Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DASAR

PEMBANGKIT SINYAL

Disusun Oleh :
Nama :Paksi Handriansyah
NIM : 21504241060
Kelas : C2.1

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kompetensi
Menerapkan sistem pembangkit signal pada rangkaian kelistrikan otomotif
B. Sub Kompetensi

Setelah selesai praktikum mahasiswa dapat :


1. Mengidentifikasi IC 555.
2. Merancang rangkaian monostable.
3. Merancang rangkaian astable
4. Menginterpretasikan gelombang digital
5. Menerapkan rangkaian pembangkit signal pada bidang otomotif
C. Alat dan Bahan
1. Multimeter
2. Laptop dengan software simulator rangkaian listrik
D. Keselamatan Kerja
1. Laksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.
2. Tanyakan pada instruktur apabila mengalami permasalahan praktikum.
E. Langkah Kerja
1. Hidupkan computer/laptop dan buka software proteus atau simulator lainnya.
Rangkaian Monostable
2. Buat rangkaian monostable seperti gambar 1 berikut.

Gambar 1. Rangkaian monostable dengan IC 555

3. Lakukan perubahan nilai R1 dan C pada rangkaian tersebut, dan lakukan


simulasi kerja dengan mengamati perubahan yang terjadi pada signal
yang output yang dihasilkan. Perubahan yang terjadi mestinya berpengaruh
pada periode gelombang yang dihasilkan.
4. Cari rumus perhitungan signal monostable, dan bandingkan dengan hasil
simulasi dengan software.
5. Catat hasil simulasi pada tabel yang tersedia.
6. Carilah informasi contoh penggunaan signal monostable pada kehidupan
sehari- hari.
 Rangkaian Astable
1. Buat rangkaian pembangkit signal monostable dengan IC 555 seperti pada gambar
2 berikut pada program simulator.

Gambar 2. Rangkaian pembangkit signal astable


2. Lakukan simulasi dengan mengubah nilai R1, R2, dan C.
3. Amati perubahan signal yang dihasilkan pada outputnya dengan menggunakan
osiloskop.
4. Catat hasilnya pada tabel yang disediakan dengan mengamati periode gelombang
dan konversikan pada nilai frekuensinya. Jika pengamatan sulit dilakukan, cobalah
ubah pengaturan volt/div serta time/div nya sehingga gelombang dapat diamati.
5. Cari rumus perhitungan astable, dan bandingkan hasil simulasi dengan hasil
perhitungan dengan rumus.
6. Carilah informasi mengenai penggunaan signal astable pada kehidupan sehari-hari
terutama di bidang otomotif.
F. Kajian Teori
1. Pengertian IC 555
IC 555 adalah IC yang paling banyak digunakan di dunia. Komponen ini didesain
oleh Hans R. Camenzind pada tahun 1970. IC ini pertama kali produksi tahun 1971 oleh
Signetics dan dijuluki IC time Machine, IC ini menjadi andalan pada rangkaian
elektronika digital karena kehandalan dan kemudahannya. Rangkaian yang menggunakan
IC timer banyak digunakan pada rangkaian elektronika Digital. Pada dasarnya IC 555
berfungsi membangkitkan clock. Clock adalah sederet pulsa berdenyut yang dapat diatur
lebar pulsanya. Dalam operasinya sebagai pembangkit clock, IC ini dapat diatur dalam
beberapa mode yaitu Astable multivibrator, bistable Multivibrator dan monostable
multivibrator.
Pada dasarnya Sebuah IC disusun dari berbagai macam komponen yang
diintegrasikan. Begitu pula IC timer ini, terdapat berbagai komponen yang dirangkai
sehingga menjadi sirkuit terpadu. Di dalamnya terdapat 20 Transistor, 15 resistor dan 2
dioda. Nama 555 berasal dari 3 buah resistor bernilai 5k ohm yang rangkai secara seri
yang digunakan sebagai pembagi tegangan pada komparator.

