Anda di halaman 1dari 12

Desain Constant Bottom Hole Pressure Managed Pressure

Drilling Lubang 12.25” Sumur Eksplorasi “X”


Muhammad Faza Adiyat, Raka Sudira Wardana
Universitas Pertamina, DKI Jakarta

INFORMASI NASKAH ABSTRAK


Managed pressure drilling (MPD) merupakan metode
Diterima: 02 Maret 2021
pengeboran yang menambahkan tekanan di permukaan
Direvisi: 16 Maret 2021
sehingga tekanan di dalam lubang sumur dapat dikurangi
Disetujui: 15 September 2021
disesuaikan tanpa harus melakukan perubahan pada densitas
Terbit: 30 September 2021
lumpur. Oleh karena itu MPD sering digunakan dalam
operasi pengeboran sumur eksplorasi. Constant bottom
Email korespondensi:
hole pressure (CBHP) adalah salah satu varian MPD yang
mfadiyat@gmail.com
digunakan pada drilling window yang sempit untuk menjaga
BHP tetap konstan. Sumur “X” merupakan sebuah sumur
Laman daring:
eksplorasi yang diperkirakan mengalami masalah hole
https://doi.org/10.37525/
stability yaitu breakout pressure. Breakout pressure ini harus
sp/2021-2/283
dapat diatasi supaya tidak menyebabkan stuck pipe. Dengan
alasan tersebut maka sumur “X” akan menggunakan CBHP
MPD dalam operasi pengeborannya agar dapat mengubah
equivalent circulating density (ECD) dengan cepat dan
mudah. Penelitian ini akan membahas desain CBHP MPD
yang optimal pada sumur eksplorasi “X” lubang 12.25”.
Metode yang digunakan yaitu dengan menentukan model
rheologi, limit dari pengoperasian laju alir, dan pembuatan
skenario surface backpressure (SBP). Hasil simulasi
hidrolika dapat dibuat lima skenario MPD yang memenuhi
limit dan dibuat dari dua densitas lumpur 11 ppg dan 12 ppg,
serta laju alir seragam 800 GPM. SBP yang diaplikasikan
bervariasi 65 psi – 560 psi saat statis, 0 – 500 psi dalam
kondisi dinamis. Skenario satu dan dua menggunakan
densitas 11 ppg menghasilkan equivalent mud weight (EMW)
12.4 ppg dan 12.7 ppg, sementara skenario tiga, empat, lima
menghasilkan EMW 12.4 ppg, 13.01 ppg, dan 13.36 ppg.
Kelima skenario tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan
saat operasi pengeboran.

Kata kunci: drilling window, managed pressure drilling,


constant bottom hole pressure, hole stability, surface
backpressure

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021 5


PENDAHULUAN
Pengeboran sumur eksplorasi seringkali menemui permasalahan, terutama permasalahan
yang disebabkan oleh ketidakpastian data. Apabila data tekanan formasi yang diperkirakan
tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka hal itu bisa menyebabkan kesalahan pada saat
mendesain lumpur pengeboran dan menyebabkan permasalahan seperti loss circulation, kick
maupun stuck pipe. Hal ini tentu saja bisa menambah biaya operasi pengeboran dan kegagalan
dalam mencapai target kedalaman. Oleh karena itu pada saat melakukan pengeboran eksplorasi
equivalent circulating density (ECD) harus bisa diatur sesuai dengan kondisi indikasi dari
permasalahan pengeboran yang ada.
Managed Pressure Drilling (MPD) merupakan metode pengeboran yang menambahkan
tekanan di permukaan sehingga tekanan di dalam lubang sumur dapat dikurangi disesuaikan
tanpa harus melakukan perubahan pada densitas lumpur. Oleh karena itu Managed Pressure
Drilling (MPD) sering digunakan dalam operasi pengeboran sumur eksplorasi. CBHP MPD bisa
mengubah tekanan bawah sumur dengan mudah dan cepat tanpa harus mengubah berat lumpur
serta laju alir yang signifikan.
Constant Bottom Hole Pressure (CBHP) merupakan salah satu dari varian MPD yang dapat
memanipulasi bottom hole pressure (BHP) melalui pemberian surface backpressure. Dengan
cara ini CBHP MPD dapat menjaga BHP tetap konstan pada kondisi maupun statis sehingga
dapat menghadapi pressure window yang sempit serta mengebor lebih dalam daripada metode
konvensional (Rehm, Schubert, Haghshenas, Paknejad, & Hughes, 2008).
Sumur “X” merupakan sumur eksplorasi yang terletak di Indonesia. Survey eksplorasi
memperkirakan bahwa sumur akan mengalami masalah terkait masalah hole stability yang
berhubungan dengan breakout pressure dari sumur tersebut. Tekanan lumpur yang umumnya
dapat menahan tekanan pori tidak selalu dapat menahan compressive stress yang dalam kasus
ini menyebabkan enlargement pada cross section lubang bor. Hal ini yang kemudian dinamakan
breakout pressure, dimana tekanan lumpur harus berada diatasnya untuk menghindari masalah
seperti collapse dan stuck pipe (Mansourozadeh, Jamshidian, Bazargan, & Mohammadzadeh,
2016). Selain itu mengingat bahwa status sumur yang akan dibor merupakan sumur eksplorasi
maka tentu saja data yang diperoleh mempunyai ketidakpastian yang tinggi. Oleh karena itu
sumur X direncanakan untuk dibor dengan menggunakan MPD CBHP.
Operasi pengeboran CBHP MPD merupakan operasi berfokus pada tekanan lubang bor.
Maka parameter hidrolika merupakan hal yang harus didesain dengan sebaik mungkin supaya
dapat optimum serta mengurangi resiko masalah saat pengeboran. Penelitian ini bertujuan untuk
membahas desain hidrolika dari operasi pengeboran CBHP MPD pada sumur X lubang sumur
ukuran 12 1/4”.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Managed Pressure Drilling
International Association Drilling Committee (IADC) menyatakan definisi dari MPD:
“Proses pengeboran adaptif yang digunakan untuk mengatur tekanan anular secara presisi
disepanjang sumur”. MPD berbeda dengan Underbalanced Drilling (UBD), berikut dinyatakan
dengan “Tujuan penggunaan MPD untuk menghindari influx secara kontinyu, jika terjadi influx
maka akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan secara aman” (IADC, 2011).
Secara garis besar, MPD dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan cara

