ID Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi Dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
ID Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi Dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
PRIVATISASI JALAN TOL SEBAGAI SOLUSI DALAM MEMPERCEPAT TERWUJUDNYA
INFRASTRUKTUR JALAN TOL YANG MEMADAI DI INDONESIA
Bambang Suprayitno
Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia
b_suprayitno@yahoo.co.id
Abstract: Toll Roads Privatization to Accelerate Providing Adequate Toll Road
Infrastructure in Indonesia. The toll road is one of the vital infrastructures to
enhance the industrial efficiency of an economy. Issue of toll road privatization is one
of forms of economic governance which can be adopted in Indonesia. Government
can save budget of government expenditures needed to build a very large number of
toll roads. On the side of the road user, toll roads owned and managed by private
entity entirely within a certain period would have a better service pattern. On the
private side, privatization of toll roads is as one of the alternative investments is quite
interesting because it is profitable.
Keyword: Toll Roads, Privatization, Infrastructure
Abstrak: Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya
Infrastruktur Jalan Tol yang Memadai di Indonesia. Jalan tol merupakan salah satu
sarana vital yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi perindustrian suatu
perekonomian. Isu privatisasi jalan tol adalah salah satu bentuk tata kelola ekonomi
yang patut ditiru di Indonesia. Pemerintah bisa menggunakan dana yang diperoleh
untuk membayar hutang dan membiayai pengeluaran pembangunan. Pemerintah
juga bisa menghemat dana pengeluaran yang diperlukan sangat besar jumlahnya
untuk membangun jalan tol. Dilihat di sisi pengguna jalan, jalan tol yang dipunyai dan
dikelola dalam jangka tertentu tentunya mempunyai pola pelayanan yang lebih baik
ketika diserahkan sepenuhnya kepada swasta, sebab pelayanan jalan tol diusahakan
sebaik mungkin sebagaimana bisnis riil lainnya. Bagi swasta, privatisasi jalan tol ini
bias dijadikan salah satu alternative investasi yang cukup menarik karena memang
menguntungkan.
Kata Kunci: Jalan Tol, Privatisasi, Infrastruktur
Pendahuluan Jalan tol merupakan salah satu sarana
Efisiensi industry tak pelak lagi vital yang diperlukan untuk meningkatkan
merupakan kebutuhan bagi kalangan efisiensi perindustrian suatu perekonomian.
pengusaha khususnya dan negara pada Ketika ekonomi suatu negara bertumpu
umumnya agar produknya bisa mempunyai pada perhubungan darat maka tentunya
keunggulan kompetitif terhadap negara sarana transportasi berupa jalan khususnya
pesaingnya. Dengan keunggulan ini maka jalan tol akan mendorong terciptanya
tentunya Industri dalam negeri akan efisiensi ekonomi di dalamnya. Sekedar
berkembang dan pada ujungnya dengan untuk diketahui, ada seluas 1,8 juta km2
pertumbuhan ekonomi yang membaik maka wilayah daratan di Indonesia (Kadin Batam
diharapkan akan terjadi peningkatan dalam Basuki dkk, 2009). Dengan
kesejahteraan rakyat. tercapainya efisien ekonomi maka produk
65
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
66
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
eksklusifitas namun tidak mempunyai sifat manfaat ekonomi bagi khalayak umum.
rivalitas. Yang ketiga adalah barang common Selain itu ada beberapa manfaat
yaitu barang yang tidak mempunyai sifat transportasi yang diperoleh dari
ekslusifitas namun mempunyai sifat rivalitas pembangunan jalan yang baik sehingga
dalam mengkonsumsinya. Sedangkan memungkinkan untuk mendorong
kategori yang keempat adalah murni barang masyarakat untuk membayar lebih yaitu
prifat yaitu barang yang mempunyai sifat penghematan waktu perjalanan,
esklusifitas dan rivalitas dalam peningkatan keselamatan, dan peningkatan
mengkonsumsinya (Hindriks dan Myles, kualitas lingkungan (Small, 1998).
