Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HUKUM ACARA PERDATA YANG BERSANGKUTAN DENGAN ACARA


PIDANA

Disusun oleh

Nama :  Ahmad Yani

         Nim : 019.06.0009

Kelas : Pagi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat suatu tata hukum yang mengatur tata tertib


dalam, pergaulan hidup sehari hari di masyarakat, dimana segala tingkah laku
orang perseorangan maupun yang menyangkut kepentingan masyarakat terikat
pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dengan demikian akan
terjaminlah hak-hak serta kewajiban yang ada pada masyarakat.
Seseorang yang merasa haknya dilanggar tidak diperkenankan
bertindak sendiri atau main hakim sendiri untuk menyelesaikan sengketa
tersebut, tetapi harus melalui prosedur yang benar menurut ketentuan yang
berlaku. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah gugatan lewat
pengadilan, dimana hakim akan bertindak sebagai perantara bagi pihak-pihak
yang bersengketa, sehingga hak-hak dan kewajiban dari warga negara akan
senantiasa terjamin, dengan demikian hukum acara perdata mempunyai arti
penting dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam hal penyelesaian perkara lewat pengadilan maka prosedurnya
harus sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata.
Hukum Acara Perdata adalah peraturan yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Dengan perkataan lain Hukum Acara perdata adalah peraturan hukum yang
menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata
materil. Lebih konkrit lagi tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan
hak, memeriksa serta memutuskan dan pelaksanaan dari pada putusannya.
Ini dikenal sebagai asas hukum dalam hukum acara .Agar
sebuah proses persidangan berjalan seimbang, Azas Audi et Lateram
Partem dikenal sebagai azas keseimbangan dalam hukum acara pidana,
yakni seorang hakim wajib untuk mendengarkan pembelaan dari pihak
yang disangka atau didakwa melakukan suatu tindakan yang melanggar
hukum guna menemukan kebenaran materiil suatu perkara yang
diadilinya.
Jika setelah melewati 3 (tiga) kali pemanggilan ternyata tergugat
tidak hadir maka jatuhlah bagi pihak yang tidak hadir tersebut putusan
verstek. Putusan Verstek adalah putusan hakim yang bersifat declaratoir
(op tegenspraak) tentang ketidakhadiran tergugat meskipun ia menurut
hukum acara harus datang. terhadap kondisi verstek ini, tuntutan
penggugat tidak berarti serta merta akan dikabulkan seluruhnya. Perkara ,
tetap diperiksa menurut hukum acara yang berlaku. Pasal 125 HIR
menentukan, bahwa untuk putusan verstek yang mengabulkan gugatan
harus memenuhi syarat-syarat seperti petitum tidak melawan hukum dan
memiliki cukup alasan.

B. Masalah

Putusan verstek selain dapat dijatuhkan pada perkara-perkara perdata,


dapat pula dijatuhkan pada perkara-perkara pidana. Apabila tergugat atau
kuasanya tidak pernah hadir dalam sidang meskipun telah dipanggil dengan
patut.
Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan karena tergugat /
termohon tidak pernah hadir meskipun telah dipanggil secara resmi, sedang
penggugat hadir dan memohon putusan. Putusan verstek dapat dijatuhkan
dalam sidang pertama atau sesudahnya, sesudah tahap pembacaan gugatan
sebelum tahap jawaban tergugat, sepanjang tergugat / para tergugat semuanya
belum hadir dalam sidang padahal telah dipanggil dengan resmi dan patut
dalam hal tergugat lebih tidak hadir dalam sidang, maka dapat diputus pula
dengan verstek. Dalam putusan verstek pada perkara perceraian, apabila
tergugat atau kuasanya tidak pernah hadir dalam sidang meskipun
telah dipanggil dengan patut, maka hakim dapat menjatuhkan putusan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Verstek

Putusan verstek adalah menyatakan bahwa tergugat tidak hadir,


meskipun ia menurut hukum acara harus datang. Verstek ini hanya dapat
dinyatakan, jikalau tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama

Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga
tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan patut.
Pihak yang tidak hadir mungkin Penggugat dan mungkin juga Tergugat.
Ketidahadiran salah satu pihak tersebut menimbulkan masalah dalam
pemeriksaan perkara, yaitu perkara itu ditunda atau diteruskan pemeriksaannya
dengan konsekuensi yuridis.

Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan pada hari yang


ditentukan, tergugat tidak hadir dan pula ia tidak menyuruh orang lain untuk
hadir sebagai wakilnya, padahal ia telah dipanggil dengan patut maka gugatan
itu diterima dengan putusan tak hadir (verstek), sedangkan penggugat hadir dan
mohon putusan dari hakim.
2. Syarat-syarat acara Verstek
            Syarat acara verstek terhadap penggugat terdapat dalam bagian
pengguguran gugatan berdasarkan Pasal 124 HIR. Sedang yang akan dibicarakan
dalam uraian ini adalah verstek terhadap tergugat.

Menurut M. Yahya Harahap, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,


secara garis besar syarat sahnya penerapan acara verstek kepda tergugat merujuk
kepada ketentuan Pasal 125 HIR ayat (1) atau 78 Rv. Bertitik tolak dari pasal
tersebut, dapat dikemukakan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut


2. Tidak hadir tanpa alasan yang sah
3. Tergugat tidak mengajukan eksepsi kompetensi

Pasal 125 ayat (1) HIR menetukan, bahwa untuk putusan verstek yang
mengabulkan gugatan diharuskan adanya syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tergugat atau para tergugat kesemuanya tidak datang pada hari sidang
yang telah ditentukan.
2. Ia atau mereka tidak mengirimkan wakil/kuasanya yang sah untuk
menghadap
3. Ia atau mereka kesemuanya telah dipanggil dengan patut
4. Petitum tidak melawan hak
5. Petitum beralasan
3. Putusan Verstek
            Putusan atas suatu perkara dapat saja dijatuhkan meski tidak dihadiri oleh
pihak beperkara. Dalam hal putusan dijatuhkan tanpa tergugat pernah hadir dalam
sidang, disebut dengan putusan verstek. Persoalan putusan verstek diatur dalam
pasal 125 HIR/ 149 RBg, dengan prinsip – prinsip sebagai berikut:
 Tergugat sudah dipanggil secara resmi dan patut, dan ia tidak mengirim
orang lain untuk hadir dalam sidang sebagai wakil atau kuasanya yang sah
 Tergugat tidak mengajukan eksepsi ( perlawanan ) tentang kewenangan
pengadilan dalam mengadili perkara. Putusan yang diambil haruslah
dilakukan dengan menerapkan hukum acara yang benar.          
           Majelis Hakim telah memutus perkara tersebut dengan
mengabulkan gugatan penggugat secara verstek. Pertimbangan utama
majelis hakim dalam mengabulkan gugatan tersebut adalah gugatan
Penggugat telah sesuai dengan rumusan pasal 19 huruf ( b ) Peraturan
Pemerintah Nomrr 9 tahun 1975, junto pasal 116 huruf ( b ) Kompilasi
Hukum Islam, yang isi pokok dari kedua pasal tersebut adalah tentang
salah satu pihak dari suami-istri meninggalkan pihak lain selama 2 (dua)
tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

      Pemeriksaan dengan cara verstek adalah kehadiran para pihak di persidangan bukan

merupakan syarat mutlak sahnya proses pemeriksaan persidangan di pengadilan. Proses

pemeriksaan perkara dalam sidang pengadilan dapat tetap berjalan secara sah meskipun

tanpa dihadiri oleh salah satu pihak. Namun, bagi pihak yang tidak hadir di persidangan

harus menerima konsekuensi bahwa putusan ditetapkan di luar hadirnya pihak tersebut

dan mengabulkan gugatan pihak lawan. Penerapan verstek dinilai efektif unuk menciptakan

proses beracara yang tertib sesuai dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.
DAFTAR PUSTAKA

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,


Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, (Jakarta; Sinar Grafika, 2005), hlm. 192.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000), hlm. 86.

Anda mungkin juga menyukai