Anda di halaman 1dari 11

Makalah Fiqih Ibadah

Tentang
Mensucikan Hadas : Mandi – Wudhu

Di Susun oleh :
Rice Sandra Dewi (2014070064)

Lokal : PGMI B
Dosen Pembimbing:
Drs. Ilham Nasution, MA

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Imam Bonjol Padang

1
TA. 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh dosen pembimbing dalam mata kuliah
Fiqih. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin paling mulia,
manusia yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad SAW , kepada keluarganya, para
sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amin
Makalah ini berjudul “MENSUCIKAN HADAS” yang nantinya akan memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan mensucikan hadas
Mungkin penulis tidak bisa membuat makalah ini sesempurna mungkin. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan dari para pembaca. Khususnya dari dosen yang
telah membimbing penulis dalam mata kuliah ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya yang telah
memberikan arahan dan juga kepada orang-orang di sekitar saya yang telah membantu saya
dalam mendapatkan sumber-sumber materi yang bisa saya jadikan pedoman untuk
menyelesaikan makalah ini.

Padang, 08, September, 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................4
a. Latar belakang...............................................................................................................4
b. Rumusan masalah.........................................................................................................4
c. Tujuan Masalah.............................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................5
a. Pengertian Hadas..........................................................................................................5
b. Cara mensucikan hadas besar dengan cara mandi beserta dalilnya.............................5
c. Cara mensucikan hadas kecil dengan cara berwudu beserta dalilnya..........................8
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................................10
a. Kesimpulan..................................................................................................................10
b. Saran............................................................................................................................1
0
DAFTAR ISI...............................................................................................................................11

3
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Thaharah merupakan cara mensucikan diri dari hadats kecil maupun hadats
besar. Pengertian thaharah sendiri ialah bersuci atau bersih. Pada hakikatnya tujuan
bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel
di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah
kita kepada Allah SWT. Thaharah ialah wajib bagi setiap umat islam. Ini merupakan
bahwa islam sangat menghargai kebersihan jasmani dan rohani. Terdapat banyak
cara mensucikan diri dari najis dan hadats. Disini kami akan membahas mengenai
hadats
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah
sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan
diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Banyak cara dan tuntunan atau
langkah-langkah mengenai bagaimana cara mensucikan diri dari hadats. Bersuci dari
hadats ialah salah satu cara seseorang suci kembali setelah ia mendapat halangan
sehingga ia tidak melaksanakan apa yang Allah SWT perintahkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian hadas ?
2. Bagaimana cara mensucikan hadas besar dengan cara mandi beserta
dalilnya?
3. Bagaimana cara mensucikan hadas kecil dengan cara berwudu beserta
dalilnya?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian hadas
2. Mengetahui cara mensucikan hadas besar dengan cara mandi beserta
dalilnya
3. Mengetahui cara mensucikan hadas kecil dengan cara berwudu beserta
dalilnya

4
BAB 1 PEMBAHASANAN

A. Pengertian Hadas
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas
adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau
membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Berkaitan dengan hal
ini Nabi Muhammad saw, bersabda :
”Rasulullah saw, telah bersabda : Allah tidak akan menerima salat seseorang dari
kamu jika berhadas sehingga lebih dahulu berwudu.” (HR Mutafaq Alaih)

“Dan jika kamu junub, maka mandilah kamu.” (QS Al Maidah : 6)

Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa bersuci untuk menghilangkan hadas
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berwudu dan mandi.

B. Mensucikan hadas besar dengan cara mandi beserta dalilnya


a. Arti dari Mandi
Mandi besar atau mandi wajib (bahasa Arab: ‫الغسل‬, translit. Al-ghusl) adalah
mandi atau menuangkan air ke seluruh badan dengan tata cara tertentu
untuk menghilangkan hadats besar. Hal itu adalah pengertian dalam syariat
Islam. Mandi/al-guslu menurut bahasa: mengalirkan air. Menurut syarak:
mengalirkan air mutlak seluruh tubuh diawali niat.

b. Dalilnya
Surat al-Maaidah ayat 5- 6 Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

