cos 𝛽∙sin 𝛼 cos 𝛼∙sin 𝛽


+
cos 𝛼 cos 𝛽 cos 𝛼 cos 𝛽
= cos 𝛼 cos 𝛽 sin 𝛼 sin 𝛽

cos 𝛼 cos 𝛽 cos 𝛼 cos 𝛽

sin 𝛼 sin 𝛽
+
cos 𝛼 cos 𝛽
= sin 𝛼 sin 𝛽
1−
cos 𝛼 cos 𝛽

tan 𝛼+tan 𝛽
= 1−tan 𝛼 tan 𝛽

 Aturan tangen selisih

tan(𝛼 − 𝛽) = tan(𝛼 + (−𝛽))

sin(𝛼+(−𝛽))
= cos(𝛼+(−𝛽))

cos 𝛽∙sin 𝛼−cos 𝛼∙sin 𝛽


=
cos 𝛼 cos 𝛽+sin 𝛼 sin 𝛽

cos 𝛽∙sin 𝛼 cos 𝛼∙sin 𝛽



cos 𝛼 cos 𝛽 cos 𝛼 cos 𝛽
= cos 𝛼 cos 𝛽 sin 𝛼 sin 𝛽
+
cos 𝛼 cos 𝛽 cos 𝛼 cos 𝛽

sin 𝛼 sin 𝛽

cos 𝛼 cos 𝛽
= sin 𝛼 sin 𝛽
1+
cos 𝛼 cos 𝛽

tan 𝛼−tan 𝛽
= 1+tan 𝛼 tan 𝛽
Kumpulan Soal

1
1. Jika tan 𝛼 = 1 dan tan 𝛽 = 3 dengan 𝛼 dan 𝛽 merupakan sudut lancip,

maka nilai sin(𝛼 − 𝛽) adalah


Penyelesaian
1
sin 𝛼 = √2
 tan 𝛼 = 1 { 2
1
cos 𝛼 = 2 √2
1
1
sin 𝛽 = 10 √10
 tan 𝛽 = 3 { 1
cos 𝛽 = 10 √10

Maka

sin(𝛼 − 𝛽) = sin 𝛼 cos 𝛽 − cos 𝛼 sin 𝛽

√2 3√10 √2 √10
= ( 10 ) − ( )
2 2 10

3√20 √20
= −
20 20

3×2√5−2√5
= 20

6√5−2√5
= 20

4√5
= 20

√5
= 5

2. Nilai sin8 75 − cos8 75 =


Penyelesaian:
sin8 75 − cos8 75 = (sin4 75 + cos4 75)(sin4 75 − cos 4 75)
= (sin2 75 + cos2 75)2 − 2(sin2 75)(cos2 75)(sin2 75 +
cos2 75)(sin2 75 − cos 2 75)
1
= (12 − 2 sin2 150) × 1 × (− cos 150)
1 1 1 1
= (12 − 2 × 2 × 2) × 1 × 2 √3
1 1
= (12 − 8) × 1 × 2 √3
7 1
= 8 × 2 √3
7
= 16 √3

3
3. Given ∠𝐴 and ∠𝐵 are acute angles such that cos(𝐴 + 𝐵) = 4 and cos 𝐴 ∙
2
cos 𝐵 = 3. Find the value tan 𝐴 ∙ tan 𝐵 …

Penyelesaian
3
cos(𝐴 + 𝐵) = 4
2
cos 𝐴 ∙ cos 𝐵 = 3
sin 𝐴 sin 𝐵
tan 𝐴 ∙ tan 𝐵 = cos 𝐴 ∙ cos 𝐵
3
 cos(𝐴 + 𝐵) = 4
3
cos 𝐴 cos 𝐵 − sin 𝐴 sin 𝐵 = 4
2 3
− sin 𝐴 sin 𝐵 = 4
3
2 3
sin 𝐴 sin 𝐵 = 3 − 4
8−9
sin 𝐴 sin 𝐵 = 12
1
sin 𝐴 sin 𝐵 = − 12
sin 𝐴 sin 𝐵
 tan 𝐴 ∙ tan 𝐵 = cos 𝐴 ∙ cos 𝐵
1

12
= 2
3

1 3
= − 12 × 2
3 1
= − 24 = − 8
MAKALAH
MATHEMATIC FOR INTERNATIONAL SCHOOL
“Limit Fungsi Aljabar dan Trigonometri”

Oleh:
Siti Lailatul A. (170210101126)
M. Alwi Muta’al (170210101128)
Khilya Maula Rodhina (170210101144)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
LIMIT FUNGSI ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

A. Limit Fungsi Aljabar


1. Pengertian Limit Fungsi Secara Intuitif
Limit dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel fungsi
yang bergerak mendekati suatu titik terhadap fungsi tersebut. Untuk dapat
memahami pengertian limit secara intuitif, perhatikanlah contoh berikut:
x2  x  2
Fungsi f di definisikan sebagai f (x) =
x2
0
Jika variabel x diganti dengan 2, maka f(x) = (tidak dapat
0
ditemukan). Untuk itu perhatikanlah tabel berikut :

x 0 1,1 1,5 1,9 1,999 2.000 2,001 2,01 2,5 2,7


f(x) 1 2,1 2,5 2,9 2,999 ??? 3,001 3,01 3,5 3,7
x2  x  2
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa f (x) = :
x2
mendekati 3. jika x mendekati 2, baik didekati dari sebelah kiri (disebut
limit kiri) maupun di dekati dari sebelah kanan (disebut limit kanan). Dapat
x2  x  2
ditulis : lim 3
x 2 x2

2. Menentukan Limit Fungsi Aljabar Bila Variabelnya Mendekati Nilai


Tertentu
Menentukan limit dengan cara diatas tidaklah efisien. Untuk
mengatasinya, kita dapat menentukan nilai limit suatu fungsi dengan
beberapa cara, yaitu:
a. Subtitusi
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
Tentukan nilai  
lim x 2  8 !
x 3

2
Penyelesaian :
Nilai limit dari fungsi f(x) = x2 – 8 dapat kita ketahui secara langsung,
yaitu dengan cara mensubtitusikan x =3 ke f(x)
 
lim x 2  8  32  8  9  8  1
x 3

Artinya bilamana x dekat 3 maka x2 – 8 dekat pada 32 – 8 =9 – 8 = 1 Dengan


ketentuan sebagai berikut:
a) Jika f (a) = c, maka lim f ( x)  a
xa

c
b) Jika f (a) = , maka lim f ( x) ~
0 xa

0
c) Jika f (a) = , maka lim f ( x)  0
c xa

b. Pemfaktoran
Cara ini digunakan ketika fungsi-fungsi tersebut bisa difaktorkan
sehingga tidak menghasilkan nilai tak terdefinisi.
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
x2  9
Tentukan nilai lim !
x 3 x  3

