Anda di halaman 1dari 9

Nama : Maurifah Maysarah

Nim : 1993142009

Kelas : Manajemen D

Resume Manajemen Piutang

 Pengertian manajemen piutang


Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya
transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri
menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau
alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas,
sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan
kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan
semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Manajemen piutang adalah sebuah proses yang mendata, mengumpulkan, dan menagih
piutang perusahaan dari tangan konsumen. Sistem manajemen piutang yang baik akan
menghindarkan Anda dari kekurangan dana akibat dana yang macet di tangan konsumen.
 Tujuan manajemen piutang
Tujuan dari manajemen piutang itu sendiri yaitu untuk mengelola dan mengorganisir piutang
perusahaan agar semua piutang dapat ditagih dan diterima atau di konversi sebagai kas yang
akan menghasilkan laba bagi perusahaan.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang dagang
 Volume penjualan kredit : semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi
yang tertanam dalam Piutang
 Syarat pembayaran penjualan kredit : semakin lama jangka waktu pelunasan maka
semakin besar invesatasinya pada piutang
 Ketentuan tentang pembatasan kredit : batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon
kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan)
dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin
memperkecil investasi dalam piutang).
 Kebijakan pengumpulan piutang : pengumpulan piutang dapat bersifat aktif
(menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu
tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur
menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
 Kebiasaan membayar dari para langganan : apabila sebagian besar pelanggan membayar
pada masa diskon (termin 2/10;n/30), maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi
jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu investasi yang
besar.
 Memperkecil resiko piutang
Kegagalan atau keberhasilan perusahaan tergantung pada permintaan atas produknya ,
makin tinggi penjualannya makin sehat perusahaan tersebut makin besar keuntungannya begitu
juga sebaliknya , namun penjualan dipengaruhi oleh factor ekstren dan internal . factor
ektsternal tersebut adalah
 Pelafon didapat dari kredit , artinya makin kecil perusahaan menyediakan dana untuk
mendukung kebijakan kredit maka akan kecil resiko yang dihadapi perusahaan untuk
penjualan kredit
 Periode kredit , artinya makin pendek jangka waktu kredit maka akan makin cepat dana
yang tertanam pada piutang menjadi kas sehingga makin kecil resiko dihadapi dalam
piutang
 Pemberian diskon , artinya dengan adanya diskon membuat pembeli untuk segera
melunasi pembayaran sehingga memperkecil piutang
 Kebijakan mengenai penagihan ,artinya kebijakan yang dibuat perusahaan untuk
mengumpulkan piutang secra intensif sehingga memperkecil resiko piutang yang
dihadapi perusahaan
 Melakukan seleksi terhadap pelanggan yang akan diberikan kredit yang menggunakan
5K yaitu :
a) Karakter (mengetahui karakter pelanggan)
b) Kapasitas (kemampuan pelanggan untuk membayar)
c) Capital ( kemampuan untuk membayar bunga)
d) Kolerateral ( jaminan )
e) Keadaan (perekonomian pelanggan)
 Analisis manajemen piutang