َ‫ت ِمن‬ َ ْ‫ب ِح ٌّل لَّـ ُک ْم ۖ  َوطَ َعا ُم ُك ْم ِح ٌّل لَّهُ ْم ۖ  َوا ْل ُمح‬
ُ ‫ص ٰن‬ َ ‫ۗ وطَ َعا ُم الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوْ ا ْال ِك ٰت‬
َ  ‫ت‬ ُ ‫اَ ْليَوْ َم اُ ِح َّل لَـ ُك ُم الطَّيِّ ٰب‬
َ‫صنِ ْينَ َغ ْي َر ُم َسا فِ ِح ْين‬ِ ْ‫ب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم اِ َذ ۤا ٰاتَ ْيتُ ُموْ ه َُّن اُجُوْ َره َُّن ُمح‬َ ‫ت ِمنَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْالـ ِك ٰت‬ ُ ‫ص ٰن‬ َ ْ‫ت َوا ْل ُمح‬ ِ ‫ْال ُم ْؤ ِم ٰن‬
ۤ
َ‫َواَل ُمتَّ ِخ ِذيْ اَ ْخدَا ٍن ۗ  َو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِا اْل ِ ْي َما ِن فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُهٗ  ۖ  َوهُ َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين‬

“Pada hari ini, dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan


(sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka.
Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk

5
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan
perempuan piaraan. Barang siapa kafir setelah beriman, maka sungguh sia-sia
amal mereka dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 5)

ۤ
 ۗ ‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَ رْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْالـ َك ْعبَ ْي ِن‬ ِ ِ‫ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ۤوْ ا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َرا ف‬
‫ـط اَوْ ٰل َم ْسـتُ ُم النِّ َسـٓا َء فَلَ ْم ت َِجـ ُدوْ ا َمــٓا ًء‬ ۤ
ِ ‫ضـى اَوْ ع َٰلى َسـفَ ٍر اَوْ َجـ ٓا َء اَ َحـ ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغَٓائِـ‬ َ  ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم جُ نُبًــا فَــا طَّهَّرُوْ ا‬
ٰ ْ‫ۗ واِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
ٗ‫ج و َّٰلـ ِك ْن ي ُِّر ْي ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َو لِيُتِ َّم نِ ْع َمتَــه‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ  َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬َ ‫فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
َ‫َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua
kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, agar kamu bersyukur.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 6)
c. Penyebab Mandi
Penyebab dapat terbagi 2 yaitu
1 . Mandi wajib Laki-laki dan perempuan terdapat 6 perkara yaitu :
 Berhubung Suami istri : Bagi pasangan suami istri yang telah
melakukan hubungan badan, baik keluar mani maupun tidak, wajib
hukumnya menyucikan diri dengan mandi wajib. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasullah SAW sebagai berikut. “Apabila dua yang
dikhitan bertemu, sesungguhnya telah diwajibkan mandi meski pun
tidak keluar mani.” (HR. Muslim)
 Ada mani yang keluar : Jika ada mani yang keluar, baik karena mimpi
maupun sebab lain, dengan sengaja ataupun tidak, dengan
perbuatan sendiri atau bukan, jika keluar mani, maka hukumnya
tetap harus mandi wajib. Kewajiban ini tak hanya berlaku bagi laki-
laki, perempuan pun wajib melakukannya. Hal ini didasarkan pada
riwayat hadits berikut. “Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA,
katanya: Ketika Ummu Sulaim mengunjungi Nabi SAW, dia berkata:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap
kebenaran. Apakah orang perempuan wajib mandi apabila dia
bermimpi? Rasulullah SAW bersabda: Ya, apabila dia melihat mani.
Ummu Salamah mencela: Adakah orang perempuan juga bermimpi?
Rasulullah menjawab: Rugilah kamu. Kalau tidak, bagaimana dia
akan memastikan bahwa mani keluar.” (HR. Bukhari dan Muslim).