32  9 0
Jika x = 3 kita subtitusikan maka f (3) =  .
33 0
Kita telah mengetahui bahwa semua bilangan yang dibagi dengan 0
x2  9
tidak terdefinisi. Ini berarti untuk menentukan nilai lim , kita harus
x 3 x  3

mencari fungsi yang baru sehingga tidak terjadi pembagian dengan nol.
Untuk menentukan fungsi yang baru itu, kita tinggal menfaktorkan fungsi f
(x) sehingga menjadi:

x  3x  3  x  3.  x 3


  1
x  3  x 3

Jadi, lim
x2  9
= lim
x  3x  3
x 3 x  3 x 3 x  3

3
= lim  x  3
x 3

=3+3=6
c. Merasionalkan Penyebut
Cara yang ke-tiga ini digunakan apanila penyebutnya berbentuk akar
yang perlu dirasionalkan, sehingga tidak terjadi pembagian angka 0 dengan
0. Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
x 2  3x  2
Tentukan nilai lim !
x 2 x2
Penyelesaian:

x 2  3x  2 x 2  3x  2 x  2
lim = lim .
x 2 x2 x 2 x2 x2

x 2
 3x  2  x2 


= lim 2
x2
x2

= lim
x  1x  2 x  2 
x2 x  2
= lim x  1 x  2
x 2

= 2  1. 2  2
=1.0
=0
d. Merasionalkan Pembilang
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:

3x  2  4 x  3
Tentukan nilai lim !
x 1 x 1

3x  2  4 x  3
lim
x 1 x 1

3x  2  4 x  3 3x  2  4 x  3
= lim .
x 1 x 1 3x  2  4 x  3

4
  
2
3x  2  4 x  3 
2

= lim

x 1  x  1 3 x  2  4x  3 
 x 1
x  1 
= lim
x 1 3x  2  4 x  3
 x  1
x  1 
= lim
x 1 3x  2  4 x  3
1
= lim
x 1 3x  2  4 x  3
1
=
3.1  2  4.1  3
1 1 1
= = =
1 1 11 2

3. Menentukan Limit Fungsi Aljabar Bila Variabelnya Mendekati Tak


Berhingga
Bentuk limit fungsi aljabar yang variabelnya mendekati tak
berhingga,diantaranya:

dan lim  f ( x)  g ( x)


f ( x)
lim
x ~ g ( x) x ~

Untuk menentukan nilai limit dari bentuk-bentuk tersebut, dapat


dilakukan cara-cara sebagai berikut:
a. Membagi dengan pangkat tertinggi
f ( x)
Cara ini digunakan untuk mencari nilai lim . Caranya dengan
x ~ g ( x)
membagi f(x) dan g(x) dengan pangkat yang tertinggi dari n yang terdapat
pada f(x ) atau g (x).
Contoh:
Tentukan nilai limit dari:
4x  1 4x  1
a. lim b. lim
x ~ 2x  1 x ~ x2  x
Penyelesaian:

5
4x  1
a. Untuk menentukan nilai dari lim perhatikan pangkat tertinggi dari
x ~ 2x  1
x pada f (x ) = 4x – 1 dan g(x) = 2x + 1. ternyata pangkat tertinggi dari x
adalah satu.
4x 1

4x  1
lim = lim x x
x ~ 2 x  1 x~ 2 x 1

x x
1
4
= lim x
x ~ 1
2
x
1
4
= ~
1
2
~
40 4
= = =2
20 2
4x  1
b. Perhatikan fungsi h (x) = ! Fungsi tersebut memiliki x dengan
x2  2
pangkat tertinggi 2, yaitu x2 yang terdapat pada x2 – 2. jadi, untuk
4x  1
menentukan nilai lim maka fungsi 4x + 1 dan x2 – 2 harus dibagi
x ~ x  x
2

dengan x2 .
4x 1
 2
4x  1 2
lim 2 = lim 2 x
x
x ~ x  x x~ x 2
2
 2
x x
4 1
 2
= lim x x
x ~ 2
1 2
x
4 1

~ (~) 2
=
2
1
(~) 2

6
00
=
1 0
0
= = 0
1

b. Mengalikan dengan faktor lawan


Cara ini digunakan untuk menyelesaikan lim  f ( x)  g ( x) . Jika kita
x ~

dimitai menyelesaikan lim  f ( x)  g ( x) maka kita harus mengalikan [f (x)


x ~

[f (x)  g (x)]
+ g (x)] dengan sehingga bentuknya menjadi:
[f (x)  g (x)]
[f (x)  g (x)]
lim  f ( x)  g ( x) .
x ~ [f (x)  g (x)]

= lim
[f (x)]  [g (x)] 2
2

ataupun sebaliknya.
x ~ f (x)  g (x)
Contoh:

Tentukan nilai dari lim x 2  2 x  x 2  x


x ~

Penyelesaian:

x2  2x  x2  x
lim x 2  2 x  x 2  x = lim x 2  2 x  x 2  x .
x ~ x ~
x2  2x  x2  x

= lim
x 2
 
 2  x2  1
x~
x2  2x  x2  x
3x
= lim
x ~
x2  2x  x2  x
3x
= lim x
x ~
x2 2x x2 x
  
x2 x2 x2 x2
3 3
= =
1 0  1 0 2

7
B. TEOREMA LIMIT
Teorema limit yang akan disajikan berikut ini yang sangat berguna
dalam menangani hampir semua masalah limit. Misalkan n bilangan bulat
positif, k sebuah konstanta dan f, g adalah fungsi-fungsi yang mempunyai
limit di a maka:
1. lim k  k
xa