 Analisis Manajemen Piutang Terhadap Kinerja Keuangan
Mengapa banyak perusahaan yang menjual barang hasil produksinya dan/atau
barang dagangan mereka secara kredit? Alasannya tidak lain adalah karena penjualan
secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan atau untuk
mencegah penurunan penjualan. Dengan penjualan yang makin meningkat , diharapkan
laba juga akan meningkat. Sayangnya memiliki piutang juga menimbulkan berbagai
biaya bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu melakukan analisis efektivitas
manajemen piutang untuk meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan analisis ekonomi
tentang piutang ini adalah untuk menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar
ataukah lebih kecil dari biayanya.
Dalam merencanakan dasar-dasar kebijakan piutang yang mempengaruhi piutang,
perlu didentifikasi manfaat dan pengorban karena keputusan tersebut.
Berikut ini diberikan berbagai contoh untuk mengidentifikasi manfaat dan
pengorbanan tersebut.
1. Penjualan kredit tanpa diskon
Misalkan suatu perusahaan dagang semula melakukan penjualan secara
tunai. Penjualan yang tercapai setiap tahun rata-rata sebesar Rp 800 juta.
Perusahaan kemudian merencanakan akan menawarkan syarat penjualan n/60.
Ini berarti bahwa pembeli bida membayar pembelian mereka pada hari ke-60.
Diperkirakan dengan syarat penjualan yang baru tersebut perusahaan akan bisa
meningkatkan penjualan sampai dengan Rp 1.050.000.000. Profit margin yang
diperoleh sekitar 15%. Apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit, jika
biaya dana sebesar 16%?
A: Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan:
= (1.050 – 800) x 15%
= Rp 37,5 juta
B: Pengorbanan:
Perputaran piutang:
= 360 hari/60 hari
= 6 x dalam setahun
Rata-rata piutang:
= Rp 1.050/6
= Rp 175 juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut:
= 85% x Rp 175 juta
= Rp 148,75 juta
Biaya dana yang harus ditanggung karena memiliki tambahan piutang:
= Rp 148,75 juta x 0,16
= Rp 23,80 juta
Jadi, tambahan manfaat bersih adalah:
= Rp 37,50 juta – Rp 23,80 juta
= Rp 13,70
Analisis tersebut menunjukkan bahwa manfaat lebih besar dari pengorbanan,
sehingga diperoleh manfaat bersih yang positif.
2. Menjual secara kredit dengan diskon
Misalkan perusahaan menawarkan syarat penjualan, 2/20 net 60. Ini berarti
bahwa kalau pembeli melunasi pembeliannya pada hari ke-20, mereka akan
memperoleh diskon 2%. Tapi jika melunasi pada hari ke-60 harus membayar
dengan harga penuh. Diperkirakan 50% akan memanfaatkan diskon, dan sisanya
membayar pada hari ke-60. Apakah perusahaan sebaiknya meng-introdusir
diskon atau menjual kredit tanpa diskon?
A: Manfaat:
Rata-rata periode pembayaran piutang:
= 0,5 (20) + 0,5 (60)
= 40 hari
Perputaran piutang:
= 360/40 = 8X
Rata-rata piutang:
= 1.050 /8 = Rp 131,25 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang:
= Rp 131,25 juta x 85% = Rp 111,56 juta
Penurunan biaya dana:
= (Rp 148,75 – Rp 111,56) x 16% = Rp 5,95 juta
B: Pengorbanan:
Diskon yang diberikan:
= 2% x 50% x Rp 1.050
= Rp 10,50 juta
Jadi, manfaat bersihnya adalah:
= Rp 5,95 juta – Rp 10,50 juta
= (Rp 4,55 juta)
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa diskon yang diberikan ternyata
lebih besar dari pada penghematan biaya.
3. Penjualan kredit dengan kemungkinan piutang tidak terkumpul
Misalkan dari penjualan dengan syarat n/60 tersebut diperkirakan 1% tidak
