Anda di halaman 1dari 43

Aspek Hukum Pembangunan di Indonesia

2 - Fungsi hukum Perjanjian pada industri


konstruksi di Indonesia
PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERJANJIAN /KONTRAK

1. Pengertian Perjanjian / Kontrak


adalah suatu ikatan atau hubungan hukum mengenai benda-benda (barang) atau
kebendaan (jasa) antara dua pihak atau lebih, dimana para pihak tersebut saling
berjanji atau dianggap saling berjanji untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.

Berdasarkan aspek penamaannya dibagi 2 :


a. Perjanjian nominaat ( yang dikenal dalam KUHPerdata)
b. Perjanjian innominaat (perjanjian yang timbul, hidup,
tumbuh, dan berkembang dalam praktek kehidupan
masyarakat) seperti :
Kontrak Production Sharing, Kontrak Joint Venture,
Kontrak Karya, Leasing, Franschise, dll
PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK

a. Perjanjian Innominaat, berdasarkan pengaturannya


dibagi menjadi :
1). Innominaat yang diatur dengan peraturan per–uu-an
a). Kontrak Production Sharing, diatur dengan UU
No. 21 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
b). Joint Venture, diatur dengan UU 1 tahun 67
tentang Pertambangan
c). Konstruksi, dengan UU No. 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi
d). Waralaba / kontrak karya
e). Leasing
2). Innominaat yang belum diatur dengan Peraturan–uu-an
a). Kontrak Rahim (Surrogated mother)
Syarat Sahnya Suatu Perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata):

a. Syarat Subyektif :

1). Para pihak yang membuat perjanjian harus


sudah dewasa/cakap;

2). Para pihak tidak dalam keadaan terpaksa dalam membuat perjanjian
tersebut (para pihak harus setuju dengan isi perjanjian tersebut).
b) Syarat Obyektif :

1) obyek perjanjian mengenai suatu hal tertentu

2) Suatu sebab yang halal;

Catatan :

1) Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka


perjanjian dapat dibatalkan di pengadilan;

2) Apabila syarat obyektif tidak dipenuhi maka


perjanjian batal demi hukum (dianggap tidak ada
perjanjian) tanpa harus dibatalkan di pengadilan;
Bentuk , Jenis Perjanjian , dan Materai :

a. Bentuk Perjanjian :
1) Perjanjian Lisan;
2) Perjanjian Tertulis (KONTRAK) dibedakan :
a). Dibawah tangan
b). Didaftarkan ke Notaris
c). Dilegalisir tandatangan para pihak oleh
Notaris
d). Dibuat dihadapan Notaris
catatan : kontrak yang dibuat dihadapan Notaris
bisa karena diharuskan oleh peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
b. Jenis Perjanjian :

1) Perjanjian yang lahir karena UU;


2). Perjanjian di luar UU;

c. Materai ( UU Materai No. 13 Tahun 1985 )


1). Pasal 1 : Dengan nama Bea Materai berarti dikenakan pajak atas dokumen yang
disebut dalam UU ini.
2). Pasal 2 ayat (1) : “ Dikenakan Bea materai atas dokumen yang berbentuk : (a).
Surat perjanjian dan surat – surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan
yang bersifat perdata “
KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK
Terkait Kontrak Konstruksi

(Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015)


PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
TERKAIT KONTRAK UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2017

PP NO 29 TAHUN 2000
JO PP NO 79 TAHUN 2015

PERPRES NO 54 TAHUN 2010


JO PERPRES NO 04 TAHUN 2015

PERMEN PU NO 07 TAHUN 2011


JO PERMEN PUPR NO 31 TAHUN 2015
DEFINISI (Pasal 1 Perpres 04/2015)

Pasal 1 angka 12
Pasal 1 angka 22 Pasal 1 angka 7 Penyedia Barang/Jasa adalah badan
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang usaha atau orang perseorangan yang
Pejabat Pembuat Komitmen yang
selanjutnya disebut Kontrak adalah menyediakan Barang/Pekerjaan
selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
perjanjian tertulis antara PPK dengan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
yang bertanggung jawab atas
Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Lainnya.
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Swakelola.
ORGANISASI PENGADAAN
UNTUK PENGADAAN MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA
[Pasal 7 ayat (1) Perpres 04/2015]

PPHP PA/KPA

Panitia/Pejabat
ULP/PEJABAT
Peneliti Pelaksanaan PPK PENGADAAN
Kontrak
Kewenangan :
Kewenangan : • menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J
•HPS • menetapkan Dokumen Pengadaan
Direksi Teknis • Spesifikasi Teknis •menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
• Rancangan Kontrak •menilai kualifikasi dan melakukan evaluasi penawaran

