Fatmawati1, Nurpiana2
1,2
Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Sidrap
ABSTRAK
Pendidikan seks anak usia dini merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan
kepada anak sejak ia memikirkan masalah-masalah seksual, hasrat, dan pernikahan sehingga ketika
anak itu menjadi pemuda, tumbuh dewasa, dan memahami urusan-urusan kehidupan maka ia
mengetahui kehalalan dan keharaman Tahap awal pendidikan seks adalah mengajarkan konsep
benar dan salah, membiasakan membersihkan anggota tubuh, mengajarkan cara menjaga diri
sendiri, serta cara membina hubungan dengan orang lain. Tujuan penelitian ini secara umum yaitu
untuk mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak usia dini di
wilayah kerja Puskesmas Empage Tahun 2018 sedangkan secara khusus yaitu ingin mengetahui
pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak usia dini. Kemudian tujuan mengenai
pendidikan seks pada anak usia dini ialah agar anak tidak memiliki pemahaman yang salah dan
terjerumus ke dalam tindak kekerasan dan sebagai pencegahan terjadinya kekerasan seksual
dengan anak mampu menolak, menghindar, mengadu kepada orang terdekat jika ada seseorang
yang melakukan tindakan kejahatan seksual Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan jumlah 34 responden. Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan rumus
solvin dan perposive sampling. Lokasi penelitian ini diwilayah kerja Puskesmas Empagae. Waktu
penelitian tanggal 28 Mei 2018 s.d 30 Juni 2018. Instrumen penelitian berupa kuisioner,
sedangkan teknik analisa data univariat dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini di Wilayah Kerja
Puskesmas Empagae maka secara umum di dapatkan bahwa sebagian besar orang tua yang
memiliki pengetahuan dengan kategori baik 6(17,64%), dan yang menjawab cukup 14(41,18%),
dan yang menjawab kurang 14(41,18%)
melangkah dalam hidupnya. Media Hal ini berarti di antara 100 anak terdapat
massa dengan mudah dapat diperoleh dan 3 anak yang mengalami kekerasan, dan
diakses oleh setiap lapisan masyarakat kekerasan seksual merupakan jenis
termasuk didalamnya adalah anak - anak. kekerasan yang paling banyak ditemukan
Jenis informasi yang diperoleh dari (Kemenkes RI, 2014).
media massapun beragam termasuk Kasus kejahatan seksual di dunia
diantaranya adalah informasi tentang yang tercatat dalam data UNICEF
pornografi dan seksualitas. (Aprilia,2015) menunjukkan bahwa 1 dari 10 anak
Clara Kriswanto mengatakan bahwa, perempuan telah menjadi korban
pendidikan seks untuk anak seharusnya kejahatan seksual. Kasus kejahatan
sudah dimulai sejak dini, bahkan mulai seksual juga terjadi di Indonesia. Kasus
usia 0-5 tahun (masa balita). Tepatnya kejahatan seksual di Indonesia saat ini
dimulai saat usia anak 3-4 tahun, karena sedang marak terjadi, seperti kasus
pada usia ini anak sudah bisa melakukan pelecehan seksual, kekerasan seksual,
komunikasi dua arah dan dapat mengerti eksploitasi seks dan masih banyak lagi.
mengenai organ tubuh mereka dan dapat Kasus tersebut tidak hanya menimpa
pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh orang dewasa saja, tapi juga di alami oleh
internal. (Aprilia,2015) anak-anak. Selama tahun 2011 hingga
Salah satu tujuan pentingnya 2015 kasus kekerasan seksual pada anak
pendidikan seks pada anak usia dini di Indonesia tercatat mencapai 50 kasus.
adalah menjaga kesehatan tubuhnya dari (Suryo, 2016)
orang-orang yang berniat buruk pada Pengaduan kekerasan terhadap anak
anak. Wakil ketua KPAI Susanto menurut data Komisi Perlindungan Anak
menegaskan dengan pengetahuan tentang Indonesia (KPAI) pada Januari hingga
seks, anak mampu menolak, menghindar, Juni 2014 terdapat 1.622 kasus.
mengadu kepada orang terdekat jika ada Pengaduan dilakukan langsung atau
seseorang yang melakukan tindakan melalui surat, telepon, dan email. Kasus
kejahatan seksual. Selain mencegah kekerasan seksual terhadap anak
kejahatan seksual, pendidikan seksual menempati posisi tertinggi pertama
juga menghindari tindakan yang dengan pengaduan sebanyak 459 kasus
seharusnya belum boleh anak lakukan per Juni 2014. Kekerasan seksual
karena ketidaktahuannya. (Rezkisari: tersebut berupa pemerkosaan, sodomi,
2015) pencabulan dan pedofilia (Diah, 2014).