2005). Berkaitan dengan pembangunan
Dengan kategori yang telah disebutkan ekonomi dan efisiensi, jalan tol yang
sebelumnya jalan tol bisa dikatakan barang merupakan salah satu bentuk infrastruktur
club. Jalan tol hanya boleh dilewati oleh jalan mempunyai dukungan yang kuat
orang yang mau membayar tarif jalan tol. dalam pertumbuhan ekonomi dan efisiensi
Dalam penyediaannya, ketika barang tol itu industry. Hirschman mengemukakan
sudah ada maka penyediaan untuk strategi pembangunan tak seimbang yang
konsumsi selanjutnya tidak membutuhkan menekankan perlunya proyek mana yang
tambahan biaya. harus didahulukan sehingga dapat tercipta
Pertimbangan apakah suatu barang pembangunan yang optimal (Arsyad, 1999).
disediakan oleh pihak public atau swasta, Dalam Gambar 1 terlihat bahwa
contoh nyatanya adalah penyediaan jalan pembangunan tak seimbang yang
tol tergantung dari berbagai pertimbangan dimaksudkan adalah pembangunan yang
yang ada. Pertimbangan itu adalah upah ditekankan pada sektor prasarana (X) yang
alternative dan biaya material, biaya nantinya lebih menyediakan infrastruktur
administrasi, perbedaan selera, dan isu kegiatan ekonomi atau lebih dikenal dengan
tentang pendistribusian secara ekonomi pembangunan dengan kapasitas berlebih.
atau berkaitan dengan isu keadilan (Rosen, Pembangunan tak seimbang lainnya adalah
1999). Dengan demikian penyediaan jalan pembangunan yang lebih menekankan pada
tol sebaiknya juga dipertimbangkan penyediaan sektor produksi yang secara
berdasarkan pertimbangan tersebut dan langsung dapat menghasilkan barang‐
juga kemungkinan pertimbangan lainnya. barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
Ketika konteksnya sekarang pemerintah (Directly Productivity Activities atau DPA).
memerlukan dana yang besarnya untuk Menurut Hirschman, pembangunan tak
pengeluaran pembangunan seperti halnya seimbang yang lebih menekankan
pendidikan dan kesehatan maka tidak ada pembangunan pada sektor DPA adalah yang
salahnya ketika jalan tol ditawarkan kepada terbaik untuk NSB karena dianggap sebagai
pihak swasta untuk menyediakannya strategi yang dapat menghindari
tentunya dengan konsesi yang ketat dan pemborosan penggunaan prasarana.
demi keuntungan finansial pemerintah dan
67
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
Y
Q Q Q Z
X
Gambar 1
Strategi Pembangunan Tak Seimbang
Keterangan: Q: tingkat produksi optimal pada saat kapasitas penuh
X: prasarana yang tersedia atau Social Overhead Capital (SOC)
Y: sektor produksi atau Directly Productivity Activities (DPA)
Z: kurva yang menghubungkan titik‐titik pembangunan yang seimbang
68
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
Gambar 2
Dampak Adanya Perbaikan dan Peningkatan Infrastruktur secara
Mikro dan Makro Ekonomi
pengangguran dan otomatis kemiskinan memerlukan dana yang cukup besar. Di sisi
juga akan terkurangi. lain, masyarakat belum tentu dapat
Hal tersebut berbeda ketika menyerap produk yang dihasilkan oleh
pembangunan ditekankan pada berbagai industri yang dibangun tadi. Selain
pembangunan DPA atau berbagai industri itu, akan timbul biaya ekonomi tinggi dalam
secara bersama‐sama dengan hanya sedikit produksinya sehingga output yang
infrastruktur yang tersedia. Strategi ini
69
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
dihasilkan kurang bisa bersaing dari segi menyebabkan semakin murahnya harga
harga. output (kurva penawaran bergeser ke
Jika diterapkan pada kondisi dalam kanan). Dengan kondisi seperti ini maka
negeri di Indonesia saat ini, kurangnya output yang terjual akan meningkat
infrastruktur mengakibatkan semakin macet sehingga secara makro output riil akan
jalanan di ibukota dan kota besar serta kota meningkat.
