Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nim : 042835293
Upbjj : Pekanbaru
Jurusan : Manajemen
Matkul : Pendidikan Agama Islam
Perihal : Tugas 3
1. Budaya akademik yang ingin dibangun oleh Islam, bukan sekedar menjadikan manusia
cerdas, tetapi juga manusia yang memiliki kekuatan iman dan kerendahan hati (tawadzu').
هّٰللا
اط ُّم ْستَقِي ٍْم ِ ك فَي ُْؤ ِمنُوْ ا بِ ٖه فَتُ ْخبِتَ لَهٗ قُلُوْ بُهُ ۗ ْم َواِ َّن َ لَهَا ِد الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ٰلى
ٍ ص َر ُّ َّولِيَ ْعلَ َم الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم اَنَّهُ ْال َح
َ ِّق ِم ْن َّرب
Artinya: Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran
Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus.
b. Jelaskan keterkaitan ilmu pengetahuan, iman, dan hati yang tunduk menurut QS Al-
Hajj/22: 54!
Dalam Islam Keterikatan antara ilmu pengetahuan, iman yang kokoh dan hati yang
tunduk ketiganya tidak boleh dipisahkan dan saling berkait. Daat diartikan bahwa bukti
seseorang memiliki pengetahuan adalah imannya yang kokoh, dan sebagai bukti bahwa iman
tersebut adalah kokoh maka hatinya selalu tunduk (kepada kebenaran yang bersumber dari
petunjuk Allah SWT). Inilah trilogi yang tidak terpisahkan sehingga budaya akademik yang
ingin dibangun oleh Islam bukan sekedar menjadikan manusia cerdas, namun juga manusia
yang selain cerdas juga memiliki kehangatan iman yang disertai kerendahan hati (tawadsu’).
Sebuah tradisi akademis yang hanya mengasah kecerdasan otak maka hanya akan
melahirkan robot-robot yang tidak memiliki empati terhadap sesama. Sebaliknya budaya
akademis yang terlalu menitik beratkan pembangunan keimanan dengan mengesampingkan
rasionalitas akan melahirkan manusia-manusia yang gagap bahkan gagal menghadapi
tantangan zaman. Juga sebaliknya orang-orang yang cerdas akalnya, kokoh imannya, tapi
tidak disertai kerendahan hati hanya akan melahirkan manusia-manusia tinggi hal yang tidak
peduli terhadap sekelilingnya. Maka budaya akademik yang ingin dibangun oleh Al-quran
adalah yang menggabungkan ketiganya. Dalam salah satu hadist nabi menjelaskan bahwa
umat islam diwajibkan untuk menuntut ilmu. Nabi juga menjelaskan bahwa ilmu menjadi
salah satu aspek penting dalam meraih kebahagian di dunia maupun di akhirat kelak.
Artinya: Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-
angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “ Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika
kamu adalah orang yang benar”.
Budaya akademik adalah suatu kebiasaan yang berhubungan dengan dunia akademis
yaitu dunia keilmuan. Islam menuntut agar manusia menggunakan budaya akademik Ciri
utama ajaran Islam adalah untuk berpikir rasional, maka Al-quran menantang setiap orang
yang meragukan ajaran Islam untuk menggunakan tradisi keilmuan yang didasarkan prinsip
prinsip rasionalitas yang lurus Ayat Al-Quran yang menunjukkan hal di atas terdapat pada
(QS Al-Baqarah 2:111). Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat tersebut adalah jangan
sampai manusia menyangkut prinsip-prinsip kehidupannya hanya mendasarkan kepada
klaim-klaim yng tidak berdasar, melainkan harus didasarkan kepada bukti yang jelas hasil
dan pemikiran yang rasional dan obyektif. Pada ayat tersebut islam menuntut kepada umat
manusia untuk mengedepankan rasionalitas ilmiah dalam setiap tindakan yang akan
dilakukan. Inilah yang sering disebut dengan budaya akademik. Dalam hal ini Islam tidak
mentolerir tindakan pemaksaan dan anarkisme dalam mengajak manusia menuju jalan Allah.
Yang perlu dilakukan adalah pendekatan rasional dengan cara yang bijak.
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (58).
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (sunnahnya). Jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(59).
b. Sebutkan empat konsep dasar kehidupan politik menurut QS. An-Nisaa’/4: 58-59!
1. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Allah
amanatkan. Begitupun sebaliknya Allah bisa saja mencabut kekuasaan dari siapapun
yang tidak Allah Ridhoi.
