Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI FARMASI
PERCOBAAN X
UJI CEMARAN MIKROBA PADA JAMBU GENDONG

Nama : Lesfida Alfiany


NIM : 08061282025079
Kelas/Kelompok : C/4
Dosen Pembimbing : Laida Neti Mulyani, M.Si
I. DASAR TEORI
Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa, termasuk kekayaan
haati, baik dalam jumlah mauun keragamnya. Jamu merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan kekayaan hayati sejak zaman nenek moyang kita sampai sekarang. Jamu
memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan secara tradisinal dan akan
terus berlangsung ditengah berkembangnya pengbatan modern (Tilaar, 2010). Jamu
gendong merupakan salah satu obat tradisional yang sangat diamati masyarakat
karena harganya yang murah dan mudah diperoleh. Oleh sebagian masyarakat, jamu
gendong dianggap jamu sehat sehingga pemanfaatannya sangat luas, dapat digunakan
oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin (Suharmiati, 2003).
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena dipercaya
memberikan andil yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran,
kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh (Hadijah, 2015).
Angka Lempeng Total (ALT) dapat digunakan sebagai petunjuk sampai
tingkat berapa dalam pembuatan obat tradisional tersebut melaksanakan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Uji ALT digunakan untuk
menghitung banyaknya bakteri yang tumbuh dan berkembang pada sampel, juga
sebagai acuan yang dapat menentukan kualitas dan keamanan simplisia. Salah satu
parameter dari Per KBPOM Nomor 12 Tahun 2014 menyatakan bahwa untuk Angka
Lempeng Total (ALT) tidak lebih dari 10⁴(Tivani, 2018).
Dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor:
Hk.00.05.4. 2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan
Obat Bahan Alam Indonesia antara lain disebutkan obat tradisional berdasarkan
tingkat pembuktian khasiatnya dapat dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka. “Jamu harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan; klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris,
dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku” (pasal 2). “Obat Herbal Terstandar
harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan; klaim
kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik; telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi; dan memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku” (pasal 3). “Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan; klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik;
telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi;
dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku” (pasal 4) (Supardi et al., 2011).
II. CARA KERJA

Ditinjau dari cara pengolahannya maka jamu gendong dapat dikelompokkan


kedalam obat tradisional kelompok rajangan yang memiliki angka persyaratan,
angka lempeng total tidak bolek lebih dari 107 tidak lebih dari 10 untuk yang
diseduh dan angka kapang/khamirnya tidak lebih dari 104

1) Setelah media memadat cawan petri diinkubasikan pada 35-37°C


2) jumlah koloni yang terbentuk diamati dan dihitung
3) nilai duga terdekat (MPN) coliform
a. pertama ujung reaksi berisi 9 ml PDF, 1 ml sampel dipipet ke dalam tabung.
b. untuk uji perkiraan oleh pengenceran 104 , selanjutnya sampai pengenceran
10−6 dilengkapi dengan tabung.
III. DATA HASIL PENGAMATAN
Kunyit Asam
209 +215+165+180+87+92+53
N= = 4,5 𝑥 105 𝑐𝑓𝑢/𝑚𝑙 (memenuhi syarat)
1𝑥0 + 0,1𝑥2 + 0,01𝑥2 + 0,001𝑥2 + 0,0001𝑥1 𝑋 10−2

Kunyit Kencur
201+168+159+124+81
N= = 6,5 x 103 cfu/ml ( memenuhi syarat)
1𝑥1 + 0,1𝑥1 + 0,01𝑥1 + 0,001𝑥1 + 0,0001𝑥1 𝑋 10−1

Brotowali
201+168+159+124+81
N= = 6,0 x 105 cfu/ml ( memenuhi syarat)
1𝑥0 + 0,1𝑥2 + 0,01𝑥2 + 0,001𝑥2 + 0,0001𝑥2 𝑋 10−2