6
 Meninggal dunia : Umat Muslim yang meninggal dunia, hukumnya
fardhu kifayah atas Muslim yang hidup untuk memandikannya.
Kecuali orang yang meninggal dunia itu dalam keadaan syahid.
Dalam sebuah riwayat hadits dikisahkan ada seorang lelaki yang
jatuh dari untanya dan patah lehernya, lalu meninggal dunia.
Kemudian, Rasulullah bersabda: “Mandikanlah dia dengan air dan
daun bidara serta kafankanlah dia dengan kedua pakaiannya dan
jangan kamu tutupi kelakanya karena sesungguhnya Allah akan
menghidupkannya kembali pada hari kiamat dalam keadaan
bertalbiah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 Haid : Jika seorang perempuan selesai haid, maka ia diwajibkan
untuk mandi wajib. Hal ini dilakukan supaya ia dapat melaksanakan
kembali berbagai ibadah yang dilarang pada saat haid, seperti
sholat, puasa, dan membaca Al Quran.
 Nifas : Darah nifas adalah darah yang keluar dari rahim perempuan
setelah melahirkan. Sebenarnya, darah nifas merupakan kumpulan
darah haid yang tidak keluar saat perempuan tengah mengandung.
Oleh sebab itu, perempuan yang telah berhenti dari nifasnya harus
mandi wajib seperti saat selesai haid.
 Selesai melahirkan : Tak hanya karena adanya darah nifas, saat
selesai melahirkan, baik yang dilahirkan itu cukup umur ataupun
tidak seperti keguguran, seorang perempuan harus mandi wajib
untuk menyucikan diri.
2. Mandi Bagi Perempuan Saja

 keluarnya mani karena syahwat, baik dalam tidur maupun tidak.


 apabila seorang istri dicumbu selain pada kemaluan.
 mengislamkan wanita kafir
 kematian.
 Haid , darah yang keluar setiap bulan minimal sekejap, biasanya 7 hari, dan maksimal
14 hari.
 Nifas, darah yang keluar setelah melahirkan. Minimal sekejap, biasanya 40 hari, dan
maksimal 60 hari.
 Waladah, melahirkan walau tanpa darah, kurang usia atau anggota tubuh bayi atau
gumpalan darah saja.

d . Rukun

 Niat mensucikan hadas besar, dan karena Allah SWT


 Membasuh atau menyiram badan.
 Menghilangkan najis pada tubuh dengan sabun.
 Meratakan air ke seluruh bagian tubuh termasuk sela-sela dan lipatan.

7
C . Mensucikan Hadas kecil Dengan Wudhu dan beserta dalilnya
1) Arti Wudhu : Wuduk menurut Bahasa: bersih, suci, bagus, dan perbuatan.
Menurut syarak: mengalirkan air mutlak ke bagian anggota tubuh tertentu
diawali dengan niat. Wudu adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh
dengan air. Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat.
Berwudu bisa pula menggunakan debu yang disebut dengan tayammum.
2) Sejarah Wudhu : umat muslim di Indonesia, khususnya, sudah memiliki cara
pandang kalau wudhu dan salat adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dalam
penjelasan fikih, wudhu dikenal sebagai syarat sah salat. Dengan kata lain, salat
kita tidak bisa disebut sah jika tidak melaksanakan wudhu. Yang juga umum
diketahui, adalah kapan perintah salat pertama kali diturunkan. Biasanya, di
setiap acara memperingati peristiwa Isra ‘Miraj, para da’i biasanya bercerita
bahwa pada peristiwa ini Rasulullah Saw. Diberikan perintah salat. Salat pada
awalnya diperintahkan sebanyak 50 waktu. Lalu atas “masukan” Nabi Musa As.
Kepada Nabi Muhammad Saw., diturunkan sampai hanya 5 waktu saja.
3) Dalilnya : Dalil tentang wudhu di antaranya terdapat dalam firman Allah SWT
pada surah Al-Maidah ayat 6, yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan sholat maka basuhlah mukamu, kedua
tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu
sampai mata kaki." (QS Al-Maidah, ayat 6).
4) Syarat wudhu
- Islam : Bagi nonmuslim, wudhunya maka tidak dianggap sah. Menurut
pendapat Imam Nawawi, wudu adalah ibadah badaniyah, sehingga secara
jasmani, orang yang beragama Islamlah yang boleh dan sah melakukan
wudu. Sedangkan non Muslim tidak.
- Tamyiz : adalah dewasa. Maka, bagi anak kecil yang belum tamyiz
wudunya juga tidak sah. Begitu juga dengan orang yang gila. Parameter
tamyiz adalah dia bisa membedakan mana hal baik dan mana yang buruk.
Anak kecil dan orang gila yang tidak bisa melakukan hal tersebut maka
tergolong belum mumayyiz. Begitu juga dengan orang mabuk.
- Bersih dari haid dan nifas : Tentu bagi perempuan yang masih haid dan
nifas, maka tidak sah wudhunya. Karena di sisi lain, mereka juga dilarang
shalat dan membaca Al-Qur’an. Sehingga mereka sebenarnya tidak perlu
melakukan wudhu.
- Bersih dari sesuatu yang dapat mencegah basuhan air ke kulit : itu ada
banyak contohnya, seperti kutek, make up yang tebal dan anti air, serta