industri lainnya. Kondisi jalur transportasi Begitu juga di tingkat makro, kondisi
yang jauh dari layak pakai mengakibatkan yang kondusif akibat adanya perbaikan dan
waktu tempuh yang lebih lama sehingga ketersediaan infrastruktur yang memadai
secara tidak langsung akan dapat menyebabkan kegiatan bisnis semakin
meningkatkan konsumsi BBM yang pada lancar dan biaya produksi akan menurun.
ujungnya dapat memberatkan keuangan Biaya yang dimaksud adalah biaya yang
negara1. Pembangunan industri di Indonesia secara langsung berkaitan dengan kegiatan
terpusat di Jawa dan Sumatera namun produksi (seperti harga input) maupun biaya
ironisnya sampai saat ini tak ada jalan tol yang tak langsung (seperti komunikasi).
yang menghubungkan secara langsung Kondisi ini akan merangsang pelaku bisnis
antara ujung barat dan ujung timur di Pulau untuk menambah perencanaannya untuk
Jawa dan Sumatera apalagi di pulau‐pulau melakukan investasi yang lebih besar pada
besar lainnya. tingkat bunga berapapun (ditunjukkan
Gambaran yang sederhana di tingkat dengan kurva marginal efficiency of capital
lokal dan nyata di depan kita adalah (MEC) yang bergeser ke kanan menjadi
bagaimana pengaruh adanya pembangunan MEC’). Selanjutnya tingkat investasi
ring‐road yang melingkari Kota Yogyakarta. keseimbangan terjadi akan meningkat
Perkembangan daerah di sekitar ring‐road (menjadi I2).
begitu pesat, dengan sendirinya timbul unit‐
unit usaha atau kegiatan ekonomi baik Kondisi Jalan Tol di Indonesia
berupa toko‐toko dan unit‐unit produksi.
Sebagaimana didefinisikan dalam pasal 1
Secara sederhana, kondisi akibat adanya UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan
penambahan dan perbaikan infrastruktur
tol adalah jalan umum yang merupakan
dapat ditunjukkan sebagaimana dalam bagian sistem jaringan jalan dan sebagai I
Gambar 2. Di tingkat mikro, ketersediaan jalan nasional yang penggunanya diwajibkan
infrastruktur yang mencukupi dan memadai
membayar tol. Tol adalah sejumlah uang
akan menurunkan biaya produksi sehingga tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan
jalan tol. Jalan tol selanjutnya dikelola oleh
1
Sebagai negara net impor minyak, semakin besar badan usaha di bidang jalan tol yang
pemakaian BBM maka semakin berat beban anggaran dan selanjutnya disebut Badan Usaha yaitu
dapat menguras cadangan devisa yang ada. Semakin
besar BBM yang dikonsumsi maka semakin besar pula badan hukum yang bergerak di bidang
subsidi yang harus ditanggung oleh negara, selain itu,
pengusahaan jalan tol. Selanjutnya badan
cadangan devisa yang dihimpun oleh BI akan terkuras
untuk mengimpor BBM yang sebagian besar dipasok dari yang mengatur jalan tol disebut Badan
luar negeri.
70
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
Pengatur Jalan Tol yang selanjutnya disebut Masalah lainnya adalah adanya
BPJT adalah badan yang dibentuk oleh ketidakpastian tentang tarif jalan tol dan
Menteri, berada di bawah, dan bertanggung sangat minimnya modal penyertaan dari
jawab kepada Menteri. pemerintah. Biaya pembebasan lahan
Dengan luas wilayah yang sangat luas dianggap sebagai sunk cost namun pada
baik daratan maupun lautan tentunya kenyataannya biaya ini sangatlah besar
sarana transportasi darat maupun laut di (Suara Karya, 30 Juli 2007).