2. lim x  a
xa

3. lim k f (x) = k lim f (x)


x a x a

4. lim [f (x) ± g (x)] = lim f (x) ± lim g (x)


x a x a x a

5. lim v [f (x) . g (x)] = lim f (x) . lim g (x)


x a x a x a

f ( x) lim f ( x)
6. lim  xa , dimana lim g(x) ≠ 0
xa g ( x) lim g ( x) x a
xa

7. lim [f (x) ]n = [ lim f (x)]n


x a x a

8. lim n f ( x)  n lim f ( x) dimana


x a x a

lim f (x)  0 untuk n bilangan genap


x a

lim f (x) ≤ 0 untuk n bilangan ganjil


x a

C. LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI


Rumus limit fungsi trigonometri:
a. Limit fungsi sinus
x
1. lim 1
x 0 sin x

sin x
2. lim 1
x 0 x
ax ax a
3. lim 1 → lim 
x 0 sin ax x 0 sin bx b

8
sin ax sin ax a
4. lim 1 → lim 
x 0 ax x 0 bx b

b. Limit fungsi tangens


x
1. lim 1
x 0 tan x
tan x
2. lim 1
x 0 x
ax ax a
3. lim 1 → lim 
x 0 tan ax x 0 tan bx b
tan ax tan ax a
4. lim 1 → lim 
x 0 ax x 0 bx b

9
CONTOH SOAL OLIMPIADE
1. Perhatikan gambar dibawah ini!

Jika D adalah luas segitiga AOB dan E adalah luas setengah lingkaran
tersebut, maka nilai dari adalah…

Penyelesaian:
Dengan menggunakan aturan Cosinus pada segitiga AOB ditinjau dari titik
O, diperoleh:

Luas setengah lingkaran tersebut adalah

Luas segitiga sama sisi AOB dapat ditentukan dengan aturan luas segitiga
trigonometri yaitu:

Dengan demikian,

10
Jadi, nilai dari limit itu adalah

2. Specify the value of

Answer:
Gunakan sifat limit trigonometri berikut

Dengan demikian dapat di tulis

=
=
=
Jadi nilai dari =4

3. Terdapat sekelompok mahasiswa akan meneliti jumlah penduduk di suatu


desa yang berada di Provinsi A. Dimana jumlah penduduk di suatu desa
tersebut diperkirakan t tahun dari sekarang akan menjadi:

11
Berapa jumlah penduduk kota tersebut dalam jangka waktu yang sangat
panjang dimasa depan? ?
Penyelesaian:

12
MAKALAH

MATHEMATICS FOR INTERNASIONAL SCHOOL

“PERMUTASI”

Oleh :

Kelompok 8

Rhema Nadya K (170210101123)

Kholifatul Jannah (170210101139)

Bayu Aprilianto (170210101148)

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
PERMUTASI

A. Definisi Permutasi
Banyaknya cara menyusun 𝑘 anggota dari sebuah himpunan yang mempunyai 𝑛
anggota dengan memperhatikan urutan adalah :
𝑛 𝑛!
𝑃(𝑛, 𝑘) = 𝑃 =
𝑘 (𝑛 − 𝑘)!
Dimana 𝑛! = 𝑛. (𝑛 − 1) … 3.2.1.

B. Macam-macam Permutasi :
 Permutasi 𝒌 Unsur dari 𝒏 Unsur
Susunan 𝑘 unsur dari 𝑛 unsur yang berlainan dengan memperhatikan urutan disebut
permutasi 𝑘 unsur dari n unsur (𝑘 ≤ 𝑛).
Misalkan, kita diminta menyusun tiga huruf 𝐴, 𝐵, dan 𝐶, akan disusun 2 huruf dengan urutan
yang berbeda, maka susunan yang diperoleh adalah 𝐴𝐵, 𝐴𝐶, 𝐵𝐴, 𝐵𝐶, 𝐶𝐴, 𝐶𝐵. Seluruhnya
ada 6 susunan yang berbeda, setiap susunan ini disebut permutasi 2 unsur dari 3 unsur
yang tersedia. Banyaknya permutasi 𝑘 unsur dari 𝑛 unsur dilambangkan oleh 𝑃(𝑛, 𝑘).
RUMUS :
𝑛!
𝑃(𝑛, 𝑘) =
(𝑛 − 𝑘)!
Keterangan :
𝑛 = banyaknya seluruh obyek,
𝑘 = banyaknya obyek yang dipermutasikan.

Contoh :
Tersedia 5 buah buku mata pelajaran yang berbeda, diambil 3 buku dan akan
disusun di atas rak buku. Ada berapa macam susunan yang dapat dilakukan ?
Jawab :
Banyaknya susunan buku itu adalah permutasi 3 buku dari 5 buku yang tersedia.
5! 5.4.3.2!
𝑃(5, 3) = = = 5.4.3 = 60
(5 − 3)! 2!
Jadi, banyaknya susunan 3 buku dari 5 buku itu seluruhnya ada 60.
 Permutasi dengan Beberapa Unsur Sama
Setiap unsur pada permutasi tidak boleh digunakan lebih dari satu kali, kecuali
jika dinyatakan secara khusus.
Banyaknya permutasi dari 𝑛 unsur yang memuat 𝑘 unsur yang sama, 𝑙 unsur yang sama, …, 𝑚
unsur yang sama (𝑘 + 𝑙 + ⋯ + 𝑚 ≤ 𝑛) dapat ditentukan dengan rumus :
𝑛!
𝑃=
𝑘! 𝑙! … 𝑚!
Contoh :
Terdapat 2 bola merah, 1 bola biru, dan 3 bola putih yang sama jenis dan ukurannya.
Ada berapa carakah bola-bola itu dapat disusun berdampingan ?
Jawab :
𝑛 = 6 ; 𝑘 = 2; 𝑙 = 1; 𝑚 = 3
Banyaknya susunan bola-bola itu adalah :
6! 6.5.4.3! 6.5.4
𝑃= = = = 60
2! 1! 3! 2.1.1.3! 2
 Permutasi Siklis
Penentuan susunan melingkar dapat diperoleh dengan menetapkan satu objek pada satu
posisi, kemudian menetukan kemungkinan posisi objek lain yang sisa, sehingga bila
teersedia 𝑛 unsur berbeda, maka :
Banyaknya permutasi siklis dari 𝑛 unsur adalah 𝑃 = (𝑛 − 1)!