terbayar. Apakah perusahaan sebaiknya menjual secara kredit ataukah tetap
tunai?
A: Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan:
= (1.050 – 800) x 15%
= Rp 37,5 juta
B: Pengorbanan:
Perputaran piutang:
= 360 hari/60 hari
= 6 x dalam setahun
Rata-rata piutang:
= Rp 1.050/6
= Rp 175 juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut:
= 85% x Rp 175 juta
= Rp 148,75 juta
Biaya dana yang harus ditanggung karena memiliki tambahan piutang:
= Rp 148,75 juta x 0,16
= Rp 23,80 juta
Kerugian karena penjualan tidak terbayar:
=1% x Rp 1.050 juta
= Rp 10,50 juta
Total tambahan biaya:
= Rp 23,80 juta + Rp 10,50 juta
= Rp 34.30 juta
Tambahan manfaat bersih adalah:
= Rp 37,50 juta – Rp 34,30 juta
= Rp 3,20
Analisis di atas menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan kemungkinan
penjualan tidak terbayar, penjualan kredit diharapkan masih menguntungkan
apabila dibandingkan dengan penjualan secara tunai.
4. Faktor lain yang mempengaruhi penjualan
Misalkan perputaran piutang ternyata mencapai hanya 4X dalam satu tahun,
padahal persyaratan penjualan adalah n/60.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain:
#1: Pemberian kredit tidak dilakukan secara ketat sesuai dengan standar kredit
Dengan demikian, di samping menentukan syarat penjualan, misalnya: n/60
ataupun 2/10/net60, perusahaan perlu menentukan standar kreditnya.
#2: Aktivitas bagian kredit tidak baik
Misalkan sekarang bahwa penjualan kredit setiap tahun mencapai Rp 12 M,
maka piutang mencapai Rp 3 M dan bukannya Rp 2 M sebagaimana standar
penjualan.
Bila profit margin adalah sebesar 10%, maka perusahaan memerlukan
tambahan dana karena keterlambahan pengumpulan piutang sebesar:
= 0,90 ( Rp 3 M – Rp 2 M )
= Rp 900 juta
Bila biaya dana adalah sebesar 15%, maka kerugian kerugian karena
tertundanya pengumpulan piutang adalah:
= 0,15 ( Rp 900 juta )
= Rp 135 juta
Karena itu, bila perusahaan dapat mempercepat pengumpulan piutang,
misalnya dengan menambah jumlah karyawan bagian penagihan kembali ke 6X
dalam satu tahun, tapi memerlukan biaya kurang dari Rp 135 juta dalam satu
tahun.
 Siapa yang Diizinkan Membeli Secara Kredit dalam Manajemen Piutang
Sebagai contoh:
Karyawan yang berpenghasilan tetap bisa diijinkan membeli secara kredit karena ada
kerja sama dengan organisasi tempat karyawan tersebut bekerja, misalnya dengan
memotong gaji tiap bulan sesuai dengan angsuran yang telah ditetapkan.
Evaluasi juga bisa dilakukan terhadap dana historis variabel-variabel tertentu.
Sebagai contoh:
Data historis menunjukkan bahwa:
1) karyawan yang telah berkeluarga,
2) mempunyai tempat tinggal sendiri,
3) telah lama memangku suatu jabatan tertentu,
Lebih tepat memenuhi pembayaran pada waktunya dibandingkan dengan:
1) Yang masih single
2) Belum mempunyai tempat tinggal sendiri
3) Baru memangku jabatan tertentu
Karena itu, mungkin sekali jika pembeli adalah individu, mereka diminta untuk mengisi
formulir.
Umumnya dijumpai hubungan (korelasi) tertentu antara faktor-faktor tertentu
dengan ketepatan pembeli melunasi pembelian mereka.
Sebagai contoh:
Jika seseorang:
1) telah lama bertempat tinggal di satu alamat,
2) rumah yang di tempati milik sendiri,
3) berkeluarga, dan
4) telah bekerja cukup lama
Seringkali pembeli tersebut memang merupakan pembeli yang baik. Karena itulah
informasi yang dicantumkan dalam formulir, dan bagaimana melakukan analisis dan
penafsirannya, haruslah dirancang dengan seksama.