Kontrak Pra Kontrak

Tanda Tangan Kontrak


ORGANISASI PENGADAAN (Pasal 7 Perpres 04/2015)

 PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu
pelaksanaan tugas ULP.
 PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
 Tim pendukung antara lain terdiri atas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Direksi Lapangan,
konsultan pengawas, tim Pelaksana Swakelola, dan lain-lain.
 PA dapat:
1. menetapkan tim teknis; dan/atau
2. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui Sayembara/Kontes.
 Tim teknis antara lain terdiri atas tim uji coba, panitia/pejabat peneliti pelaksanaan Kontrak, dan
lain-lain.

 ULP/Pejabat Pengadaan digunakan untuk pengadaan b/j melalui swakelola oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab & instansi pemerintah lain. Sedangkan Tim Pengadaan digunakan untuk
Pengadaan b/j melalui swakelola oleh kelompok masyarakat.
 Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat pada organisasi pengadaan barang/jasa tidak terikat
tahun anggaran.
 Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

12
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN


Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan
penyesuaian harga;
2. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak;
4. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
5. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
6. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN


Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu;
2. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada
saat Kontrak ditandatangani;
3. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa; dan
4. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN


Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang
merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu)
pekerjaan yang diperjanjikan.
Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa
Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan
berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
2. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak.
DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 52 Perpres 04/2015)
KONTRAK BERDASARKAN PEMBEBANAN TAHUN ANGGARAN
Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran.
Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan:
1. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
2. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai
kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
bagi kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis
laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan
sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
TANDA BUKTI PERJANJIAN (Pasal 55 Perpres 04/2015)

Pengadaan B/J sampai dgn 10


Bukti Pembelian juta rupiah

Pengadaan B/J sampai dgn 50


Kuitansi juta rupiah

Surat Perintah Kerja Pengadaan B/PK/JL sampai dgn 200 juta


rupiah, utk JK smp dgn 50 juta rupiah

Pengadaan B/PK/JL diatas 200 juta


Surat Perjanjian rupiah, utk JK diatas 50 juta rupiah

Surat Pesanan Pengadaan B/JL melalui E-


Purchasing dan pembelian online

KET :
B/J = Pengadaan Barang/Jasa
JK = Jasa Konsultansi
B/PK/JL = Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
JAMINAN UANG MUKA (PASAL 69)
JENIS-JENIS Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap
pembayaran Uang Muka yang diterimanya.
JAMINAN PENGADAAN (Pasal 67) Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang diterimanya.
Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap
tahapan pembayaran.

JAMINAN PELAKSANAAN (PASAL 70)


Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi
untuk Kontrak bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk Kontrak
bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum
Jaminan Uang Muka penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya

JAMINAN PEMELIHARAAN (PASAL 71)


Jaminan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus
perseratus)
Jaminan Pemeliharaan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak harus
diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang telah diserahkan
Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah
masa pemeliharaan selesai
Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat memilih untuk memberikan
Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi
Jaminan Pemeliharaan atau retensi besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai
Kontrak
PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)

1. PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa untuk


ditandatangani.
2. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan.
a. Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului
pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau
ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah
dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan
3. Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan.
4. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai
diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh
pendapat ahli hukum Kontrak.
PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)

5. Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas


nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta
Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat
menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut
adalah pengurus/karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap
dan mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau
pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk
menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
PENDAPAT AHLI HUKUM KONTRAK

 Sesuai ketentuan dalam Perpres 04/2015 pasal 86 ayat 4 yang berbunyi :


“Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum
Kontrak. “

 Dalam Permen PUPR Nomor 31 Tahun 2015 :

Pasal 7
Untuk pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang bernilai di atas Rp 100.000.000.000 (seratus
milyar rupiah) dan/atau yang bersifat kompleks sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih
dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Kontrak Hukum Kontrak.
Pasal 8
(1) Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yang ditunjuk untuk memberikan
pendapat hukum, harus berdasarkan persetujuan para pihak.
(2) Dalam hal tidak diperoleh Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),maka
pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak
PENDAPAT AHLI HUKUM KONTRAK

 Pada tanggal 26 Agustus 2011 Menteri PU mengeluarkan Surat Edaran


no 05/SE/M/2011 perihal Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan
Menteri PU Nomor 07 Tahun 2011 tentang standar dan pedoman
pekerjaan konstruksi dan jasa kosultansi.
 Pada tanggal 6 Januari 2016 Dirjen Bina Konstruksi mengeluarkan
Keputusan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR nomor
08/KPTS/DK/2016 tentang Pembentukan Tim Opini Hukum Kontrak di
Kementerian PUPR.
PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)

1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan
gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama
Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan
2) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan:
a) tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/Kontrak awal; dan
b) tersedianya anggaran.

