Anda di halaman 1dari 5

Nama kelompok :

1. Rina Nuryani
2. Sella Farasita
3. Siti Mahmudah
4. Syahira Amalia

Panduan Review Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Judul MENINGKATKAN KARAKTER SOPAN SANTUN DALAM BERBICARA MELALUI


METODE BERMAIN PERAN ANAK USIA 5-6 TAHUN TK ARAFAH MUARA
BULIAN
Penulis Emilia Krisna
Tahun 2020
Alasan / Latar Karakter merupakan perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
Belakang dalam bersikap maupun bertindak. Selanjutnya pada Taman Kanak-Kanak
Arafah Muara Bulian, bermain peran dilakukan pada setiap tema kegiatan
seperti pada semester pertama maupun semester kedua. Adapun yang
dilakukan TK Arafah Muara Bulian. Pada saat peneliti melakukan observasi
awal terdapat tingkah laku
Selain itu, peneliti melakukan wawancara dengan guru TK Arafah mengenai
tingkah laku anak dikelas dan didapat dugaan seperti: anak tidak
mendengarkan guru saat berbicara, anak berbicara dengan berteriak, anak
tidak mengucapkan salam ketika berjumpa dengan guru atau teman, anak
bersikap kasar kepada sesama temannya ketika sedang bermain bersama,
orang tua membiarkan anaknya menirukan perkataan orang yang ada di
lingkungan, serta berbicara tidak sopan kepada orang yang lebih tua maupun
temannya sehingga anak tidak mengerti sikap yang baik dan benar terhadap
orang tua maupun teman sebaya akibat dari tingkah laku tersebut anak
menjadi anak yang bersikap semena-mena dan bersikap seperti orang
dewasa. Dengan adanya masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di Taman Kanak-Kanak Arafah Muara Bulian ini.
Berdasarkan grand tour, yang dilakukan di Taman kanak-kanak Arafah Muara
Bulian pada tanggal 8 september 2019 penulis menemukan beberapa orang
bicaranya kurang sopan. Berdasarkan fakta tersebut, penulis dapat
mengadakan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan cara bicara anak
dengan judul penelitian yaitu “Meningkatkan karakter sopan santun dalam
berbicara melalui metode bermain peran anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-Kanak Arafah Muara Bulian".
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
karakter sopan santun dalam berbicara melalui metode bermain peran yang
dilakukan guru terhadap anak usia 5-6 tahun di TK Arafah Muara Bulian.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
karakter sopan santun dalam berbicara melalui metode bermain peran yang
dilakukan guru terhadap anak usia 5-6 tahun di TK Arafah Muara Bulian.
Manfaat Penelitian Dengan diketahuinya karakter sopan santun anak, maka hasil penelitian ini
terdapat dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan
manfaat praktis
a) Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu
pengetahuan serta mengembangkan ide-ide yang inovatif dalam pelaksanaan
praktik-praktik bahkan mungkin diskusi-diskusi tentang pembelajaran di
PAUD terutama terhadap peningkatan aspek perkembangan pada Anak Usia
Dini.
b) Manfaat praktis
1. Bagi guru dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
inspirasi, bahan masukan, serta bahan bacaan, dalam mengoptimalkan
perkembangan karakter anak.
2. Melalui kegiatan yang dilakukan, mudah-mudahan nantinya
perkembangan karakter sopan santun dalam berbicara anak akan lebih
optimal lagi agar anak dapat berkembang sesuai dengan harapan yang
nantinya akan menjadi bekal baginya untuk menuju jenjang pendidikan yang
lebih lanjut.
3. Bagi sekolah mempunyai guru yang berkualitas dan mengarah pada
peningkatan profesionalisme guru. Sehingga guru akan semakin
berkembangnya program pengembangan anak usia dini 5 - 6 tahun di
Taman Kanak-kanak Arafah Muara Bulian.
4. Bagi peneliti diharapkan mengetahui sejauh mana pemahaman dan
kompetensi sebagai calon pendidik, dipendidikan anak usia dini yang
nantinya akan mampu mengaplikasikannya.
Pertanyaan
Penelitian
Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu
bagaimana metode bermain peran dapat meningkatkan karakter sopan
santun anak usia 5-6 tahun di TK Arafah dalam berbicara.
Metode Teknik pengumpulan data, yaitu observasi dan studi dokumentasi. Observasi
Pengambilan Data dilakukan agar mudah dengan lembar observasi, yang memuat tentang aspek
berbahasa anak dan karakter sopan santun berbicara anak ,lembar observasi