6 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021


penerapannya yaitu (Malloy, et al., 2009):
• Reactive MPD, dimana MPD digunakan saat menghadapi masalah yang muncul selama
pengeboran konvensional. Metode ini tidak menggunakan semua kelebihan dari MPD.
• Proactive MPD, ini berarti bahwa keseluruhan operasi pengeboran sudah direncanakan
menggunakan MPD. Hal ini memungkinkan dalam penggunaan berbagai alat dan teknik
yang akan digunakan, juga dapat memanfaatkan seluruh keuntungan yang disediakan
dari MPD.
Beberapa jenis MPD telah dikembangkan, namun terdapat empat varian utama, yaitu
(Qutob, 2012):
1. Return Flow Control (RFC)
RFC digunakan untuk menghindari paparan gas beracun seperti H2S. Sirkulasi
dilakukan secara tertutup dan terus menerus (Wenaas, 2014).
2. Constant Bottom Hole Pressure (CBHP)
CBHP umumnya digunakan pada narrow drilling window. Penggunaan surface
backpressure (SBP) memungkinkan tekanan lubang bor tetap konstan pada saat statis
maupun dinamis. (Wenaas, 2014).
3. Pressurized Mud-Cap Drilling (PMCD)
PMCD dilakukan pada zona total loss circulation yang sering ditemui pada highly
depleted dan naturally fractured formation. Pengoprasian dengan menggunakan
lumpur viskositas tinggi dan fluida sacrificial untuk menekan cutting dan mencegah
kick. (Al-Awadhi, Ameri, Kikuchi, & Afifi, 2014).
4. Dual Gradient (DGD)
Dual gradient drilling merupakan metode pengeboran yang menggunakan 2 gradien
fluida untuk menghasilkan BHP yang diinginkan. Metode ini sering ditemukan pada
pengeboran laut dalam yang memiliki drilling window yang sempit (Wenaas, 2014).

B. Constant Bottom Hole Pressure (CBHP)


Umumnya, varian MPD yang dikenal sebagai CBHP, mengacu pada proses yang
memungkinkan tekanan annular selama pengeboran untuk tetap lebih atau kurang konstan
pada kedalaman yang telah ditentukan. Tekanan sumur bor selama pengeboran konvensional
seringkali berfluktuasi antara kondisi dinamis dan statis. Jika pengeboran dilakukan di narrow
pressure window, tekanan yang tidak konsisten lubang bor ini dapat menyebabkan masalah.
Fluktuasi tekanan yang berubah tiba-tiba mungkin dapat membuat tekanan lubang bor keluar
dari pressure window, yang berpotensi menyebabkan kehilangan sirkulasi dan kick (Wenaas,
2014).
Untuk mengontrol profil tekanan annular secara presisi, peralatan CBHP MPD melakukan
operasi dengan sirkulasi tertutup dan choke untuk secara akurat dalam menerapkan surface
backpressure (SBP) ke annulus. Besarnya tekanan yang diterapkan di permukaan, akan menjadi
tekanan tambahan yang sama yang diterapkan di semua kedalaman di annulus, ini akan
menciptakan equivalent circulating density (ECD) yang meningkat dengan titik acuan yang
lebih dalam. Tidak seperti pengeboran konvensional, bottom hole pressure (BHP) dengan MPD
memiliki satu parameter tambahan untuk diperhitungkan yaitu surface back pressure (SBP),
seperti yang dijelaskan pada rumus di bawah ini (Zein, et al., 2016):

