Anda di halaman 1dari 3

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Mengawali khutbah kali ini, khatib berwasiat kepada para jamaah sekalian pada umumnya,
dan kepada diri khatib sendiri khususnya, agar kita senantiasa meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kepada Allah ‫ ﷻ‬dengan menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.  Karena, peningkatan iman dan takwa sejatinya dapat diperoleh
dengan dua cara tersebut, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

ِ ‫ يَ ِز ْي ُد بِالطَّا َع ِة َويَ ْنقُصُ بِال َم ْع‬، ُ‫اإل ْي َمانُ يَ ِز ْي ُد َويَ ْنقُص‬


Sebuah kalam ulama menyebutan:  ‫صيَ ِة‬ ِ
“Iman itu dinamis, dapat bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan kepada Allah
dan berkurang karena kemaksiatan.

Hadirin rahimakumullah,

Didalam sebuah hadits Rasulullah SAW menjelaskan tentang status manusia sebagai
khalifatullah fil ardl

‫اس‬ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل أَاَل ُكلُّ ُك ْم َر‬


ِ َّ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه فَاإْل ِ َما ُم الَّ ِذي َعلَى الن‬ َ ِ‫ أَ َّن َرسُو َل هللا‬.
‫اعيَةٌ َعلَى أَ ْه ِل‬ ِ ‫اع َعلَى أَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوهُ َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َو ْال َمرْ أَةُ َر‬ ٍ ‫اع َوهُ َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه َوال َّر ُج ُل َر‬ ٍ ‫َر‬
ٍ ‫ال َسيِّ ِد ِه َوه َُو َم ْسئُو ٌل َع ْنهُ أَاَل فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
‫اع‬ ِ ‫اع َعلَى َم‬ ٍ ‫ت َزوْ ِجهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َم ْسئُولَةٌ َع ْنهُ ْم َو َع ْب ُد ال َّر ُج ِل َر‬
ِ ‫بَ ْي‬
‫َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬
"Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah
pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,
dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin
terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah,
setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR al-Bukhari).

Hadits di atas memberikan penegasan bahwa sejatinya setiap diri adalah seorang pemimpin.
Beliau menegaskan bahwa pemimpin bukan hanya mereka yang menjadi presiden, gubernur,
wali kota, dan pejabat lainnya. Akan tetapi, seorang pembantu sekalipun, masuk dalam
kategori pemimpin dengan bertanggung jawab atas harta majikannya.  Hal ini juga berlaku
pada bidang pekerjaan apa pun. Misalnya, seorang karyawan pabrik yang sedang
mengerjakan bidang tertentu, maka ia menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas apa
yang dia kerjakan. Dengan demikian, yang terpenting dalam kepemimpinan pada diri
manusia bukan persoalan besar atau kecilnya tanggung jawab yang dipikulnya. Akan tetapi,
yang terpenting adalah seberapa kuat ia menjalankan tanggung jawabnya dengan amanah dan
adil.

Dalam Al-Qur’an surah an-Nahl ayat 90, Allah mengingatkan kita:

َ‫ئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬ ۤ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اِ َّن َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيتَا‬ 
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Hadiri rahimakumullah,

Pada ayat di atas disebutkan tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah itu ialah berlaku
adil, berbuat kebajikan (ihsan), dan berbuat baik kepada kerabat. Sedangkan tiga larangan itu
ialah berbuat keji, mungkar, dan permusuhan.  Penyimpangan dari keadilan adalah
penyimpangan dari sunnah Allah dalam menciptakan alam ini. Hal ini tentulah akan
menimbulkan kekacauan dan kegoncangan dalam masyarakat, seperti putusnya hubungan
cinta kasih sesama manusia, serta tertanamnya rasa dendam, kebencian, iri, dengki, dan
sebagainya dalam hati manusia. Semua yang disebutkan itu akan menimbulkan permusuhan
yang menyebabkan kehancuran. Oleh karena itu, agama Islam menegakkan dasar-dasar
keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam Islam, adilnya seorang pemimpin merupakan hal yang sangat penting dan
diperhatikan. Mengapa? Karena keadilan pemimpin dapat membawa kemaslahatan bagi
masyarakat luas. Maka, tidak heran jika Allah sangat memuji dan menjanjikan balasan
kebaikan yang luar biasa bagi pemimpin yang baik, namun juga menjanjikan balasan
keburukan bagi pemimpin yang tidak baik, sebagaimana hadits Rasulullah