2. Jika sudah menjabat atau memimpin sesuatu maka hendaknya berlaku Adil. Karena
sesungguhnya segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawabkan di akhirat kelak.
3. Setiap orang beriman diperintahkan untuk taat kepada Ulil Amri, contohnya
Presiden, Gubernur, bupati dan lain sebagainya.
4. Jika terjadi perselisihan maka diperintahkan agar kembali kepada hukum yang ada di
dalam Al Quran maupun Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaih Wassalam.
c. Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-Baqarah/2: 151!
َ َك َمٓا اَرْ َس ْلنَا فِ ْي ُك ْم َرسُوْ اًل ِّم ْن ُك ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ُك ْم ٰا ٰيتِنَا َويُزَ ِّك ْي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِك ٰت
َب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َّما لَ ْم تَ ُكوْ نُوْ ا تَ ْعلَ ُموْ ۗن
Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
dan mencucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Bertolak dari pandangan di atas kita mendapat gambaran yang cukup jelas bahwa amanat
yang dipikul oleh orang-orang yang memegang kekuasaan politik tidaklah ringan. Karena di
samping dua tugas tersebut yang juga tidak kalah pentingnya adalah amanat yang berkaitan
dengan usaha membangun tata sosial yang lebih menyejahterakan. Dalam Islam inilah
hikmah terbesar yang terkandung dalam ajaran membayar zakat yaitu kemakmuran
hendaklah tidak hanya dinikmati segelintir orang melainkan dapat didistribusikan kepada
setiap warga yang memang membutuhkan. Dan yang diberi wewenang untuk mengatur itu
semua adalah pemegang kekuasaan politik.
Dalam konteks inilah agama kembali memberikan dorongan kepada siapa saja yang
hendak dan atau memegang kekuasaan politik untuk selalu memperhatikan dan membangun
sebuah sistem yang dapat menjamin kemaslahatan semua warga atau rakyat yang telah
memberikan amanat kepadanya.
3. Agama Islam sesuai dengan fitrah interaksi manusia sebagaimana dijelaskan dalam QS An-
Nisaa’ (4): 125 melalui istilah al-Dîn dan QS. Ali Imran (3): 67 melalui istilah al-hanîf.
َو َم ْن اَحْ َسنُ ِد ْينًا ِّم َّم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن وَّاتَّبَ َع ِملَّةَ ِاب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا ۗ َواتَّ َخ َذ هّٰللا ُ اِب ْٰر ِه ْي َم خَ لِ ْياًل
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim
yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
b. Sebutkan dengan pihak mana saja fitrah interaksi manusia pada QS An-Nisaa’ (4): 125
tersebut!
Fitrah interaksi manusia menurut Surah An-Nisa ayat 125 yaitu interaksi kepada Allah
yang utama, kemudian interaksi kepada manusia sesudahnya. Surah An-Nisa ayat 125
berbunyi sebagai berikut:
َو َم ْن اَحْ َسنُ ِد ْينًا ِّم َّم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن وَّاتَّبَ َع ِملَّةَ ِاب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا ۗ َواتَّ َخ َذ هّٰللا ُ اِب ْٰر ِه ْي َم خَ لِ ْياًل
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
Dalam ayat diatas kita berinteraksi kepada Sang Pencipta dalam sikap berserah diri, dan
kita berinteraksi kepada sesama manusia dengan melakukan perbuatan-perbuatan kebaikan.
Misalnya dengan saling tolong-menolong, bersedekah, tidak mencuri, dan tidak menipu.
ََما َكانَ اِب ْٰر ِه ْي ُم يَهُوْ ِديًّا َّواَل نَصْ َرانِيًّا و َّٰل ِك ْن َكانَ َحنِ ْيفًا ُّم ْسلِ ًم ۗا َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين
Artinya: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi
Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia
Termasuk golongan orang-orang musyrik.
d. Apakah yang dimaksud dengan al-hanafiyyat pada QS. Ali Imran (3): 67 tersebut?
Secara etimologis al-hanif berarti "condong dari kesesatan kepada istiqamah" bentuk
jamaknya adalah hunafa'. Selanjutnya arti tersebut berkembang menjadi "Orang yang
condong kepada kebenaran, kepada Allah, kepada tauhid. Maka dari itu al-hanafiyyat
merupakan kumpulan kecenderungan yang terdapat dalam fitrah manusia. Artinya, fitrah
manusia merupakan himpunan dari kecenderungan-kecenderungan kepada kebenaran dan
kepada (agama) Allah.