Beras Kencur
201+168+159+124+81
N= = 6,2 x 103 cfu/ml ( memenuh syarat)
1𝑥1 + 0,1𝑥1 + 0,01𝑥1 + 0,001𝑥1 + 0,0001𝑥1 𝑋 10−1
IV. PEMBAHASAN
Praktikum mikrobiologi kali ini membahas tentang uji cemaran mikroba
pada jambu gendong. Tujuan dari percobaan antara lain untuk memeriksa
kualitas jamu gendong secara mikrobiologi melalui angka mikrobanya dan
mengetahui persyaratan jamu gendong yang boleh dikonsumsi. Jamu berupa
salah satu bentuk pemanfaatan kekayaan hayati sejak zaman nenek moyang
kita sampai sekarang. Jamu gendong berupa salah satu obat tradisional yang
sangat diamati masyarakat karena harganya yang murah dan mudah diperoleh.
Oleh sebagian masyarakat, jamu gendong dianggap jamu sehat sehingga
pemanfaatannya sangat luas, dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia,
jenis kelamin. Adapun sampel yang digunakan pada praktikum kali ini terdiri
dari simplisia kunyit asam, kunyit kencur, brotowali, dan beras kencur. Media
yang digunakan pada percobaan kali ini meliputi media Nutrien Agar (NA) dan
media Pepton Dextrose Agar (PDA).
Angka lempeng total dan angka kapang/ khamir dapat digunakan
sebagai petunjuk sampai tingkat berapa dalam pembuatan obat tradisional
tersebut melaksanakan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB).
Makin kecil angka lempeng total dan angka kapang/khamir bagi setiap produk yang
dihasilkan menunjukan semakin tinggi nilai penerapan CPOTB dalam pembuatan obat
tradisional. Pertumbuhan kapang kamir pada makanan ataupun bahan baku obat
tradisional dapat mengurangi kualitas makananan ataupun obat tradisional karena
kapang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Tingginya jumlah mikroba pada minuman jamu tergantung oleh beberapa
hal yaitu air yang digunakan untuk mencuci atau melarutkan bahan jamu
sterilitasnya kurang terjamin, bahan dasar jamu berasal dari batang, akar, kulit,
biji, dan daun yang mudah terkontaminasi dari luar atau alat yang dipakai pada
proses pembuatan jamu dan tempat penyimpanan sterilitasnya kurang terjamin.
Suatu mikroba akan mudah sekali tumbuh pada substrat yang di dalamnya terdapat
nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Air merupakan salah satu substrat yang penting
bagi kehidupan mikroba. Air yang telah terkontaminasi oleh mikroba akan
menimbulkan perubahan warna, bau, maupun rasanya, tidak terkecuali pada larutan
jamu.
Percobaan pertama dilakukan terhadap sampel jamu kunyit asam.
Percobaan ini menggunakan media NA. Percobaan ini dilakukan metode uji lempeng
total. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai ALT kunyit asam sebesar 4,5
x 105 CFU/ml yang artinya memenuhi syarat dikarenakan syaratnya harus ≤ 10⁶
CFU/ml.
Percobaan kedua dilakukan terhadap sampel jamu kunyit
kencur. Percobaan ini dilakukan dengan metode uji kapang/khamir (AKK).
Koloni mikroba yang tumbuh dihitung, media menggunakan media pertumbuhan
jamur berupa Potato dextrose agar (PDA). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai AKK kunyit kencur sebesar 6,5 x 103 Cfu/ml yang artinya
memenuhi syarat dikarenakan syaratnya harus ≤ 10⁴ CFU/ml.
Percobaan ketiga dilakukan terhadap sampel jamu brotowali.
Percobaan ini menggunakan media NA. Pada percobaan ini dilakukan metode
uji lempeng total (ALT) . Berdasarkan data hasil pengamatan pada sampel roti
diperoleh nilai ALT pada masing-masing pengenceran berbeda-beda. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai ALT brotowali sebesar 6,0 x 105
CFU/ml yang artinya memenuhi syarat dikarenakan syaratnya harus ≤ 10⁶
CFU/ml.
Percobaan keempat dilakukan terhadap sampel jamu beras kencur.
Percobaan ini dilakukan dengan metode uji kapang/khamir (AKK). Koloni
mikroba yang tumbuh dihitung, media menggunakan media pertumbuhan jamur
berupa Potato dextrose agar (PDA). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
nilai AKK jamu beras kencur sebesar 6,2 x 103 Cfu/ml yang artinya memenuhi
syarat dikarenakan syaratnya harus ≤ 10⁴ CFU/ml.
V. KESIMPULAN
1. Jamu yang sudah tercemar mikroba jika dikonsumsi dapat menimbulkan
intoksikasi pangan akibat dari mengkonsumsi toksin dari bakteri ataupun
jamur yang telah tumbuh pada jamu.
2. Syarat cemaran mikroba untuk angka lempeng total pada jamu gendong
syaratnya harus ≤ 10⁶ CFU/ml, sedangkan pada uji angka kapang khamir
syaratnya harus ≤ 10⁴ CFU/ml.
3. Angka Lempeng Total (ALT) dapat digunakan sebagai petunjuk sampai
tingkat berapa dalam pembuatan obat tradisional tersebut melaksanakan
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
4. Jamu harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan; klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
5. Kunyit asam dan brotowali memenuhi syarat, sedangkan kunyit kencur dan
beras kencur tidak memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA
Hadijah, Siti, 2015. Deteksi Cemaran Bakteri pada Jamu Tradisional yang Dijajakan di
Kelurahan Banta-Bantaeng, Jurusan Pendidikan Biologi, 3(1) : 107-114.
Suharmiati, 2003. Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong, Penerbit Agromedia Pustaka,
Jakarta, Indonesia.
Supardi, Sudibyo, Max Joseph Herman, Yuyun Yuniar,2011. Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di
Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010), Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 14(4) : 375–381
Tilaar, M. Wong, LW. Ranti, AS, 2010. Green Science of Jamu, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta,
Indonesia.
Tivani, Inur, 2018. Uji Angka Lempeng Total (Alt) pada Jamu Gendong Temu Ireng di Desa
Tanjung Kabupaten Brebes, Jurnal Para Pemikir, 7(1) : 215-218.

Anda mungkin juga menyukai