Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ilmu Dakwah
Disusun oleh:
KELASD
A. Pengertian Dakwah
“Da’wah” ditinjau dari segi bahasa berarti: panggilan, seruan atau ajakan.Bentuk
perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)
dari kata ini antara lain adalah: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a Yad’u, Da’watan).
Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau
orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.6 Sementara, dalam pengertian istilah, beberapa
kalangan seperti Toha Yahya Oemar mengartikannya sebagai upaya mengajak umat dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di
dunia dan akhirat. Lebih dari itu, Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitab Hidayatul Mursyidin
memberikan defenisi dakwah sebagai upaya mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan
mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Makna “dakwah” juga
berdekatan dengan konsep ta’lim, tadzkir, dan tashwir. Oleh karena itu, setiap konsep tersebut
mempunyai makna, tujuan, sifat, dan objek yang berbeda, namun substansinya sama yaitu
menyampaikan ajaran Islam kepada manusia, baik yang berkaitan dengan ajaran Islam
maupun sejarahnya. Ta’lim berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang
diajar, kegiatannya bersifat promotif yaitu meningkatkan pengetahuan, sedangkan objeknya
adalah orang yang masih kurang pengetahuannya. Sedangkan Tadzkir berarti mengingatkan
dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya
sebagai seorang muslim. Oleh karena itu, kegiatan ini bersifat reparatif atau memperbaiki
sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh lingkungan keluarga dan sosial budaya yang
kurang baik, objeknya adalah mereka yang sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai
muslim. Sementara Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seseorang,
tujuannya membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui penggambaran atau penjelasan.
Karena itu, kegiatan ini bersifat propagatif, yaitu menanamkan ajaran agama kepada manusia,
sehingga mereka terpengaruh untuk mengikutinya. Dengan demikian, dakwah merupakan
proses peningkatan iman dalam diri manusia sesuai syariat Islam. “Proses“ menunjukkan
kegiatan yang terus-menerus, berkesinambungan, dan bertahap. Peningkatan adalah perubahan
kualitas yang positif; dari buruk menjadi baik, atau dari baik menjadi lebih baik. Peningkatan
iman termanifestasi dalam peningkatan pemahaman, kesadaran, dan perbuatan.
1. Elemen-elemen dakwah
Yaitu komponen – komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah. Tanpa
adanya elemen-elemen dakwah maka berakibat terhambatnya sukses dakwah kepada umat.
Begitu sangat urgen elemen-elemen dakwah sehingga dapat mempengaruhi suksesi dakwah.
Elemen-elemen dakwah terdiri dari da`i (pelaku dakwah), mad`u (objek/mitra dakwah),
maddah (materi dakwah), washilah (media dakwah), thariqah (metode).
Dakwah tidak mungkin akan terselenggara jika unsur ini ditiadakan, walaupun mungkin
unsur – unsur yang lain tersedia. da`i merupakan kata bahasa Arab yang diambil dari bentuk
mashdar “ٌة::ََاعي
ِ ”دyang berubah menjadi fa`il “" دَا ِع ٌيmempunyai arti “yang berdakwah”
(Munawwir,1997:407). Jadi setiap orang yang berdakwah dapat disebut sebagai da`i. Da`i
adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang
dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi maupun lembaga . Dalam hal
ini istilah da`i bermakna umum. Namun demikian da`i sering disebut sebagai khatib (yang
berkhutbah) dan atau mubaligh (juru penyampai ajaran Islam) dengan pengertian khusus.
b. Mad’u
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah,
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun
tidak; dengan kata lain manusia secara keseluruhan.Kepada manusia yang belum beragama
islam adlah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama islam; sedangkan kepada
orang-orang islam adalah untuk meningkatkan lagi kualitas iman, islam, dan ihsan. Mad`u
adalah masyarakat penerima dakwah, sasaran dakwah atau kepada siapa dakwah ditujukan,
merupakan kumpulan dari individu di mana benih materi dakwah akan ditabur
(Munir,2006:32). Sebelum berdakwah kepada mad`u maka sosok da`i harus mempelajari
kondisi dan keadaan dari mad`u. Kegiatan memberikan pengaruh kepada mad`u apalagi dalam
ranah dakwah amar ma`ruf nahi munkar bukanlah kegiatan yang mudah jika kita tidak
mengetahui keadaan dari mad`u maka sangat memungkinkan akan mengalami kegagalan total
(GATOT). Oleh sebab itu Ali bin Abi Thalib Ra. Pernah berkata:
c. Maddah
Maddah adalah isi pesan atau meteri yang di sampaikan Da’i kepada Mad’u. Secara umum
materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
Maddah dakwah yaitu isi pesan atau materi atau ideology dakwah yang disampaikan da`i
kepada mad`u (Yaqub,1986:29). Maddah dakwah itu berupa Ajaran Islam itu sendiri. Pijakan
pokok dari ajaran Islam yaitu Al Qur`an dan As Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
d. Washilah
Wasilah (media dakwah) adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah
(ajaran Islam) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat
menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima
macam, yaitu:
1) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara,
dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan,
penyuluhan, dan sebagainya.
2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk, dan
sebagainya.
e. Thariqah
1) Metode adlah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia. Metode
dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran
materi dakwah islam. Secara garis besar ada tiga pokok metode dakwah, yaitu:
4) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran atau
tanya jawab. Dengan ini dai bisa mengetahui apa yang menjadi pertanyaan oleh
sekelompok orang/individu tentang suatu masalah dalam kehidupan.