Informasi mengenai kesehatan Menurut Komnas Perlindungan anak,
seksual yang diberikan kepada anak pada semester pertama tahun 2013,
bertujuan agar anak tidak memiliki terdapat 294 kasus (28%) kekerasan fisik,
pemahaman yang salah dan terjerumus ke 203 kasus (20%) kekerasan psikis, dan
dalam tindak kekerasan. Data dari 535 kasus (52%) adalah kekerasan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan seksual. Itu berarti setiap bulan terdapat
dan Perlindungan Anak (KPP-PA) 90- 100 anak mengalami kekerasan
bekerjasama dengan Badan Pusat seksual. Bentuk-bentuk kekerasan
Statistik (BPS) pada tahun 2008 seksual berupa sodomi (52 kasus),
menyebutkan bahwa prevalensi pemerkosaan (280 kasus) dan
kekerasan terhadap anak yaitu 3,02%.
pencabulann (182 kasus) serta incest (21 Para pelaku kekerasan seksual pada
kasus) (Anastasia, 2013) anak tersebut justru merupakan 640
Pernyataan Kombes (Pol) Kapolres orang terdekat yang seharusnya
Jakarta Selatan, Wahyu Hadiningrat yang melindungi. Sebanyak 24% pelaku
dikutip dari www,beritajakarta.id (2014) berasal dari keluarga, 56% dari
mengatakan bahwa kasus kriminalisasi lingkungan sosial sekitar tempat tinggal
anak yang terjadi di Jakarta Selata sejak korban, dan sebanyak 17% dari
tahun 2011-2013 sejumlah 185 kasus lingkungan sekolah. Ini menunjukkan
tindak pidana, 67 kasus menyerang fisik bahwa anak-anak sangat rentan terhadap
dan 118 lainnya mengalami kekerasan kekerasan, utamanya kekerasan seksual.
dan pelecehan seksual pada anak. Data Kekerasan seksual, berdasarkan tempat
tahun 2015 yang disampaikan oleh terjadinya kebanyakan terjadi di rumah
wakapolres Jakarta Selatan dalam (48,7%), tempat umum (6,1%), sekolah
news.liputan6,com terdapat 40 kasus (4,6%), tempat kerja (3,0%), dan tempat
kekerasan seksual anak dibawah umur lainnya seperti motel, hotel, dan lain-lain
ditangani oleh Polres Metro Jakarta (37,6%) (IDAI,2014).
Selatan. (Salsabila, S: 2017) Banyaknya kasus ini dipicu oleh
Pelaku kekerasan sesksual pada anak kurangnya kesadaran orang tua dalam
dapat dilakukan oleh siapa saja. Para memberikan pendidikan dan pengawasan
pelaku child abuse, sebanyak 68% mengenai seks. Akibatnya, anak tidak
dilakukan oleh orang yang dikenal anak, hanya menjadi korban tapi juga bisa
termasuk 34% dilakukan oleh orang tua menjadi pelaku dari kejahatan seks
kandung sendiri. Data dari Satuan karena salahnya informasi yang didapat
Reskrim Polres Aceh Utara dalam jurnal anak. (Salsabilah, 2017)
Bahri (2015) menjelaskan bahwa pada Hal tersebut menjelaskan bahwa anak
tahun 2013 pelaku kekerasan seksual sekarang ini sangatlah rentan terhadap
terbanyak berasal dari orang-orang dari kekerasan seksual. Dampak yang dialami
lingkungan korban, yaitu tetangga (36%) anak baik menjadi korban ataupun pelaku
dan yang dikenal (29%), selebihnya dapat mengganggu kesehatan fisik,
pelaku tidak saling kenal dengan korban mental dan psikologis anak sehingga
(21%), pacar (7%), dan teman (7%). tumbuh kembang anak terganggu. Hal ini
(Salsabila, S: 2017) dapat menyebabkan gangguan pada
Kekerasan seksual berdasarkan usia konsep diri anak. Peran serta orang tua,
korban, terbanyak terjadi pada usia 6-12 masyarakat dan pemerintah sudah
tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun sepatutnya menjaga dan menjadi
(7,7%) (IDAI, 2014). Hal ini dikarenakan pelindung bagi kesehjateraan anak
anak merupakan korban ideal yang tidak sebagai penerus generasi bangsa.