Contoh :
Berapa cara 5 orang dalam suatu pesta makan dapat diatur tempat duduknya
mengelilingi sebuah meja bundar ?
Jawab :
Banyaknya susunan duduk 5 orang yang mengelilingi sebuah meja bundar yaitu :
𝑃 = (5 − 1)! = 4! = 4.3.2.1 = 24
LATIHAN SOAL

1. Banyak susunan berfoto berjajar untuk 3 pasang pemain bulutangkis ganda dengan
tidak ada setiap pasang pemain dan pasangannya berdekatan adalah...
Pembahasan :
Untuk menyelesaikan soal diatas kita coba dengan menyederhanakan masalahnya
menjadi :
 Banyak susunan berfoto berjajar untuk 3 pasang pemain bulutangkis ganda dengan
posisi berfoto bebas adalah :
6!
𝑃66 = = 720
(6 − 6)!

 Banyak susunan berfoto berjajar untuk 3 pasang pemain bulutangkis ganda dengan
posisi berfoto setiap pasangan ganda harus berdekatan :l
3!
𝑃33 = =6
(3 − 3)!

Untuk setiap pasang bisa tukar posisi maka 6 x 8 = 48


Banyak susunan berfoto berjajar untuk 3 pasang pemain bulutangkis ganda dengan
tidak ada setiap pemain dan pasangannya berdekatan adalah : 720 – 48 = 672

2. The number of eight digits whose digits are 1 or 2 but do not contain three digits 1 in
sequence?
Pembahasan :
 Tidak mengandung digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,2,2,2,2,2
8!
𝑃= = 1 𝑐𝑎𝑟𝑎
8!
 Mengandung satu digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,2,2,2,2,1
8!
𝑃= = 8 𝑐𝑎𝑟𝑎
7!
 Mengandung dua digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,2,2,2,1,1
8! 8.7.6! 8.7
𝑃= = = = 28 𝑐𝑎𝑟𝑎
6! 2! 6! 2.1 2
 Mengandung tiga digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,2,2,1,1,1
8! 8.7.6.5! 8.7.6
𝑃= = = = 56 𝑐𝑎𝑟𝑎
5! 3! 5! 3.2.1 6

* jika ada tiga digit 1 berurutan :


Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓ (𝟏𝟏𝟏)
6! 6.5!!
𝑃= = = 6 𝑐𝑎𝑟𝑎
5! 5!
Jadi, yang mengadung tiga digit 1 yaitu 56 − 6 = 50 𝑐𝑎𝑟𝑎
 Mengandung empat digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,2,1,1,1,1
8! 8.7.6.5.4! 8.7.6.5
𝑃= = = = 70 𝑐𝑎𝑟𝑎
4! 4! 4! 4.3.2.1 24
* jika ada empat digit 1 berurutan :
Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏𝟏𝟏𝟏)
5! 5.4!
𝑃= = = 5 𝑐𝑎𝑟𝑎
4! 4!
* sebuah digit 1 terpisah dan tiga digit 1 berurutan
Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏)(𝟏𝟏𝟏)
satu digit 1 terpisah bisa masuk dalam 5 space sedangkan tiga digit 1 berurutan
hanya bisa masuk dalam 4 space, karena space yang sudah digunakan tidak bisa
digunakan lagi. sehingga banyak cara yaitu 5 × 4 = 20 𝑐𝑎𝑟𝑎
Jadi, yang mengadung empat digit 1 yaitu 70 − 5 − 20 = 45 𝑐𝑎𝑟𝑎
 Mengandung lima digit 1
Susunan digit angka : 2,2,2,1,1,1,1,1
8! 8.7.6.5! 8.7.6
𝑃= = = = 56 𝑐𝑎𝑟𝑎
5! 3! 5! 3.2.1 6
* jika ada lima digit 1 berurutan :
Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏)
4! 4.3!
𝑃= = = 4 𝑐𝑎𝑟𝑎
3! 3!
* sebuah digit 1 terpisah dan empat digit 1 berurutan
Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏)(𝟏𝟏𝟏𝟏)
satu digit 1 terpisah bisa masuk dalam 4 space sedangkan empat digit 1
berurutan hanya bisa masuk dalam 3 space, karena space yang sudah digunakan
tidak bisa digunakan lagi. sehingga banyak cara yaitu 4 × 3 = 12 𝑐𝑎𝑟𝑎

* dua digit 1 berurutan dan tiga digit 1 berurutan


Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏𝟏)(𝟏𝟏𝟏)
dua digit 1 berurutan bisa masuk dalam 4 space sedangkan tiga digit 1 berurutan
hanya bisa masuk dalam 3 space, karena space yang sudah digunakan tidak bisa
digunakan lagi. sehingga banyak cara yaitu 4 × 3 = 12 𝑐𝑎𝑟𝑎

* dua digit 1 terpisah dan tigat digit 1 berurutan


Susunan digit angka : ↓ 2, ↓ 2, ↓ 2, ↓
(𝟏)(𝟏)(𝟏𝟏𝟏)
satu digit 1 terpisah bisa masuk dalam 4 space, kemudian satu digit 1 terpisah
selanjutnya bisa masuk dalam 3 space sedangkan empat digit 1 berurutan hanya
bisa masuk dalam 2 space, karena space yang sudah digunakan tidak bisa
digunakan lagi. Pada kasus ini, karena ada dua buah 1 digit yang sama sehingga
banyak cara yaitu :

4 × 3 × 2 24
= = 12 𝑐𝑎𝑟𝑎
2! 2

Jadi, yang mengadung lima digit 1 yaitu 56 − 4 − 12 − 12 − 12 = 16 𝑐𝑎𝑟𝑎


 Mengandung enam digit 1
Susunan digit angka : 1,1,2,1,1,2,1,1
Jadi banyaknya cara adalah 1.

Jadi, banyaknya bilangan delapan digit yang setiap digitnya adalah 1 atau 2 tetapi
tidak memuat tiga digit 1 berurutan adalah :
1 + 8 + 28 + 50 + 45 + 16 + 1 = 149 𝑐𝑎𝑟𝑎

3. Kode kupon hadiah untuk belanja pada suatu toko swalayan berbentuk bilangan
disusun dari angka 1, 3, 3, 5,7. Jika kupon tersebut disusun berdasarkan kodenya dari
mulai yang terkecil sampai dengan yang terbesar, maka kode kupon dengan kode
53137 berada pada urutan ke berapa ?
Penyelesaian :
Kepala 1 → 1 × 4 × 3 × 2 × 1 = 24
Kepala 3→ 1 × 4 × 3 × 2 × 1 = 24

Kepala 5→ 51337, 51373, 51733, 53137 = 4

Jadi, kode kupon dengan kode 53137 berada pada urutan ke 24 + 24 + 4 = 52


MAKALAH
MATHEMATIC FOR INTERNATIONAL SCHOOL
“Kombinasi”