berisi nama anak, selanjutnya observer akan memberikan tanda centang
untuk masing masing indikator yang sudah tercapai, untuk mempertegas
pengumpulan data observasi peneliti menggunakan alat bantu kamera atau
video untuk mendokumentasikan.
Metode Analisa Data Teknik analisa data yang ditempuh peneliti untuk menafsirkan atau
memberikan makna yang mempunyai arti terhadap data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dengan teknik statistik
deskriptif, dengan persentase dan rata-rata kelas.
Siklus : SIKLUS I
Perencanaan Kegiatan pada siklus pertama diawali dengan pembuatan perangkat
Pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dengan peneliti,
Pengamatan kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan
Refleksi menggunakan metode demonstrasi
a. Perencanaan
Perencanaan ini dimulai dari observasi atau pengamatan guna mengetahui
permasalahan, kondisi, situasi dan potensi yang ada dalam kelas tersebut,
analisis situasi, perumusan program perbaikan atau alternatif pemecahan
masalah, penyusunan rencana kegiatan, penyusunan perangkat program
pembelajaran mulai dari RPPM (Rencana Persiapan Pembelajaran Mingguan)
maupun RPPH (Rencana Persiapan Pembelajaran Harian), media
pembelajaran poster, instrumen pengumpulan data dan evaluasi yang akan
digunakan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dalam pembelajaran seperti biasa sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dengan berpedoman dengan RPPH yang telah
disusun, dalam pelaksanaan tindakan, peneliti terjun langsung untuk
observasi, observasi dilakukan selama satu siklus selama 3x pertemuan
tujuannya untuk mengetahui peningkatan minat berbicara anak selama
dilakukan tindakan pembelajaran menggunakan Main peran.
c. Observasi Dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra
kolaborator/partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar
siswa dan kinerja guru. Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan
oleh guru dan siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga
kegiatan akhir. Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus pertama diakhiri dengan penilain. Berdasarkan hasil observasi, catatan
lapangan dan hasil penilain maka siklus berikutnya dapat dilaksanakan.
d. Refleksi
Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji keberhasilan
dan kegagalannya. Data yang diperoleh pada proses belajar mengajar apabila
hasil analisis pada siklus l ada revisi dan kekurangan maka analisis
direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya, maka
analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus 2 dalam rangka
mencapai tujuan.
SIKLUS II
Pada pelaksanaan siklus II ini adalah perbaikan dari hasil refleksi yang telah
dilakukan pada siklus I. Pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi yang telah di lakukan
dengan memberikan silusi terhadap siklus I. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam tahap perencanaan oleh peneliti bersama guru adalah
menyiapkan perangkat pembelajaran. Kemudian dilanjutkan lembar panduan
observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam
siklus kedua ini, kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah memahami
karakteristik siswa dan bagaimana cara belajar siswa dalam menerapkan
metode bermain peran. Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan
metode bermain peran yang tentunya berbeda degan siklus I dengan
strategi-strategi yang telah di siapkan.
c. Observasi dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai mitra
kolaborator/ partner kerja yang berfungsi sebagai penilai aktivitas belajar
siswa. Kolaborator mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan
siswa selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga kegiatan akhir.
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi untuk
mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama diakhiri
dengan hasil penilaian. Berdasarkan hasil observasi, dan catatan lapangan,
maka siklus berikutnya dapat dilaksanakan.
d. Refleksi
Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji keberhasilan
dan kegagalannya. Data yang diperoleh pada proses belajar mengajar apabila