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021 7


sirkulasi tertutup
(Wenaas, 2014). dan choke untuk secara akurat dalam menerapkan surface backpressure (SBP) ke annulus.
sirkulasi
Besarnyatertutup
tekanandan
yangchoke untuk di
diterapkan secara akurat dalam
permukaan, menerapkan
akan menjadi tekanansurface backpressure
tambahan yang sama(SBP)
yangke annulus.
diterapkan
Besarnya
di semua tekanan
Untuk kedalaman yang diterapkan
mengontroldiprofil tekanan
annulus, di permukaan,
annular
ini akan akan
secara presisi,
menciptakan menjadi tekanan
peralatan
equivalent tambahan
CBHP MPD
circulating yang sama
melakukan
density yang diterapkan
operasi
(ECD) yang dengan
meningkat
di semua
sirkulasi kedalaman
tertutup dan di annulus,
choke untukini akan
secara menciptakan
akurat dalam equivalent
menerapkan circulating
surface
dengan titik acuan yang lebih dalam. Tidak seperti pengeboran konvensional, bottom hole pressure (BHP) density (ECD)
backpressure yang
(SBP) meningkat
ke annulus.
dengan
dengan titik
Besarnya MPD acuan
tekanan yangditerapkan
yang
memiliki lebihparameter
satu dalam. Tidak
di permukaan,
tambahansepertiakan pengeboran
untukmenjadi konvensional,
tekanan
diperhitungkan tambahan bottom hole yang
yang sama
yaitu surface back pressure (BHP)
diterapkan
pressure (SBP),
dengan
di semua
seperti MPD
yang memiliki
kedalaman satu
di annulus,
dijelaskan parameter
pada rumus ini akan tambahan
di bawah untuk diperhitungkan
ini (Zein,equivalent
menciptakan et al., 2016): yaitu surface back pressure
circulating density (ECD) yang meningkat (SBP),
seperti yang
dengan dijelaskan
titik acuan yangpada
lebihrumus
dalam.di Tidak
bawahsepertiini (Zein, et al., 2016):
pengeboran konvensional, bottom hole pressure (BHP)
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
dengan MPD memiliki satu parameter tambahan=untuk
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 diperhitungkan
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 yaitu surface back pressure (SBP),
seperti yang dijelaskan pada rumus di bawah ini
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = (Zein, et al., 2016):
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
Tekananhidrostatik
Tekanan hidrostatik yang
yang digunakan sama
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
digunakan sama dengan pengeboran
= 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
dengan konvensional
+ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
pengeboran yaitu tekanan
konvensional hidrostatik
yaitu tekanan
Tekanan
lumpur hidrostatik yang
pengeboran: digunakan sama dengan pengeboran konvensional yaitu tekanan hidrostatik
hidrostatik lumpur
lumpur pengeboran: pengeboran:
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 = 0.052 𝑥𝑥 𝜌𝜌 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
Tekanan hidrostatik yang digunakan sama dengan
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 pengeboran
= 0.052 konvensional yaitu tekanan hidrostatik
𝑥𝑥 𝜌𝜌 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
lumpur
BHPpengeboran:
juga dapat dinyatakan sebagai equivalent density dalam pound per galon. Equivalent density itu
BHP
sendiriBHP juga
juga
terdiri dapat dinyatakan
dapat
dari kondisisebagai
duadinyatakan equivalent
sebagai
yang equivalent
berbeda, density
statis dandalam
density pound pound
dalam per galon. Equivalent
per Static
galon. density
Equivalent itu
sendiri terdiri dari dua kondisi 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
yang berbeda, = 0.052
statis dan𝑥𝑥 𝜌𝜌dinamis.
𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 Equivalent
dinamis. Equivalent Static
Density
Density
(ESD)
(ESD)
density itu sendiri
menggambarkan terdiri
kondisi dari dua
dimana tidakkondisi
ada sirkulasiyang berbeda,
fluida pemboranstatis dan di dinamis. EquivalentEquivalent
annulus, sedangkan Static
menggambarkan
BHP
Circulatingjuga dapat
Density kondisi dimana
dinyatakan
(ECD) tidak equivalent
sebagai
menggambarkan ada kondisi
sirkulasi fluida
density
saat pemboran
dalam
sirkulasi pound
sedang di annulus,
per galon.
berlangsung. sedangkan
Equivalent
MenggunakanEquivalent
density itu
rumus,
Density (ESD) menggambarkan kondisi dimana tidak ada sirkulasi fluida pemboran di annulus,
Circulating
sendiri
kedua Density
terdiri
kondisi dari (ECD)
dua
tersebut menggambarkan
kondisi
diuraikan yang
seperti di kondisi
berbeda,
bawah ini saat
statis sirkulasi
(Zein,dan
et sedang
dinamis.
al., 2016): berlangsung.Static
Equivalent Menggunakan
Density rumus,
(ESD)
sedangkan
kedua kondisiEquivalent
tersebut Circulating
diuraikan Density (ECD) menggambarkan
al., 2016):dikondisi saat sirkulasi sedang
menggambarkan kondisi dimanaseperti
tidak diadabawah
sirkulasi ini (Zein,
fluidaetpemboran annulus, sedangkan Equivalent
berlangsung. Menggunakan rumus, kedua
Circulating Density (ECD) menggambarkan
kondisi 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
kondisi saat
tersebut diuraikan
sirkulasi sedang
+ 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 seperti di bawah ini (Zein,
berlangsung. Menggunakan rumus,
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
et al., 2016): 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 =
kedua kondisi tersebut diuraikan seperti0.052 0.052
di bawah 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
ini =
(Zein, 0.052
et al., 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
2016):
𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
= =
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 0.052 𝑥𝑥+
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 = 𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
+ 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 = 0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
Dari rumus di atas dan rumus tekanan hidrostatis
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
yang telah +
𝑃𝑃ℎ𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦
dijabarkan sebelumnya, dapat diketahui
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
Dariuntuk
bahwa rumus di atas dan rumus
mengendalikan ECD, tekanan hidrostatisberat yanglumpur,
telah dijabarkan sebelumnya,
annular pressure dapatmerupakan
loss (yang diketahui
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = variabelnya yaitu =
bahwa untuk mengendalikan ECD, variabelnya
0.052 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇yaitu berat lumpur, 0.052 𝑥𝑥 annular
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 pressure loss (yang merupakan
fungsi dari flowrate) dan SBP. Namun, tidak mungkin untuk menaikkan atau menurunkan laju aliran secara
fungsi
Daridari
signifikan, flowrate)
rumus atasdan
olehdikarena danSBP.
itu rumus
hanyaNamun,berat tidak
tekanan mungkin
hidrostatis
lumpur dan SBP untuk
yang yangmenaikkan
telah atau menurunkan
dijabarkan
tetap sebagai sebelumnya,
variabel kunci. laju aliran
dapat secara