23
PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)

3) Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama


berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain,
kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia Barang/Jasa spesialis.
4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia
Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya
sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.
5) Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan
sepanjang disepakati kedua belah pihak.

24
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)

1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:


a. pembayaran bulanan;
b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin); atau
c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
2. Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa senilai prestasi
pekerjaan yang diterima setelah dikurangi angsuran pengembalianUang Muka dan denda
apabila ada, serta pajak.
2.a. Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang.
3. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang menggunakan subkontrak, harus
dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan perkembangan
(progress) pekerjaannya.
PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)

4. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (2a), pembayaran dapat
dilakukan sebelum prestasi pekerjaan diterima/terpasang untuk:
a. pemberian Uang Muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan pemberian Jaminan Uang Muka;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu,
sebelum Barang/Jasa diterima setelah Penyedia Barang/Jasa menyampaikan jaminan atas
pembayaran yang akan dilakukan;
c. Pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan
diserahterimakan, namun belum terpasang.
4a. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b, termasuk bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan.
5. PPK menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk Jaminan
Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

26
PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)

 Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk


Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah
tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan;
 Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam
Dokumen Pengadaan;
 Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan
Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan Timpang
 Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-
13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
 Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran,
kecuali komponen keuntungan dan Biaya Overhead sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)

 Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang


tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak;
 Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri,
menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;
 Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum
Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan
 Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara
jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.
 Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis yang terkait.
 Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS.
 Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga
yang dikeluarkan oleh instansi teknis.
 Rumus penyesuaian harga :

Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....)

Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan;


Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran;
a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;
Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran
komponen keuntungan dan overhead maka a = 0,15.
b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat
kerja, dsb; Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan
(mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak).
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penanda-
tanganan kontrak.

29
 Rumus penyesuaian nilai kontrak :

Pn = (Hn1xV1) + (Hn2xV2) + (Hn3xV3) + .... dst

Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan;


Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah
dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian
Harga Satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)

1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:


a. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak.
a.1. Penyedia tidak mampu menyelesaikan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan 50
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan;
a.2. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan s.d 50 hari kalender sejak
masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan;
b. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya & tidak memperbaiki
kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh
instansi yang berwenang.
PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)

(1a) Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa menyelesaikan pekerjaan sampai


dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.1. dan huruf a.2., dapat melampaui Tahun
Anggaran.
(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:
a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b) sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka
dicairkan;
c) Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan
d) Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
(3) Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan
Penunjukan Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang
sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PELELANGAN/
SELEKSI INTERNASIONAL (TERKAIT BAHASA DLM KONTRAK) (Pasal 101)

1. Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional ditulis dalam 2 bahasa, yaitu


Indonesia dan Inggris.
2. Dalam hal terjadi penafsiran berbeda, maka dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan.
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM

 Pasal 19 Perpres 04/2015


(1) Penyedia Barang/Jasa dalam Pelaksanaan PBJ wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
n. tidak masuk dalam Daftar Hitam.
 Pasal 124 Perpres 04/2015
(1) K/L/D/I membuat Daftar Hitam yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang
dikenakan sanksi oleh K/L/D/I
(3) K/L/D/I Menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar
Hitam Nasional
 Pasal 134 Perpres 04/2015
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis operasional tentang Daftar Hitam,
pengadaan secara elektronik, dan sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa,
diatur oleh Kepala LKPP paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini
ditetapkan.
34
34
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
(Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pasal 2 Ruang Lingkup

a. Perbuatan yang dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam;


b. Tata Cara pengenaan sanksi pencantman dalam Daftar Hitam; dan
c. Pembatalan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam

35
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
(Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pasal 3

(1) Pengenaan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam diberikan kepada


Penyedia Barang/Jasa saat proses pemilihan dan/atau pelaksanaan kontrak.
(2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam
apabila :
a. Berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/pihak lain
yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun
tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan/Kontrak dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Melakukan Persekongkolan dengan Penyedia B/J lainnya untuk mengatur
Harga Penawaran di lar prosedur pelaksanaan Pengadaan B/J, sehingga
mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persaingan
yang sehat dan/atau merugikan orang lain
36
36
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
(Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pasal 3
(2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam
apabila :
b. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain
yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan B/J yang
ditentukan dalam Dokumen Pengadaan
d. Mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan penawaran dengan
alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat
diterima oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan;
e. Mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan alasan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh PPK;
f. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara
bertanggung jawab;
g. Berdasarkan hasil pemeriksaan APIP terhadap pemenuhan penggunaan
produksi dalam negeri dalam PBJ, ditemukan adanya ketidakesuaian
dalam penggunaan B/J Produksi dalam negeri 37
37
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
(Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