hasil analisis pada siklus I ada revisi dan kekurangan maka analisis
direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus 2 dalam rangka
mencapai tujuan.
Kajian Pustaka/Teori Menurut Berk dalam Sujiono anak usia dini adalah sosok individu yang
Teori yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
mendukung fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Suyadi dan Ulfah menyatakan usia dini (0-6 tahun) merupakan masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagivanak
dimasa depannya atau disebut juga masa keemasan (golden age) sekaligus
periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya.
Menurut Erikson, Haenilah, mengatakan bahwa "Dua jenis main peran yaitu
mikro atau ukuran kecil dan makro atau ukuran sesungguhnya.
menurut Mutiah mengungkapkan bahwa "Bermain peran terbagi kedalam
dua jenis kegiatan yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro".
Menurut Suryana “Anak usia dini yang unik memiliki karakteristik sebagai
berikut. 1) anak bersifat egosentris, 2) anak memiliki rasa ingin tahu
(curiosity), 3)anak bersifat unik, 4) anak kaya imajinasi dan fantasi, 5) anak
memiliki daya konsentrasi pendek”.
Peraturan Menteri Pendidikan Permendikbud No. 137 Tahun 2014 bahwa
aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek
pengembangan perilaku dan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian,
nilai agama dan moral serta pengembangan bahasa, kongnitif, seni dan fisik
motorik.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa main peran dapat meningkatkan sopan
santun berbicara anak setelah dilakukan tindakan. Hasil penelitian ini yaitu
pada pratindakan 23,7%. Setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi
peningkatan yaitu 46,7%. Karena siklus I belum tercapai indikator yang
diharapkan. Selanjutnya diadakan siklus II dengan hasil yang dicapai yaitu
75,56% yang telah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan yaitu 75%.
Langkah-langkah dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berbicara anak adalah berperan langsung sebagai polisi kemudian guru
mengarahkan dan memberikan penjelasan apa yang ada di perankannya.
Kemudian guru mengajak anak bertanya jawab satu persatu mengenai
maksud dari peran tersebut. Dengan demikian menggunakan metode main
peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.
Kelebihan Pembelajaran menggunakan metode main peran dapat meningkatkan sopan
santun berbicara anak . Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil observasi
yang telah dilakukan pada sebelum tindakan tercapai 23.7%, Siklus terdapat
46.67% dan Siklus II yang hasilnya mempengaruhi peningkatan ditunjukkan
dengan ketercapaian indikator keberhasilan peneliti yang telah tercapai
75,56%. Perkembangan yang ditunjukkan dari sebelum tindakan ke Siklus 1
dan Siklus II adalah pada sebelum tindakan sampai siklus I mengalami
kenaikan 22,97%, dan dari
Siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 28,89%.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dengan metode main peran makro dapat meningkatkan sopan santun
berbicara anak. Hal ini dapat dilihat dari struktur kalimat, kosa kata dan
artikulasi yang dilakukan anak.

Kekurangan Kekurangan Penelitian ini bahwa ada beberapa anak yang memang kurang
mampu berbicara sopan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang
berbeda anak yang cenderung aktif dan cerdas dalam mengungkapkan ide
gagasannya juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarganya.
Selain itu, guru harus lebih aktif dan lebih kreatif dalam mengembangkan
metode-metode Lain agar menjadi guru yang profesional.

Saran Reviewer Saran bagi pendidik harus memberikan contoh terlebih dahulu ke pada anak
(Mahasiswa) dan melakukan pembiasaa sederhana yang dapat meningkatkan karakter
sopan santun terhadap anak ,dan melakukan metode yang kreatif yang
sesuai dengan usia dan perkembangan anak selain bermain peran
Bagi peneliti kiranya hasil penelitian tindakan kelas ini dijadikan suatu
keterampilan serta pengetahuan untuk menambah wawasan dalam mendidik
siswa. dan bukan sebatas ini saja, peneliti juga harus selalu menggali model-
model atau metode-metode pembelajaran yang baru.

Anda mungkin juga menyukai