diketahui
Dapat dilihat
signifikan,
bahwaDari
untuk
untuk oleh
rumus karena
mengendalikan
mempertahankanitu
di atas dan hanya rumus
ECD, berat lumpur
tekanan
BHPvariabelnya
yang dan
yaitu
konstan SBP
hidrostatis yang
berat beralih
ketika lumpur,tetap
yang telah
dari sebagai variabel
dijabarkan
annular pressureke
pengeboran kunci.
sebelumnya,
loss Dapat dilihat
dapat
(yangconnections,
making merupakan
bahwa
fungsi untuk
diketahui
dari mempertahankan
bahwa
flowrate) untuk
dan SBP. BHP
mengendalikan
Namun, yang
tidakkonstan
ECD,
mungkin ketika beralih
variabelnya
untuk dari
yaitu
menaikkan
dapat dilakukan meningkatkan SBP, dengan memperhitungkan hilangnya annular pressure loss sehingga pengeboran
berat
atau lumpur, ke
menurunkan making
annular
laju connections,
pressure
aliran secara
dapat dilakukan
signifikan,
loss (yang
menjaga oleh meningkatkan
karena
merupakan
tekanan itu
lubang bawah hanya SBP,
fungsitetap dengan
berat lumpur memperhitungkan
dan
flowrate)Keuntungan
dari konstan. SBP yang
dan SBP. Namun, hilangnya
tetap sebagaiannular
variabel
tidak mungkin
dari memanipulasi pressure
kunci. loss
Dapat
untuk menaikkan
SBP daripada sehingga
dilihat
berat lumpur
menjaga
bahwa
adalah tekanan
untuk
bahwa lubang bawah
mempertahankan
perubahan dapat tetapyang
BHP
dilakukan konstan.
dengan Keuntungan
konstan ketika
cepat dan dari memanipulasi
beralih
mudah, dari
dan pengeboran
bahkan SBP
dapatkedaripada
making
dilakukan berat lumpur
connections,
sebaliknya
atau menurunkan
adalah bahwa perubahan
laju aliran
dapat
secara signifi
dilakukan dengan
kan,cepat
olehdankarena
mudah,
itu hanya
dan
beratdapat
bahkan
lumpur dan SBP
dilakukan
yang
sebaliknya
dapat annular pressure lossdan
tetapdilakukan
dengan
dengan sebagai meningkatkan
cepat danvariabel
mudah juga. kunci. SBP, dengan
Fleksibilitas
Dapat dilihatinimemperhitungkan
menghasilkan
bahwa untuk hilangnya
operasi yang efisien
mempertahankan dalam
BHP halyang
biaya sehingga
waktu
konstan
(Zein, etcepat
menjaga dan lubang
tekanan
al., 2016).mudah juga. bawahFleksibilitas
tetap konstan. ini menghasilkan
Keuntungan dari operasi yang efisienSBP
memanipulasi dalam hal biaya
daripada danlumpur
berat waktu
ketika
(Zein, et beralih
al., 2016).dari pengeboran ke making connections, dapat dilakukan
adalah bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, dan bahkan dapat dilakukan sebaliknya meningkatkan SBP,
dengan
dengan
C. Desaincepatmemperhitungkan
dan mudah
Parameter
hilangnya
juga. Fleksibilitas
Hidrolika Pengeboran
annular pressureoperasi
ini menghasilkan loss sehingga
yang efisienmenjaga
dalam haltekanan lubang
biaya dan waktu
C.bawah
Desain
(Zein, et al., Parameter
tetap konstan.
2016). Hidrolika
Keuntungan Pengeboran
dari memanipulasi SBP daripada berat lumpur adalah bahwa
Hidrolika dapat
perubahan pengeboran
dilakukan merupakan
dengan faktorcepat danpaling penting
mudah, danyang
bahkan menentukan performasebaliknya
dapat dilakukan pengeboran.
Hidrolika
Bertujuan pengeboran
supaya memaksimalkanmerupakan penggunaan pompa untuk membantu bit mengebor denganpengeboran.
faktor paling penting yang menentukan performa efektif dan
C. Desaincepat
dengan
Bertujuan Parameter
supaya dan Hidrolika
mudah
memaksimalkan Pengeboran
juga. Fleksibilitaspompa
penggunaan ini menghasilkan
untukdiperhatikan
membantu operasi yang efisien
bit mengebor dengandalam haldan
efektif
efisien (Guo & Liu, 2011). Beberapa parameter yang perlu dalam mendesain hidrolika MPD
biaya
efisien danpenentuan
(Guo
Hidrolika
antara lain waktu
Liu,(Zein,
&pengeboran2011). et al., lumpur
Beberapa
merupakan
parameter 2016).parameter
faktor yang limit
paling
pengeboran, perlu
penting diperhatikan
laju yang dalamdanmendesain
menentukan
alir lumpur, performahidrolika
pengaplikasian SBP MPD
pengeboran.
pada
antara lainskenario.
Bertujuan
beberapa penentuan
supaya parameter lumpur
memaksimalkan pengeboran,
penggunaan pompalimit untuklajumembantu
alir lumpur,bit dan pengaplikasian
mengebor SBP pada
dengan efektif dan
beberapa
C. Desain
efisien (Guoskenario.
Parameter
& Liu, 2011). Hidrolika
BeberapaPengeboran
parameter yang perlu diperhatikan dalam mendesain hidrolika MPD
1. lain
antara Parameter
penentuanlumpur pengeboran
parameter lumpur pengeboran, limit laju alir lumpur, dan pengaplikasian SBP pada
1. Parameter lumpur pengeboran
Hidrolika
beberapa Parameter
skenario. pengeboran
lumpur merupakan
pengeboran merupakanfaktorlangkah
palingawal penting
dalam yang menentukan
mendesain hidrolika performa
pengeboran.
Parameter
Parameter lumpur
ini pengeboran
mencakup densitas merupakan
lumpur, langkahviscosity
plastic awal dalam(PV), mendesain
dan yield hidrolika
point (YP).pengeboran.
Parameter
pengeboran.
Parameter Bertujuan
ini mencakup supaya memaksimalkan
densitas lumpur, plastic penggunaan
viscosity (PV), pompa
dan untuk
yield pointmembantu
(YP). bit
Parameter
1. Parameter
lumpur lumpur pengeboran
pengeboran juga menentukan model pressure loss yang akan digunakan dalam desain
mengebor dengan efektif dan efi sien (Guo & Liu,
pressure2011). Beberapa parameter yang perlu
lumpur
hidrolika.pengeboran
Parameter juga menentukan
lumpur pengeboran merupakan modellangkah awallossdalamyang akan digunakan
mendesain hidrolikadalam desain
pengeboran.
diperhatikan
hidrolika. dalam mendesain hidrolika MPD antara lain penentuan
mencakup densitas lumpur, plastic viscosity (PV), dan yield point (YP). Parameter parameter lumpur
2. Parameter
Limit laju alir ini lumpur
pengeboran,
2. lumpur
Limit limit
laju alir laju
lumpuralirjuga
lumpur, dan pengaplikasian pressureSBP maksimal
padayangbeberapa skenario.
pengeboran
Limit laju alir lumpur terbagimenentukan
menjadi model (Q
minimal min) danloss akan
(Q max).digunakan dalam desain
Laju alir minimal (Qmin)
Limit
hidrolika.laju
didapatkan alir lumpur
dari nilai terbagi menjadi minimal (Q min) dan maksimal (Qmax). Laju alir minimal (Qmin )
tertinggi antara laju alir cutting transport dan laju alir minimum BHA.
1. Parameter lumpur pengeboran cutting
didapatkan
2. Limit
Sedangkan
Parameter
laju alirdari
lumpur
nilai
lumpur
untuk laju tertinggi
alir
pengeboran maksimalantara laju alir dari
didapatkan
merupakan langkah nilaitransport
terendah
awal
dan laju
antara
dalam
alir minimum
turbulensi
mendesain pada BHA.
annulus,
hidrolika
Sedangkan untuk laju alir maksimal didapatkan dari nilai terendah antara
Limit laju alir lumpur terbagi menjadi minimal (Qmin) dan maksimal (Qmax). Laju alir minimal (Qmin) turbulensi pada annulus,
pengeboran.
didapatkan Parameter ini mencakup
dari nilai tertinggi antara lajudensitas plastic dan
lumpur,transport
alir cutting viscosity (PV),
laju alir dan yield
minimum BHA.
point (YP). Parameter lumpur pengeboran juga menentukan model
Sedangkan untuk laju alir maksimal didapatkan3 dari nilai terendah antara turbulensi pada annulus, pressure loss yang akan
digunakan dalam desain hidrolika. 3