2. Fungsi Dakwah
3. Subjek Dakwah
Subjek dakwah adalah setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang telah balig
dan beraqal dan memahami ajaran agama, menyampaikan dan mengajarkan sesuai dengan
keahliannya serta mengamalkan ajaran-ajaran dan memperaktekkannya dalam kehidupannya
sehari-hari.Dai adalah subyek atau pelaku dakwah sebagai warosatul anbiya dalam
mengemban misi mensiarkan ajaran- ajaran Islam, mengajak kepada perbuatan- perbuatan
ma’ruf dan mencegah dari perbuatan- perbuatan munkar. Tentu ini tidak mudah karena apa
yang diucapkan oleh seorang Da’i harus tercermin dari sikap dan perbuatan. Dalam tulisan ini
dimuat beberapa pengertian subyek Dakwah dan beberpa ayat yang menjelaskan tentang Da’i
serta syarat seorang Da’i dimana ia harus memberikan contoh dan, sikap dan tingkah laku
yang baik di tengah-tengah masyarakat. Karena itu akan mempengaruhi terhadap efektifitas
dakwah yang dilakukannya.
4. Proses Dakwah
Metode dakwah Rasulullah SAW menurut Wahyu Ilaihi dapat diaplikasikan dalam enam
metode, yaitu:
a. Metode Personal
Metode dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u
langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya
reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui. Metode dakwah seperti ini
pernah dilakukan pada zaman Rasulullah ketika berdakwah secara rahasia. Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini metode
personal harus tetap dilakukan kerena mad’u terdiri dari berbagai karakteristik. Di sinilah letak
elastisitas metode dakwah.
b. Metode Pendidikan
Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam
kepada para kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat metode
pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak
Islam ataupun perguruan tinggi yang di dalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi di era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i
berperan sebagai nara sumber, sedangkan mad’u berperan sebagai audience. Tujuan dari
diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada
kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan
keluarnya.
d. Metode Penawaran
Salah satu falsafah metode yang dilakukan Nabi adalah ajakan untuk beriman kepada
Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Cara ini dilakukan Nabi dengan metode
yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponnya tidak dalam keadaan tertekan
bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam. Cara ini pun
harus dilakukan oleh para da’i dalam mengajak mad’unya.
e. Metode Misi
Maksud dari metode misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke daerah-daerah di luar
tempat domisili.58 Kita bisa mencermati untuk masa sekarang ini, ada banyak organisasi yang
bergerak di bidang dakwah mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke daerah-daerah
yang minim para da’inya, dan di samping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya
kurang memahami ajaran-ajaran Islam yang prinsipil.
f. Metode Korespondensi
Dalam proses penyampaian dakwah, terdapat berbagai macam metode yang digunakan.
Satu diantaranya ialah dengan metode korespondensi dan jurnalistik. korespondensi
merupakan sarana komunikasi tertulis untuk menyampaikan informasi, pernyataan, atau pesan
kepada pihak lain. Dengan demikian, korespondensi membawa informasi, pernyataan, atau
pesan kepada seseorang.
B. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat
secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola
kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan
pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial baru.Perubahan sosial juga, dapat dibayangkan
sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Perubahan sosial dapat
dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat; dimulai
dari yang bersifat individual hingga yang lebih kompleks. Juga perubahan sosial dapat dilihat
dari segi gejala-gejala terganggungnya kesinambungan di antara kesatuan sosial, walaupun
keadaannya relatif kecil. Perubahan ini, meliputi: struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan
semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk
perubahan dalam hal budaya. Dengan demikian, perubahan sosial merupakan suatu perubahan
menuju keadaan baru yang berbeda dari keadaan sebelumnya. Menurut Ibnu Khaldun, sistem
sosial manusia berubah mengikuti kemampuannya berpikir, keadaan muka bumi perserikatan
mereka, pengaruh iklim, makanan, emosi, serta jiwa manusia itu sendiri. Selanjutnya Ibnu
Khaldun mengatakan institusi masyarakat berkembang mengikuti tahapnya dengan tertib
bermula dengan tahap primitif, pemilikan, diikuti tahap peradaban dan kemakmuran sebelum
tahap kemunduran. Oleh karena itu, perubahan sosial merupakan perubahan yang mencakup
unsur-unsur kebudayaan baik material maupun imaterial yang menekankan adanya pengaruh
besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur imaterial.
Kesimpulan
Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang kemudian dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan dilakukan saling melengkapi
dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan sosial sebagai pendekatan pembangunan
yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia khususnya umat Islam secara
paripurna. Dengan kata lain, dakwah harus mampu memberikan sumbangan yang berarti
dalam kehidupan masyarakat (khususnya umat Islam), jika materi dakwah dikemas tidak
semata-mata bercorak normatif-teologis, tetapi lebih dari itu, bagaimana materi dakwah
dibingkai dengan pendekatan-pendekatan yang bercorak multidisipliner. Oleh karena itu,
lembaga dakwah secara kelembagaan harus dilakukan penataan kembali, perumusan pesan
harus ditinjau kembali, penanganan masalah secara keseluruhan sistem dakwah harus ditinjau
kembali baik efektifitas, efisiensi, maupun jangkauan penanganan masalah yang dihadapi.
Dengan itu, pesan-pesan dakwah dapat menyentuh dan sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan zaman.