IC 555 mempunyai 8 pin yang mempunyai fungsi dan karakteristik masing-


masing, Fungsi Setiap pinnya adalah :
 Pin 1 (Ground) : Tersampung pada Ground
 Pin 2 (Trigger) : Pemicu agar pewaktuan bekerja
 Pin 3 (Output) : Output Clock IC 555
 Pin 4 (Reset) : Pin untuk menghentikan kerja IC jika Output diberi logika low (0)
 Pin 5 (CV): Control Voltage, berfungsi untuk membagi tegangan 2/3vcc
 Pin 6 (Treshold) : Berfungsi untuk menghentikan kerja lc jika V Pin6 dibawah
2/3Vcc
 Pin 7 (Discharge) : berfungsi membuang muatan Capacitor ketika V lebih dari 2/3
Vcc
 Pin 8 (VCC): Tersambung pada Vcc
2. Prinsip Kerja IC 555
Pada Skematik Terdiri dari sebuah IC 555, 2 buah resistor dan Sebuah
kapasitor elco. Saat rangkaian diaktifkan, mula mula Kapasitor C1 mengisi
muatannya lewat R1 dan R2. Kapasitor mengisi muatannya hingga tegangan pada
C1 lebih dari 2/3*Vcc. Artinya, jika tegangan kerja adalah 5V maka kapasitor
mengisi sampai tegangannya 2/3*5=3.33v. Pada saat kapasitor mengisi, output
pin kaki 3-adalah HIGH. Saat tegangan pada C1 lebih sedikit saja dari 3.33v,
transistor internal yang berada pada pin 7 akan aktif sehingga muatan pada C1
dibuang ke kaki 7 hanya lewat R2. Tegangan pada C1 dibuang sampai nilainya
sedikit dibawah 1/3*vcc atau 1.6v. saat kapasitor C1 membuang muatannya,
output pin 3 IC akan berubah menjadi LOW. Berkurangnya Tegangan C1
dibawah 1/3vcc menyebabkan transistor internal pada kaki 7 terputus, maka
kapasitor mengisi lagi sampai 2/3VCC menyebabkan siklus yang berulang terus
menerus. Kerja dari rangkaian dapat dihentikan dengan cara menghubungkan pin
4 (Reset) ke Ground. Dengan cara ini maka output pin 3 tidak akan berubah
(LOW).
Dari Prinsip kerja diatas didapat fakta bahwa kapasitor mengisi muatan
lewat R1 dan R2, Sedangkan kapasitor mengosongkan muatan hanya lewat R2
saja. Dengan perbedaan Resistansi ini menyebabkan perbedaan interval waktu C1
pada saat mengisi dan membuang muatan yang berpengaruh pada output Pin 3 IC.
Dengan demikian Terdapat berbedaan waktu output pada saat logika High dan
Low. Perbedaan waktu ini disebut Duty Cycle (Siklus tugas).
Laporan Praktikum
Kode Job : No.JST/OTO/OTO5305/9 Kelas praktik :C2.1
Tanggal : 30-0-2021
Nama : Paksi Handriansyah NIM: 21504241060 Instruktur : Tafakur
M.Pd.
3. Percobaan Rangkaian monostable
i. Gambar rangkaian monostable hasil desain menggunakan software
(berikan keterangan yang dibutuhkan)

ii. Cara kerja rangkaian monostable


 Kondisi Stabil
Pada kondisi ini, Pin trigger (TR) sudah mendapatkan tegangan
diatas 1/3 VCC untuk pengaktifan IC 555. Dari hal ini, IC 555
sudah aktif namun dalam keadaan stabil pada kondisi rendah.
 Kondisi tidak stabil
Ketika Button ditekan, Pin trigger mendapatkan logika rendah
(0) sehingga menyebabkan kapasitor C1 mulai mengisi tegangan
melalui R1. Pada saat pengisian ini, IC 555 mengeluarkan output
dengan logika tinggi. Kemudian, ketika kapasitor C1 sudah terisi
hingga 2/3 VCC, kondisi rangkaian ini akan menjadi stabil
kembali. Maka, didapatkan waktu tunda output menjadi tinggi saat
input dipicu ditentukan oleh berapa lama waktu pengisian C1
hingga mencapai 2/3 VCC. Semakin besar nilai R1 maka semakin
lama waktu tunda.
iii. Gambar gelombang percobaan pada pengamatan rangkaian monostable
1. Percobaan 1