8 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021


2. Limit laju alir lumpur
Limit laju alir lumpur terbagi menjadi minimal (Qmin) dan maksimal (Qmax). Laju alir minimal
(Qmin) didapatkan dari nilai tertinggi antara laju alir cutting transport dan laju alir minimum
BHA. Sedangkan untuk laju alir maksimal didapatkan dari nilai terendah antara turbulensi
pada annulus, laju alir maksimum BHA, laju alir maksimum pompa, nilai standpipe pressure
(SPP) maksimum, dan ECD maksimal.
3. MPD alir maksimum BHA, laju alir maksimum pompa, nilai standpipe pressure (SPP) maksimum, dan
lajuprogram
ECD maksimal. lumpur pengeboran dan limit laju alir lumpur didapatkan, maka MPD
Setelah parameter
3. MPD program
program dapat dibuat dengan menggunakan beberapa skenario laju alir dan penggunaan SBP
Setelah parameter lumpur pengeboran dan limit laju alir lumpur didapatkan, maka MPD program
pada saatdibuat
dapat statis dengan
maupunmenggunakan
dinamis. Skenario iniskenario
beberapa dipilih dengan
laju alir target ECD/ESDSBP
dan penggunaan tertentu
padasesuai
saat statis
dengan drilling window. Skenario yang digunakan juga harus memperhatikan limitasi dari
maupun dinamis. Skenario ini dipilih dengan target ECD/ESD tertentu sesuai dengan drilling window.
penggunaan SBP pada peralatan CBHP MPD.
Skenario yang digunakan juga harus memperhatikan limitasi dari penggunaan SBP pada peralatan
CBHP MPD.
METODE PENELITIAN
METODE
MetodePENELITIAN
penelitian yang digunakan dalam menentukan desain MPD bisa dilihat pada
Metode penelitian yang digunakan dalam menentukan desain MPD bisa dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.

Gambar 1. Diagram
Gambar alir penelitian
1. Diagram alir penelitian

Penelitian diawali dengan pengumpulan data seperti stratigrafi, drilling window, drilling hazard,
trajectory, BHA, casing program, rig specification. Setelah itu ditentukan model rheologi dari lumpur
Majalah Ilmiah Swaratersebut
Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021 9
tersebut, nantinya model akan menentukan metode perhitungan pressure loss. Selanjutnya yaitu
menentukan limit dari operasi hidrolika yang berisi batas bawah dan atas dari laju alir, dan drilling window
limit. Setelah mendapatkan limit lalu dibuatlah beberapa skenario berdasarkan parameter, laju alir, dan
Penelitian diawali dengan pengumpulan data seperti stratigrafi, drilling window, drilling
hazard, trajectory, BHA, casing program, rig specification. Setelah itu ditentukan model rheologi
dari lumpur tersebut, nantinya model tersebut akan menentukan metode perhitungan pressure
loss. Selanjutnya yaitu menentukan limit dari operasi hidrolika yang berisi batas bawah dan
atas dari laju alir, dan drilling window limit. Setelah mendapatkan limit lalu dibuatlah beberapa
skenario berdasarkan parameter, laju alir, dan pemberian SBP yang berbeda. Pembuatan MPD
program harus tetap di dalam limit yang sudah ditentukan sebelumnya. Segala perhitungan
yang ada dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel.