Indonesia sangatlah diperlukan. Sebagai Sebagaimana dikemukakan oleh Frans S.
contoh untuk di Jawa saja yang merupakan Sunito (Dirut Jasa Marga), kendala yang
pusat perekonomian dan pemerintahan di paling besar dihadapi oleh investor jalan tol
Indonesia dan terbentang panjang daratan di Indonesia adalah karena hambatan dalam
kira‐kira 1000km lebih namun tidak ada satu pembebasan tanah. Seringkali tanah yang
jalan tolpun yang menghubungkan ujung akan dijadikan jalan tol meningkat pesat.
barat ke timur dari pulau ini. Oleh karenanya Sunito (2009) memberikan
Jalan tol pertama di Indonesia adalah masukan yang pada intinya pemerintah
Jalan Tol Jagorawi (Jakarta Bogor Ciawi) berkewajiban mengambil alih usaha
yang dibangun pada tahun 1978 dan pembebasan tanah ketika harga tanah
mempunyai panjang 59km. Sampai sekarang melebihi 110% dari nilai dalam Perjanjian
jalan tol di Indonesia mempunyai panjang Pengusahaan Jalan Tol (PPJT). Selain itu
total 649km, di mana 500,82km investor juga diberikan keleluasan untuk
dioperasikan oleh PT. Jasa Marga dan melakukan negosiasi ulang tentang kontrak
sisanya oleh swasta. Sejak tahun 1980an ketika pembebasan tanah berlarut‐larut
pemerintah mengundang investor swasta atau bahkan boleh mengundurkan diri tanpa
untuk membangun dan mengoperasikan ada penalti.
jalan tol (BPJT, 2006).
Keterlambatan Indonesia dalam Kebutuhan yang Mendesak Akan
memenuhi kebutuhan jalan tol adalah Ketersediaan Jalan Tol dalam Sistem
adanya ketidakpastian hukum dan adanya Jaringan Jalan di Indonesia
permainan para makelar tanah yang kurang
tersentuh yang tentunya juga karena Keterlambatan yang jelas harus disadari
lemahnya supremasi hukum di Indonesia. oleh pemangku kebijakan adalah pendeknya
Lebih dari itu, pemerintah tidak konsisten jalan tol yang dimiliki oleh Indonesia.
menjalankan UU dan peraturan yang sudah Dengan wilayah yang sangat luas
ada. Hal ini dikemukakan oleh berbagai daratannya dan terdiri atas 5 pulau besar
pihak yang terkait seperti pengamat jalan yang mempunyai panjang lebih dari 1000km
tol Agus Sidharta, Ketua Umum Asosiasi per pulaunya semestinya Indonesia
Jalan Tol Indonesia (AJTI) Fatchur Rochman, mempunyai infrastruktur jalan tol yang
anggota Komisi V DPR Nusyirwan Soedjono, panjang. Kenyataannya sampai tahun 2005
dan Dirut PT Jasa Marga Frans Sunito. atau 25 tahun pembangunan jalan tol,
Indonesia hanya mempunyai 600km jalan
71
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
72
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
menggunakan APBN dalam rangka tertarik untuk berinvestasi lebih jauh di jalan
pengembangan jalan tol di Indonesia. tol ini (Nota Keuangan dan RAPBN 2010).