Oleh :
1. Vahad Agil Liyandri (170210101131)
2. Prisma Brilliana (170210101134)
3. Mukholifatur Rosida (170210101145)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayah – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Mathematic for International School dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukkan – masukkan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 10 November 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
DAFTAR ISI ..............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1 ....................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
1. Latar Belakang………………………………………………………… 3
2. Rumusan Masalah……………………………………………………. 3
3. Tujuan………………………………………………………………. 3
BAB 2 ....................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
Teorema 1………………………………………………………………… 4
Teorema 2 (Rumus Pascal)……………………………………………….. 5
Contoh soal……………………………………………………….. 7
BAB 3 ....................................................................................................................... 9
PENUTUP ................................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………9
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………………….9
DAFTAR ................................................................................................................ 10
PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat sekarang ini, banyak sekali orang-orang bosan terhadap pelajaran
matematika. Tanpa mereka sadari, matematika berperan dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Dalam materi pelajaran matematika, tentunya terdapat
pengaplikasian atau materi matematika yang digunakan sehari-hari. Slah
satunya materi kombinasi. Kombinasi adalah gabungan dari beberapa objek
dari suatu grup atau himpunan tanpa memperhatikan urutannya. Dalam materi
yang kita bahas sebelumnya sudah pernah dipelajari ketika di jenajng Sekolah
Menengah Atas.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai permasalahan yang
berkaitan dengan kombinasi, baik dari segi matematik maupun segi
pengaplikasiannya. Dalam makalah ini diharapkan pula memberi wawasan
yang luas bagi para pembaca mengenai kombinasi untuk membantu memahami
dan menguasai materi kombinasi agar dapat menyelesaikan soal-soal
matematika mengenai kombinasi.
2. Rumusan Masalah
2.1 Apakah yang dimaksud dengan kombinasi ?
2.2 Bagaimanakah contoh-contoh penerapan kombinasi dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Tujuan
3.1 Mengetahui maksud dari kombinasi.
3.2 Mengetahui contoh penerapan kombinasi dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

Banyaknya cara menyusun k anggota dari sebuah himpunan yan


𝑛!
mempunyai n anggota tanpa memperhatikan urutan adalah (𝑛, 𝑘) = 𝐶𝑘𝑛 = 𝑘!(𝑛−𝑘)!

. apabila sebuah objek dapat dipilih lebih dari satu kali maka disebut kombinasi
(𝑛+𝑘−1)!
dengan pengulangan 𝐶(𝑛 + 𝑘 − 1, 𝑟) = 𝐶𝑘𝑛+𝑘−1 = .
𝑘!(𝑛−1)!

Secara umum, jika terdapat n objek yang berbeda, kemudian diambil k


objek di antaranya secara bersamaan, memungkinkan kita untuk menentukan
kemungkinan susunan objek yang diambil tersebut. Perhatikan uraian berikut.
Pengambilan k objek dari n objek yang berbeda dapat menghasilkan
permutasi k objek dari n objek atau P(n,k). Banyaknya susunan yang sama dari
pengambilan k objek adalah k!, sehingga banyaknya kombinasi dari k objek dari n
objek yang berbeda yang dinotasikan dengan C(n,k) sebagai berikut.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑛 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
𝐶(𝑛, 𝑘) =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
𝑃(𝑛, 𝑘)
=
𝑘!
𝑛!
=
𝑘! (𝑛 − 𝑘)!
Perhatikan bahwa jika 𝑘 > 𝑛, didefinisikan 𝐶(𝑛, 𝑘) = 0. Jika 𝑛 = 0 dan k
adalah bilangan bulat positif, maka 𝐶(0, 𝑘) = 0, hal ini berakibat bahwa 𝐶(0,0) =
1. Hal lainnya yaitu untuk bilangan bulat non-negatif n berlaku 𝐶(𝑛, 0) = 1,
𝐶(𝑛, 1) = 𝑛, dan 𝐶(𝑛, 𝑛) = 1.

Teorema 1
Untuk 𝒌 ≤ 𝒏, berlaku 𝑪(𝒏, 𝒌) = 𝑪(𝒏, 𝒏 − 𝒌)

Bukti
Perhatikan bahwa memilih k elemen dari n elemen dan menyisakan (𝑛 − 𝑘)
elemen pada dasarnya sama dengan memilih (𝑛 − 𝑘) elemen dengan menyisakan
k elemen.

2
𝑛!
𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘) =
(𝑛 − (𝑛 − 𝑘)! (𝑛 − 𝑘)!

𝑛!
=
(𝑛 − 𝑘)𝑘!

= 𝐶(𝑛 − 𝑘)

Sehingga terbukti bahwa 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘) = 𝐶(𝑛, 𝑘)

Teorema 2 (Rumus Pascal)


Untuk semua bilangan bulat n dan k, dengan 𝟏 ≤ 𝒌 ≤ 𝒏 − 𝟏, maka berlaku :
𝑪(𝒏, 𝒌) = 𝑪(𝒏 − 𝟏, 𝒌) + 𝑪(𝒏 − 𝟏, 𝒌 − 𝟏)
Bukti
(𝑛 − 1)! (𝑛 − 1)!
𝐶(𝑛 − 1, 𝑘) + 𝐶(𝑛 − 1, 𝑘 − 1) = +
𝑘! (𝑛 − 1 − 𝑘) (𝑘 − 1)! (𝑛 − 𝑘)!
((𝑛 − 𝑘) + 𝑘)(𝑛 − 1)!
=
𝑘! (𝑛 − 𝑘)!
𝑛!
=
𝑘! (𝑛 − 𝑘)!
= 𝐶(𝑛, 𝑘)
Teorema tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut.
Misalkan suatu himpunan S memuat n elemen dari himpunan T memuat (n+1)
elemen, dimana semua elemen S ditambahkan dengansebuah elemen baru a.
dengan menentukan 𝐶(𝑛 − 1, 𝑘) dapat diketahui banyaknya himpunan bagian T
yang memuat k elemen. Dari sini, terdapat dua kasus yang berbeda sebagai
berikut.
Kasus 1
Himpunan bagian memuat (𝑘 − 1) elemen S dengan menambahkan
elemen a. Dengan begitu terdapat 𝐶(𝑛 − 1, 𝑘).

Kasus 2

3
Himpunan bagian memuat n elemen S dan tidak memuat elemen a. Dalam
hal ini terdapat 𝐶(𝑛, 𝑘). Dengan menggunakan kaidah penjumlah
diperoleh :
𝐶(𝑛 + 1, 𝑘) = 𝐶(𝑛, 𝑘 − 1) + 𝐶(𝑛, 𝑘)
Formula atau identitas yang digunakan untuk menyususn sutau pola atau tabel
sebagai berikut memuat kolom-kolom yang memuat niali k dengan 𝑘 = 0,1,2,3, ..
dengan baris-baris yang memuat nilai 𝑛 dengan 𝑛 = 0,1,2,3, …
𝐶(𝑛, 𝑘) 𝑘=0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2𝑛
𝑛=0 1 1
1 1 1 2
2 1 2 1 4
3 1 3 3 1 8
4 1 4 6 4 1 16
5 1 5 10 10 5 1 32
6 1 6 15 20 15 6 1 64
7 1 7 21 35 35 21 7 1 128
8 1 8 28 56 70 56 28 8 1 256
9 1 9 36 84 126 126 84 36 9 1 512
10 1 10 45 120 210 252 210 120 45 10 1 1024

Perhatikan bahwa susunan bilangan diatas membentuk sebuah pola


segitiga yang dikenal dengan segitiga pascal yang ditemukan oleh ilmuwan Blaise
Pascal pada tahun 1654. Biasanya pola segitiga tersebut disajikan sebagai berikut.

1 1

1 2 1

1 3 3 1

1 4 6 4 1

Perhatikan pada segitiga pascal diatas. Setiap bilangan merupakan jumlah


dua bilangan yang terletak pada kiri atas dan kanan atas bilangan tersebut. Bentuk
𝐶(𝑛, 𝑘) yang disajikan dalam bentuk segitiga pascal bjhyang dikenal dengan
koefisien binomial (𝑎 + 𝑏)𝑛 seperti (𝑎 + 𝑏), (𝑎 + 𝑏)2 , (𝑎 + 𝑏)3 , (𝑎 + 𝑏)4 ,dan
seterusnya.

4
Contoh soal
1. Diberikan persamaan 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + 𝑥4 = 18 dengan 𝑥𝑖 adalah bilangan
cacah. Berapa jumlah kemungkinan solusinya ?
Jawab
Persamaan 𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + 𝑥4 = 18 dimana 𝑛 = 4 karena banyaknya
variabel 𝑥1 sampai dengan variabel 𝑥4 .
𝑘 = 18, maka
𝐶(𝑛 + 𝑘 − 1, 𝑘) = 𝐶(4 + 18 − 1,18)
= 𝐶(21,18)
𝑛!
𝐶(𝑛, 𝑘) =
𝑘! (𝑛 − 𝑘)!

21!
𝐶(21,18) =
18! (21 − 18)!
21!
𝐶(21,18) =
18! 3!
21 × 20 × 19 × 18!
𝐶(21,18) =
18! × 3 × 2 × 1
7980
𝐶(21,18) = = 1330 solusi
6

Jadi, kemungkinan jumlah solusinya sebanyak 1.330 solusi


2. The English alphabet has 5 vowels and 21 consonants. How many words
with two different vowels and two different consonants can be formed from
the alphabet?
Jawab :
5! 5! 5×4×3! 20
Cara memilih 2 huruf vocal adalah 𝐶25 = 2!(5−2)! = 2!3! = 2×1×3! = = 10
2
21! 21! 21×20×19! 420
Cara memilih 2 huruf konsonan 𝐶221 = 2!(21−2)! = 2!19! = = =
2×1×19! 2

210
Kombinasi 2 huruf vocal dan 2 huruf konsonan adalah 10 × 210 = 2100
Karena ada 2 huruf vocal dan 2 huruf konsonan maka terdapat 4 huruf
konsonan dan vocal yang tersusun secara berurutan. Maka total dari

5
kombinasi semua huruf tersebut adalah 2100 × 4! = 2100 × 4 × 3 × 2 ×
1 = 50400
Jadi, total kombinasi semua huruf sebanyak 50.400
3. Soal RME
Suatu warna tertentu dibentuk dari campuran 3 warna yang berbeda. Jika
terdapat 4 warna, yaitu Merah, Kuning, Biru dan Hijau, maka berapa
kombinasi tiga jenis warna yang dihasilkan.
Jawaban :
𝑛!
𝐶𝑘𝑛 = 𝑘!(𝑛−𝑘)!

4!
𝐶34 =
3! (4 − 3)!
4!
= 3!1!
4×3!
= =4
3!×1

Jadi, terdapat 4 macam kombinasi warna (MKB, MKH, KBH, MBH)

6
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyaknya cara menyusun k anggota dari sebuah himpunan yan
mempunyai n anggota tanpa memperhatikan urutan adalah (𝑛, 𝑘) = 𝐶𝑘𝑛 =
𝑛!
. apabila sebuah objek dapat dipilih lebih dari satu kali maka disebut
𝑘!(𝑛−𝑘)!
(𝑛+𝑘−1)!
kombinasi dengan pengulangan 𝐶(𝑛 + 𝑘 − 1, 𝑟) = 𝐶𝑘𝑛+𝑘−1 = .
𝑘!(𝑛−1)!

Perhatikan bahwa jika 𝑘 > 𝑛, didefinisikan 𝐶(𝑛, 𝑘) = 0. Jika


𝑛 = 0 dan k adalah bilangan bulat positif, maka 𝐶(0, 𝑘) = 0, hal ini
berakibat bahwa 𝐶(0,0) = 1. Hal lainnya yaitu untuk bilangan bulat non-
negatif n berlaku 𝐶(𝑛, 0) = 1, 𝐶(𝑛, 1) = 𝑛, dan 𝐶(𝑛, 𝑛) = 1.
Teorema 1
Untuk 𝑘 ≤ 𝑛, berlaku 𝐶(𝑛, 𝑘) = 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘)
Teorema 2 (Rumus Pascal)
Untuk semua bilangan bulat n dan k, dengan 1 ≤ 𝑘 ≤ 𝑛 − 1, maka berlaku :
𝐶(𝑛, 𝑘) = 𝐶(𝑛 − 1, 𝑘) + 𝐶(𝑛 − 1, 𝑘 − 1)
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Hogg Robert V., Craig Allen T. 1978. Introduction to Mathematical


Statistics. Macmillan Co., Inc.
2. Soeryadi, P. A. 1983. Pendahuluan Teori Kemungkinan dan Statistika.
Bandung:ITB.
3. Balakrishnan, V.K. 1995. Combinatorics. United State America: Schaum
Outline Series: McGrwa-Hill, INC.
4. Grimaldi, R.P. 1990. Discreate and Combinatorial Matehematics An Applied
Introduction Fourth Edition. United State America: Addision-Wesley.

8
MAKALAH
‘MATHEMATICS INTERNATIONAL SCHOOL”

PRINSIP INKLUSI,EKSKLUSI DAN PELUANG

OLEH:

1. Zulfatu Zainiyah (170210101122)


2. Suci Isnasari (170210101137)
3. Riezal Ari Pratama (170210101153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
PRINSIP INKLUSI DAN EKSKLUSI

Misalkan A dan B sembarang himpunan. Penjumlahan A+B menghitung


banyaknya elemen A yang tidak terdapat dalam B dan banyaknya elemen B yang tidak terdapat
dalam A tepat satu kali, dan banyaknya elemen yang terdapat dalam A  B sebanyak dua kali.
Oleh karena itu, pengurangan banyaknya elemen yang terdapat dalam A  B dari A+B
membuat banyaknya anggota A  B dihitung tepat satu kali. Dengan demikian,
    A  B= A+B - A  B.

Generalisasi dari hal tersebut bagi gabungan dari sejumlah himpunan dinamakan prinsip
inklusi-eksklusi.

PELUANG

1. Peluang Kejadian Satu Kejadian

Jika diketahui suatu kejadian A dengan ruang sampel S, maka peluang kejadian A ditulis P(A)
adalah sebagai berikut:

𝑛(𝐴) 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐴


𝑃(𝐴) = =
𝑛(𝑆) 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛

2. Peluang Kejadian Dua Kejadian

Misalnya S adalah ruang sampel dari suatu percobaan A dan B adalah sebarang peristiwa dalam
ruang sampel. Peristiwa tunggal yang mengaitkan antara peristiwa A dengan peristiwa B yakni
peristiwa munculnya “A atau B” ditulis dengan lambang A  B. Ada kemungkinan peristiwa
A atau peristiwa B tidak saling lepas satu dengan yang lainnya,sehingga ada kemungkinan
kedua peristiwa tersebut dapat terjadi bersama-sama dan diperoleh A  B = ∅. Jika A dan B
adalah dua peristiwa sebarang dalam ruang sampel S, maka :
P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B)

2
1. Contoh Soal dan Pembahasan Berbahasa Indonesia

Berapa banyak bilangan bulat positif yang tidak melampaui 1000 yang habis dibagi oleh 7
atau 11 ?
Jawab :

Misalkan P himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 7 dan Q
himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi 11.
Dengan demikian P  Q adalah himpunan bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang
habis dibagi 7 atau habis dibagi 11, dan P  Q himpunan bilangan bulat positif tidak
melampaui 1000 yang habis dibagi 7 dan habis dibagi 11.

1000
|𝑃| = | |=142
7

1000
|𝑄| = | |=90
11

1000
P  Q=⌊ ⌋=12
77

P  Q |𝑃| + |𝑄| −P  Q

P  Q

P  QJadi, terdapat 220 bilangan bulat positif tidak melampaui 1000 yang habis dibagi
7 atau habis dibagi 11. Ilustrasi dari penghitungan tesebut dapat dilihat pada diagram di bawah i

P Q
PQ

P = 142 P  Q = Q= 90

3
Jika A, B dan C adalah sembarang himpunan, maka

A  B  C = A + B + C - A B - A C-B C +

A B  C
2. Contoh Soal dan Pembahasan RME

Terdapat 500 ruangkelas di jurusanmatematika. Sebanyak 250 kelasdigunakanoleh


program studimatematikasedangkansebanyak 100 kelasdigunakanolehkedua program
studibaikmatematikamaupunstatistika. Berapabanyakkelas yang digunakanoleh program
studistatistika?
Penyelesaian :
 A : banyaknyaruangkelas yang digunakan program studimatematika
 B : banyaknyaruangkelas yang digunakan program studistatistika
 𝐴∩𝐵 : gabunganbanyaknyakelas yang digunakanoleh program
studimatematikadanstatistika
 𝐴 ∪ 𝐵 : banyaknyaruangkelas di jurusanmatematika

Diketahui
A = 250
A ∩ 𝐵 = 100
A ∪ 𝐵 = 500
Dicari B = ?
 Solusi
|A ∪ 𝐵 | = |A| + |B| - | A ∩ 𝐵 |
500 = 250 + |B| - 100
500 = 150 + |B|
|B| =500 – 150
|B| = 350
Makajumlahkelas yang digunakanoleh program studistatistikaadalahsebanyak
350 kelas

4
3. Contoh Soal dan Pembahasan Berbahasa Inggris

8 7 4
Let A and B are two events with 𝑃(𝐴) = 15, 𝑃(𝐵) = 12, and 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 8. The value of

𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) is .

Jawab

Menggunakan penyelesaian peluang dua kejadian

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) . 𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)

𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

8 7 4
𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) = + −
15 12 8

64 + 70 − 60
𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) =
120

74
𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) =
120

37
𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) =
60

37
Jadi peluang nilai 𝑃(𝐵 ∪ 𝐴) adalah 60

5
MAKALAH
MATHEMATICS FOR INTERNATIONAL SCHOOL
“KOEFISIEN BINOMIAL”

Oleh:
1. Rossasinensis Yarfa’ul.M. (170210101138)
2. Wanda Puspita (170210101141)
3. M.Nur Aufar Ramadhan (170210101155)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KOEFISIEN BINOMIAL

A. MATERI

Koefisien binomial merupakan bilangan bilangan yang muncul dari hasil


penjabaran penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan misalnya (𝑎 + 𝑏)𝑛 .

Teori untuk menurunkan rumus yang diperoleh dari penjabaran (𝑎 + 𝑏)𝑛 dengan
menggunakan kombinasi disebut Teorema Binomial.

Teorema 1 [Teorema koefisien Binomial]

Jika 𝑥 dan 𝑦 adalah bilangan real dan 𝑛 adalah bilangan bulat nonnegatif, maka

(𝑥 + 𝑦) = ∑ 𝐶(𝑛, 𝑘)𝑥 𝑛−𝑘 . 𝑦 𝑘


𝑛

𝑘=0

Bukti.