HASIL PENELITIAN
A. Studi Kasus
Section sumur eksplorasi “X” berukuran 12.25” akan dibor dari 4000 ft MD/TVD hingga
7900 ft MD/TVD. Menurut hasil survei bahwa sumur ini berpotensi memiliki masalah mengenai
wellbore instability yaitu adanya breakout pressure yang jika tidak diatasi maka akan terjadi
runtuhnya lubang bor dan menyebabkan stuck pipe. Pengeboran sumur eksplorasi “X” section
12.25” direncanakan menggunakan CBHP MPD untuk mempermudah mengubah ECD/ESD
dengan cepat ketika menghadapi ketidakpastian breakout pressure tersebut. Data pengeboran
dan lumpur tersedia pada Tabel 1., konfigurasi BHA tercantum pada Tabel 2., dan spesifikasi
pompa terdapat pada Tabel 3.

Tabel 1. Data Pengeboran dan Lumpur Pengeboran

Data Pengeboran Data Lumpur Pengeboran


Casing ID 12.415 inci Jenis Lumpur HPWBM
Shoe MD 4000 ft Densitas Lumpur 11 dam 12 ppg
Shoe TVD 4000 ft PV 20 cP
Diameter Lubang 12.25 inci YP 25 lbf/100ft2
Inklinasi Vertikal θ600 65 lbf/100ft2
Target MD 7900 ft θ300 45 lbf/100ft2
Target TVD 7900 ft θ200 35 lbf/100ft2
Laju Penembusan 60 ft/jam θ100 24 lbf/100ft2
Rotary Speed 60 RPM θ6 11 lbf/100ft2
Densitas Cutting 20 ppg θ3 10 lbf/100ft2
Diameter Cutting 0.25 inci
Peralatan Permukaan Tipe 4

10 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021


Tabel 2. Konfigurasi BHA
Panjang Seksi Panjang Kumulatif
No Tipe ID (inci) OD (inci)
(ft) (ft)
1 Drill pipe 7438.85 7438.85 4 4.9
2 HWDP 32.8 7471.65 3 5
3 XO Sub 5 7476.65 3.5 8.25
4 Spiral Drill Collars 120 7596.65 3.5 8.25
5 Jars 32 7628.65 3 8
6 Spiral Drill Collars 120 7748.65 3.5 8.25
7 Drill Collars 30 7778.65 3.5 8.25
8 LWD 47.57 7826.22 1.92 8
9 Drill collars 30 7856.22 3.5 8.25
10 Stabilizer 5 7861.22 3 8.25
11 Float Sub 5 7866.22 3 8.25
12 Mud Motor 33.78 7900 3 9.625
Tabel 3. Spesifikasi Pompa
Tabel 3. Spesifi
Spesifikasi kasi Pompa
Pompa
Tipe Pompa 2 Spesifi kasi
x Triple MudPompa
Pump
Tipe Pompa
Ukuran Liner 7 2 x Triple Mud Pump inci
Ukuran
Panjang Liner
Stroke 127 inci inci
Panjang
SPM Stroke 0 -12200 inci
stroke/menit
SPM 0 - 200 stroke/menit
HPmax 1600 HP
HPmax 1600 HP
Pmax 5000 psi
Pmax 5000 psi

B. Model Rheologi
B. Model Rheologi
Setelah
Setelah ditentukan
ditentukan parameter
parameter lumpurlumpur pengeboran
pengeboran yang digunakan,
yang akan akan digunakan, dapat ditentukan
dapat ditentukan model
model berdasarkan
rheologinya rheologinyashear
berdasarkan shearstress
rate vs shear rate pada
vs shear stressviscometer.
pengujian pada pengujian viscometer.