2. Percobaan 2

3. Percobaan 3

4. Percobaan 4
iv. Tabel hasil simulasi dan pengamatan rangkaian monostable

Periode
Percobaan Nilai R Nilai C Hitung Simulasi
1 1k Ω 10nf 1,1xRxC Div x time
=1,1 x 1kΩ x 10nf osiloskop
=1,1 x 1000Ω x 10 x 10-8 f =7 x 0,1 s
=1,1 x 10-4 s =0,7 s
2 2k Ω 10nf 1,1 x R x C Div x time
=1,1 x 2kΩ x 10nf osiloskop
=1,1 x 2000Ω x 10 x 10-8 f =7 x 0,2 s
=2,2 x 10-4 s =1,4 s
3 3k Ω 20nf 1,1 x R x C Div x time
=1,1 x 3k Ω x 20nf osiloskop
=1,1 x 3000 Ω x 20 x 10-8 f =11 x 0,3 s
=6,6 x 10-4 s =3,3 s
4 4k Ω 20nf 1,1 x R x C Div x time
=1,1 x 4k Ω x 20nf osiloskop
=1,1 x 4000 Ω x 20 x 10-8 f =9 x 0,4 s
=8,8 x 10-4 s =3,6 s

v. Pembahasan hasil percobaan:


Rangkaian multivibrator monostable merupakan rangkaian multivibrator yang tegangan
outputnya tidak berubah atau stabil. Nilai output ini baru akan berubah hingga diberi suatu
pemicu (trigger). Perubahan dari nilai output ini akan stabil hingga nantinya akan
quasistable pada waktu yang telah ditentukan dan kembali ke keadaan stabil lagi. Keadaan
stabil pada rangkaian ini ditentukan dengan adanya nilai timing components yang dapat
dijalankan hanya dengan pemicu. Secara teori, rangkaian ini memanfaatkan pengisisan dan
pengosongan kapasitor sebagai waktu tundanya. Waktu tunda (periode) tersebut dapat
dihitung dengan persamaan: Td=1,1 R.C
G. Rangkaian monostable juga dikenal dengan rangkaian multivibrator oneshoot.
i. Aplikasi monostable dalam bidang otomotif
Wiper mobil
1. Gambar rangkaian
2. Cara kerja rangkaian
Rangkaian LED Flasher dapat menyala saat diberi tegangan 5 volt – 12 volt
dari power supply atau battery. Pada pin 1 menghubungkan ke ground yang
memiliki tegangan 0V dan pin 8 (VCC) menghubungkan ke tegangan positif
(tegangan sumber), misalnya 9 volt. LDR disambungkan dengan pin 2
(Trigger) menjadi pemicu agar pewaktuan bekerja, yang dimaksud pemacu
adalah input. Input disini diperoleh dari LDR (sensor cahaya), nantinya saat
LDR mendapat tegangan pada resistansi rendah (kondisi terang) maka LED
akan berkedip 0,5 detik, namun jika LDR pada resistansi tinggi (kondisi gelap)
maka LED akan menyala tanpa berkedip. Sedangkan IC 555 digunakan untuk
mengatur waktu kedip LED sesuai dengan input yang diterima. LED yang
tersambung pada pin 3 (output) menjadi hasil keluaran dari rangkaian diatas,
sedangkan resistor yang dipasang seri dengan LED berfungsi untuk
menghambat arus sehingga semakin kecil nilai resistansinya maka nyala
lampu semakin cepat begitu juga sebaliknya jika nilai resistansi resistor
tersebut semakin besar maka kedip lampu akan mempunyai delay 1 detik atau
lebih. Input pada rangkaian ini adalah LDR sebagai sensor cahaya dan IC
TIMER 555 sebagai pemroses dan memberi perintah setelah mendapat input
dari LDR.
Pin 4 (reset) langsung tersambung ke ground dengan tujuan untuk
menghentikan interval pewaktuan. Pin 6 (threshold) tersambung dengan pin 2
(trigger), pin 2 mendeteksi 1/3 dari tegangan VCC 9 volt hal ini membuat
keluaran mempunyai logika high, dan memiliki kontrol atas pin 6 (threshold),
sehingga jika pin 2 pada kondisi low dan pin 6 pada kondisi low, maka
keluaran akan high. Pin 6 (threshold) perlu mencapai 2/3 dari tegangan VCC
9 volt agar siklus pada IC NE555 berjalan dan perlu lebih dari 2/3 dari VCC
agar timing out. Sedangkan ketika cahaya jatuh pada LDR akan mengalami
pembagian tegangan dengan resistor 22K untuk mencegah pin 6 mendeteksi
tegangan VCC 66% dan LED akan berhenti berkedip. Pada pin 7 (discharge)
tersambung dengan resistor untuk menghambat arus, yang diparalel dengan
LDR dan resistor 22K. Untuk pin 5 (control) yang tersambung ke kapasitor
digunakan untuk mengatur kestabilan IC.

