Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

GAMBARAN UMUM
WILAYAH
1. Gambaran Umum Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wilayah Adminsitratif
Secara geografis Provinsi Dearah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian
tengah di Pulau Jawa tepatnya dibagian selatan. Seluruh wilayah administrasi
DIY dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dengan batas adminstasi sebagai
berikut :
● Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo
● Bagian Utara : Kabupaten Magelang dan Boyolali
● Bagian Timur : Kabupaten Klaten dan Wonogiri
● Bagia Selatan : Samudera Indonesia
Bentang alam wilayah DIY merupakan kombinasi antara daerah pesisir,
dataran rendah, dan perbukitan/pegunungan yang terbagi menjadi empat
satuan fisiogragi. Pertama, berupa satuan fisiografi Gunung Merapi yang
berada di ketinggian 80 – 2.911 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wilayah
ini terdiri dari Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian Kabupaten
Bantul. Kedua, satuan fisiografi pegunungan selatan dengan ketinggian 150-700
mdpl yang terdiri bagian timur Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul.
Ketiga, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan
dengan ketinggian sekitar 0 – 572 mdpl yang terletak di wilayah utara
Kabupaten Kulon Progo. Serta yang keempat berupa satuan fisiografi dataran
rendah dengan ketinggian 0-80 mdpl yang terbentang mulai dari pesisir Kulon
Progo sampai wilayah Bantul.

9
Secara keseluruhan D.I Yogyakarta memiliki luas sebesar 3.185,80 km2
dengan 78 kecamatan dan terbagi menjadi 438 desa/kelurahan. Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah DKI Jakarta.
Masing-masing kabupaten/kota di Provinsi D.I Yogyakarta adalah :
• Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2 yang terdiri 12 kecamatan
dan terbagi 88 desa/kelurahan.
• Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2 yang terdiri 17 kecamatan dan
terbagi 75 desa/kelurahan
• Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 yang terdiri 18
kecamatan dan terbagi 144 keluarahan/desa
• Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2 yang terdiri 17 kecamatan
dan terbagi 86 keluarahan/desa
• Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km2 yang terdiri 14 kecamatan dan
terbagi 45 keluarahan.

2. Demografi Daerah Istimewa Yogyakarta


Demografi penduduk DIY berdasarkan data BPS Provinsi D.I Yogyakarta
mencapai 3.802.872 ribu pada tahun 2018. Komposisi penduduk didominasi oleh
penduduk peremupan yang mencapai 51% perempuan dan 49% laki-laki. Dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir dari tahun 2015 hingga tahun 2019 jumlah
penduduk di D.I Yogyakarta semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
2019 jumlah penduduk DIY mencapai 3.842.932 jiwa yang mana komposisi
jumlah penduduk terbanyak ada di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Persebaran penduduk DIY sampai saat ini masih terpusat di Kabupaten Sleman
dan Bantul. Kedua kabupaten ini memiliki distribusi penduduk terbesar dan
cenderung semakin meningkat setiap tahunnya. Sedangkan secara proporsi,
sebaran penduduk di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo semakin menurun
walaupun keduanya dari sisi populasi semakin meningkat. Pada Kota Yogyakarta
menjadi wilayah dengan populasi titik jenuh meskipun setiap tahunnya terus

10
meningkat. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah yang paling kecil
dibandingkan kabupaten lainnya di DIY dan sebagai pusat perekonomian dan
pemerintahan. Wilayah Kota Yogyakarta yang terbatas tidak dapat menampung
kelebihan penduduk akibat meningkatnya aktivitas perekonomian. Sehingga
adanya perluasan kawasan perkotaan di wilayah penyangga Kota Yogyakarta
khusunya di Kabupaten Sleman dan Bantul. Kedua kabupaten tersebut berbatas
langsung dengan Kota Yogyakarta.
Dengan luas wilayah 3.185,80 km2 kepadatan penduduk DIY tercatat
1.194 jiwa per km2. Tercatat kepadatan tertinggi berada di Kota Yogyakarta
sebagai pusat kota dan pusat perekonomian. Kepadatan penduduk di Kota
Yogyakarta mencapai 13.154 jiwa per km2 dengan luas wilayah hanya sekitar 1%
dari luas DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul memiliki wilayah terluas
mencapai 46,63% dari luas DIY memiliki kepadatan penduduk terendah yang
dihuni rata-rata 496 jiwa per km2. Berdasarkan proyeksi penduduk 2010 – 2035
dari Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta komposisi penduduk DIY menurut
kelompok umur didominasi oleh kelompok umur dewasa atau 25-29 tahun.