Gambar2.2.Shear
Gambar Shearrate
ratevsvsshear
shearstress
stress
Dapat disimpulkan dengan Gambar 2., bahwa model rheologi yang cocok berdasarkan pengujian
viscometer diatasdisimpulkan
Dapat yaitu dengan menggunakan Power
dengan Gambar 2.,Law, yang model
bahwa rumus perhitungannya
rheologi yangakan dilampirkan
cocok pada
berdasarkan
lampiran A.
pengujian viscometer diatas yaitu dengan menggunakan Power Law, yang rumus perhitungannya
akan dilampirkan pada lampiran A.
C. Limit Laju Alir Lumpur
Laju alir minimum (Qmin) didapatkan dengan mengambil nilai tertinggi antara laju alir minimum cutting
transport dan laju alir
Majalah minimum
Ilmiah BHA.
Swara Patra VolDengan
11 No. 2 menggunakan
Tahun 2021 11
metode Rudi – Shindu didapatkan laju alir
minimum sebesar 769 GPM pada densitas 11 ppg, serta 764 GPM pada densitas 12 ppg. Laju alir minimum
cutting transport merupakan hal yang penting untuk menjaga konsentrasi cutting tidak lebih dari 5%.
Sementara untuk laju alir minimum dalam pengoperasian BHA sebesar 600 GPM pada mud motor, dan 450
GPM pada LWD. Dengan melihat seluruh data diatas maka didapatkan laju alir minimum (Qmin) yaitu 769
GPM pada 11 ppg dan 764 GPM pada 12 ppg.
C. Limit Laju Alir Lumpur
Laju alir minimum (Qmin) didapatkan dengan mengambil nilai tertinggi antara laju alir
minimum cutting transport dan laju alir minimum BHA. Dengan menggunakan metode Rudi –
Shindu didapatkan laju alir minimum sebesar 769 GPM pada densitas 11 ppg, serta 764 GPM
pada densitas 12 ppg. Laju alir minimum cutting transport merupakan hal yang penting untuk
menjaga konsentrasi cutting tidak lebih dari 5%. Sementara untuk laju alir minimum dalam
pengoperasian BHA sebesar 600 GPM pada mud motor, dan 450 GPM pada LWD. Dengan
melihat seluruh data diatas maka didapatkan laju alir minimum (Qmin) yaitu 769 GPM pada 11
ppg dan 764 GPM pada 12 ppg.
Laju alir maksimum (Qmax) didapatkan dengan mengambil nilai terendah antara laju alir saat
turbulen pada annulus, laju alir maksimum BHA, laju alir maksimum pompa, nilai standpipe
pressure (SPP) maksimum, dan ECD maksimal. Turbulensi pada annulus terjadi pada laju alir
lebih dari 1071 GPM pada lumpur 11 ppg, dan 1010 pada lumpur 12 ppg. Laju alir maksimum
pengoperasian BHA sebesar 1200 GPM pada mud motor dan LWD. Sesuai spesifikasi pompa,
dapat dihitung laju alir maksimumnya sebesar 2049 GPM. Laju alir maksimum berdasarkan
standpipe pressure (SPP) sebesar 1320 GPM pada 11 pgg dan 1253 GPM pada 12 ppg. Maka
dengan melihat seluruh data diatas maka didapatkan laju alir maksimum yaitu 1071 GPM pada
11 ppg, dan 1010 GPM pada 12 ppg.

D. MPD Program
MPD program dibuat untuk mengakomodir beberapa skenario yang kemungkinan mumcul
pada operasi pengeboran. Atas dasar tersebut SBP program dibuat menggunakan dua densitas
lumpur, satu laju alir dan opsi penerapan SBP. Pemberian SBP juga disesuaikan dengan limitasi
keamanan peralatan yang ada, yaitu 500 psi pada saat dinamis serta 750 psi pada saat statis.
Kombinasi dari variabel tersebut dirinci pada Tabel 4.
Tabel 4. Skenario MPD Program

SBP Equivalent Mud


Densitas Laju Alir SBP Statis
Skenario Dinamis Weight (EMW)
Lumpur (ppg) (GPM) (psi)
(psi) @7900 ft (ppg)

1 11 800 440 375 12.41


2 11 800 560 500 12.70
3 12 800 65 0 12.45
4 12 800 290 230 13.01
5 12 800 440 375 13.36

12 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021


3 12 800 65 0 12.45
4 12 800 290 230 13.01
5 12 800 440 375 13.36

MPD Program Sumur Eksplorasi "X"


ppg
8 9 10 11 12 13 14 15 16
4000
4250
4500
4750
5000
5250
5500
MD/TVD

5750
6000
6250
6500
6750
7000
7250
7500
7750

Pore Pressure Breakouts


Fracture Gradient Breakouts Line
ESD 11 ppg ESD 12 ppg
ESD 11 ppg + 440 psi SBP 800 GPM, 11 ppg + 375 psi SBP
ESD 11 ppg + 560 psi SBP 800 GPM, 11 ppg + 500 psi SBP
ESD 12 ppg + 65 psi SBP 800 GPM, 12 ppg + 0 psi SBP
ESD 12 ppg + 290 psi SBP 800 GPM, 12 ppg + 230 psi SBP
ESD 12 ppg + 440 psi SBP 800 GPM, 12 ppg + 375 psi SBP

Gambar 3. Skenario MPD Program

PEMBAHASAN
MPD program dibuat untuk menentukan skenario 7 berdasarkan densitas lumpur, laju alir,
dan penerapan SBP yang akan digunakan pada saat pengeboran. Penggunaan skenario ini
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan harus memenuhi limit drilling window yang
berupa pore pressure, breakout pressure, dan fracture gradient (untuk menghindari kick, stuck
pipe, dan loss circulation). Selain itu limit laju alir lumpur yang sudah dibahas sebelumnya tetap
diperhatikan.
Pada Gambar 3. terlihat bahwa ESD dari lumpur densitas 11 dan 12 ppg tanpa adanya
tambahan SBP maka tidak dapat mengakomodir breakout pressure yang ada, sehingga besar
kemungkinan akan mengalami masalah dengan hole stability yang bisa mengakibatkan stuck
pipe. Atas alasan tersebut maka skenario-skenario penambahan SBP tersebut dibuat.
Skenario penggunaan MPD pada 11 ppg dibagi menjadi dua, yang pertama adalah untuk
mengakomodir prediksi breakout pressure di titik 12.4 ppg membutuhkan 440 psi saat statis