‫اس إِلَى هللاِ َع َّز َو َج َّل يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َوأَ ْق َربَهُ ْم ِم ْنهُ َمجْ لِسًا إِ َما ٌم عَا ِد ٌل َوإِ َّن‬
ِ َّ‫ إِ َّن أَ َحبَّ الن‬:‫ﷺ‬
‫اس إِلَى هللاِ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َوأَ َش َّدهُ َع َذابًا إِ َما ٌم َجائِ ٌر‬ ِ َّ‫َض الن‬ َ ‫أَ ْبغ‬

Artinya, "Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah ‫ ﷻ‬pada hari kiamat dan paling
‘dekat’ tempat duduknya dari-Nya adalah seorang pemimpin yang adil, sedangkan orang
yang paling dibenci Allah pada hari kiamat dan paling keras siksanya adalah seorang
pemimpin yang lalim." (HR. Ahmad)

Dalam hadits lain, beliau juga menegaskan tentang jaminan naungan Allah di hari kiamat
kepada pemimpin yang adil: ‫ َس ْب َعةٌ ي ُِظلُّهُ ْم هللاُ فِي ِظلِّ ِه يَوْ َم اَل ِظ َّل إِاَّل ِظلُّهُ اإْل ِ َما ُم ْال َعا ِد ُل‬Artinya, “Ada tujuh
golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat saat tidak ada naungan
kecuali dari Allah, di antaranya diberikan kepada imam atau pemimpin yang adil...” (HR al-
Bukhari)

Kebijaksanaan pemimpin dalam sejarah Islam dapat kita lihat salah satunya pada diri Umar
bin Khattab yang rela berkeliling malam-malam untuk mencari warganya yang tidak bisa
makan. Hingga akhirnya, beliau menemukan sebuah gubuk yang di dalamnya ada seorang
perempuan janda sedang memasak dan anaknya yang sedang manangis. Perempuan janda ini
tidak tahu bahwa yang datang ke rumahnya adalah Khalifah Umar.  “Mengapa anakmu
menangis?” tanya Umar. “Seharian dia belum makan, dan kini sedang menunggu masakan
yang sedang aku masak,” jawab perempuan itu. Namun, alangkah terkejutnya ketika Umar
melihat ternyata yang dimasak adalah kerikil batu. Perempuan janda ini memasak batu karena
tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, lantas untuk menghibur anaknya, ia memasak
batu agar anaknya tertidur. Dengan nada sinis, perempuan ini berkata, “Sungguh aku
menyesal memiliki pemimpin seperti Umar yang tidak peduli terhadap kesusahan warganya.”
Sontak Umar kaget mendengar ucapan itu. Secepat mungkin ia pergi ke lumbung makanan
negara, mengambil sekarung gandum, dan memikul sendiri gandum itu ke rumah perempuan
janda yang sedang kelaparan itu. Tidak berhenti sampai di situ, Khalifah Umar kemudian
membantu memasak hingga masakannya matang dan dimakan oleh perempuan dan anaknya.
Pertanyaannya, mengapa Umar bersusah payah mengangkat gandum sendiri hingga
membantu memasak si perempuan janda itu? Karena ia sangat sadar bahwa dosa pemimpin
yang tidak adil sangatlah besar dan dia sendirilah yang akan menanggungnya.

‫ع ُم ْثقَلَةٌ اِ ٰلى ِح ْملِهَا اَل يُحْ َملْ ِم ْنهُ َش ْي ٌء َّولَوْ َكانَ َذا قُرْ ٰبىۗ اِنَّ َما تُ ْن ِذ ُر الَّ ِذ ْينَ يَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم‬
ُ ‫از َرةٌ ِّو ْز َر اُ ْخ ٰرى ۗ َواِ ْن تَ ْد‬
ِ ‫َواَل ت َِز ُر َو‬
‫هّٰللا‬ ٰ ٰ
 ‫ص ْي ُر‬ ِ ‫ب َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ ۗ َو َم ْن تَ َز ّكى فَاِنَّ َما يَتَزَ ّكى لِنَ ْف ِس ٖه َۗواِلَى ِ ْال َم‬ ِ ‫بِ ْال َغ ْي‬

“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang
dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan
dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan shalat. Dan
barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali" (QS Fathir: 18).

Hadirin rahimakumullah, Semoga kita semua mendapat kekuatan untuk mampu mengemban
misi sebagai pemimpin di muka bumi ini dengan baik, amanah, dan adil, setidaknya dapat
memimpin diri sendiri agar bisa selamat di dunia dan di akhirat kelak. Amin ya robbal
alamin.

ِ ‫ إِنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر الر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫َّح ْي‬

Anda mungkin juga menyukai