bisa melawan. Anak dibawah usia 8 (Salsabilah, 2017)
tahun biasanya diajak bermain rahasia Kekerasan seksual terhadap anak bisa
untuk mencegah anak mengadu kepada berdampak jangka panjang seperti
orang tuanya. Anak pra remaja akan masalah fisik, gangguan emosi atau
diancam dan diintimidasi sehingga perubahan perilaku sampai dengan
merasa malu untuk mengadu. (Fisnawati, gangguan perkembangan, atau pun
2017) jangka panjang seperti kecacatan. Anak
yang menjadi korban penyiksaan seksual laki-laki sebanyak 195,4% anak dan jenis
bisa berkembang menjadi rendah diri kelamin perempuan sebanyak 204,7%
serta merasa bersalah dan malu, dan anak. Sedangkan yang dilaporkan oleh
mereka mungkin belajar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
menggunakan perilaku seksual secara Sulawesi Selatan pada tahun 2016
tidak tepat dalam berinteraksi dengan jumlah anak usia <15 tahun
teman sebaya dan orang dewasa (IDAI, dengan jumlah 2.452.383
2014). (Kemenkes RI 2017).
Kurangnya pemahaman anak tentang Menurut data Puskesmas Empagae
pelecehan dan kekerasan seksual Kabupaten Sidenreng Rappang dengan
membuat anak hanya diam dan tidak wilayah kerja yang mencakup 8
memberi tahukan orangtuanya ketika desa/kelurahan wilayah Kecamatan
mengalami hal tersebut. (Anggraini, Watang Sidenreng pada tahun 2015
2017) jumlah balita sebanyak 1156 anak. Pada
Oleh karena itu, pembicaraan, tahun 2016 jumlah balita sebanyak 1232
bimbingan dan arahan berkaitan dengan anak dan pada tahun 2017 jumlah
seks ternyata sangatlah penting disaat balita sebanyak 1283 anak (Profil
anak perkembangan seksual anak. Dalam Puskesmas Empagae tahun 2017).
bidang pendidikan, sekolah dan guru Karena banyaknya jumlah anak di
memiliki peran penting untuk mencegah wilayah kerja Puskesmas Empagae maka
terjadinya kekerasan seksual terhadap tujuan penelitian ini untuk mengetahui
anak dengan memperkenalkan pengetahuan orang tua tentang
pendidikan seks kepada anak usia dini, pendidikan seks pada anak usia dini di
hal ini sangatlah penting mengingat Wilayah Kerja Puskesmas Empage
kejahatan seksual makin marak dan Tahun 2018.
korbannya dimulai dari anak-anak usia 3
tahun. (Anggraini, 2017) BAHAN DAN METODE
Peribahasa “Sedia payung sebelum Lokasi dan Desain Penelitian
hujan” sangat tepat untuk Penelitian ini dilaksanakan di
menggambarkan pentingnya pendidikan Puskesmas Empagae Kecamatan Wattang
seks sejak dini. Karena mencegah lebih Sidenreng Kabupaten Sidenreng
penting dari mengobati, maka upaya Rappang. Desain penelitian yang
pencegahan (perventif) adalah hal yang digunakan yaitu deskriptif.
sangat penting untuk dapat
meminimalisir kekerasan seksual di Populasi dan Sampel
masyarakat. Upaya pencegahan Populasi dalam penelitian ini adalah
kekerasan seksual terhadap anak seluruh orang tua yang mempunyai anak
diantaranya adalah dengan memberikan usia dini di wilayah kerja Puskesmas
pendidikan seksual kepada anak usia Empagae Kecamatan Wattang Sidenreng
dini. (Anggraini, 2017) Kabupaten Sidrap sebanyak 1283 anak.