Pasal 3
(2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam
apabila :
h. Ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan
Penyedia B/J
i. dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK yang disebabkan
oleh kesalahan Penyedia B/J
j. Tidak bersedia menandatangani BA Serah Terima Akhir Pekerjaan
k. terbukti terlibat kecurangan dalam pengumuman pelelangan
l. dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak
sehat dan/atau terjadi pengaturan bersama antar peserta, dan/atau
peserta dengan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/PPK
m.Dalam klarifikasi kewajaran harga, Penyedia B/J menolak menaikkan nilai
jaminan pelaksanaan untuk penawaran di bawah 80% HPS
n. hasil pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data
38
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM
SE Kepala BP Konstruksi No. 126/SE/KK/2011 tentang tahapan pemberian sanksi Daftar Hitam
1. Penyedia, penerbit jaminan dalam pengadaan B/J pemerintah di lingkungan kementerian PU
dapat dikenakan sanksi daftar hitam
2. PPK/Pokja ULP/pejabat pengadaan mengusulkan penetapan sanksi daftar hitam kepada KPA paling
lambat 5 hari kerja sejak ditemukan bukti pelanggaran yang dilakukan penyedia B/J
3. Setelah menerima usulan maka KPA menetapkan sanksi yang ditembuskan kepada PPK/Pokja
ULP/pejabat pengadaan, Kepala LKPP, Kepala BP Konstruksi, Pimpinan Satminkal masing-masing
4. KPA memberitahukan penetapan sanksi daftar hitam kepada penyedia/penerbit jaminan paling
lambat 1 hari sejak tanggal ditetapkannya.

SE Kepala BP Konstruksi No. 126/SE/KK/2011 tentang tahapan pemberian sanksi Daftar Hitam
5. KPA mengirimkan dokumen penetapan sanksi daftar hitam kepada yang dikenakan sanksi beserta
tembusannya dengan cara:
a. Melalui jasa pengiriman pos
b. Melalui surat elektronik
c. Diantar langsung
6. Kepala BP. Konstruksi memberitahukan penetapan sanksi daftar hitam penyedia B/J yang bergerak di
bidang usaha konstruksi (kontraktor/konsultan) kepada LPJKN paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
diterima dokumen penetapan sanksi daftar hitam KPA . 39
39
PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM

Usulan penetapan sanksi oleh Usulan dikaji Ya Surat/SK Penetapan Sanksi ke


PPK/Pokja ULP/PP oleh KPA Penyedia

(5 hari kerja semenjak Tidak


ditemukan bukti )
Surat Usulan untuk dimuat
(Form DH-01)
Daftar Hitam Nasional ke LKPP
BP Konstruksi

Termuat di : Ka. BP. Konstruksi mengusulkan


• www.inaproc.go.id Surat untuk dimuat DFHN ke
•www.lpjkn.net LPJKN dan LKPP

40
40
KESALAHAN KONSTRUKSI
PEMAHAMAN ISTILAH

1. Kontrak : suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih


mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
2. Prime Cost : sejumlah biaya yang disediakan dan termasuk
dalam kontrak, untuk pekerjaan yang telah ditentukan, umumnya
dikerjakan oleh NSC
3. Nominated Sub Contractor (NSC) : sub kontraktor yang
ditunjuk langsung oleh Pihak I untuk pekerjaan tertentu yang telah
ditetapkan
4. Eskalasi harga : perubahan/kenaikan harga sesuai kondisi pasar
42
5. Klaim : suatu permintaan akan tambahan harga kontrak, atau waktu
pelaksanaan, atau kompensasi atas terjadinya hal-hal yang bukan
kesalahan satu pihak dan merugikan pihak tersebut
6. Sengketa kontrak : perselisihan/perbedaan pendapat antara pihak I dan
Pihak II yang tidak dapat disepakati atas hal-hal tentang pelaksanaan
kontrak
7. Penyelesaian sengketa : upaya mencapai kesepakatan antara dua pihak
melalui musyawarah, atau lembaga peradilan, atau alternatif penyelesaian
sengketa
8. Arbitrase : peradilan yang dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela
43
oleh pihak-pihak yang bersengketa

Anda mungkin juga menyukai