2. Percobaan 2. Rangkaian astable


i. Gambar rangkaian astable hasil desainmenggunakan
software (berikan keterangan yang dibutuhkan)
ii. Cara kerja rangkaian astable
Pada rangkaian multivibrator astable, dalam pengaturan pengisian
kapasitor diperlukan 2 buah resistor. Selain itu pin trigger (pin 2) dan pin
threshold (pin 6) digabungkan menjadi satu dan dihubungkan ke rangkaian
penentu periode dari output yang dihasilkan. Penggabungan pin 2 dan 6 ini
akan menyebabkan rangkaian memicu dirinya sendiri dan bergerak bebas
sebagai multivibrator sehingga tidak diperlukan pemicu seperti rangkaian
monostable. Rangkaian astable memulai kerjanya ketika sumber tegangan
pertama kali diberikan. Arus akan mengisi kapasitor melalui R1 dan R2.
Sama halnya dengan rangkaian monostable, ketika kapasitor dalam waktu
pengisian, IC 555 akan mengeluarkan logika HIGH dan ketika sudah terisi
2/3 VCC maka IC 555 akan mengeluarkan logika low sebagai outputnya.
iii. Gambar gelombang percobaan pada pengamatan rangkaian monostable
 Percobaan 1

 Percobaan 2
 Percobaan 3

 Percobaan 4

iv. Tabel hasil simulasi dan pengamatan rangkaian monostable

Periode Frekuensi Duty cycle


Percobaan R1 R2 C simulasi Hitung Simulas Hitung Simulasi
i
1 8k Ω 12k Ω 20µf 50ms F= 2Hz DC= TH/T 65%
1,4/(R1+2.R2)xC x 100%
F=1,4/(8000Ω+2 DC= 6/9 x
4000Ω)x0.00002 100%
f DC= 66,6
F=1,4/32000Ω x %
0.00002 f
F= 2,2 Hz
2 5k Ω 7,5k Ω 20µf 35ms F= 3,5 Hz DC= TH/T 62,5%
1,4/(R1+2.R2)xC x 100%
F=1,4/(5000Ω+1 DC= 5/8 x
5000Ω)x 100%
0.00002 f DC
F=1,4/20000Ω x =62,5%
0.00002 f
F=3,5 Hz
3 10k Ω 10k Ω 10µf 30ms F= 4,5 Hz DC= TH/T 70%
1,4/(R1+2.R2)xC x 100%
F=1,4/(10.000Ω DC= 5/7 x
+20.000Ω)x 100%
0.00001 f DC= 71,5
F=1,4/30.000Ω x %
0.00001 f
F= 4,6 Hz
4 7k Ω 4k Ω 10µf 13ms F= 9 Hz DC= TH/T 75%
1,4/(R1+2.R2)Xc x 100%
F= 1,4/(7000Ω+ DC= 6/8 x
8000Ω) x 100%
0.00001 f DC= 75%
F= 1,4/15.000Ω
x 0.00001 f
F=9,3 Hz

v. Pembahasan hasil percobaan:


Rangkaian multivibrator astable merupakan rangkaian multivibrator
yang tegangan outputnya tidak stabil. Secara teori, rangkaian ini
memanfaatkan pengisisan dan pengosongan kapasitor dengan
menggunakan 2 resistor. Adanya 2 resistor dan sebuah kapasitor
merupakan pemicu atau penentu dari periode output yang dihasilkan.
Dalam penentuan periode tersebut didapatkan rumus: 𝑇=𝑇𝐻+𝑇𝐿
Dari periode tersebut juga kita mendapatkan yang namanya duty cyle.
Duty cycle sendiri merupakan rasio perbandingan antara lebar pulsa HIGH
(TH) dengan periode (T). Adanya lebar pulsa sendiri dikarenakan
rangkaian astable akan selalu bergerak dengan tidak stabil. Berikut rumus
dari Duty Cycle: 𝐷𝑢𝑡𝑦 𝐶𝑦𝑙𝑒=𝑇𝐻/𝑇×100%
vi. Aplikasi astable dalam bidang otomotif
 Gambar rangkaian
 Cara kerja rangkai
Rangkaian alarm IC 555 diatas pada dasarnya adalah rangkaian
multivibrator astable dengan frekuensi kerja pada range frekuensi audio,
dimana output multivibrator astable IC 555 tersebut dihubungkan ke loud
speaker untuk menghasilkan bunyi (alarm mobil). Rangkaian alarm diatas
dilengkapi dengan jalur kontrol yang dapat digunakan untuk mengontrol
waktu aktif alarm IC 555 tersebut. Pada dasarnya kontrol alarm ini adalah
pin RESET dari IC NE555, alarm akan aktif bila jalur kontrol tersebut
diberikan logika HIGH (1) dan akan OFF bila jalur kontrol ini diberikan
logika LOW (0). Jalur kontrol alarm dengan IC NE555 diatas dipasang
sebuah resistor Pull Down yang berfungsi untuk menjaga status pin reset
IC NE555 selalu dalam logika LOW pada saat jalur kontrol tidak
terhubung atau mengambang. Rangkaian alarm dengan IC NE555 ini
sangat aplikatif, dapat digunakan untuk memberikan indikator berupa
bunyi apabila jalur kontrol diberikan logika HIGH. Rangkaian alarm
dengan IC NE555 ini sangat aplikatif, dapat digunakan untuk memberikan
indikator berupa bunyi apabila jalur kontrol diberikan logika HIGH.
Logika HIGH untuk jaur kontrol ini dapat berupa sinyal output dari
sebuah sensor atau limit switch.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dan analisis yang telah dilakukan sesuai
dengan teori dasar, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rangkaian astable ialah suatu rangkaian yang dimana bagian outputnya tidak bisastabil pada
suatu keadaan atau periode, tetapi berlogika secara berulang ulang dari O ke 1 lalu kembali ke 0
dan seterusnya. Keadaan ini biasa disebut keadaan fase running yang artinya ketika dirun maka
secara otomatis berlogika loop. Kegunaan rangkaian astable dalam bidang otomotif contoh nya
rangkaian alarm keamanan

2. Rangkaian monostable ialah suatu rangkaian yang mempunyai satu keadaan stabil yang ditandai
nilai output = 0 makanya pada rangkaian ini sering dilogikakan sebagai 1 dan 0 yang dimana
keadaan quasi stabil sehingga q = 1 untuk periode waktu tertentu lalu kemudian kembali ke
keadaan stabil lagi yaitu q = 0. Lama waktunya tergantung dari nilai komponen waktu R dan C
yang terdapat pada rangkaian monostable tersebut. Kegunaan rangkaian Monostable dalam bidang
otomotif contoh nya yaitu sebagai penguat suara sirine polisi dan wiper otomatis.

Anda mungkin juga menyukai