Perjuangan
Inspirasi
Ernita Syaputri, SPd
Selamat membaca, mohon kritik serta sarannya agar buku ini makin
baik, terima kasih.
( H.R. Tirmidzi )
( H.R. Ahmad )
DAFTAR ISI
Jujur …………………………………………………….
Jenius …………………………………………………...
Religius …………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………………………
Nama Abdul Azis di berikan oleh orang tua UAz karena mereka mau
anak mereka kelak menjadi orang besar dan pemimpin besar, ketika
di tanya kenapa di beri nama Abdul Azis, selain memang nama yang
baik dalam kaedah pemberian nama dalam agama Islam, rupanya
orang tua UAz mau anaknya kelak seperti, sultan Abdul Azis yang
pernah membuat jaya negeri langkat dan mendirikan masjid
kebanggaan Langkat yaitu masjid Azizi yang ada di tanjung pura.
Terus orang tua UAz mau juga anaknya seperti raja Arab Saudi yaitu
raja Abdul Azis sehingga sekarang ada bandara KING Abdul Azis,
dan yang terakhir mau anaknya kelak seperti pemimpin yang terkenal
setelah masa khulafaur rasyidin yaitu khalifah Umar Abdul Azis.
Nama itu doa, menjadi filosofi orang tua UAz dalam memberikan
nama kepada anaknya dengan nama Abdul Azis.
Orang tua UAz adalah sosok yang luar biasa, ayah UAz dikampung
selalu dipanggil ngah inu dengan nama lengkap Ibnu Rahabi bin
Sembut asli dari puak suku melayu langkat , dan ibu dari UAz alang
upik dengan nama lengkap Kamaliah binti idris asli keturunan
melayu bugis yang dari zaman onyangnya sudah berdomisili di
langkat sehingga dapat dikatakan UAz adalah putra asli melayu
Langkat. Ketika buku ini ditulis kedua orang tua UAz sudah di
panggil Allah swt, dimana ayah UAz tutup usia 66 tahun dan emak
tercinta UAz tutup usia 62 tahun.
Umur empat tahun UAz sudah ikut bekerja diladang dan di sawah,
sehingga UAz sangat tahu bagaimana cara menanam padi disawah
yang mana beliau tahu cara menanam bibit (merenduk),merenap
(memindahkan bibit padi ke areal sawah), menajak, mengaut,
mencangkul, menanam bibit padi dengan kuku kambing, memupuk
padi, meracuni padi, memanen padi sampai memikul padi dalam goni
yang dibawa dibatas sawah sangat pengalaman UAz menjalaninya.
Ditambah lagi UAz juga sangat pengalaman bekerja di ladang,
dimana orang tua UAz memiliki hampir dua hektar ladang yang
dikelola, dan yang ditanampun beraneka ragam,dari kacang kedelai,
kacang hijau, kacang tanah, jagung sampai cabai, sehingga UAz juga
sangat mahir dalam bertani di ladang.
Poto : sepeda yang menjadi andalan ayah UAz, dan ladang cabai dipaluh
riau.
Bahagia luar biasa masa kecil yang di lalui UAz, bukan karena
bergelimang harta, banyak jajan, banyak mainan mahal dan modern,
justru semua itu tak ada sama sekali, dengan kehidupan sangat
sederhana tapi semuanya banyak makna. Artinya dari kecil UAz
banyak diajari oleh orang tuanya tuk bersyukur kepada Allah swt .
Depan rumah orang tua ada hamparan sawah, yang mana kalau sudah
mulai panen maka UAz kecil dan kawan-kawan sepermainan yaitu
agus,arel, hendro, zaman, ileng, oder, isap, dan kawan lainnya mulai
buat layang sendiri dan main bersama. Mulai dari main layang bawal,
kepetek, layang wau menghiasi langit secanggang. Kalau panennya
musim hujan maka dengan gagang pancing seadanya seperti buloh,
batang salak, cabang kayu maka musim pancing ikan pun dimulai.
Tak sampai disitu mencarikan ikan pelaga pun dilakukan, berenang
bersama disungai secanggang sangat mengasikkan hingga melompat
dari jembatan secanggang. Bersama saudara sewali dan sepupu , UAz
kecilpun sering mencari kepiting dengan menaiki perahu atau di
paluh-paluh dengan tangkul, Iyal dan Uus yang selalu menemani
bergabung dengan kawan-kawan sekampung sambil berenang
sungguh momen yang sangat manis bahkan susah didapat ketika
sudah dewasa.