Pada gambar di atas menunjukkan adanya pengelompokkan perusahaan, yaitu yang baik
dan buruk.
Jika kita gambarkan garis pemisah, maka perusahaan yang ada di atas garis pemisah
merupakan perusahaan yang kurang baik, yaitu:
1) perusahaan dengan tanda o),
2) sedangkan yang di bawah adalah perusahaan yang baik, yaitu perusahaan
dengan tanda *)
Dengan demikian bila ada suatu perusahaan yang ingin membeli secara kredit, dan
kemudian kita plot-kan dalam gambar tersebut ternyata berada di bawah garis, maka
perusahaan tersebut kita nilai baik sehingga kredit diberikan, dan sebaliknya.
 Analisis Terhadap Calon Pembeli dalam Manajemen Piutang
Dapat dilakukan analisis dengan menggunakan asumsi bahwa seandainya pembeli
tidak melunasi pembelian mereka, jumlah yang dibeli tersebut dianggap hilang sebagai
kerugian. Dan analisis ini memerlukan penerapan teori manajemen piutang dan konsep
statistik.
Misalkan seorang pembeli akan membeli dengan kredit suatu barang denga harga Rp
100. Harga Pokok Penjualan (HPP) barang tersebut adalah Rp 60, dan diperkirakan
probabilitas pembeli tersebut akan melunasi pembeliannya adalah 0,95. Apakah
permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan?
Bila permohonan tersebut ditolak, maka kerugian perusahaan sama dengan nol. Dengan
demikian permohonan tersebut dapat dikabulkan hanya bila diharapkan akan
memberikan laba yang lebih besar dari nol (expected profit > 0).
Perhatikan perhitungan dan analisis expected profit berikut ini:
expected profit = Prob. akan membayar (harga-biaya) – prob. tidak membayar (biaya)
= 0,95 (100 – 80 ) – 0,05 (80)
= 19 – 4
= 15
Karena expected profit positif, maka permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan.
Dengan demikian sejauh probabilitas pembeli akan membayar masih di atas 80%, maka
permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan.
Cut-off probabilitas sebesar 80% tersebut diperoleh dari persamaan berikut ini :
Pada expected profit sama dengan nol, maka kita berada dalam posisi indifference.
Dengan demikian bila probabilitas akan membayar diberi notasi p, maka:
0 = p(100-80) – (1-p)(80)
= 20p – 80 + 80p
p= 0,80
Tentu saja semakin besar p semakin besar dorongan agar permohonan tersebut
dikabulkan.
Trade-off antara mengabulkan (memperoleh laba tapi mungkin juga tidak terbayar) dan
menolak ( tidak akan terjadi kerugian karena tidak terbayar, tapi kehilangan penjualan)
selalu muncul dalam analisis.
Dasar pemikiran yang sama dapat diterapkan untuk persoalan berikut ini:
Misalkan data historis menunjukkan bahwa kelompok pembeli yang “baik”mempunyai
rata-rata periode pengumpulan piutang 30 hari.
Rata-rata biaya pengumpulan Rp 100 dan probabilitas piutang tidak terbayar hanya 0,02
(atau 20%).
Permohonan pembelian kredit dikabulkan kalau biaya penerimaan lebih besar dari biaya
penolakan. Biaya yang paling diharapkan dari masing-masing alternatif dapat
dirumuskan sebagai berikut:
A. Biaya Penerimaan =
Probabilitas tidak membayar (biaya variabel per unit) unit yang dibeli + (tingkat
keuntungan yang disyaratkan) (Periode pengumpulan/360) (biaya variabel per unit) unit
yang dibeli + Biaya pengumpulan
B. Biaya Penolakan =
(1 – Probabilitas tidak terbayar) (laba marginal per unit) unit yang dibeli.
Perhatikan contoh perhitungan berikut ini:
Misalkan biaya variabel (disebut juga biaya marginal) sebesar Rp 1.800 per unit dan laba
marginal (artinya tambahan laba yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit
penjualan) Rp 1.200 dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar Rp 18%.
Dengan demikian bila X adalah unit yang dibeli, maka untuk kelompok ‘baik’ biaya
penerimaan dan penolakan yang diharapkan adalah:
A. Biaya penerimaan:
= 0,02(1.800X) + 0,18(30/360)1.800X + 100
= 36X + 27X + 100
= 63X + 100
B. Biaya penolakan:
= (1 – 0,02) 1.200X
= 1.176X
Apa arti persamaan-persamaan tersebut. Apabila (calon) pembeli yang dikelompokan
‘baik’ bermaksud membeli 3.000 unit, maka:
A. Biaya penerimaan:
= 63(3.000) + 100
= 189.100
B. Biaya penolakan:
= 1.176(3.000)
= 3.528.000
Dengan demikian bila pembelian tesebut ditolak, maka biaya penolakannya lebih besar
daripada biaya penerimaannya.
Karena itu seharusnya permohonan pembelian tersebut dikabulkan.
 Kesimpulan
Keputusan tentang berapa banyak piutang akhirnya dimiliki perusahaan sebagian
besar tergantung pada Bagian Pemasaran.
Meskipun demikian, dampak keputusan tersebut akan terasa pada Bagian Keuangan,
paling tidak yang menyangkut masalah pendanaan.
Dengan demikian, nampak bahwa keputusan-keputusan keuangan bukan hanya
terbatas dilakukan oleh Bagian Keuangan saja. Misalnya aktivitas manajemen piutang
dalam manajemen keuangan.
Dan bila ingin merancang dan membuat sistem pengelolaan keuangan perusahaan yang
accountable dan akurat, Anda bisa membaca contoh-contohnya di SOP + Accounting
Tools sebagai pendukung pelaksanaannya di lapangan.
Analisis ekonomi tentang piutang pada dasarnya mencoba membandingkan manfaat
dan pengorbanan yang timbul karena memiliki piutang.
http://fekool.blogspot.com/2015/05/mankeu-manajemen-piutang.html

https://www.kompasiana.com/maulinagista33/565c533e349373c6048b4573/pentingnya-manajemen-
piutang-bagi-perusahaan

http://ais-zakiyudin.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_26.html

https://manajemenkeuangan.net/manajemen-piutang-usaha/

Anda mungkin juga menyukai