Pada dasarnya pembangunan jalan tol
diusahakan seminimal mungkin dibiayai Komparasi dengan Penyediaan Sarana
oleh masyarakat. Karena jalan tol sifatnya Jalan Tol di Luar Negeri
eksklusif atau boleh melewati bagi yang
mau membayarnya maka jalan tol akan Kondisi dan panjang jalan tol di luar
dibangun ketika mempunyai sifat kelayakan negeri terlebih di negara maju patut kita
secara financial. Namun ketika jalan tol tiru. Dengan cukup panjangnya jalan tol
tertentu tidak layak namun keberadaannya menjadi prasyarat untuk mendapatkan
dibutuhkan maka biasanya dilakukan kemajuan ekonomi dan sosialnya. Dengan
pembiayaan secara hybrid yaitu gabungan kerja sama yang baik antara pemerintah
antara dana yang diperoleh dari masyarakat federal, negara bagian, dan pemerintah
(dari uang tol yang dikumpulkan) dengan daerah bahkan dengan badan usaha swasta
APBN/D (Sunito, 2009). Hal ini dilakukan maka US telah mewujudkan jaringan jalan
karena meski secara finansial kurang yang cukup memadai di negaranya. Untuk
menguntungkan namun secara ekonomi data tahun 2005, panjangnya National
keberadaan jalan tersebut diharapkan dapat Highway System (NHS) yang ada di US
meningkatkan multiplier ekonomi yang lebih adalah 4.412,37 km untuk daerah perdesaan
besar dalam perekonomian. dan 3.370,16 km untuk daerah perkotaan.
Pemerintah sendiri akan memberikan Sedangkan untuk jalan tol sendiri, US
dukungan dalam menghadapi pembebasan mempunyai 2.795,30 mil jalan tol
lahan dengan ikut menanggung biaya penghubung antarnegara bagian dan
kelebihan beban pembebasan lahan (land 1834,62 mil jalan tol penghubung dalam
capping). Ada sekitar 28 proyek jalan tol negara bagian (FHWA, 2005).
yang termasuk di antaranya JORR II dan Tol Adanya isu yang mengupayakan
Trans Jawa. Sejumlah Rp4,89 triliun dalam privatisasi adalah salah satu bentuk tata
jangka waktu 3 (tiga) tahun dana kelola ekonomi yang patut ditiru di
dianggarkan sejak tahun 2008. Dari jumlah Indonesia (Indonesia pun mulai menggait
tersebut, Rp2,63 triliun akan dialokasikan investor swasta untuk membangun jalan
pada RAPBN Tahun 2010. Pelaksanaan tol). Dalam prakteknya, UK, Irlandia, Yunani,
penggunaan dana pada akhir tahun 2009 Spanyol, India, Australia, Malaysia,
hingga awal tahun 2010 akan digunakan Norwegia, Pilipina, Afrika Selatan, Chili,
sebagai evaluasi kebijakan dukungan Brazil Argentina dan Eropa Timur pada
Pemerintah ini dan sebagai dasar penetapan umunya jalan tol yang baru dimiliki oleh
kelanjutan kebijakan land capping di tahun swasta sedangkan negara maju lainnya
2011 dan selanjutnya. Langkah ini ditujukan seperti Itali, Portugal, Spanyol, dan Kanada
untuk menjaga kelayakan investasi jalan tol sedang melakukan privatisasi terhadap jalan
sehingga investor tetap melanjutkan dan tol yang dimilikinya. Langkah yang sama
juga dilakukan di Jepang, otoritas jalan tol
73
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
Tabel 1
Perusahaan Swasta Besar Jalan Tol
dan Panjang Tol Konsesinya
Perusahaan (Negara Kapitalisasi Jalan Tol yang
Kantor Pusat) Pasar dimiliki (Miles)
Abertis (Spanyol) $10.4 billion 915
ACS $ 7.7 billion 50 Konsesi
Autostrade (Italy) $10.4 billion 2,080
BRISA (Portugal) $ 4.0 billion 610
CINTRA (Spanyol) $ 2.0 billion 1,000
Cofiroute (Prancis) $ 1.5 billion 577
Macquarie $ 5.5 billion 930
SyV (Spanyol) $ 4.3 billion 1,609
Sumber: Samuel (2005)
74
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
dikelola dalam jangka tertentu tentunya publik, program privatisasi massal. Ada
mempunyai pola pelayanan yang lebih baik dua kategori yaitu full dan partial.