Sumber : Badan Pusat Statistik D.I Yogyakarta, 2019

Grafik 2.1.
Grafik pertumbuhan penduduk D.I. Yogyakarta tahun 2015-2019

11
Kepadatan penduduk Kota Yogyakarta berada di titik jenuh dan
mengalami peningkatan yang tidak terlalu pesat. Hal ini disebabkan oleh alih
fungsi lahan permukiman menjadi kawasan niaga dan jasa. Sehingga ini
mempengaruhi kepadatan penduduk wilayah penyangga yang semakin
meningkat tajam.

Sumber : Badan Pusat Statistik D.I Yogyakarta, 2019

Grafik 2.2.
Grafik pertumbuhan penduduk D.I. Yogyakarta tahun 2015-2019

12
Sumber : Analisa Penulis, 2019

Gambar 2.1.
Populasi Penduduk di DIY tahun 2018
Laju pertumbuhan penduduk per tahun periode tahun 2010-2018 mencapai
1,18%. Angka laju pertumbuhan ini meningkat sebanyak 0,14% pada tahun 2010.
Setiap tahunnya laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Berikut grafik
laju pertumbuhan penduduk D.I Yogyakarta dari tahun 1971 hingga tahun 2018

Sumber : Statistik Daerah D.I Yogyakarta tahun 2019.

Grafik 2.3.

13
Grafik laju pertumbuhan penduduk DIY tahun 1990 - 2018

2. Kondisi Perumahan dan Permukiman di Daerah Istimewa Yogyakarta


Kawasan peruntukan permukiman di DIY terbagi menjadi dua yakni kawasan
peruntukan permukiman perkotaan dan perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan
adalah kawasan yang diperuntukan tempat tinggal atau lingkungan hunian di wilayah
yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian. Sedangkan untuk kawasan
permukiman pedesaan merupakan kawasan yang diperuntukan untuk tempat tinggal
atau lingkungan hunian di wilayah dengan kegiatan utama pertanian.
Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan strategi dalam upaya
penyediaan hunian melalui strategi-strategi berikut :
a. Pemanfaatan lahan permukiman di kawasan perkotaan Yogyakarta akan
dikembangkan secara vertikal, kecuali di kawasan cagar budaya
b. Menyediakan prasaran dan sarana permukiman yang memadai
c. Mengarahkan pembangunan sarana kota sesuai dengan peringkat dan skala
pelayanan yang diperlilam
d. Mengendalikan mobilitas penduduk antar wilayah dengan mengefektifkan
peraturan perundang-undnagan tentang kependudukan
e. Menerapkan konsolidasi lahan (Urban land readjustment) untuk pengembangan
perumahan di kawasan perkotaan.
Sementara itu kawasan permukiman pedesaan dikembangkan menjadi kesatuan
tempat tinggal, tempat kerja, dan fasilitas pelayanna sosial ekonomi penduduknya.
Strategi pengembangan kawasan permukiman pedesaan, yakni :
a. Mengembangkan lahan permukiman secara vertikal dan ke samping
b. Menyediakan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) yang memadai
c. Meningkatkan pengetahuan kepada penduduk terkait lingkungan permukiman
yang sehat dan aman
d. Meningkatkan pengetahuan penduduk mengenai budiday tanaman tahunan di
permukiman desa pada kawassan lindung.

14
Wilayah DIY sendiri telah menyiapkaln lahan yang diperuntukan untuk permukiman
baik untuk kawasan perdesaan maupun perkotaan. Secara keseluruhan luasan lahan
yang diperuntukan permukiman mencapai 75.645 Ha. Luasan ini terbagi di 4
kabupaten di DIY dan tidak tersedianya lahan permukiman di Kota Yogyakarta.

Sumber : Bapedda DIY, 2010

Gambar 4.2.
Luas kawasan peruntukan permukiman di DIY tahun 2010
Salah satu isu permasalahan terkait perumahan dan kawasan permukiman di
D.I. Yogyakarta yakni permukiman kumuh. Kawasan kumuh di wilayah DIY tersebar di
seluruh kabupaten dan kota. Berbagai pihak turut membantu dalam penanganan
mengurangi permukiman kumuh baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Wewenang penangan permukiman kumuh berdasarkan luasan penanganan permukiman
kumuh. Berikut distribusi penangan permukiman kumuh di seluruh kabupaten dan kota
di wilayah DIY :
Tabel 4.2. Distribusi Permukiman Kumuh Berdasarkan Kewenangan Penanganan di DIY
Luas (ha)
Luas (ha) Luas (Ha)
( 10-15 Ha
No Kabupaten/Kota ( >15 Ha di (ditangani
ditangani
tangani pusat) kabupaten)
provinsi)
1 Kota Yogyakarta 206,75 36,59 21,59
2 Kabupaten Bantul 32,74 11,71 35,15
3 Kabupaten Sleman 63,28 23,07 76,04
Kabupaten Gunung
4 140,08 39,02 24,76
Kidul