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021 13


dan 375 psi saat dinamis. Skenario yang kedua yaitu penggunaan SBP dengan tepat pada limit
maksimal peralatan CBHP MPD (limit maks dinamis) yaitu menggunakan 560 psi pada saat
statis dan 500 psi saat dinamis dan dapat mencapai EMW 12.70 pada 7900 ft. Kedua skenario
masih berada pada safety limit dari pore pressure, breakout pressure maupun fracture pressure.
Skenario untuk densitas 12 ppg terbagi menjadi tiga skenario. Skenario pertama digunakan
untuk mengakomodir breakout pressure di titik 12.4 ppg menggunakan 65 psi saat statis,
dan 0 psi saat dinamis. Selanjutnya skenario ini digunakan untuk mengantisipasi di titik 13
ppg menggunakan 290 psi saat statis dan 230 psi saat dinamis. Skenario terakhir dengan
mempertimbangkan kemampuan maksimal dan nilai sedekat mungkin dengan fracture gradient
sehingga didapatkan 440 psi statis dan 375 dinamis, serta dapat menghasilkan EMW 13.36 ppg
pada 7900 ft.
Penggunaan skenario ditentukan dan dapat diubah sesuai kebutuhan di lapangan. Jika
tanda-tanda kick (well flow, pit gain) atau stuck pipe (naiknya torque, drag dan muncul cutting
ukuran besar) maka skenario yang memiliki EMW lebih tinggi dapat digunakan. Begitupun jika
terjadi loss circulation akibat tekanan yang melebihi fracture gradient maka dapat diturunkan
ke skenario yang memiliki EMW lebih rendah.

KESIMPULAN
Lima skenario desain CBHP MPD untuk lubang ukuran 12.25” sumur eksplorasi “X” telah
dibuat dengan memperhatikan profil tekanan sumur, laju alir minimum cutting transport, laju
alir pengoperasian BHA, dan laju alir maksimal pada aliran turbulen, pompa, dan standpipe
pressure (SPP). Skenario dibuat menggunakan dua densitas lumpur yaitu 11 dan 12 ppg, serta
laju alir seragam pada 800 GPM. Penggunaan surface backpressure bervariasi dari 65 – 560
psi pada saat statis, dan 0 – 500 psi dalam kondisi dinamis. Menghasilkan EMW 12.4 ppg dan
12.7 ppg dengan menggunakan densitas 11 ppg, serta EMW 12.4 ppg, 13.01 ppg, dan 13.36
ppg menggunakan densitas 12 ppg. Kelima skenario ini telah memenuhi limit baik dari laju
alirnya maupun drilling window-nya (pore pressure, breakout pressure, dan fracture pressure)
sehingga pengeboran eksplorasi di sumur “X” bisa dilakukan dengan aman. Pemilihan skenario
nantinya akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan ESD/ECD pada saat operasi pengeboran.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Awadhi, F. K., Ameri, F. S., Kikuchi, S., & Afifi, H. A.-H. (2014). Drilling, Making Un-
Drillable HPHT Well Drillable using Mud Cap. Abu Dhabi International Petroleum
Exhibition and Conference, 10-13 November 2014. Abu Dhabi: SPE-171865-MS.
Guo, B., & Liu, G. (2011). Applied Drilling Circulation System. Texas: Gulf Professional
Publishing.
IADC. (2011). UBO & MPD Glossary.
Khoshnaw, F., Jaf, P., & Farkha, S. (2015). Pore, Abnormal Formation and Fracture Prediction.
In H. Al-Kayiem, C. Brebbia, & S. Zubir, Energy and Sustainability V (pp. 579-593).
Southampton: WIT Press.
Malloy, K. P., Stone, R., Medley, G. H., Hannegan, D. M., Coker, O. D., Reitsma, D., . . .
Sonnemann, P. (2009). Managed-Pressure Drilling: What It Is and What It Is Not.
IADC/SPE Managed Pressure Drilling and Underbalanced Operations Conference &

14 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021


Exhibition, 12-13 February. Texas: SPE-122281-MS.
Mansourozadeh, M., Jamshidian, M., Bazargan, P., & Mohammadzadeh, O. (2016). Wellbore
Stability Analysis and Breakout Pressure Prediction in Vertical and Deviated Boreholes
Using Failure Criteria - A Case Study. In V. S. Suicmez, Journal of Petroleum Science
and Engineering Volume 145 (pp. 482-492). Amsterdam: Elsevier.
Ochoa, M. V. (2006). Analysis of Drilling Fluid Theology and Tool Joint Effect to Reduce Errors
in Hydraulics Calculation, Dissertation. Texas: Texas A&M University.
Qutob, H. (2012). Managed Pressure Drilling: Drill the Un-Drillable. Retrieved from Society of
Petroleum Engineers: https://www.spe.org/dl/docs/2012/qutob.pdf
Rehm, B., Schubert, J., Haghshenas, A., Paknejad, A. S., & Hughes, J. (2008). Managed Pressure
Drilling. Texas: Gulf Publishing Company.
Rubiandini, R. (2012). Teknik Operasi Pemboran Volume 1. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Wenaas, A. (2014). A Case Study of How MPD Techniques Can Be Used to Adapt to Uncertain
Pore and Fracture Pressure Gradients, Master Thesis. Norwegian University of Science
and Technology.
Zein, J., Irawan, F., Hidayat, A. M., Amin, R. A., Ardhiansyah, F., Redzuan, M., . . . Prasetyo,
D. (2016). Case Study - Constant Bottom Hole Pressure of Managed Pressure Drilling
Utilization to Maintain Wellbore Instability in East Java Drilling Operation, Indonesia.
SPE Asia Pasific Oil & Gas Conference and Exhibition. 25-27 October 2016. Perth: SPE-

Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021 15


182212-MS.

LAMPIRAN
Kehilangan Tekanan Power Law (Ochoa, 2006)

Pipe Flow Annular Flow

n = 3. 32 log( ) k=

= =

= =
Laminar 3470 –

= =

Turbulent Turbulent

b=

= =

= =

Laju Alir Minimum Metode Rudi Rubiandini – Shindu L. M (Rubiandini, 2012)

16 Majalah Ilmiah Swara Patra Vol 11 No. 2 Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai