Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nim : 1993142009
Kelas : Manajemen D
Pada gambar di atas menunjukkan adanya pengelompokkan perusahaan, yaitu yang baik
dan buruk.
Jika kita gambarkan garis pemisah, maka perusahaan yang ada di atas garis pemisah
merupakan perusahaan yang kurang baik, yaitu:
1) perusahaan dengan tanda o),
2) sedangkan yang di bawah adalah perusahaan yang baik, yaitu perusahaan
dengan tanda *)
Dengan demikian bila ada suatu perusahaan yang ingin membeli secara kredit, dan
kemudian kita plot-kan dalam gambar tersebut ternyata berada di bawah garis, maka
perusahaan tersebut kita nilai baik sehingga kredit diberikan, dan sebaliknya.
Analisis Terhadap Calon Pembeli dalam Manajemen Piutang
Dapat dilakukan analisis dengan menggunakan asumsi bahwa seandainya pembeli
tidak melunasi pembelian mereka, jumlah yang dibeli tersebut dianggap hilang sebagai
kerugian. Dan analisis ini memerlukan penerapan teori manajemen piutang dan konsep
statistik.
Misalkan seorang pembeli akan membeli dengan kredit suatu barang denga harga Rp
100. Harga Pokok Penjualan (HPP) barang tersebut adalah Rp 60, dan diperkirakan
probabilitas pembeli tersebut akan melunasi pembeliannya adalah 0,95. Apakah
permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan?
Bila permohonan tersebut ditolak, maka kerugian perusahaan sama dengan nol. Dengan
demikian permohonan tersebut dapat dikabulkan hanya bila diharapkan akan
memberikan laba yang lebih besar dari nol (expected profit > 0).
Perhatikan perhitungan dan analisis expected profit berikut ini:
expected profit = Prob. akan membayar (harga-biaya) – prob. tidak membayar (biaya)
= 0,95 (100 – 80 ) – 0,05 (80)
= 19 – 4
= 15
Karena expected profit positif, maka permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan.
Dengan demikian sejauh probabilitas pembeli akan membayar masih di atas 80%, maka
permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan.
Cut-off probabilitas sebesar 80% tersebut diperoleh dari persamaan berikut ini :
Pada expected profit sama dengan nol, maka kita berada dalam posisi indifference.
Dengan demikian bila probabilitas akan membayar diberi notasi p, maka:
0 = p(100-80) – (1-p)(80)
= 20p – 80 + 80p
p= 0,80
Tentu saja semakin besar p semakin besar dorongan agar permohonan tersebut
dikabulkan.
Trade-off antara mengabulkan (memperoleh laba tapi mungkin juga tidak terbayar) dan
menolak ( tidak akan terjadi kerugian karena tidak terbayar, tapi kehilangan penjualan)
selalu muncul dalam analisis.
Dasar pemikiran yang sama dapat diterapkan untuk persoalan berikut ini:
Misalkan data historis menunjukkan bahwa kelompok pembeli yang “baik”mempunyai
rata-rata periode pengumpulan piutang 30 hari.
Rata-rata biaya pengumpulan Rp 100 dan probabilitas piutang tidak terbayar hanya 0,02
(atau 20%).
Permohonan pembelian kredit dikabulkan kalau biaya penerimaan lebih besar dari biaya
penolakan. Biaya yang paling diharapkan dari masing-masing alternatif dapat
dirumuskan sebagai berikut:
A. Biaya Penerimaan =
Probabilitas tidak membayar (biaya variabel per unit) unit yang dibeli + (tingkat
keuntungan yang disyaratkan) (Periode pengumpulan/360) (biaya variabel per unit) unit
yang dibeli + Biaya pengumpulan
B. Biaya Penolakan =
(1 – Probabilitas tidak terbayar) (laba marginal per unit) unit yang dibeli.
Perhatikan contoh perhitungan berikut ini:
Misalkan biaya variabel (disebut juga biaya marginal) sebesar Rp 1.800 per unit dan laba
marginal (artinya tambahan laba yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit
penjualan) Rp 1.200 dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar Rp 18%.
Dengan demikian bila X adalah unit yang dibeli, maka untuk kelompok ‘baik’ biaya
penerimaan dan penolakan yang diharapkan adalah:
A. Biaya penerimaan:
= 0,02(1.800X) + 0,18(30/360)1.800X + 100
= 36X + 27X + 100
= 63X + 100
B. Biaya penolakan:
= (1 – 0,02) 1.200X
= 1.176X
Apa arti persamaan-persamaan tersebut. Apabila (calon) pembeli yang dikelompokan
‘baik’ bermaksud membeli 3.000 unit, maka:
A. Biaya penerimaan:
= 63(3.000) + 100
= 189.100
B. Biaya penolakan:
= 1.176(3.000)
= 3.528.000
Dengan demikian bila pembelian tesebut ditolak, maka biaya penolakannya lebih besar
daripada biaya penerimaannya.
Karena itu seharusnya permohonan pembelian tersebut dikabulkan.
Kesimpulan
Keputusan tentang berapa banyak piutang akhirnya dimiliki perusahaan sebagian
besar tergantung pada Bagian Pemasaran.
Meskipun demikian, dampak keputusan tersebut akan terasa pada Bagian Keuangan,
paling tidak yang menyangkut masalah pendanaan.
Dengan demikian, nampak bahwa keputusan-keputusan keuangan bukan hanya
terbatas dilakukan oleh Bagian Keuangan saja. Misalnya aktivitas manajemen piutang
dalam manajemen keuangan.
Dan bila ingin merancang dan membuat sistem pengelolaan keuangan perusahaan yang
accountable dan akurat, Anda bisa membaca contoh-contohnya di SOP + Accounting
Tools sebagai pendukung pelaksanaannya di lapangan.
Analisis ekonomi tentang piutang pada dasarnya mencoba membandingkan manfaat
dan pengorbanan yang timbul karena memiliki piutang.
http://fekool.blogspot.com/2015/05/mankeu-manajemen-piutang.html
https://www.kompasiana.com/maulinagista33/565c533e349373c6048b4573/pentingnya-manajemen-
piutang-bagi-perusahaan
http://ais-zakiyudin.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_26.html
https://manajemenkeuangan.net/manajemen-piutang-usaha/