Penjabaran (𝑥 + 𝑦)𝑛 merupakan perkalian (𝑥 + 𝑦) sebanyak 𝑛 faktor, yaitu

(𝑥 + 𝑦)𝑛 = (𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦) … (𝑥 + 𝑦)

Koefisien dari 𝑎𝑛−𝑘 𝑏 𝑘 dapat ditentukan denagn banyaknya cara pemilihan 𝑎 dari
𝑛 − 𝑘 faktor diantara 𝑛 faktor yang ada atau pemilihan 𝑏 dari 𝑘 faktor diantara 𝑛
faktor. Hal ini bisa dilakukan dengan 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘) atau 𝐶(𝑛, 𝑘) cara. Penentuan
koefisien ini berlaku untuk setiap 𝑘 = 0,1,2, … , 𝑛. Sehingga

(𝑥 + 𝑦)𝑛 = 𝐶(𝑛, 0)𝑥 𝑛−0 𝑦 0 + 𝐶(𝑛, 1)𝑥 𝑛−1 𝑦 1 + ⋯ + 𝐶(𝑛, 𝑛)𝑎𝑛−𝑛 𝑏 𝑛

= ∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘)𝑥 𝑛−𝑘 . 𝑦 𝑘

Akibat 1

Misalkan 𝑛 adalah bulat nonnegatif, maka

𝑛
𝑛
∑ ( ) = 2𝑛
𝑘
𝑘=0
Akibat 2

Misalkan 𝑛 adalah bilangan bulat nonnegatif, maka

𝑛
𝑛
∑(−1)𝑘 ( ) = 0
𝑘
𝑘=0

Akibat 3

Misalkan 𝑛 adalah bilangan bulat nonnegatif, maka

𝑛
𝑛
∑ 2𝑘 ( ) = 3𝑛
𝑘
𝑘=0

Disamping menggunakan kombinasi, kita juga bisa menentukan koefisien


binomial dengan menggunakan segitiga Pascal seperti berikut ini

Batas dari segitiga Pascal diatas terdiri dari 1 dan nilai-nilai didalamnya
merupakan hasil penjumlahan dari dua bilangan diatasnya. Secara formal
hubungan tersebut dinyatakan dalam teorema berikut ini.

Teorema 2 [Identitas Pascal]

Misalkan 𝑛 dan 𝑘 adalah bilangan bulat positif dengan 𝑛 ≥ 𝑘, maka

𝑛+1 𝑛 𝑛
( )=( )+( )
𝑘 𝑘−1 𝑘
Akibat 4

Misalkan 𝑖 dan 𝑘 adalah bilangan bualt positif, maka

𝑛
𝑖 𝑛+1
∑( ) = ( )
𝑘 𝑘+1
𝑖=𝑘

B. SOAL DAN PEMBAHASAN


1. Soal ON-MIPA
1 100
Berikan koefisien dari 𝑥 80 dalam ekspansi (𝑥 − 𝑥) k

Solusi.
1 100
Jika (𝑥 − 𝑥) dijabarkan akan didapat :

1 100 100 (𝑥)100−𝑟


1 𝑟
(𝑥 − ) = ⋯ + 𝐶𝑟 ( ) +⋯
𝑥 𝑥
1 100
(𝑥 − ) = ⋯ + 𝐶𝑟100 (−1)𝑟 (𝑥)100−2𝑟 + ⋯
𝑥
Karena yang ditanyakan adalah koefisien dari 𝑥 80 maka harus dipenuhi
100 − 2𝑟 = 80
𝑟 = 10
1 100 100 (−1)10 (𝑥)80
(𝑥 − ) = ⋯ + 𝐶10 +⋯
𝑥
1 100 100 (𝑥)80
(𝑥 − ) = ⋯ + 𝐶10 +⋯
𝑥
1 100 100
Maka koefisien 𝑥 80 pada penjabaran (𝑥 − 𝑥) adalah 𝐶10
2. USA AIME, 1986

The polynomial 1 − 𝑥 + 𝑥 2 − 𝑥 3 + ⋯ + 𝑥16 − 𝑥17 may be written in the


form 𝑎0 + 𝑎1 𝑦 + 𝑎2 𝑦 2 + ⋯ + 𝑎17 𝑦 17, where 𝑦 = 𝑥 + 1 and the 𝑎𝑖 ’s are
constants. Find the value of 𝑎2 .

Solutions.

Substitusi 𝑦 − 1 untuk nilai 𝑥, maka persamaan menjadi sbb

1 − (𝑦 − 1) + (𝑦 − 1)2 − (𝑦 − 1)3 + ⋯ + (𝑦 − 1)16 − (𝑦 − 1)17 ,

Atau bisa ditulis kedalam bentuk

(1) 1 + (1 − 𝑦) + (1 − 𝑦)2 + ⋯ + (1 − 𝑦)16 + (1 − 𝑦)17

Perhatikan bahwa masing-masing suku (1 − 𝑦)𝑘 dengan 2 ≤ 𝑘 ≤ 17 pada


persamaan (1) akan menghasilkan 𝑦 2 . sehingga kita bisa mencari nilai 𝑎2 dari
nilai koefisien 𝑦 2 yang ekuivalen dengan menghitung nilai penjumlahan dari

2 3 4 17
( ) + ( ) + ( ) + ⋯+ ( )
2 2 2 2

Atau dapat dituliskan

17
𝑝
∑( )
2
𝑘=2

Agar lebih mudah kita gunakan teorema untuk menghitung nilai koefisien 𝑦 2
𝑖 𝑛+1
yaitu ∑𝑛𝑖=𝑘 ( ) = ( ) , sehingga didapat
𝑘 𝑘+1

𝑝 16 + 1
∑17
𝑝=2 (2) = ( )
2+1

𝑝 17
∑17
𝑝=2 (2) = ( )
3

17!
= (17−3)!3!
17×16×15
= = 680
3×2×1

Jadi, nilai 𝑎2 adalah 680.

3. RME
Ada berapa banyak cara menyusun kata MATHEMATICS dimulai dari atas
ke bawah jika huruf yang diambil harus berdekatan.

Solusi:

Jika dituliskan sebagaimana metode Pascal didapat


Angka-angka di atas menyatakan banyaknya cara untuk sampai pada angka
tersebut. Dari anga-angka tersebut didapat banyaknya cara untuk menyusun
kata MATHEMATICS adalah 252.

Anda mungkin juga menyukai