Poto : Ayah UAz yang mendayung sampan ketika masih punya anak dua,
sebahagian masyarakat secanggang adalah nelayan.
Sungai secanggang merupakan salah satu rute masyarakat nelayan
secanggang menuju kearah laut untuk mencari hasil tangkapan
berupa ikan, kepiting, udang, dan hasil laut lainnya. Dimana sungai
secanggang ini pulalah yang menjadi titik kumpul masyarakat
secanggang dan sekitarnya untuk mengadakan pesta rakyat yaitu
lomba sampan yang biasa digelar berketepatan HUT Kemerdekaan
RI.
Sang ayah selalu cerita bagaimana sejak kecil ayah UAz sudah kerja
keras untuk membantu orang tua, mulai dengan mengambil kayu di
hutan, memotong kayu serta pergi kelaut untuk mencari ikan atau
tangkapan laut lainnya. Sungai secanggang yang merupakan rute para
nelayan berangkat mencari hasil laut tergantung pasang surutnya air,
karena pada masa dahulu perahu belum memakai mesin sehingga
majunya perahu pakai dayung manual. Kalau pasang air tengah
malam dan mulai surut maka waktu nya para nelayan bergegas
menuju ke laut, bayangkan kalau mulai surut jam 2 pagi atau 3 pagi
maka nelayan berangkat pada waktu tersebut karena terbantu dengan
arus air yang surut.
UAz kecil pun bersama sepupu yang masih sebagian nelayan seperti
iyal, diajari mendayung sampan, diajari mencari ikan, kepiting
sampai pandainya UAz berenang. Andong UAz yang kebetulan
rumah di pinggir sungai mempunyai kisah tersendiri, UAz dan
kawan-kawan dan para sepupu kalau mau berenang jangan sampai
katahuan dengan andong/nenek, karena sayangnya seorang andong
kepada cucu takut terjadi apa-apa nantinya di sungai, selalu dikejar
oleh andong agar jangan mandi di sungai, tapi namanya anak-anak,
dan UAz juga termasuk anak-anak pesisir, lucu rasanya tak pandai
berenang, makanya belajar berenang harus pandai mencuri waktu,
dan kalau sudah pandai alangkah asiknya selalu berenang bersama
kawan-kawan sepermainan.
Poto : jembatan sungai secanggang
yang menjadi ikon secanggang.
Sungai secanggang ini juga menjadi rute kedaerah lain dari zaman
dahulunya, dapat ke Belawan,ke daerah tanjung pura, kuala besar
atau jaring halus yang merupakan daerah kawasan pesisir langkat
umumnya.
Jalan kaki kemanapun UAz kecil, karena tak ada sepeda pada saat itu,
adapun sepeda hanya milik orang tua UAz yang digunakan untuk
keladang atau kesawah. Sungguh pengalaman yang sangat berharga
dididik dengan sangat disiplin, dan UAz tak pernah telat untuk pergi
kesekolah atau mengaji, dan pada saat hari libur UAz kecil ikut
keladang dan kesawah membantu orang tuanya.
Masa kecil main disungai tak membuat UAz kecil dan kawan-kawan
puas, areal bermain yang lain sangat banyak, puas main di sungai
kemudian main di areal ladang dan sawah, dari bermain layang-
layang, mancing dan yang paling seru tentu main bola kaki ala
‘kiyam/kaki ayam’. Semua anak-anak kecil seumuran ikut andil
sampai orang dewasanya, penonton pun ramai, sehingga anak-anak
kampong di secanggang mengenal satu sama yang lain dan begitu
kompak melakukan kegiatan apapun.
Orang tua UAz sangat perhatian dengan anak, karena UAz sering
sakit dari kecil, usaha semua di tempuh, Alhamdulillah sesuai adat
kebiasaan orang melayu secanggang Langkat, kalau ada yang mau
mengangkat anak maka di buat kenduri “ mulangkan” dengan ada
nya serah terima balai dengan emak angkat UAz kecil yang bernama
bu Idah. Ridho Allah swt sejak itu UAz kecil sehat wal afiat, jauh
dari penyakit dan tumbuh jadi anak yang berprestasi dengan akhlak
mulia.
Poto : Ayah dan Emak UAz bersama simpatisan PPP lain begitu
semangat ikut kampanye kemana saja, maka tak heran darah politik
UAz luar biasa.