ketika diserahkan sepenuhnya kepada 4. Management and Lease Contract: ketika
swasta, sebab pelayanan jalan tol isi kontraknya menunjukkan bahwa
diusahakan sebaik mungkin sebagaimana pihak swasta mengambil alih
bisnis riil lainnya. Bagi swasta pemilik jalan manajemen proyek jalan negara dalam
tol tentunya ini jelas manfaatnya sebab jangka waktu tertentu. Jalan tol masih
jalan tol mejadi salah satu alternative tetap dimiliki oleh negara namun,
investasi yang cukup menarik. keputusan investasi dan tanggung jawab
Menurut klasifikasi World Bank (Tanaka financial masih juga sepenuhnya di pihak
et al, 2005) ada 4 tipe privatisasi jalan tol negara.
serta beberapa varian yang telah dilakukan
di dunia yaitu: Dengan berbagai tipe privatisasi jalan tol
1. Concession: ketika pihak swasta ini, pemerintah bisa memformulasikan tipe
mengambil alih manajemen kepemilikan mana yang pemerintah pilih sesuai dengan
jalan dari negara untuk waktu tertentu tujuan dan kemampuan dana yang
dengan pertimbangan risiko investasi. pemerintah miliki. Pemilihan tipe ini
Konsesi ini mempunyai 3 varian yaitu a) tentunya juga dikaitkan dengan kondisi
Rehabilitate‐Operate‐Transfer (ROT); b) APBN yang telah memprioritaskan
Rehabilitate‐Lease‐Transfer (RLT) atau pengeluaran pemerintah untuk sektor mana
Rehabilitate‐Rent‐Transfer (RRT); dan c) saja.
Build‐Rehabilitate‐Operate‐Transfer
(BROT). Kesimpulan
2. Greenfield Project: ketika badan usaha Jalan tol merupakan salah satu sarana
swasta dan public melakukan joint vital yang diperlukan untuk meningkatkan
venture untuk membangun dan efisiensi perindustrian suatu perekonomian.
mengoperasikan proyek jalan baru Ketika ekonomi suatu negara bertumpu
untuk periode tertentu sesuai dengan pada perhubungan darat maka tentunya
kontrak. Ketika kontrak berakhir proyek sarana transportasi berupa jalan khususnya
dikembalikan ke pihak public (negara). jalan tol akan mendorong terciptanya
Variannya antara lain a) Build‐Lease‐ efisiensi ekonomi di dalamnya. Indonesia
Own (BLO); b)Build‐Operate‐Transfer mempunyai wilayah daratan yang panjang
(BOT) atau Build‐Own‐Operate‐Transfer namun pada kenyataannya sejauh ini
(BOOT); dan c) Build‐Own‐Operate Indonesia hanya mempunyai 649 km jalan
(BOO). tol.
3. Divestiture: ketika pihak swasta membeli Dari uraian sebelumnya maka dapat
saham jalan tol negara melalui disimpulkan:
penjualan asset, penawaran kepada 1. Kendala yang paling besar dihadapi oleh
investor jalan tol di Indonesia adalah
75
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
karena hambatan dalam pembebasan BPJT (2006). Jalan Tol: Peluang Investasi di
tanah. Indonesia. Jakarta: Departemen
2. Kondisi empiris negara lainnya Pekerjaan Umum.
menunjukkan kemajuan yang pesat Dardak, Hermanto (2005) ”Upaya
dalam penyediaan jalan tol dan yang Pemerintah Memenuhi Kebutuhan
menjadi kuncinya adalah privatisasi jalan Infrastruktur Jalan”. Disampaikan pada
tol yang ditunjang dengan dukungan Sarasehan dengan tema Prospek
pemerintah dan penegakan hokum. Pembangunan Jalan Tol di Indonesia.