8
semacamnya. Karena bagaimanapun juga, jika air tidak sampai kena kulit
maka wudhu kita tidak sah.

5) Rukun
 niat (dibarengi saat membasuh muka)
 Membasuh muka
 Membasuh kedua tangan sampai siku
 Mengusap sebagian kepala
 Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
 Tertib
6) Yang membatalkan wudhu
 Keluar sesuatu dari kemaluan : Pembatal wudu yang paling jamak dikenal
adalah keluarnya sesuatu dari dua kemaluan, yaitu kubul dan dubur.
 Tidur dalam keadaan tidak duduk: Orang yang tidur, bisa jadi telentang,
duduk, atau dalam posisi-posisi lainnya. Namun, jika tidak dalam keadaan
duduk, tidur dalam posisi lainnya membatalkan wudu, menurut mazhab
Syafi’i. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang tidur maka
hendaklah dia berwudu,” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah).
 Hilang akal Orang yang hilang akal dinyatakan batal wudunya. Hilang akal
ini contohnya pingsan, mabuk, gila, dan lain sebagainya.
 Bersentuhan kulit dengan yang bukan mahram : Pembatal wudu lainnya,
menurut mazhab Syafi’i adalah bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang
bukan mahram. Orang yang dikategorikan mahram adalah yang haram
dinikahi seperti ibu, nenek, anak, saudara, dan lain sebagainya. Karena itu,
bagi yang menyentuh selain mahramnya maka wudunya batal.
 Menyentuh kubul Pembatal wudu yang lain adalah menyentuh kubul atau
kemaluan dengan telapak tangan tanpa penghalang. Namun, jika ada kain
yang menghalangi, wudunya tidak batal. Dalilnya bersandar pada sabda
Nabi Muhammad SAW: “Siapa yang menyentuh kemaluannya maka harus
berwudu ,” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).
 Menyentuh dubur Terakhir, yang membatalkan wudu adalah menyentuh
dubur tanpa penghalang (seperti kain atau benda lain). Sebagaimana
menyentuh kemaluan, jika ada kain yang menghalangi, maka wudunya
tidak batal.

9
BAB 3 PENUTUP

A . Kesimpulan
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu
yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah
untuk melaksanakan ibadah. Hadats ialah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang
mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah.
Hadats dibedakan menjadi dua yaitu hadats kecil dan hadats besar. Diwajibkan bagi umat
islam untuk mandi wajib setelah melakukan/terkena hadats besar. Dan wajib bagi umat
islam untuk mensucikan dirinya setelah terkena hadats kecil.
Bagi umat islam yang mengalami/terkena hadats kecil maupun hadats besar harus
melakukan mandi wajib, rukun mandi wajib, sunah mandi wajib supaya suci kembali sesuai
apa yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
B . Sarah
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan
sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.
Amin.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/apa-saja-hal-hal-yang-menyebabkan-mandi-
wajib
https://m.kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-mandi-wajib-dan-tata-caranya-
sesuai-ajaran-islam-1v1l3af2gbP
Arfan, abbas. Fiqih Ibadah Praktis. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
https://akurat.co/syarat-syarat-wudhu-yang-harus-diketahui-seluruh-orang-islam
https://tirto.id/hal-yang-membatalkan-wudhu-dan-tata-cara-bersuci-dari-hadas-
kecil-fWKp

11

Anda mungkin juga menyukai