Data Kementerian Kesehatan Teknik pengambilan sampel adalah
Republik Indonesia pada tahun 2016 menggunakan rumus solvin dan
jumlah anak usia 0-14 tahun berjumlah perposive sampling sejumlah 34 sampel.
70.096.861 anak dengan jenis kelamin
umurnya masih muda memiliki minat lingkungan dan juga dapat menimbulkan
untuk belajar lebih banyak dan lebih baik stres dalam bekerja sehingga kondisi
dalam merespon informasi dibandingkan pekerjaannya pada umumnya diperlukan
dengan orang yang sudah tua. adanya hubungan sosial yang baik
Berdasarkan hasil analisis tingkat dengan orang lain, setiap orang harus
pendidikan menunjukkan bahwa tingkat bergaul dengan teman sejawat.
pendidikan pada responden tertinggi Hasil penelitian ini tidak mendukung
adalah SD sebanyak 17(50%), SMP teori dimana pengetahuan sangat erat
sebanyak 7(20,59%), SMA sebanyak kaitannya dengan pendidikan yang
7(20,59%), D3 sebanyak 1 (2,94%), D4 diharapkan seseorang dengan mempunyai
sebanyak 1(2,94%), S1 sebanyak 1 pekerjaan akan memberikan pengetahuan
(2,94%). responden.
Menurut Budiman (2013), pendidikan Berdasarkan hasil analisis
berarti bimbingan yang diberikan menunjukkan bahwa pengetahuan
seseorang kepada orang lain terhadap orang tua yaitu kategori pengetahuan
sesuatu hal agar mereka dapat responden baik sebanyak 6(17,64%),
memahami. Tidak dapat dipungkiri kategori pengetahuan responden cukup
bahwa makin tinggi pendidikan sebanyak 14 (41,18) dan kategori
seseorang makin mudah pula mereka pengetahuan responden kurang
menerima informasi dan pada akhirnya sebanyak 14 (41,18).
makin banyak pula pengetahuan yang Menurut Budiman (2013)
dimilikinya. pengetahuan merupakan hasil dari tahu
Peneliti berasumsi bahwa pendidikan dan ini terjadi setelah orang melakukan
adalah suatu pengembangan pengetahuan penginderaan terhadap suatu objek
seseorang namun pengetahuan tidak tertentu. Pengetahuan merupakan
hanya dapat diukur dari pendidikan domain yang sangat penting untuk
formal semata karena pengetahuan juga terbentuknya tindakan seseorang.
dapat didapatkan berdasarkan Dengan meningkatnya pendidikan dan
pengalaman, teman maupun keluarga informasi kepada orang tua tentang
ataupun lingkungan sekitar sehingga kita pendidikan seks pada anak usia dini,
tidak boleh menuntut bahwa orang yang maka akan meningkatkan pengetahuan
tidak berpendidikan tidak memiliki yang baik.
pengetahuan. Penelitian ini tidak sejalan dengan
Berdasarkan hasil penelitian hasil penelitian Sabrina Salsabila
menunjukkan bahwa pekerjaan (2017) dengan judul gambaran tingkat
responden tertinggi yaitu IRT sebanyak pengetahuan orang tua tentang program
30(88,24%), Pegawai 3 orang dengan underwear rules dalam pencegahan
presentase (8,82%), dan swasta sebanyak kekerasan seksual pada anak usia
1 dengan presentase (2,94%). prasekolah dengan jumlah responden
Menurut Budiman (2013) pekerjaan 107 menunjukkan pengetahuan untuk
adalah kegiatan atau aktivitas seseorang pendidikan dasar sebanyak 17 orang
untuk memperoleh penghasilan yang kategori baik sebanyak 26 (78,8%),
bertujuan guna memenuhi kehidupan kategori pengetahuan cukup sebanyak 6
sehari-hari. Contohnya dari situasi (18.2%) dan kategori kurang sebanyak