3. Pemerintah Indonesia harus mampu Jakarta. 29 Juni 2005.
memberikan kepastian investasi jalan tol Hindriks, J and G.D. Myles (2005).
dan mau mengambil alih resiko Intermediate Public Economics.
khususnya dalam pembebasan tanah. Cambridge: MIT Press.
Dengan berbagai tipe privatisasi jalan KPMG (1999). Infrastructure in China:
tol, pemerintah bisa memformulasikan tipe Foundation of Growth.
mana yang pemerintah pilih sesuai dengan (www.kpmg.com.cn)
tujuan dan kemampuan dana yang Kuranami, Chiaki, Bruce P. Winston, and
pemerintah miliki. Pemilihan tipe tentunya Jeffrey J. Sriver (1999). “Asian Toll Road
juga dikaitkan dengan kondisi APBN yang Development ProgramReview of Recent
disesuaikan dengan prioritas pengeluaran Toll Road Experience in Selected
pemerintah untuk sektor tertentu. Countries and Preliminary Tool Kit for
Toll Road Development”. The World
Daftar Pustaka Bank Ministry of Construction, Japan.
Anonim (2007).“Pembangunan Jalan Tol Tak Draft Final Report. May 1999.
Boleh Tertunda”. Suara Karya. Senin, 30 Nota Keuangan dan RAPBN 2010
Juli 2007 Office of Highway Policy Information
Arsyad. Lincolin (1999). Ekonomi (2005).”Toll Facilities in the United
Pembangunan. Edisi Keempat. States: Bridges ‐ Roads ‐ Tunnels –
Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE Ferries”. June 2005. Publication No:
YKPN. FHWA‐PL‐05‐018
Astono, Banu. (2006). “Industri Nasional (http://www.fhwa.dot.gov/ohim/tollpag
Berada di Gigi “R””. Kompas. 20 Mei e.htm)
2006. Ojiro, Makoto (2003).”Private Sector
Basuki, Imam, Edward Sembiring, Dewi Participation in The Road Sector in
Safitriani, dan Desmawati Simanjuntak. China”. Transport and Communications
(2009). Sumber Daya laut Indonesia dan Bulletin for Asia and the Pacific No. 73,
Pengelolaannya 2003.
76
Privatisasi Jalan Tol Sebagai Solusi dalam Mempercepat Terwujudnya Infrastruktur
Jalan Tol yang Memadai di Indonesia – Bambang Suprayitno
Rosen, Harvey S. (1999). Public Finance. 5th
Edition. Singapore: Mc. Graw Hill.
Samuel, Peter (2005).”Should States Sell
Their Toll Roads?”. Reason Foundation
Policy Study: May 2005.
Small, Kenneth E. (1998). “Project
Evaluation”. Hand Book in Honor of John
R. Meyer. Editor: Gomez Ibanez et al.
Sodikin, Amir. (2006). “Buruknya
Infrastruktur Ancam Industrialisasi”.
Kompas. 4 Agustus 2006.
Sunito, Frans S. (2009). “Pembebasan Lahan
Bagi Infrastruktur”. Sidang Komisi
Bidang Ekonomi Pada National
Summmit 2009. Hotel Ritz Carlton –
Pacific Place, Jakarta 29 Oktober 2009.
Tanaka, Diego Fernando, Haruo Ishida,
Morito Tsutsumi, and Naohisa Okamoto
(2005). “Private Finance For Road
Projects In Developing Countries:
Improving Transparency Throuh VFM
Risk Assesment”. Journal of the Eastern
Asia Society for Transportation Studies.
Vol. 6. pp. 3899 ‐ 3914. 2005.
Undang‐Undang Republik Indonesia No.38
Tahun 2004 tentang Jalan.
77