15
Kabupaten Kulon
5 239,17 - 15,59
Progo
DIY 682,02 110,39 173,1
Sumber : Dinas PUP-ESDM DIY, 2018

1. Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)


Salah satu isu utama terkait bidang perumahan dan permukiman adalah
penanganan rumah tidak layak huni. Masih banyak ditemukan rumah tidak layak
hiuni di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Hal ini pun juga ditemukan di
wilayah DIY yang memiliki persebaran RTLH di kabupaten maupun kota. Jumlah
rumah tidak layak huni di wilayah DIY mencapai 40.013 unit rumah dengan
komposisi terbanyak berada di Kabupaten Sleman. Berikut data persebaran
RTLH di setiap kabupaten dan kota di wilayah DIY.

Sumber : Dinas PUP-ESDM DIY, 2018

Grafik 2.4. Persentase jumlah RTLH di wilayah DIY tahun 2018

Kabupaten Sleman sebagai wilayah penyangga dari kebutuhan lahan


untuk permukiman dari Kota Yogyakarta membuat Sleman memiliki jumlah

16
RTLH terbanyak dengan jumlah 13898 unit rumah. Sedangkan Kota Yogyakarta
sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian memiliki RTLH dalam jumlah
yang paling kecil dengan jumlah 2797 unit rumah. Upaya penanganan rumah
tidak layak huni di berbagai kabupaten dan kota di wilayah melalui program
dari pusat maupun daerah serta berbagai program CSR. Penanganan RTLH di
wiayah DIY di prioritaskan di Kabupaten Sleman dengan jumlah RTLH terbanyak
di wilayah DIY. Berikut grafik kompoisi penagangan RTLH di kabupaten dan kota
wilayah DIY melalui program pusat, daerah maupun CSR.

Sumber : Pokja PKP DIY, 2017

Grafik 2.5 Persentase penagangan RTLH di DIY tahun 2014 - 2017

2. Backlog
Selain rumah tidak layak huni menjadi masalah utama terkait perumahan
dan permukiman berupa adanya kesenjangan antara jumlah rumah terbangun
dengan jumlah yang dibutuhkan rakyat. Backlog dapat dilihat dari dua

17
perspektif yakni dari sisi kepenghunian maupun dari sisi kepemilikan. Pada
tahun 2016 angka backlog di DIY mencapai 252.753 unit rumah. Angka tersebut
merupakan angka jumlah rumah tangga yang tidak menepati rumah milik
pribadi. Sedangkan terdapat angka backlog sebanyak 88.568 dimana ruma
tangga yang tidak tinggal di rumah sendiri. Rumah tangga tersebut menpati
rumah bersama keluarga lain maupun kontra atau sewa. Berikut data backlog
berdasarkan kepemilikan dan kepenghunian rumah di wilayah DIY pada tahun
2016.

Tabel 4.3. Data Backlog rumah di DIY tahun 2016


Jumlah Backlog Jumlah Backlog
No Kabupaten/Kota Jumlah KK
Kepemilikan Kepenghunian
1 Kota Yogyakarta 148.719 87.908 25.775
2 Kabupaten Sleman 368.889 106.077 28.948
3 Kabupaten Bantul 281.170 42.127 19.835
4 Kabupaten Kulonprogo 117.095 11.453 9.927
5 Kabupaten Gunungkidul 202.537 5.188 4.083
DIY 1.118.410 252.753 88.568
Sumber : Dinas PUP-ESDM DIY, 2018

Data diatas menunjukan masih perlunya penyediaan unit rumah sekitar ±


341.321 unit rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah di DIY. Hal ini selaras
dengan jumlah rumah tangga yang telah memiliki rumah sendiri di wilayah DIY.
Berikut data dan grafik jumleh kepemilikan rumah di DIY pada tahun 2016.

18
Sumber : Pokja PKP DIY, 2017

Grafik 2.6. Data kepemilikan rumah di DIY tahun 2016

19

Anda mungkin juga menyukai